Anda di halaman 1dari 14

Jurnal: MK.

Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN LINGUISTIK;


SERTA PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN SOSIAL)

(Mohammad Hamdani1, Moh. Sholahuddin2, Munir Asrori3, Abdullah Najib Faaz4, Khoridatul
Ilmiyah5)

Abstrak : Perkembangan atau pertumbuhan anak didik merupakan hal yang penting untuk dipelajari bagi
calon pendidik maupun pendidik. Banyak para pendidik yang kurang mengerti dan memahami arti sebuah
perkembangan anak didik sehingga banyak juga para pendidik yang menerapkan sistem pembelajaran
tanpa mengetahui perkembangan anak didiknya. Hal ini akan mempengaruhi ketidakseimbangan antara
perkembangan anak didik dengan sistem pembelajaran, sehingga hal ini menyulitkan anak didik untuk
menerima sistem pembelajaran yang ada. Dengan kita mengetahui perkembangan anak didik akan mudah
mengetahui sistem pembebelajaran yang efektif, efisien, terarah dan mudah untuk dimengerti para anak
didik. Maka untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak didik untuk menjadi generasi muda yang
diunggulkan nusa dan bangsa, maka diperlukan pemahaman perkembangan anak didik. Dengan demikian
kita selaku calon pendidik ataupun pendidik, kita wajib mengetahui perkembangan dan pertumbuhan
anak didik. Adapun fokus artikel ini adalah bagaimana Aspek dan corak warna Perkembangan
kepribadian peserta didik?
Pendahuluan
Dari lahir sampai kurang lebih usia 2 tahun, bayi memahami dunia mereka melalui panca indera
mereka. Pengetahuan mereka didasarkan pada tindakan-tindakan fisik, dan pemahaman mereka terbatas
pada kejadian-kejadian saat ini atau tidak jauh dari waktu lampau. Hanya apabila akan-anak mengalami
transisi dari tahap sensorimotor ke tahap praoperasional (pada usia sekitar 2 tahun) dan mulai berbicara
dan menggunakan pikiran-pikiran atau konsep-konsep untuk memahami dunia mereka. Meskipun
demikian, selama tahap praoperasional, pikiran-pikiran mereka masih pralogis, terkait dengan tindakan-
tindakan fisik dan cara bagaimana benda-benda tampak pada mereka. Kebanyakan peserta didik tetap
berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif sampai mereka berusia 7 atau 8 tahun.
Normalnya anak-anak mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa dasar sebelum masuk
sekolah. Perkembangan bahasa meliputi dua-duanya, komunikasi lisan dan tertulis. Kemampuan-
kemampuan verbal berkembang amat dini, dan menjelang usia 3 tahun, peserta didik-peserta didik sudah
menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa anak usia dini, mereka dapat menggunakan dan
memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan, dan
mengetahui tentang bahasa tulisan (Gleason, 1981). Meskipun terdapat perbedaan individual dalam
kecepatan peserta didik memperoleh kemampuan berbahasa, urutan perolehan itu serupa untuk seluruh
peserta didik. Pada sekitar usia 1 tahun, anak-anak mengucapkan ungkapan-ungkapan satu-kata seperti
“da-da” dan “mama”. Kata-kata ini secara khusus menyatakan objek-objek dan kejadian-kejadian yang
penting bagi peserta didik tersebut. Sepanjang perjalanan kehidupan tahun kedua, perbendaharaan kata
anak bertambah bersamaan dengan pengetahuan mereka tentang aturan-aturan bahasa lisan. Menjelang
waktu mereka mulai sekolah, anak-anak telah menguasai hampir seluruh aturan-aturan tatabahasa, dan
perbendaharaan kata mereka terdiri dari ribuan kata-kata.
Santrock Yussen (1992), mengatakan bahwa perkembangan merupakan pola perkembangan
individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi.
Pendapat ini sangat tepat untuk menjelaskan pengertian perkembangan. Manusia berkembang tidak
hanya dari masa kelahiran saja tetapi dari masa konsepsi manusia sudah mulai berkembang. Masa
konsepsi mempunyai arti waktu dimana sel telur (ovum) bertemu sperma. Pada saat itu pula manusia
berkembang hingga mempunyai bagian-bagian tubuh yang lengkap. Perkembangan manusia akan terus
berlanjut sampai saat pengambilan ruh tiba. Semua makhluk Tuhan tidak akan tahu kapan perkembangan
dalam dirinya itu terhenti. Menurut E.B Hurlock perkembangan bersifat kualitatif dan kuantitatif, artinya
proses perkembangan ada yang dapat diukur dan adapula yang tidak dapat diukur. Misalnya

1
danisakeila79@gmail.com
2
miladiyyahfaizah@gmail.com
3
asrokhol2@gmail.com
4
najibbro@gmail.com
5
neo.ilmiah@gmail.com
Page 1 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

perkembangan otak manusia tidak dapat kita lihat proses perkembangannya, yang kita lihat adalah gejala-
gejalanya. Demikian pengertian dari perkembangan itu sendiri.
Selanjutnya pengertian pertumbuhan menurut Drs. H. M. Arifin, M.Ed, pertumbuhan
merupakan suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif serta bagian-bagiannya.
Dalam pengertian tersebut dapat kita ambil gagasan bahwa manusia dikatakan mengalami pertumbuhan
jika dalam dirinya terjadi penambahan fisik, misalnya bertambah tingginya tubuh individu, penambahan
berat badan dan ukuran bentuk dari bagian-bagian tubuh individu. Hal ini menandakan bahwa
pertumbuhan bersifat kuantitatif.
Sekarang kita tahu perbedaan perkembangan dan pertumbuhan, dimana keduanya merupakan
bentuk perubahan dalam diri individu. Dalam pengertian yang kita kemukakan di depan perkembangan
manusia bersifat kualitatif. Intinya bahwa pengertian pertumbuhan dapat mencakup pengertian
perkembangan, namun pengertian perkembangan tidak semuanya diartikan dalam petumbuhan.
Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang tumbuh, beradaptasi, dan berubah disepanjang
perjalanan hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional (sosial dan emosi), perkembangan kognitif
(berpikir), dan perkembangan manusia menurut teori Piaget (kognitif dan moral) serta teori
perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi
kinerja peserta didik kita, yaitu lingkungan keluarga, atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah,
kecerdasan yang berasal dari dalam diri sendiri, dan aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut
fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah
titik optimal kemampuan fitrahnya. Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya
dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek
pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam
proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang
tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak
untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati
ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya,
dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya
mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain : (1) Aspek Pedagogis. Dalam aspek ini para pendidik
mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam
kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik,
sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun
manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan. (2)
Aspek Sosiologi dan Kultural. Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu
makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat. (3) Aspek Tauhid. Aspek
tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan,
menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga
homoriligius (makhluk yang beragama).
Sedangkan Karateristik peserta didik meliputi perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional,
dan perkembangan intelektual/mental. Perkembangan intelektual peserta didik melalui empat tahap yaitu
sensorimotor, praoperasi, operasi konkrit, dan operasi formal.
Perkembangan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam. Peserta didik adalah setiap manusia yang
sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa
perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya
bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik. Bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
pendidik sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik itu sendiri terhadap peserta didik. Dalam hal ini
anak ( peserta didik ) merupakan sarana dalam proses pendidikan.
Pertumbuhan dan perkembangannya yang dialami oleh peserta didik sangat dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu faktor pembawaan ( warisan ), faktor lingkungan dan faktor kematangan ( internal ). Dalam
proses perkembangan seseorang, ada beberapa aliran yang menjelaskan tentang teori perkembangan,
antara lain :
Aliran Nativisme.Dalam aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh
pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa ( Arthur
Sckonenhauer : 1788 – 1860 ). Faktor pembawaan ini bersifat kodrati dari lahir dan tidak dapat diubah
oleh pengaruh alam sekitar. Faktor inilah yang akan membentuk kepribadian manusia.2. Aliran

