Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BK - BELAJAR 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki kelemahan dan kelebihan.
Selain itu, manusia tidak dapat hidup dan tidak berdaya tanpa bantuan oang lain. Bantuan
yang diberikan oleh manusia lain itu sebagai perwujudan bahwa manusia adalah makhluk
sosial. Bermacam-macam cara yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam
membantu individu lainnya. Misalnya para guru membantu para orang tua dalam mendidik
anaknya. Anak berperan sebagai peserta didik sehingga setiap guru harus mempunyai
tanggung jawab untuk ikut berperan dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dan
mengajarkan ilmu agar kelak dapat menjadi insan yang berintelektual dan berguna bagi
keluarga dan lingkungan sekitarnya. Meskipun peran guru ini sebenarnya bukan komponen
utama dalam menentukan kepribadian peserta didiknya.
Buchori (1982:92) mengungkapkan kepribadian berarti integrasi dari seluruh sifat
seseorang baik sifat-sifat yang dipelajarinya maupun sifat-sifat yang diwarisinya, yang
menyebakan kesan yang khas, unik pada orang lain.
Oleh karena itu dalam belajar dan bimbingan konseling ini di butuhkan berbagai
faktor yang harus di mengerti oleh pendidik. Dan untuk itu juga disini kami ingin
memberikan sedikit informasi mengenai berbagai hal yang ada dalam proses Bimbingan dan
Konseling belajar

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, berikut beberapa rumusan masalah
yang akan kami bahas lebih lanjut dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa Pengertian belajar, hakikat bimbingan dan belajar ?
2. Apa Masalah-masalah belajar dan kesulitan belajar ?
3. Apa Latar belakang masalah atau kesulitan belajar ?
4. Bagaimana Mendiagnosis & mengidentifikasi siswa yang mengalami masalah belajar
/ kesulitan belajar ?
5. Bagaimana Bimbingan / Bantuan Terhadap Siswa Yang Mengalami Masalah Belajar /
Kesulitan Belajar ?
6. Bagaimana Keterampilan dalam memecahkan kasus / kesulitan belajar ?
7. Bagaimana Peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kesulitan belajar ?
8. Bagaimana Belajar Efektif dan Efisien ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian, hakikat bimbingan dan belajar.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah belajar dan kesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui latar belakang masalah atau kesulitan belajar.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 1


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

4. Untuk mendiagnosis & mengidentifikasi siswa yang mengalami masalah


belajar/kesulitan belajar.
5. Untuk mengetahui bagaimana bimbingan/bantuan terhadap siswa yang mengalami
masalah belajar/kesulitan belajar.
6. Untuk mengetahui ketrampilan-ketrampilan yang bisa digunakan dalam memecahkan
kasus/kesulitan belajar.
7. Untuk mengetahui bagaimana peran bimbingan & konseling dalam mengatasi
kesulitan belajar.
8. Untuk mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan efisien.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 2


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian belajar, hakikat bimbingan dan belajar


Belajar adalah sebuah proses yang menjadikan perubahan kepribadian manusia,
dimana perubahan tersebut dapat dilihat dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku. Misalnya, dalam ilmu pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya fikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Sementara itu, ada juga yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar
adalah mencari ilmu, ada juga yang mengartikan belajar dengan istilah menyerap
pengetahuan, dalam hal ini perlu dipertanyakan, Apakah pola belajar yangseperti itu bisa
membuat seseorang menjadi tumbuh dn berkembang ? Atau hanya mampu menyerap dan
merafalkannya saja tanpa tahu arti dari hal yang dipelajarinya secara jelas ?
Tidak sedikit juga yang memformulasikan dengan arti yang berbeda-beda karena
adanya kenyataan bahwa perbuatan belajar itu sendiri bermacam-macam.
Sebagaimana definisi baelajar menurut para ahli di bawah ini :
1. Winkel : Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilakn perubahan - perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap.
2. Nasution : Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan.
3. Ernest H. Hilgard : Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia
belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi
daripada sebelum itu.
4. Ahmadi A. : Belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia.
5. Oemar H. : Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang
yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
6. Cronbanc : Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu
menggunakan panca indranya.
7. Noehi Nasution : Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau
berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil terbentuknya respon utama, dengan syarat
bahwa perubahan atau munculnya perilaku baru itu bukan disebabkan oleh adanya
kematangan atau adanya perubahan sementara karena suatu hal.
8. Snelbecker : Belajar adalah harus mencakup tingkah laku dari tingkat yang paling
sederhana sampai yang kompleks dimana proses perubahan tersebut harus bisa dikontrol
sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal.
9. Witerington : Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian sebagaimana
dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respontingkah laku yang baru
nyata dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan, kesanggupan, dan sikap.