Page 2 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

Empirisme Pada aliran ini dijelaskan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata tergantung pada
lingkngan dengan pengalaman pendidikannya ( John Locke ). 3. Aliran KonvergensiAliran ini adalah
gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme.
KONSEP TEORI
Definisi Peserta Didik
Sebelum membicarakan esensi peserta didik dalam perspektif filsafat pendidikan Islam secara
panjang lebar, alangkah baiknya dirumuskan dulu kerangka berpikirnya melalui perumusan arti peserta
didik itu. Sebab dengan mengetahui definisi yang mapan terhadap pengertian dua kata ini, tentu
tidaklah terjadi kesalahan dalam memberikan penafsiran nantinya ketika membicarakan esensi yang
sesungguhnya.
Memang diakui pemberian definisi terhadap suatu objek tidak akan bisa memberikan hasil yang
maksimal, dan hal itulah yang terjadi dan membuat para pakar memiliki rumusan yang beragam ketika
mendefinisikan apa itu peserta didik. Tapi walaupun begitu setidaknya di awal tulisan dalam makalah ini
dengan pemberian definisi tersebut diharapkan akan menjadi dasar untuk mengulas apa yang menjadi
substansi persoalan nantinya.
Ada yang berpendapat peseta didik itu adalah manusia yang belum dewasa, oleh
karenanya ia membutuhkan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan dari orang dewasa atau dengan
bahasa yang lebih teknis adalah “pendidik”dengan tujuan untuk mengantarkannya menuju suatu
pematangan diri. Dari sudut pandang yang lain, ada juga yang mengatakan bahwa peserta didik itu adalah
manusia yang memiliki fitrah atau potensi untuk mengembangkan diri, sehingga ketika fitrah ini ditangani
secara baik maka sebagai eksesnya justru anak didik itu nantinya akan menjadi seorang yang bertauhid
kepada Allah (Al Rasyidin, 2012: 148).
Sementara itu, bila merujuk kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang terdapat dalam BAB I Pasal1 poin keempat, dijelaskan
bahwa peserta didik itu adalah anggota masyarakat yang yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Maka dari keterangan di atas amat sangat jelas terlihat peserta didik itu maknanya tidaklah
hanya dalam tataran pendidikan formal saja, juga tidak memberi batasan usia, dan bahkan tekanannya
sangat mejemuk dengan tidak melihat bentuk perbedaan karena mengacu kepada sebuah kesadaran akan
kemajemukan bangsa Indonesia itu sendiri. Namun yang paling terpenting dalam pengertian
itu adalah istilah “berusaha mengembangkan potensi”, itu artinya lewat pendidikan atau proses
pembelajaran yang terarah dan positif diharapkan dapat untuk mengoptimalkan potensi para peserta didik
itu, baik dalam wilayah pendidikan formal, non formal, informal dan juga pada tataran jenis dan bentuk
pendidikannya.
Sejalan dengan apa yang termuat dalam UU SISDIKNAS RI No. 20 Tahun 2003, maka
senafas benar apa yang dikemukakan oleh Moh. Roqib, bahwa peserta didik adalah semua manusia,
yang mana pada saat yang sama dapat menjadi pendidik sekaligus peserta didik (Roqib, 2009: 59). Maka
dari itu semakin jelaslah apa yang dimaksudkan dengan peserta didik, yaitu manusia seutuhnya yang
berusaha untuk mengasah potensi supaya lebih potensial dengan bantuan pendidik atau orang dewasa.
Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan
tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca,
menulis, dan menghitung). Menurut Piaget, dilihat dari aspek perkembangan kongintif masa ini berada
pada tahap operasi konkret yang ditandai dengan kemampuan: mengklasifikasikan benda-benda
berdasarkan ciri yang sama, menyusun (menghubungkan atau menghitung) angka-angka, dan
memecahkan masalah yang sederhana.
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Aspek-Aspek Pendidikan Anak Al-Ghazali mempunyai pemikiran dan pandangan yang luas
mengenai aspek-aspek pendidikan yaitu bukan hanya terfokus pada aspek pendidikan akhlak saja
tapi juga aspek yang lain seperti pendidikan keimanan, sosial, jasmaniyah dan sebagainya.
Adapun aspek-aspek pendidikan anak dapat kita fahami jika kita mengkaji pemikiran Al-Ghazali
tentang. "Metode melatih, mendidik dan memperbaiki akhlak anak-anak pada awal
pertumbuhannya".

Page 3 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

Aspek-Aspek pendidikan anak tersebut antara lain :


Pertama; pendidikan keimanan Sebelum kita menjelaskan konsep pendidikan keimanan bagi anak-
anak, kita perlu mengetahui konsep iman menurut Al-Ghazali yakni iman adalah mengucapkan
dengan lidah, membenarkan dengan hati dan melaksanakan dengan anggota badan. Jadi pengertian iman
disini adalah mencakup tiga aktifitas, yaitu pertama; mengakui dengan lidah atau ucapan.
Kedua; meyakini dalam hati dan ketiga; membuktikannya melalui perbuatan. 2013 Vol. 6 No. 2
Juli - Desember Jurnal Al-Ta’dib 50 Al-Ghazali memiliki perhatian yang sangat besar terhadap
pendidikan akhlak. Bahkan tujuan dari pendidikan menurut Al-Ghazali adalah adanya pembentukan
akhlak yang baik. Al-Ghazali berkata tujuan murid mempelajari semua ilmu pengetahuan pada masa
sekarang adalah, kesempurnaan dan keutamaan jiwanya". Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa Al-
Ghazali menginginkan kemuliaan jiwa, keluhuran akhlak sebagai manifestasi dari proses pendidikan
karena akhlak merupakan aspek fundamental dalam kehidupan seseorang, masyarakat maupun suatu
negara. Akhlak juga merupakan amal yang menjadi buah dari ilmu. Amal dan ilmu ibarat dua sisi mata
uang yang tidak bisa dipisahkan, harus seimbang dan saling melengkapi karena ilmu tanpa amal
adalah percuma sedangkan amal tanpa ilmu adalah sia-sia.
Pendidikan Akal
Adapun pendidikan akal bagi anak dapat kita fahami dari pengertian akal yang yang telah
dirumuskan oleh Al-Ghazali, yaitu : Akal adalah ilmu pengetahuan yang tumbuh pada anak usia tamyiz,
yakni usia di mana anak dapat membedakan kemungkinan hal yang mungkin dan kemustahilan mencapai
usia tamyiz yaitu sekitar tujuh tahun. Karena pada usia ini anak telah mampu membedakan antara
sesuatu yang mungkin dan yang tidak mungkin. Tentu saja kemampuan anak pada usia ini masih
sederhana dan kemampuannya itu berkaitan dengan sesuatu yang dapat dilihat. Karena dari contoh yang
diberikan Al-Ghazali yaitu 'satu berbeda dengan dua' akan dapat dimengerti dengan penggunaan contoh
benda.
Pendidikan Sosial
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk
keberlangsungan hidupnya di lingkungan dimanapun manusia itu menetap. Setiap lingkungan tempat
manusia hidup dan menetap tentunya memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan dihargai.
Karena itu maka mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan norma-norma tersebut seperti
diantaranya kesopanan dalam bergaul.
Menurut hemat penulis, dari berbagai deskripsi di atas tersebut terungkap bahwa Al-Ghazali
memiliki konsep pendidikan anak yang holistik yaitu mencakup aspek spiritual, moral, sosial, kognitif dan
fisik. Tujuan pendidikannya pun tidak terbatas pada taqorrub ila Allah tapi juga pengembangan potensi
jasmani dan rohani. Hal itu karena Al Ghazali memandang anak sebagai pribadi yang dilahirkan dengan
potensi-potensinya dan mempunyai kecenderungan fitrah ke arah baik dan buruk sehingga sangat
memerlukan pendidikan.
Adapun materi pendidikan anak yang ditetapkan Al-Ghazali adalah berdasarkan aspek-aspek
pendidikan yang dirumuskannya. Sedangkan metode pendidikan yang ditetapkannya adalah bervariasi dan
tentunya hal itu disesuaikan dengan periodesasi anak yang dirumuskannya.
Konsep pendidikan anak perspektif Al-Ghazali memiliki kesesuaian materi dan metodenya. Materi
pendidikan menurut Al-Ghazali bertahap dari yang berupa materi ilmu praktis hingga materi yang berisi
argumentasi karena kemampuan kognitif anak berkembang dari yang paling sederhana hingga yang paling
rumit. Begitu pula metode pendidikan berawal dari yang hanya bersifat peniruan hingga metode berfikir
karena perkembangan kognitif anak berkembang dari yang hanya mampu meniru hingga yang mampu
berpikir abstrak.
Dengan demikian maka periodisasi perkembangan anak Al-Ghazali memiliki kesesuaian dengan
tahap tahap perkembangan terhadap Pendidikan Agama Islam. Sebab itulah hendaknya pendidikan selalu
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik seperti perkembangan kognitif dan moralnya.
Karena pendidikan merupakan proses sinergis antara pendidik, peserta didik, metode dan materi.
Aspek Perkembangan Linguistik
Setiap melakukan aktivitas bermain, pengetahuan anak dan perbendaharaan katanya akan bertambah
seiring dengan pertumbuhan fisiknya. Bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis, dapat
digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak
(Tedjasaputra, 2003; 4). Manusia membutuhkan banyak belajar dan terus akan bermain selama hidupnya.
Bermain menjadi hal yang penting, karena aktivitas ini tidak hanya menciptakan suasana yang
menyenangkan saja, tetapi menjadi suatu media berkomunikasi bagi anak-anak yang melakukannya. Begitu

Page 4 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

pula pada anak usia dini, bermain menjadi suatu hal yang amat penting dalam proses pembelajaran,
karena aktivitas ini tidak hanya sekedar menciptakan suasana yang menyenangkan, tetapi pada anak-anak
yang terlibat dapat menimbulkan menciptakan suatu komunikasi yang baru.
Pembelajaran anak usia dini bertujuan untuk memberikan stimulasi potensi anak seoptimal mungkin.
Pembelajaran ini merupakan pendekatan yang berpusat pada anak atau lebih dikenal model pembelajaran
sentra yang menitik beratkan kegiatannya pada lingkungan /area aktivitas anak. Day (1994) menyatakan
bahwa lingkungan pembelajaran anak usia dini merupakan lingkungan yang dapat mengurangi
kemungkinan berkembang-nya masalah- masalah prilaku anak, dengan menyiapkan jadwal teratur,
konsisten dan kegiatan-kegiatan yang merangsang keceriaan anak, membagi kelas ke dalam kelompok-
kelompok kecil, jika diperlukan, menata lingkungan fisik yang akan meningkatkan kebebasan ruang gerak,
namun terstruktur dan mengatur pusat-pusat pembelajaran yang layak dan merefleksikan beragamnya
keinginan anak (Clewett, 1988; 24).
Lingkungan anak sangat mendukung perkembangan potensinya, yang meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Tim penyusun program kegiatan belajar (2001; 9-
10) mengungkapkan prinsip dasar pembelajar-an anak usia dini; seperti (1) memberikan bimbingan sesual
dengan taraf perkembangan kemampuan anak, (2) memberikan rasa gembira saat belajar (3) memupuk
rasa keberanian anak, (4) memberikan rangsangan dengan bermacarn- macam media aktif.
Smith dan Ragan (1992; 2) menyatakan bahwa fokus pembelajarannya lebih kepada pemberian
informasi dan kegiatan yang membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan, dengan kata
lain pembelajaran adalah penyelenggaraan kegiat-an yang berfokus siswa dalam mempelajari sesuatu.
Itulah sebabnya istilah pembelajaran mencakup semua kondisi yang mungkin berpengaruh langsung kepada
proses belajar manusia. Sadiman, (1984; 7) lebih menekankan kepada fungsi pembelajaran di mana proses
membuat orang belajar. Pembelajaran juga merupakan suatu sarana yang terorganisasi untuk
mengembangkan secara optimal hasil belajar (Gagne, Briggs & Wager, 1992; 19).
Kegiatan bermain peran pada anak-anak usia dini dijadikan suatu pembelajaran yang dituangkan dalam
kurikulum dan menjadi tema di mana seorang anak mencontoh sosok atau figur seorang tokoh yang ia
kagumi. Bermain peran akan mempermudah anak dalam mempelajari dan memahami sesuatu, baik itu
konsep alam, bahasa maupun pengetahuan lainnya, anak akan merasa senang dengan apa yang
dilakukannya. Apabila hal ini menjadi kegiatan inti dalam pembelajaran, mereka akan semakin teratur
mengontrol permainan, dan merasa nyaman dalam bermain peran sehingga lebih bermanfaat kepada
pengembangan bakat minat dan keterampilannya.
Menurut Masito (2005; 7.24) Konsep bermain peran (role play) sendiri berakar pada hakikat manusia
sebagai makhluk individu dan sosial. sebagai makhluk individu manusia memiliki karakteristik yang
khas dan unik, sedangkan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan dan berhadapan dengan orang lain,
sehingga muncul rasa sayang, percaya, bend dan lain- lain terhadap orang dan juga terhadap din sendiri.
Selanjutnya bermain peran dapat didefinisikan sebagai permainan tentang sebuah peran yang khusus dan
lebih spesifik seperti halnya role play game, permainan ini mempertontonkan keterampilan sebuah peran di
mana para pemain memainkan sebuah karakter-karakter yang dibayangkan (ILO, 2002).
Melalui cara ini anak belajar berempati pada posisi orang lain, selain bereksplorasi dan berimajinasi
serta meningkatkan kemampuan verbal. Dengan bermain peran diharapkan anak dapat mengatasi rasa takut,
dapat meningkatkan kepercayaan diri, serta mendapatkan pengalaman baru. Oleh karenanya bermain
peran bukan hanya terkait dengan pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan sosial dan mentalnya.
Bermain peran bukan tujuan tetapi dalam proses berlangsungnya pembelajaran apakah mampu
mengembangkan kecerdasan anak seperti melatih anak untuk berbicara, melatih daya konsentrasi, imajinasi
dan me- ngirigkatkan kreativitas anak.
Kecerdasan sering dikaitkan dengan kemampuan otak oleh Alfret Binnet (1918), dengan teorinya
bahwa untuk menentukan indeks kecerdasan seseorang didasarkan pada perbandingan antara umur
kronologis dengan mentalnya, yang kemudian dikenal dengan istilah Inteligence Quentient (IQ). Robinson
dan Robinson (1976) mengatakan bahwa inteligensi memiliki salah satu hal atau seluruh hal dan tiga
tema berikut: 1) kapasitas untuk belajar, 2) total semua pengetahuan yang seseorang miliki, dan 3)
kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru dan kepada lingkungan yang secara umum.
Bagi RA Al Mourky pengembangan kecerdasan linguistik dan interpersonal melalui bermain peran
bukan suatu hal yang sulit, karena didukung ol eh lingkungan belajar anak dengan model moving class atau
dikenal dengan pembelajaran sentra, dan ini memerlukan kelas yang cukup fasilitas pendukung bermain
dan belajarnya, serta membutuhkan kualitas dan kuantitas guru yang bertanggung jawab bagi pengelolaan.
Bermain peran sangat dominan dilaksanakan karena dianggap sebagai miniatur dari kehidupan yang dapat