Berdasarkan definisi-definisi belajar diatas, maka dapat di simpulkan bahwa secara


umum belajar dapat di pahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku yang relative
menetap dan terjadi sebagai hasil pengalaman dan interaksi yang disebabkan adanya latihan.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 3


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

Sedangkan hakikat bimbingan dan belajar itu sendiri adalah bagian dari proses
pembelajaran yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan pemikiran atas
kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan kehidupannya, yang pada akhirnya dapat
memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti
dalam masyarakat.
Sama halnya dengan belajar, bimbingan juga mempunyai banyak definisi menurut para
ahli antara lain :
1. Crow&Crow, 1960 : Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik
laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan
baik kepada individu-individu setiap manusia untuk membantunya mengatur kegiatan
hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan
sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
2. Shrtzen dan Stone, 1981, : Guidance is the process of helping individuals to understan
themselves and their world. Menurut definisi tersebut, bimbingan diartikan sebagai
proses membantu perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
3. Frank Parson,1951 : Merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni
bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai
kemajuan dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.
4. Bernad & Fullmer,1969 : Bimbingan dilakukan untuk meningkatkan perwujudan diri
individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk
mengaktualisasikan diri dengen lingkungannya.
5. Mathewson,1969 : Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan
proses belajar yang sistematik dan sebagai pendidikan dan pengembangan yang
menekankan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan
diperoleh melalui proses belajar.

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat
diambil kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, adalah Suatu proses
pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh
seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat
memahami dirinya, lingkungannya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk
kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.

2.2 Masalah-masalah belajar dan kesulitan belajar.


Dalam melakukan sebuah proses pembelajaran tentu saja tidak hjarang kita
mengalami kesulitan dalam belajar, pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh
siswa yang berkemampuan belajar rendah, tapi juga siswa yang berkemampuan tinggi dan
rata-rata (normal). Hal itu disebabkan oleh factor-faktor tertentu dalam mencapai hasil yang
sesuai dengan harapan, dalam referensi lain jugan dijelaskan kesulitan belajar adalah suatu
kondisi dimana dalam proses belajar itu di tandai hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil yang sesuai dengan target masing-masing individu.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 4


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

Masalah kesulitan belajar ini tentunya disebabkan berbagai faktor diantaranya :


A. Faktor Intern yaitu faktor yang ada di dalam diri siswa yang meliputi :
a. Faktor fisiologi yaitu factor fisik dari siswa itu sendiri misalnya sakit atau cacat
tubuh.
b. Faktor psikologis yaitu berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang
di butuhkan dalam belajar misalnya kesiapan, ketenangan, rasa aman, selain itu yang
juga termasuk dalam factor psikologis adalah IQ yang dimiliki oleh siswa. Siswa
yang memiliki IQ cerdas (110 140 ) atau genius (diatas 140) memiliki potensi
untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan siswa yang tergolong IQ
sedang (90 110) tidak terlalu memiliki masalah walaupun pencapaiannya tidak
terlalu tinggi. Sementara siswa yang memiliki IQ dibawah 90 atau bahkan 60
tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar, untuk itu
maka orang tua serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki siswa didiknya.

B. Faktor Ekstern yaitu dari luar diri siswa yang meliputi :


a. Faktor-faktor sosial yaitu cara mendidik orang tua ketika berada dirumah. Anak-
anak yang tidak mendapatkann perhatian cukup tentu akan berbeda dengan anak-
anak yang mendapatkan perhatian cukup atau bahkan lebih dari lingkungan
keluarganya. Hal itu juga mempengaruhi potensi belajar anak.
b. Faktor Non sosial misalnya faktor guru di sekolah, alat-alat pembelajaran, kondisi
kelas serta kurikulum pembelajaran dan beberapa faktor lain yang terdapat pada
literature dan hasil riset ( harwell 2001) yaitu :
1. Faktor keturunan/bawaan.
2. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau premature.
3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang
merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa
kehamilan.
4. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau
pernah tenggelam.
5. infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan
belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
6. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik,
merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.

Riset menunjukkan bahwa apa yang terjadi selama tahun-tahun awal kelahiran
sampai umur 4 tahun adalah masa-masa kritis yang penting terhadap pembelajaran ke
depannya. Stimulasi pada masa bayi dan kondisi budaya juga mempengaruhi belajar anak.
Pada masa awal kelahiran samapi usia 3 tahun misalnya, anak mempelajari bahasa dengan
cara mendengar lagu, berbicara kepadanya, atau membacakannya cerita. Pada beberpa
kondisi, interaksi ini kurang dilakuan, yang bisa saja berkontribusi terhadap kurangnya
kemampuan fonologi anak yang dapat membuat anak sulit membaca.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 5


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah kondisi dimana
anak dengan kemampuan IQ rata-rata / diatas rata-rata namun memiliki ketidakmampuan /
kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses presepsi,
konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri dan fungsi
IQ sensori motorik.
Hal ini merupakan masalah yang cukup kompleks yang sering membuat para orang
tua binggung mencari jalan keluarnya, untuk itu di perlukan kesiagaaan dalam mengatasi
berbagai hal yang bisa saja terjadi pada siswa.

Masalah disiplin juga tidak kalah pentingnya. Anak-anak seharusnya sejak kecil
sudah harus di tanamkan jiwa disiplin. Jika tidak, sangat menentukan perkembangan karakter
anak tersebut. Dalam kebudayaan Bugis - Makassar ada istilah macangga-cangga atau
memandang enteng persoalan. Sering menunda-nunda jadwal belajar. Dalam menghadapi
perilaku anak seperti ini, hendaknya tidak mudah iba / kasihan sehingga mengambil alih
tugas anak, akan tetapi sebagai orang tua kita harus mengajarkan kedisiplinan kepada anak
semacam itu, agar dia tidak memudahkan hal-hal yang seharusnya dia lakukan sendiri.

2.3 Latar belakang masalah atau kesulitan belajar.


Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari nenurunya
kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan denga
munculnya kelainan perilaku (Misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak di dalam kelas,
megusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering keluar saat jam pelajaran
berlansung.
Dalam kegiatan pembelajaran, kita juga seringkali di hadapkan dengan sejumlah
karakteristik siswa yang beraneka ragam, antara lain :
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan tipe kepribadian dibagi
menjadi tiga, yaitu:
a. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati
kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil
bagian dalam aktivitas social.
b. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai
kontrol diri yang baik.
c. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang
disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan kepribadian terbagi menjadi
dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
a. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
b. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
c. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive),
neurotik.
d. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
e. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan,
menyendiri
f. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 6
MAKALAH BK - BELAJAR 2013

g. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.


h. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung,
impulsif, tidak bertanggung jawab.
i. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
j. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
k. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
l. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara


ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti
orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988)
menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di sekolah..

Melalui beberapa teori diatas, kita dapat mencari tahu bagimana dan seperti apa
karakteristik anak didik kita sehingga kita bisa dengan mudah mengambil tindakan dan
metode apa yang kita gunakan dalam melakukan pembelajaran.

2.4 Diagnosis & identifikasi siswa yang mengalami masalah belajar / kesulitan belajar.
Pada dasarnya belajar adalah usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu
sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yag lebih baik. Tapi kenyataannya para pelajar
sering kali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya sehingga membuatnya merasa gagal dan
frustasi atas potensi diri yang dimilikinya, dan pada akhirnya menimbulkan masalah bagi
perkembangan pribadinya. Sementara itu dalam menghadapi masalah adakalanya siswa
cenderung tidak bisa menyelesaikannya sendiri, atau bahkan tidak tahu pasti dimana pokok
masalah yang sebenarnya ia hadapi. Adapula yang tampak seolah-olah tidak mempunyai
masalah, tapi sebenarnya dia mampunyai masalah yang cukup berat. Biasanya hal ini terjadi
pada siswa yang cenderung menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Disinilah sekolah
berperan penting untuk membantu menyelesaikan masalah anak dididknya. Sesuai yang
diketahui sekolah sebagai lembaga pendididkan formal sekurang-kurangnya harus memiliki 3
fungsi utama yaitu :
a. Fungsi pengajaran yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan di bidang
pengetahuan dan ketrampilan.
b. Fungsi administrasi yaitu segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu,
baik personal, spiritual maupun material yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan
pendidikan disekolah seperti pelaksanaan pengelolaan pendidikan di sekolah sehingga
kita mengenal adanya administrasi Sekolah Dasar, Lanjutan, Perguruan Tinggi dan
sebagainya, diantaranya kepemimpinan Kepala Sekolah, Supervisi dan sebagainya.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 7


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

c. Fungsi pelayanan siswa yakni memberikan bantuan khusus untuk memperoleh


pemahaman diri, pengarahan, dan integrasi social yang lebih baik untuk menyesuaikan
diri dengan pribadi maupun lingkungannya. Dan setiap fungsi pendididkan itu pada
dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendididkan pada umumnya.

Diagnosis merupakan istilah teknis yang diambil dari bidang medis.


Menurut Thorndike dan Hagen (Abin Syamsudin, 2000: 307), diagnosis diartikan sebagai:
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang
dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-
gejalanya (symptons).
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau
kelemahan-kelemahan dan sebagainya yang esensial.
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala
atau fakta tentang suatu hal.