Page 5 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

mempengaruhi mobilitas anak, meningkatkan perkembangan kinestetik dan pergerakan tubuh dan motorik,
memotivasi dan dalam belajar.
Gadner dalam Kadek (2011; 8) menyebutkan bahwa kecerdasan linguistik, merupakan kemampuan
mengenali kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan termasuk di dalamnya kemampuan
mengingat informasi dan membicarakan tentang bahasa itu sendiri. Orang-orang yang mempunyai
inteligensi ini juga sangat maju keterampilan pendengarannya, dan mereka belajar dengan mendengar.
Mereka senang membaca dan menulis serta berbicara, dan senang bermain dengan kata-kata.
Menurut Piaget, perkembangan bahasa anak pada tahap praoperasional merupakan transmisi dari sifat
egosentnis ke interkomunikasi sosial. Waktu seorang anak masih kecil, ia berbicara secara lebih egosentris,
yaitu berbicara dengan diri sendiri. Anak tidak berminat untuk bicara dengan orang lain. Tetapi pada umur
6 atau 7 tahun, anak mulai lebih komunikatif dengan teman-temannya. Bahasa akan berkembang dan
bertambah jika terjadi interaksi, sebaliknya interkasi terjadi dan berjalan (Wardworth, dalam
Sampurno 1989; 56) lancar hanya dengan bahasa.
Perkembangan Kecerdasan Linguistik dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu nonkomunikatif
dan komunikatif. Penggunaan nonkomunikatif dapat dilihat melalui dua hal berikut: 1) anak menirukan apa
saja yang baru ia dengar, (2) monolog di antara teman-teman. Seorang anak kadang berbicara dengan diri
sendiri dengan volume suara yang agak keras meskipun ia berada di tengah teman-temannya.
Menurut Petty dan Jensen ( dalam Rini Hildayani, Dkk 1990: 118-119 ) perkembang-an bahasa
merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan 4 faktor yang mempengaruhinya. (a) berbedanya
cara bagaimana si anak mempelajari bahasa tersebut, (b) berbedanya bahasa yang dipelajari si anak, (c)
berbedanya karakteristik si anak dan, (d) berbedanya tempat proses pembelajaran bahasa itu terjadi.
Ditambahkan secara lebih luas faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan linguistik yakni
tingkat kecerdasan individu, jenis kelamin, kondisi fisik, lingkungan keluarga, keadaan sosial atau
lingkungan budayanya.
Selain kecerdasan linguistik, dikenal pula kecerdasan interpersonal dalam perkembangan anak usia
dini. Powers dalam L Crow, dan A Crow memberikan definisi perkembangan kecerdasan interpersonal
sebagai berikut: 1) sebagai kemajuan yang progresif, dan kegiatan individu, menjadi dalam pemahaman
warisan pola tingkah laku sosial, 2) karakter yang dapat menumbuhkan perilaku sosial. Hal ini berhubungan
dengan pemikiran bagaimana anak-anak membuat konsep mengenai orang lain dan bagaimana mereka
memahami pikiran dan bahasa, emosi, perhatian, dan sudut pandangan orang lain.
Berdasarkan hal tesebut Vigotsky mela- lui teorinya menyatakan bahwa perkembang- an anak secara
individu sangat ditentukan oleh adanya interaksi yang positif dengan orang dewasa maupun teman
sebaya yaitu pertama ia menekankan pentingnya peranan komponen sosial dalam perkembangan kognitif
seorang anak, kedua penggunaan bahasa tidak hanya sebagai alat untuk melakukan komunikasi, tetapi
juga untuk membina hubungan dengan lingkungan sosialnya, ketiga zone of proximal development (ZPD)
yakni menggambarkan suatu jarak atau ruang antara perkembangan aktual dengan tingkat kemampu-an
potensial lebih tinggi yang dapat dicapai anak dengan bantuan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu. Dengan demikian ZPD adalah lingkungan atau orang lain yang membantu anak untuk pindah dari
tingkat kemampuan aktual menuju kepada tingkat kemampuan potensial, keempat scaf-folding yaitu proses
membangun dan memahami pengetahuan baru secara bertahap melalui bantuan orang dewasa.
Interaksi dengan teman-teman se- kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan
pemikiran anak. Shapiro E. Lawrence (2001: 204) menyatakan bahwa melalui interaksi seorang anak dapat
membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan
orang lain. Setiap anak belajar mendapatkan teman sendiri, kemampuan untuk bergabung dan ikut serta
dalam kelompok sebaya berjenis kelamin yang sama merupakan salah satu pilar yang dibutuhkanya untuk
membangun hubungan sosial yang baik, dan pada usia empat atau lima tahun mereka mulai menunjukkan
kecenderungan mem-bentuk kelompok berjenis kelamin sama.
Faktor pertumbuhan dan perkembangan sosial tidak dapat dipisahkan dan fase-fase perkembangan
lainnya seperti pertumbuhan fisik, mental dan emosi yang diidentifikasi sebagai faktor internal yakni anak
yang lebih besar badannya dan bertambah usianya akan lebih luas pergaulannya. Sementara teman
kelompok bermainnya menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi kecerdasan mi. Gadner dalam (Mary
Ann 1998; 7) Bentuk-bentuk perilaku sosial itu seperti; bersahabat atau tidak bersahabat, suka bergaul atau
egois, simpatik atau keras kepala, kooperatif atau bersikap melawan, suka menentang atau bersikap patuh
Powers dalam L Crow dan A Crow (1988; 13). Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini
adalah; 1) untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenal proses pembelajaran yang dilaksanakan
di RA Al- Mourky yang meliputi proses pembelajaran awal (pijakan awal) dan proses pembelajaran inti