Dari pengertian di atas, terlihat bahwa dalam pekerjaan mendiagnosis bukan hanya
mengidentifikasi jenis, karakteristiknya dan latar belakang dari suatu kelemahan atau
penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan
kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Sedangkan kesulitan belajar siswa sendiri mencakup pengetian yang luas, diantaranya :
(a) learning disorder;
(b) learning disfunction;
(c) underachiever;
(d) slow learner,
(e) learning diasbilities.

Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.


1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya
terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil
belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang
sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan
mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan
adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka
dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 8


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi
intelektualnya.

Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai
hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan
sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir
mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-
bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat
ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula
ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai
dengan karakteristik murid yang bersangkutan. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh
siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari
secara menyeluruh.
Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat
rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami,
mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas
akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan
manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau
menyesal, dan sebagainya.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 9


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai
tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran
tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan
ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat
digolongkan ke dalam under achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai
prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke
dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi
pengulang (repeater)
4. Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang
mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan,
sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan
mengalami kesulitan belajar.

2.5 Bimbingan / Bantuan Terhadap Siswa Yang Mengalami Masalah Belajar /


Kesulitan Belajar.

Siswa yang hadir di sekolah untuk memperoleh layanan pembelajaran terdiri dari
beragan jenis keunggulan dan permasalahan. Setiap siswa ini, memiliki kemampuan atau
kelebiahan yang berbeda beda begitu pula dengan kekurangan atau ketidakmampuannya.
Dari berbagai kekurangan atau ketidakmampuan yang menjadi masalah bagisiswa salah
satunya adalah kesulitan untuk belajar, jangankan anak berbakat atau berpotensi, anak
bodohpun membutuhkan atau lebih membutuhkan seseorang yang data memahami serta
menghargai kekurangan atau ketidakmampuannya, atau orang yang mampu memecahkan
masalahnya itu. Hal ini dikarenakan karena sifat dasar anak berbeda beda, baik
tempramennya, gesca, sikap, maupun emosinya. Begitu juga dengan siswa yang kesulitan
belajar, akan berbeda dengan anak yang normal lainnya dan begitu jelas.
Bimbingan belajar merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar dengan tujuan agar siswa dapat memahami diri sendiri, mampu mengatasi masalah/
kesulitan yang dialami siswa tersebut, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan
dapat menyalurkan potensi yang dimilikinya. Alasan pemberian bimbingan belajar karena
kesulitan dalam belajar itu termasuk dalam masalah pribadi yang dapat menghambat tujuan
pembelajaran.
Pemberian bimbingan belajar siswa, guru perlu memperhatikan hal-hal yang melatar
belakangi siswa mengalami kesulitan belajar. Namun dalam praktiknya guru dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa hanya mengulangi materai yang pernah diajarkan, belum
dikuasai siswa dan tidak melihat penyebab utama siswa tidak menguasai materi pelajaran itu.
Kondisi ini berakibat pada pemecahan kesulitan belajar anak tidak dapat terselesaikan dengan
baik. Salah satu langkah awal dalam mengatasi kesulitan belajar tersebut adalah dengan
mencari penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa mencari solusi pemecahan yang tepat
KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 10
MAKALAH BK - BELAJAR 2013

dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa
tersebut.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang prosesnya rumit, karena
tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun
tindakan yang harus dilakukan terutama bila 2diinginkan hasil belajar yang lebih baik. Salah
satu cara meningkatkan hasil belajar adalah mengatasi kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa.
Mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa melalui pemberian bimbingan
belajar merupakan bagian tugas guru sebagai pendidik. Hal ini sejalan dengan Fetty
Kartikawati (1977) mengemukakan bimbingan adalah suatu proses pemberitahuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, Penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam
mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan,
secara umum, anak/siswa yang kesukitan belajar atau siswa yang mengarah kepada siswa
bodoh dapat diartikan sebagai anak yang mempunyai masalah kelemahan atau kekurangan
dalam hal berpikir atau intelegensinya kurang.
Betapapun pentingnya bimbingan harus diberikan kepada siswa tertentu, karena
tugas utama seorang guru harus berpase pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar
(PBM). Oleh karena itu sejumlah kemungkinan layanan bimbingan hanya beberapa saja yang
benar-benar berkaitan secara langsung dengan PBM, tugas lainnya merupakan kompetnsi dari
layanan khusus bimbingan dan pelayanan di sekolah. Kegiatan bimbingan itu berjalan paralel
dan berdampingan serta berurutan logis dengan kegiatan Evaluasi dan Pengajaran dalam
kerangka suatu pola PBM yang lengkap.

Adapun beberapa Metode yang digunakan dalam bimbingan ini, antara lain:
a.Observasi (pengamatan)
Observasi yakni teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan
(tingkah laku) anak di kelas. Karena sikapnya mengamati, maka alat yang cocok untuk teknik
ini adalah Panca Indra penglihatan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2. Direncanakan secara sistematis.
3. Hasil yang dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4. Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi ini dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis, yaitu:
1. Observasi Sehari-hari, saat kita melakukan Proses Belajar Mengajar.
2. Observasi Sistematis
3. Observasi Partisipatif
4. Observasi Nonpartisipatif
b. Dokumentasi
Dokumentasi ini meliputi Lapor dan Buku Leger karena kita bisa tahu perkembangan
anak dari hasil catatan guru selama Proses Belajar Mengajar di nilai anak yang mengalami
kelemahan atau ketidak mampuan (anak bodoh) akan menunjukan tingkat prestasi yang jauh
tertinggal dari anak-anak normal lainnya. Tapi disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 11


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

c. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi melalui
komunikasi langsung dengan sesponden (orang yang diminta informasi) atau orang yang
bersangkutan dengan bimbingan.

2.6 Keterampilan dalam memecahkan kasus / kesulitan belajar.


Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah
karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak
sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Dan untuk
itu kita sebagai pendidik harus mempunyai keterampilan dalam memecahkan masalah
kesulitan belajar anak didik kita, agar masalah tersebut tidak semata-mata menjadi beban bagi
anak didik dan juga kita sebagai pengajar. Hal ini dapat ditempuh melalui berbagai cara
antara lain :
a. Menerapkan Model Pembelajaran yang menyenangkan.
Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003)
mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum
Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
(2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and
Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul
(Modular Instruction).

Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut

(1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)


Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL
merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan
dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar


kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi
mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen
yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta
didik
2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara
khusus (dari umum ke khusus)
3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep
KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 12
MAKALAH BK - BELAJAR 2013

sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari
orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
4. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang
dipelajari.
5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang
dipelajari.

(2) . Bermain Peran (Role Playing)


Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama,
komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian Melalui bermain peran, peserta didik
mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan
mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi
parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
(3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003)
menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional
dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi
dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan
peserta didik.
Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:
1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan
membelajarkan
3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan
belajarnya.
4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
6. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
7. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
8. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.

(4) Belajar Tuntas (Mastery Learning)


Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik
mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi
yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal,
pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari
strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan
belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik
untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan
KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 13
MAKALAH BK - BELAJAR 2013

belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar
dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya.
Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar
tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi
adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta
didik.
Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta
didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik
dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).

Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas dalam hal
berikut :
(1) pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang
diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test);
(2) peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar
menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan;
(3) pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal mencapai
taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif).

Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak


diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar tuntas mencapai hasil yang
optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik hardware maupun software, termasuk
penggunaan komputer (internet) untuk mengefektifkan proses belajar.

(5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)


Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai
dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pembelajaran dengan sistem modul
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas
tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan
sumber belajar apa yang harus digunakan.
2. Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk
melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul
harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai
dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan
belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan
pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.
3. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta
memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak
sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan
kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 14


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

4. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik
dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak
menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
5. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar
peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam
mencapai ketuntasan belajar.

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa


komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar
kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban.
Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai berikut :
1. Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal
yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.
2. Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta
didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan
tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan.
3. Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui
kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah
perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut.
4. Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus,
diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan
belajar yang dicapainya.
6. Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan
digunakan oleh peserta didik.
7. Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada
tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul.

Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan
mengatur proses belajar, antara lain : (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif; (2)
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau
pelaksanaan tugas; (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.

Sementara itu, Gulo (2005) memandang pentingnya strategi Pembelajaran Inkuiri.


Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi
timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu :
a. aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang
mengundang siswa berdiskusi;
b. berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya;

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 15


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

c. penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan


validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian
hipotesis,

Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:


1. Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap
masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.
2. Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan
hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b)
melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan
3. Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa,
terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan
mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data,
menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari :
melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan
trend, sekuensi, dan keteraturan.
4. Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna
hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai


konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan
merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan dalam pembelajaran
atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru.
Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat
ditempuh melalui berbagai media diantaranya media pembelajaran dan pembelajaran lain,.
Metode dan media pembelajaran ini juga berfungsi sebagai wadah bagi guru untuk
melakukan serangkaian upaya untuk anak didiknya seperti kegiatan refleksi, penemuan
masalah, pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan keterampilan
dalam mengelola pembelajaran.