Page 6 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

dengan mengembangankan tema budaya, 2) bentuk-bentuk bermain peran yang dilakukan dalam proses
pembelaajaran di RA Al-Mourky, 3) pengembangan kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal
sebagai bagian dan kecerdasan jamak.
Hasil dan Pembahasan
(A). Hasil Analisis Taksonomi berdasarkan seluruh catatan lapangan, peneliti mengembangkan domein
serta melakukan pengamatan dan wawancara terfokus melalui pengajuan pertanyaan- pertanyaan struktural.
Adapun pengajuan pertanyaan struktural dipilih dari beberapa domein yang berkaitan dengan
pengembangan kecerdasan melalui metode bermain peran. Berikut ini domein-domein yang terdeteksi pada
catatan pengamatan lapangan.
Tema pembelajaran bermain peran ada- lah bermain peran dokter dan polisi dengan melihat
keterhubungannya dengan perkem- bangan kecerdasan linguistik dan interpersonal melalui bermain peran.
Analisis taksonomi tentang perkembangan kecerdasan linguistik dan interpersonal melalui metode
bermain peran melalui: “lines and nodes” yaitu:(1) Bermain Peran Dokter (a) menanyakan keluhan pasien
(b) dapat menyebutkan nama-nama penyakit (c) dapat menyebutkan nama-nama obat (d) dapat
berkomunikasi dua arah (e) dapat memberikan nasihat. (2) Bermain Peran Polisi (a) Mampu
menyebutkan nama kendaraan (b) Mampu menjelaskan tata tertib berlalu lintas (c) Mampu
menyebutkan rambu- rambu lalu lintas (d) Dapat rnenyebutkan fungsinya masing-masing (e) Dapat
menegur dengan kata-kata yang baik (3)Pijakan awal proses pembelajaran (a) mengucapkan salam
secara sempurna (b) dapat memanggil nama anak satu per satu (c) dapat menyebutkan nama-nama lain
(d) dapat menyebutkan nama-nama bulan (e) dapat berkomunikasi dengan anak dapat menertibkan anak
dengan kata-kata.
(B) Mengembangkan kecerdasan interpersonal: (1) Bermain Peran Dokter (a) dapat menolong orang
lain (b) mengembangkan rasa empati (c) dapat melakukan kerja sama kelompok yang baik (2) Bermain
Peran Polisi (a) dapat menolong orang lain (b) membiasakan hormat menghormati (c) membiasakan
orang banyak untuk menaati peraturan (d) menjaga dan bahaya (e) mendahulukan orang tua dan anak-
anak (menyeberang jalan) (3) Kesamaan Berman Peran (a) saling membantu sesama teman (b) suka
bekerja sama (c) membiasakan sikap sopan (d) mengingatkan teman untuk belajar lebih giat.
(C) Hasil Analisis Komponen, Beberapa dimensi kontras di antara atribut dari berbagai kategori dalam
domein tertentu, dapat mengidentifikasi analisis komponensial yang diamati dari segi perbedaan.
(1) Cara Mengembangkan Kecerdasan Linguistik; Pengembangan kecerdasan linguistik yang
dilakukan melalui metode bermain peran yakni:
(a) anak bersemangat dengan peran dokter. pada peran ini, dokter kecil menanyakan tentang keluhan
pasien, menyebutkan nama-nama penyakit sekaligus obatnya, memberikan nasihat melalui komunikasi dua
arah antara dokter kecil dengan seorang anak yang bertindak sebagai pasien dan ini dilakukan secara
bergiliran dan berulang, sehingga kegiatannya semakin lancar dan memungkinkan berkembangnya linguistik
anak baik dalam berbicara maupun berekspresi dalam mengungkapkan pendapat-nya. Dalam praktiknya,
masih terdapat beberapa anak yang kesulitan dalam mengungkapkan pendapatnya.
(b) peran polisi; kemampuan linguistik anak ditunjukkan melalui kemahiran menyebutkan nama-nama
kendaraan, menjelaskan tata tertib berlalu-lintas, termasuk memperingat-kan bagi pengguna jalan agar
berhati-hati dalam menyeberang. Hal yang berbeda adalah anak perempuan lebih berani dan bersemangat
untuk bermain peran ini.
(2) Cara Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal; Kegiatan ini dapat dilakukan pada
semua peran:
(a) peran dokter: karena kecerdasan ini berhubungan dengan sosial, maka peran dokter diindikasikan
kepada bagaimana seorang anak dapat menolong orang lain, dan mengedepankan rasa empati. Hal yang
berbeda adalah sebagian anak perempuan takut memainkan peran ini.
(b) peran polisi; walaupun polisi selalu diindikasikan sebagai sosok yang menakutkan, tetapi dalam
setiap peran, polisi selalu membatu sesama, membiasakan hormat menghormati, membiasakan orang banyak
untuk mentaati peraturan, menjaga dan bahaya dan mendahulukan orang tua dan anak-anak dan pada yang
muda. Hal yang berbeda adalah polisi bukan lagi sosok yang menakutkan bagi anak.
(D) Hasil Analisis Tema, Proses pembelajaran mengacu kepada kurikulum yang berlaku secara
umum sebagaimana pada lembaga pendidikan anak lainnya, tetapi tidak meninggalkan spesifikasinya
yang menjadi cirinya sebagai Raudhatul Atfal di bawah bimbingan Departemen Agama. Kemudian yang
menjadi acuan utama adalah pembelajarannya berorientasi pada perkembangan anak, dengan menganut
prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar, memfokuskan pada sederet pengalaman anak
untuk dirancang dan dikelola dengan memahami tingkah laku dan kebutuhan anak, perilaku dan kebutuhan

Page 7 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

dikembangkan dalam pembelajaran menjadi bidang atau aspek-aspek pengembangan. (1) Mengembangkan
Pembelajaran Bermain Pe-ran pada Anak Usia Dini Pada pembelajaran anak usia dini yang
dikembangkan melalul sentra, memiliki kelebihan tersendiri seperti: (a) Pengalaman dan kegiatan belajar
anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. (b) Kegiatan belajar yang dipilih sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak. (c) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil
belajar akan memberi bekas lebih lama (d) Pembelajaran sentra akan menumbuh kembangkan
keterampilan berpikir anak dan cepat mengatasi kesulitan yang dihadapi anak. (e) Menyajikan kegiatan
lebih pragmatis sesuai dengan permasalahan yang ditemui dalam lingkungan anak, menumbuhkan
keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang
lain.
Adapun bermain peran yang dikembangkan dalam satuan kegiatan harian (SKH), termasuk pada tema
pekerjaan adalah peran dokter, dan polisi. Berdasarkan hal di atas, maka tema yang ditemukan adalah
bahwa bermain peran merupakan cara yang dapat dilakukan untuk rnengembangkan kemampuan dan
potensi secara maksimal, kegiatannya dapat dilakukan sendiri ataupun dengan guru/pembina sebagai
pengawas, namun model pembelajarannya tetap berpusat pada anak.
Bidang Pengembangan Pembiasaan
Domainnya meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama. Kegiatanya dapat di- idenfikasi pada
kemampuan anak mengucapkan doa-doa dan lagu-lagu keagamaan, meniru gerakan ibadah dan mengikuti
aturan dan pengendalian emosi. Menyanyikan lagu- lagu keagamaan menyebutkan macam agama bahkan
terlibat dalam upacara keagamaan semua itu merupakan lingkungan aktivitas yang diharapkan dapat
mempengaruhi sikap dan mentai anak.
Terdapat pembuktian yang membenarkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi kebiasaan anak:
a. Pertama karena hasil belajar dan pengalaman semakin mamainkan peran dominan dalam
perkembangan seiring bertambahnya usia anak (usia awal sekolah) mereka dapat diarahkan ke dalam
saluran yang akan membawa kepada penyesuaian yang baik.
b. karena dasar awal cepat berkembang menjadi pola kebiasaan. Hal itu akan mempunyai pengaruh
sepanjang hidup dalam penyesuaian pribadi dan sosial anak itu. Pada saat tertentu mereka melakukan
sesuatu yang berbeda dan yang lain atau berbeda dengan kebiasaan yang terjadi di dalam rumah,
disebabkan karena anak sudah bergaul dengan teman sebaya yang berasal dan beberapa rumah
yang memiliki kebiasaan yang berbeda sehingga dengan cepat terlihat sekumpulan kebiasaan.
Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar
Berbahasa; anak mampu mendengar, berkomunikasi secara lisan dan semakin bertambahnya
perbendaharaan kata, sehingga anak-anak sudah dapat melafal-kan kata dan kalimat dengan benar dan
memahami apa yang diucapkan oleh orang lain, bahkan mampu menceritakan pengalamannya secara
sederhana dan urut. Melalui arahan yang baik di RA Al-Mourky, anak mendapat kesempatan belajar
bersama, berbicara dengan teman, bekerja dan bermain juga dapat dilakukan secara keoperatif dan mereka
tekun melakukannya.
Kognitif; aspek ini dapat dikembangkan pada segala kegiatan, misalnya dapat dikembangkan
kemampuan memahami konsep sederhana. Anak-anak diminta mengelompokkan benda menurut ciri ukuran
dan jenis, membedakan berat- ringan, jauh-dekat, panjang-pendek, tinggi-rendah bahkan benda yang
dimasukkan ke dalam air yang menunjuk-kan konsep tenggelam dan terapung, kegiatannya dapat dilakukan
dengan menggunakan alat permainan yang ada.
Fisik/motorik; anak-anak dapat melakukan aktivitas fisik baik untuk melibatkan motorik kasar dan
motorik halus. Kegiatan mi sangat berrnanfaat bagi pertumbuhan fisik anak.
Seni musik/ritmik, musik hanya satu bagian dan seni pada umumnya. Anak dapat bernyanyi lebih
dan 7 buah lagu secara berurutan yang disesuaikan dengan tema pembelajaran. Anak dapat
mengekspresikan gerakan berdasarkan lagu, termasuk gerakan pantomim bahkan mampu mengucapkan sair
dengan intonasi yang menarik.
Beberapa tahapan pelaksanaan yang harus dilalui adalah sebagai berikut: (1) Tahapan persiapan,
meliputi:(a) Persiapan sarana bermain (b) Persiapan anak-anak yang akan memeran-kan
tokoh. (c) Persiapan materi; Hal ini dilakukan agar anak dapat mengetahui tugas yang dia lakukan. (2)
Tahapan pelaksanaan; kegiatan bermain peran dilaksanakan dalam dua cara yakni bermain peran makro
dan bermain peran mikro. Bermain peran makro adalah menggabungkan beberapa peran dalam satu
rangkaian peran sedangkan bermain peran mikro setiap peran dilakukan secara terpisah dengan waktu yang
berbeda pula pada awalnya anak yang ditunjuk merasa canggung, tetapi giliran berikutnya anak-anak sudah
bisa melakukan dengan baik sampai semua anak mendapat giliran melaksanakan tugasnya. (3) Tahapan