2.7 Peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kesulitan belajar.


Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang terintegrasi dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah
usaha sadar yang dilakukan oleh guru pembimbing bersama siswanya untuk
mencapai kemandirian dalam keseluruhan proses kehidupan, baik sebagai individu, anggota
kelompok,keluarga atau masyarakat pada umumnya. Banyaknya terjadi kasus-kasus
KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 16
MAKALAH BK - BELAJAR 2013

menyimpang dari aturan sekolah yang berlaku, yang disebabkan oleh factor-faktor dari dalam
maupun dari luar. Artinya baik masalah yang datang atau timbul dari sokolah itu sendiri
maupun dari luar sekolah , seperti keluarga masyarakat , maupun lingkungannya itu
sendiri. Jadi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru pembimbing serta staf staf yang ada
disekolah tidak mampu mengatasi itu semua.
Jadi disini di butuhkan atau dihadirkan seorang guru yang bisa mengatasi itu semua.
Dimana guru tersebut telah memenuhi kriteria, dan keahlian dalam bidang tersebut yaitu
mengatasi masalah siswa nya.

Dalam hal ini Bimbingan dan Konseling dapat memberikan layanan dalam :
(a) bimbingan belajar, (b) bimbingan sosial, (c) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah
pribadi.
a. Bimbingan belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan
dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain
meliputi:
1. Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual
2. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
5. Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran

Di samping itu Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling
mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
1. Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi
mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
2. Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan
muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan
sebagainya.

b. Bimbingan sosial
Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan kelompok. Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial,
sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977)
bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk :
1. Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.
2. Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
3. Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.

c. Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi


Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah
pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah
dan belum dapat diatasi/ dipecahkannya, akan cenderung mengganggu konsentrasinya dalam
KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 17
MAKALAH BK - BELAJAR 2013

belajar, akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah. Menurut Ibu St. Rafah ada beberapa
masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat konflik antara
lain:
1. Perkembangan intelektual dengan emosionalnya
2. Bakat dengan aspirasi lingkungannya
3. Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
4. Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
5. Situasi sekolah dengan situasi lingkungan
6. Bakat pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan/keengganan mengambil
pilihan.

Peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar.


Tujuan pendidikan nasional berlaku bagi semua jenis sekolah dan dilaksanakan dengan
ciri-ciri khas dari setiap jenjang pendidikan sekolah. Dengan kata lain, tujuan institusional
harus diselaraskan dengan tujuan pendidikan nasional dan merupakan suatu konsentrasi yang
harus membawa tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan siswa perlu dapat bimbingan agar mereka dapat
membina sebanyak mungkin dari pengalaman disekolah. Akan tetapi kemampuan guru dalam
membimbing anak didiknya terbatas, sedangkan masalah yang dihadapi anak didik semakin
hari semakin kompleks. Dari semacam kondisi inilah peranan bimbingan dan penyuluhan
diperlukan, dalam rangka memanimalisasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
Tujuan akhir pelayanan bimbingan ini sama dengan tujuan pendidikan di sekolah, tetapi
cara untuk sampai pada tujuan itu lain yang digunakan dalam bidang-bidang pendidikan
sebagaimana yang dikemukakan oleh W.S. Winkel :
Bimbingan disekolah menengah merupakan bidang khusus dalam keseluruhan
pendidikan sekolah yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli yang telah
disiapkan untuk itu.
Ciri khas dari pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental atau
psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian
bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin untuk mengambil manfaat
sebanyak mungkin dari pengalamannya disekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan
tuntunan kehidupan dalam masyarakat sekarang. (Winkel, 1991:28)
Dengan adanya peranan dan bimbingan terserbut diharapkan semua persoalan yang
dihadapi anak didik dapat diantisipasi sedini mungkin. Menurut Bimo Walgito bimbingan
dan penyuluhan di sekolah dapat dilaksanakan dengan bermacam sifat :
1. Preventif, yaitu bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan
sampai timbul kesulitan yang menimpa diri anak atau individu.
2. Korektif, yaitu memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
individu.
3. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik, jangan sampai
menjadi keadaan yang tidak baik (Walgito, 1984:26)

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 18


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

Dari uraian diatas dapat ditarik benang merah bahwa peranan dari pada bimbingan
dan penyuluhan sangat diperlukan oleh siswa dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pada
pendidik dan pengajaran.

2.8. Belajar Efektif dan Efisien.


Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk
mendapatkan perubahan yang lebih baik, misalnya : dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
terampil menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan
sesuatu dan lain sebagainya. Perubahan tersebut merupakan perubahan yang timbul karena
adanya pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan menuntut ilmu.
- Proses belajar adalah mengalami, berereaksi dan melampaui ( under going ).
- Disengaja, bahwa proses belajar timbul karena ada suatu niatan