Page 8 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

penutup; guru menanyakan kembali peran yang dimainkan, menanyakan alat-alat yang digunakan dalam
permainan, tugas setiap tokoh yang diperankan dan diakhiri dengan menyanyi bersama, membersihkan dan
mengatur alat-alat yang digunakan serta dapat mengembalikannya pada tempat semula.
Perkembangan Kecerdasan Linguistik dan Interpersonal Melalui Bermain Peran.
Bermain peran memang bukan menjadi satu-satunya yang dapat mempercepat dan menggali potensi
anak, banyak sederet cara yang dapat dilakukan, tetapi peneliti khusus menyoroti kegiatan bermain peran
dalam menggali dan mengeksplorir potensi anak. Seperti halnya kecerdasan linguistik melalui pembelajaran
bermain peran. Kecerdasan tersebut dapat ditelusuni seperti berikut ini: (1). Kecerdasan linguistik
yang paling menonjol adalah kemampuan berkomunikasi sesama teman. Contoh yang dapat mewakili
adalah peran dokter dan polisi. Perbendaharaan kata anak bertambah dengan menyebutkan alat- alat yang
digunakan oleh dokter, seperti jarum suntik, teteskop, nama-nama penyakit dan beberapa obat sementara
pada kegiatan peran polisi seperti zebra cross/jalur penyeberangan, mengenal fungsi-fungsi tanda-tanda lalu
lintas serta manfaatnya. Kemampuan penguasaan kata seiring bergilirnya peran-peran yang dimainkan. (2).
Kecerdasan interpersonal
Pada semua peran yang dimainkan selalu berhubungan dengan orang lain. Dokter menolong orang
sakit, polisi membantu penyeberang jalan, tetapi dalam pembelajaran sering mengalami situasi tidak
konklusif, anak-anak ribut ada yang menangis karena merasa diejek dan dingganggu oleh. Di RA Al-
Mourky hal yang demikian dilakukan dengan bernyanyi bersama, bermain bersama, membuat bangunan
dari balok-balok kayu yang dilakukan secara berkelompok. Suasana bersama selalu diciptakan termasuk
bertukar makanan atau membagi makanaan kepada temannya yang mungkin tak sempat membawa makan
dan dan cukup hanya membawa beberapa bungkus biskut.
Perkembangan Kepribadian Peserta Didik
Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah sebuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam psikologi, meskipun istilah ini
digunakan sehari-hari. Kepribadian yang sesungguhnya adalah abstrak (ma’nawiyah), sukar dilihat atau
diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek
kehidupan.Misalnya dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah, baik yang ringan maupun yang kuat.
Orang awam dengan mudah mengatakan bahwa seseorang itu punya kepribadian baik, kuat dan
menyenangkan, sedangkan ada pula orang yang mengatakan bahwa mempunyai kepribadian lemah, tidak
baik atau buruk dan sebagainya. Sehingga dengan kata lain pribadi atau kepribadian itu dipakai untuk
menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang ada pada seseorang.
Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum
tentang kepribadian.Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseorang dengan mencoba
mengetahui struktur kepribadiannya.Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap
sejarah hidup, cita-cita dan perasaan-perasaan yang dihadapi seseorang. Pandangn konvergensi mengatakan
kepribadian seseorang pada suatu saat (misalnya pada saat sedang diperiksa) adalah produk (hasil) dari
suatu proses yang dimulai pada saat orang itu lahir dengan membawa bakat-bakatnya yang berlangsung
terus melalui pengalaman sampai pada saat tersebut.Dalam pemeriksaan psikologis, kita mencoba
untuk menganalisis dan membuat kesimpulan-kesimpulan dari riwayat hidup seseorang melalui
wawancara dan hasil psikotesnya, sehingga kita dapat mencoba mengenal seseorang dengan baik
dan tepat.
Pendefinisian Kepribadian Oleh Sebagian Para Pakar
Stern : Kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik,
kemampuannya bertahan, membuka diri, serta memperoleh
pengalaman.
Alwisol : Bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi
satu kesatuan, tidak terpecah belah dalam fungsi-fungsi.
Allport : Susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang
akan menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap
lingkungan.
Koendjaraningrat : Merupakan ciri dari watak yang diperlihatkan seseorang dari lahir
sampai sepanjang hayat.
Gordon Allport : Sesuatu yang bisa berubah secara teratur, bertumbuh dan
berkembang.
George Herbert Mead : Tingkah laku manusia dalam berkembang dan berlangsung seumur
hidup, dengan berinteraksi dengan anggota masyarakat.

Page 9 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

Nur Yahya dan Nur Ihsan : Terjemahan dari Bahasa Inggris “Personality” dari Bahasa Latin
yaitu PERSONA yang bermakna TOPENG.
Guildford : Pola sifat-sifat yang unik dari seseorang.
Theodore M. Newcombe : Merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki oleh seseorang, sebagai
latar belakang terhadap perilaku.
Aspek-Aspek Kepribadian
Aspek Kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar.
1) Yang dikerjakan oleh lisan, seperti membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu yang
bermanfaat dan mengerjakannya.
2) Yang dikerjakan oleh anggota tubuh lain, seperti berbakti kepada orang tua, memenuhi
kebutuhan, menetapkan suatu berdasarkan musyawarah, memenuhi peraturan, menghormati orang lain
dan sebaginya.
Aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan tidak ketahuan dari luar. Seperti mencintai Tuhan
dan agamanya, mencintai dan memberi tanpa pamrih, ikhlas dalam beramal, sabar tidak sombong,
pemaaf, tidak mendendam, dan lain-lain.
Aspek kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, meliputi
sistem nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah
kehidupan individu. Bagi yang beragama aspek inilah yang menentukan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Yoesoef Noessyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam empat daerah bagian atau aspek,
yaitu :
a. Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.
b. Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara bereaksi dan
bergerak.
c. Watak sebagai konstanta dan hasrat, perasaan dan kehendak pribadi mengenai nilai- nilai.
d. Kecerdasan, bakat, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi
Proses Perkembangan Kepribadian Anak
1) Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku sebagai pribadi
yang sudah dan benar atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya dan hal
yang penting adalah keteladanan itu sendiri.
2) Identifikasi yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku
seseorang yang menjadi idolanya.
3) Proses coba-coba (trial and error) yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral
semacam coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus
dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan.
Proses perkembangan kepribadian Remaja
Dalam proses pembentukan kepribadian seorang remaja, hal yang paling mempengaruhi adalah
sekolah. Pentingnya sekolah dalam memainkan peranan pada diri siswa dapat dilihat dari realita sekolah
sebagai tempat yang harus dihadiri setiap hari. Sekolah memberi pengaruh kepada anak secara dini seiring
dengan masa perkembangan konsep diri, anak- anak menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah dari pada
di rumah.Di samping itu sekolah memberi kesempatan siswa untuk meraih sukses serta memberi
kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.
Adapun proses perkembangan kepribadian sebagai runtutan atau tahapan awal dalam pencapaian
sempurnanya jiwa yang dilakukan dengan menilai dari pembentukan akhlak terlebih dahulu yang
mewujudkan ketaqwaan terhadap Tuhan.
Pengertian Kepribadian
Secara etimologis, kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”.
Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari Bahasa Latin “person” (kedok) dan
“personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk
memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
personare adalah bahwa para pemain sandiwara itu dengan melalui kedoknya berusaha menembus keluar
untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu. Misalnya, seorang pemurung, pendiam,

Page 10 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

periang, peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi, persona itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi
gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik hereditas (pembawaan) maupun lingkungan
(seperti fisik, sosial, kebudayaan, spiritual). (1) Fisik:Faktor fisik yang dipandang mempengaruhi
perkembangan kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau tinggi), kecantikan (cantik
atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacat), dan
keberfungsian organ tubuh. (2) Intelegensi: Tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadiannya. Idividu yang intelegensinya tinggi atau normal biasa mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar, sedangkan yang rendah biasanya sering
mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (3) Keluarga:
Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang
dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua memberikan curahan
kasih sayang, perhatian serta bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan kepribadian
anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang
broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan nilai-
nilai agama dalam keluarga, maka perkembangan kepribadiannya cenderung akan mengalami distorsi atau
mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya.
Perkembangan Sosial Peserta Didik
Menurut Hurlock perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan perilaku yang sesuai dengan
tuntutan sosial dengan perilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang di berikan oleh
kelompok sosial, dan memiki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya. Untuk mencapai kemampuan
tersebut, orang perlu melalui tiga proses, yaitu:
1. Belajar bertingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan setiap
lingkungan sosial memiliki standart tingkah laku bagi para anggotanya. Anak perlu mengetahui dan
meyesuaikan perilakunya dengan standart tersebut.
2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Misalnya, peran sebagai anak dirumah, sebagai
murid di sekolah dan sebagai teman bermain.
3. Perkembangan sikap sosial, yakni sikap positif terhadap lingkungan sosial dan aktivitas sosial akan
membantu anak untuk bermasyarakat dengan baik.
Lebih lanjut Hurlock (1980) mengungkapkan terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kemampuan
sosialisasi antara lain :
1. Adanya kesempatan untuk bersosialisasi. Semakin besar kesempatan, anak akan semakin terlatih
dalam bersikap dan memberi respon terhadap situasi sosial.
2. Kemampuan berkomunikasi dengan topik menarik bagi orang lain.
3. Adanya motivasi untuk bersosialisasi. Anak dapat memiliki motavasi tinggi untuk bersosialisasi
apabila memeroleh kepuasan hubungan yang terjalin dengan orang lain sehingga anak cenderung
mengulang dan memperluas hubungan tersebut.
Metode belajar yang efekif adalah dengan bimbingan dari orang dewasa bagaimana berperilaku
dan memilih teman yang baik.
Syamsul Yusuf menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula di artikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama
Karakteristik Teori Perkembangan Sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikap yang bekerja
sama atau mau memperhatikan kepentingan orang lain. Berkat perkembangan sosial anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat. Dalam
proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial dapat di manfaatkaan atau di maknai dengan
memberikan tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling
menghormati dan tanggung jawab. Pada masa remaja berkembang “ social cognition “ , yaitu kemampuan
untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut
sifat bribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sifat “ conformity “ ,
yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain. Apabila kelompok teman sebaya yang di ikuti menampilkan sikap dan perilaku yang