Landasan utama dalam mencapai keberhasilan belajar adalah kesiapan mental. Tanpa
kesiapan mental, maka tidak akan dapat bertahan terhadap berbagai kesukaran (kesulitan)
yang dihadapi selama belajar.
Setiap peserta didik hendaknya mempunyai minat yang besar terhadap semua mata
diklat yang diterima di sekolah. Suka atau tidak suka semua mata diklat harus ditempuh.
Sikap membenci mata diklat tidak ada manfaatnya, yang terbaik adalah mengambil sikap
positif dengan berusaha menyukai semua mata diklat yang diajarkan. Karena suka tidak suka
mata diklat tersebut harus ditempuh pada jenjang pendidikan yang mereka ikuti.
Belajar Efektif dan Efisien bukan hanya tentang mengatur waktu dan kesiapan belajar,
tapi juga tentang bagaimana memilih gaya belajar yang tepat. Agar mendapatkan hasil belajar
yang optimal, proses belajar mesti kita sesuaikan denga gaya belajar yang sesuai dengan diri
kita, misalnya :
Gaya Belajar Visual yaitu belajar dengan cara melihat, membayangkan dan
memperhatikan secara langsung objek yang dipelajari.
Gaya Belajar Audio yaitu belajar dengan cara mendengarkan dari sumber ajar
(diterangkan, radio/kaset, nada, irama, suasana heboh, suasana gaduh dll)
Gaya Belajar Kinesthetic yaitu belajar dengan cara bergerak, merasa, menyentuh,
menggengam, menangkap, menekan (dingin, kasar, tebal, tipis dll)

Ada juga yang menggunakan metode-metode belajar yang lain, antara lain :
1. Belajar Bersama.
Metode ini seringkali di katakan metode yang paling efektif karena dalam suasana
belajar berkelompok yang cukup santai otak menjadi lebih rileks menerima ilmu - ilmu yang
akan di serap. Selain itu hal - hal yang belum di ketahui akan lebih mudah di selesaikan
dengan bekerja sama.
2. Membuat Intisari Dari Setiap Pelajaran.
Membuat rangkuman atau ringkasan dari setiap pelajaran yang anda dapatkan baik di
sekolah maupun di tempat lain atau lewat belajar bersama diatas. hal ini akan lebih efisien
mengingat intisari atau kesimpulan dari setiap pelajaran yang sudah dibaca ulang ini akan

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 19


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

menjadi Kata-kata kunci yang nanti berguna waktu kita mengulang pelajaran selama ujian.
3. Disiplin Dalam Belajar.
Kedisiplinan memang perlu diterapkan dalam belajar, seperti disiplin waktu dan
disiplin dalam berkonsentrasi pada pelajaran. Dengan adaya sifat disiplin dalam diri Anda,
dapat dipastikan pelajaran yang Anda lakukan dapat efektif dan efisien.
4. Aktif Bertanya dan Ditanya.
Jika ada hal yang belum jelas, kita harus berani menayakan hal itu baik kepada guru,
teman atau orang tua. Dari situ juga kita bisa manjadi pelajar yang aktif dan berpengetahuan,
biasanya kalau kita menanyakan sesuatu, kita pasti akan ingat jawabannya. Dan itu sangat
membantu dari pada siswa-siswa yang pasif dalam pembelajaran.

Dan berikut ini beberapa Tips belajar efektif dan efisien.


1. Menciptakan suasana yang kondusif dalam belajar.
Tak kalah pentingnya dan harus diingat dalam menciptakan suasana yang kondusif
untuk merangsang dorongan berprestasi belajar perlu diperhitungkan unsur perasaan.
Karena unsur perasaan lebih dominan dan melatarbelakangi segala aktivitas seseorang.
Dengan kata lain produktif atau tidaknya aktivitas seseorang sangat tergantung pada unsur
perasaan dalam melaksanakan aktivitas tersebut.
Oleh karena itu, kita juga harus memperhitungkan dan memperhatikan unsur perasaan
untuk mewujudkan harapan.Tentunya kita semua mengetahui bahwa kegembiraan bersifat
menggerakkan. Segala sesuatu yang dilakukan dengan gembira (senang hati), tentunya akan
menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Sedangkan kekecewaan atau unsur tertekan bersifat
melembekkan atau melemahkan. Suatu aktivitas yang dilaksanakan karena ada tekanan atau
kekecewaan, tentunya akan menghasilkan sesuatu yang mengecewakan atau ketidakpuasan
atau mutu yang rendah. Oleh karena itu, suasana gembira harus senantiasa terpelihara dapat
belajar dengan baik dan memunculkan gagasan-gagasan yang brilian. Begitu juga terangsang
mengaktualisasikan dirinya sepenuhnya dalam mencapai harapan-harapan kita.

2. Mengembangkan jiwa kompetitif


Untuk memacu dorongan berprestasi yang baik perlu dikembangkan suasana
kompetetif yang sehat dan konstruktif diarahkan menjadi dirinya sendiri. Disadarkan dirinya
punya potensi yang siap untuk dikembangkan. Kemauan atau hasrat harus dibangkitkan, agar
dirinya senantiasa merasa tertantang untuk ingin tahu segala-galanya dan ingin selalu
menonjol lebih dari yang lainnya.
Tentunya kita menyadari orang yang tetap bertahan hidup, memiliki
tempat dan memegang peranan penting di tengah-tengah masyarakat, hanyalah orang-orang
yang memiliki kecakapan yang brilliant dan tahu mempergunakan, menempatkan
kelebihannya tersebut. Bagi mereka yang tidak dapat mendayagunakan kemampuan secara
optimal akan tersisih atau terpinggirkan dan hanya menjadi kelompok marginal.
Hidup ini merupakan kompetisi, hanya orang-orang yang mampu memanfaatkan
peluang secara optimal yang berhasil mendapatkan tempat utama.
Hal yang perlu kita ingat, bahwa setiap orang memiliki kesempatan dan peluang yang
sama untuk berkembang mengaktualisasikan diri dan yang berhasil adalah yang benar-benar

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 20


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

menyadari potensi yang dimilikinya dan mampu menggunakan kemampuannya tersebut pada
proses kemajuan dirinya.
Kita jangan terpaku hanya dengan slogan IQ harus jenius baru bisa jadi orang. IQ itu
hanya satu persen saja yang mendorong seseorang berhasil dengan baik dan yang 99
persen adalah kemauan dan kerja keras untuk mewujudkan impian dan mengetahui cara
yang efektif untuk merealisasikan impian tersebut. Banyak yang memiliki IQ tinggi,
namun pada akhirnya mubazir, karena tidak mendapatkan pengarahan yang
tepat untuk mendayagunakan kelebihan kemampuannya tersebut. Banyak orang yang
berhasil malah dengan IQ pas-pasan, namun mendapat bimbingan dan pengarahan
kemampuannya dengan tepat
Untuk memperoleh keunggulan dalam suasana kompetetif adalah tugas kita memberi
bekal pola berpikir, pola berbuat yang terencana, sistematis dan cara-cara yang efektif.
Dengan ini kita diharapkan mampu mengarahkan perujukan dalam pengembangan bakat-
bakat khusus.

3. Mengembangkan rasa percaya diri


Sumber energi yang membangkitkan dorongan berprestasi dari dalam diri adalah rasa
percaya diri. Oleh karena itu, sangat perlu ditumbuhkan atau dibangkitkan keyakinan
terhadap kemampuan dirinya untuk dapat mempelajari berbuat atau melakukan sesuatu.
Keyakinan dalam hati akan membuat diri berusaha keras dan mencari cara untuk
mewujudkan keyakinannya itu dengan banyak membaca sehingga wawasan pengetahuannya
luas.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 21


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling ditujukan
untuk membimbing dan mengarahkan individu melalui usahanya sendiri untuk menentukan
dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi serta bertujuan
agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal / sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Bimbingan konseling juga perlu diaplikasikan dalam sekolah karena
dengan itu pula kesulitan-kesulitan praktisi pendidikan terutama yang terjadi pada
siswa dapat teratasi dengan penanganan yang tepat. Selain itu juga dapat
mengimprovisasikan potensi siswa sehingga siswa mampu mengenal pribadinya dan
dapat mengaktualisasikan potensi yang dimiliki secara tepat.

3.2.Saran
Suatu kemampuan dapat berkembang secara optimal apabila mendapat bimbingan dan
konseling yang terarah.
Demikianlah makalah ini kami paparkan, saran dan kritik yang
membangun bagi pembaca sangat diperlukan guna kesempurnaan makalah ini, terima kasih.

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 22


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

KATA PENGANTAR

Om Swastiyastu,
Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmatnya
kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tema makalah kami kali ini adalah Bimbingan dan Konseling Belajar dimana di
dalamnya terdapat berbagai hal yang berhubungan erat dengan Bimbingan Konseling
diantaranya, pengertian belajar, kesulitan belajar, diagnosis dan identifikasi masalah belajar,
bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar dan sebagainya.
Harapan kami makalah ini dapat memberikan informasi untuk semua pihak, dan
melalui kata pengantar ini kami lebih dulu mohon maaf apabila dalam makalah ini ada yang
salah atau kurang tepat di hati pembaca. Kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan.
Akhir kata, kami sampaikan banyak terima kasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberkahi usaha kita semua dan memberikan manfaat.

Om Santih, Santhi, Santhi, Om

Negara, 12 Februari 2013


Tim Penulis

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 23


MAKALAH BK - BELAJAR 2013

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman judul
Kata Pengantar01
Daftar Isi.02
A.Pendahuluan..03
B.Pembahasan...04
Bagian I...04
Bagian II.07
Bagian III...10
Bagian IV...12
Bagian V.17
Bagian VI....20
Bagian VII..27
Bagian VIII.31
C.Penutup35

KELOMPOK 3 KELAS : VIII B SMP NEGERI 1 NEGARA Page 24

Anda mungkin juga menyukai