Page 11 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

secara moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan maka kemungkinan besar anak tersebut akan
menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, bila kelompok itu menampilkan sikap dan perilaku yang
melecehkan nilai moral anak akan melakukan perilaku seperti kelompok tersebut. Selama masa dewasa,
dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks di bandingkan dengan masa-masa
sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang luas. Pola dan tingkah laku
sosial orang dewasa berbeda dengan orang yang lebih muda. Hal itu di sebabkan oleh peristiwa kehidupan
yang di hubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini orang melibatkan khusus pada
karier, pernikahan, dan berkeluarga.
Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interaksi
sosial diantaranya :
1) Pembangkangan
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan
disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah
laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 3 tahun dan mulai
menurun pada usia empat atau lima tahun. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak
memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol dan sebagainya, sebaiknya orang
tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju ke arah
independent.
2) Agresif
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik maupun kata-kata. Agresif merupakan salah satu
bentuk reaksi terhadap rasa frustasi. Biasanya bentuk ini di wujudkan dengan menyerang seperti ;
mencubit, menggigit, menendang dsb. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi
agresifitas anak.
3) Berselisih atau bertengkar
Terjadi apabila anak merasa terganggu oleh sikap dan perilaku orang lain. Seperti direbut
mainannya.
4) Menggoda, yaitu serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk ejekan atau cemoohan.
5) Persaingan, yaitu keinginan untuk melebihi orang lain.
6) Kerja sama, yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain.
7) Tingkah laku berkuasa, yaitu sejenis tingkah laku menguasai situasi sosial, seperti meminta,
menyuruh dan mengancam orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya,
8) Mementingkan diri sendiri, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya.
9) Simpati yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang
lain. Seiring bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sifat selfish-nya dan mulai
mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
1) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan
mengembangkan kepribadian anak lebih banyak di tentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika
berinteraksidengan orang lain banyak di tentukan oleh keluarga.
2) Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baikdi perlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu
mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasihat orang lain, memerlukan
kematangan intelektual dan emosional, di samping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat
menentukan.
3) Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial sangat di pengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat.
Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif tang telah di tanamkan oleh
keluarganya.
4) Pendidikan
Pendidikan adalah proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.

Page 12 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

5) Kapasitas mental : Emosi dan Intelegensi


Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal,seperti kemampuan belajar,
memcahkan masalah, dan berbahasa.Perkembangan emosi berpengaruh sekali terhadap perkembangan
sosial anak.Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa baik. Oleh karena
itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan
sosial anak.
Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat melahirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu
terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulan dengan
orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang
merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide dan teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan
orang lain, termasuk pada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan
menyalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya nenurut alam
pikirannya;
Disamping itu pengaruh egosentris sering terlihat, di antaranya :
1) Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat
lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktisyang mungkin menyebabkan tidak
berhasilnya menyebabkan persoalan.
2) Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum di sertai pendapat orang lain dalm
penilaiannya. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi
orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan mengakhiri masa remaja sudah sangat kecil rasa
egonya sehingga mereka dapat bergaul dangan baik.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut. (1)
Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan
meningkatnya kenutuhan hidup manusia. (2) Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam
masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan
remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya. (3)
Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak,
status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi. (4)
Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap
tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan
sebagainya. (5) Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak terjadinya konsepsi yaitu
pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung terus dalam kandungan
kemudian lahir sampai usia tua dan akhirnya berjhenti pada kematian. (6) Dari lahir sampai tua
perkembangan dibagi dalam empat periode yaitu periode anak, periode remaja, periode dewasa dan
periode tua dimana masing-masing periode tidak berdiri sendiri secara terpisah melainkan saling berkaitan.
Periode yang mendahului merupakan dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki
karakteristik sendiri- sendiri.

Daftar Referensi:
2007. Perkembangan Sosial Anak. (Online). (http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/).
Diakses tanggal 2 Nopember 2011.
2010. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-
mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang- perkembangan-hubungan.html). Diakses tanggal 2
Nopember 2011.
2014. Perkembangan Sosial Peserta Didik. (Online).
(http://arbilian.blogspot.com/2014/10/perkembangan-sosial-peserta-didik.html). Diakses tanggal 08
November 2020.
2020. Konsep Pendidikan Anak dalam (https://www.neliti.com/id/publications/235716/konsep-
pendidikan-anak-dalam-perspektif-al-ghazali-implikasinya-dalam-pendidikan.html). Diakses tanggal 08
November 2020.
Annemarie Schimmel, Gabriel’s Wings: A Study Into the Religious Ideas of Sir Muhammad Iqbal
(Leiden: Brill Archive, 1963), , 120-121.
Crow, L., & Crow, A. (1989). Psyichology Pendidikan. Yogyakarta: Nurcahaya.

Page 13 of 14
Jurnal: MK. Psikologi Pendidikan (Kelompok IV) 2020

Day, B. (1994). Early Chilhood Education, Developmental/Experiential Teaching and Learning.


New York: Macmillan College Publishing Company.
Depdikbud. (2000). Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Pada Kelompok Bermain. Jakarta:
Depdikbud.
Internet (artikel dalam jurnal online): Musaddad Harahap. 2016. Esensi Peserta Didik dalam
Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Al-Thariqah. (Online), Vol. 1, No. 2, (http://www. fis.uir.ac.id, diunduh 20
November 2020).
Sunarto, Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Rismiati. 2000. Konsep Manusia menurut Psikologi Behavioristik; Kritik dan Kesejalanan dengan Konsep
Islam dalam Metodologi psikologi Islam. Yogyakarya: Pustaka Pelajar.
Schultz, Duane. 1981. Theories of Personality. Second Edition. California: Brooks/Cole Publishing
Company, Monterey.

Page 14 of 14

Anda mungkin juga menyukai