Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN KEBUTUHAN DALAM BELAJAR

Dosen Pengampu : DRS. Daitin Tarigan M.pd

Kelompok 6 :

Karina Lolo Limbong 7222442002

Melba Damanik 7223142021

Jersy Arisana Simarmata 7223142027

Rini Natalina Sitanggang 7223342005

Maria Finsensia Sihaloho 7223142020

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan ridho Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Adapun penyusunan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan.

Kami menyadari bahwa sebagai mahasiswa yang memiliki banyak kekurangan, tentu
makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami meminta
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi pembaca. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan 19 Maret 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1. Konsep Psikologi Pendidikan......................................................................................2
2.2. Filosofi, Teori, dan Praktik Psikologi Pendidikan.......................................................7
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan................................................................................................................11
3.2. Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 5 Poin 2 menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual dan/atau sosial berhak untuk mendapatkan pendidikan khusus. Seseorang
dengan keadaan dimana kondisi fisik dan non fisik tidak sempurna (disabilitas) ini memiki
kebutuhan khusus. Sekolah merupakan salah satu media atau ruang belajar yang disediakan
pemerintah untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak. Pemerintah menyediakan sekolah
untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satunya adalah Sekolah Luar Biasa
(SLB). Sekolah luar biasa adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang melayani anak
berkebutuhan khusus. Sekolah ini merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan khusus
yang terpisah dengan anak-anak umum lainnya yang bersekolah di sekolah regular. Sebagai
lembaga pendidikan, sekolah luar biasa bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan bagi
anak-anak berkebutuhan khusus sama seperti anak-anak umum lainnya. Untuk mencapai
tujuan pendidikan ini salah satunya adalah dengan terpenuhinya sarana dan prasarana di
sekolah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Anak berkebutuhan khusus
2. Bagaimana Kategori kekhususan belajar
3. Apa kekhususan belajar di SLB
4. Apa Kekhususan di sekolah inklusif

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui kategori kekhususan belajar
3. Mengetahui kekhususan belajar di SLB
4. Mengetahui kekhususan di sekolah inklusif

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus sementara
atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan yang lebih intens. Kebutuhan
mungkin disebabkan oleh kelainan atau memang bawaan dari lahir atau karena masalah
tekanan ekonomi, politik, sosial, emosi, dan perilaku yang menyimpang. Disebut
berkebutuhan khusus karena anak tersebut memiliki kelainan dan keberbedaan dengan anak
normal pada umumnya.

Menurut Suran dan Rizzo (1979) Anak Berkebutuhan Khusus ABK atau Anak Luar
Biasa ALB adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting
dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial
terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal,
meliputi mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, mempunyai gangguan bicara,
cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan
intelegensi tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan
penanganan yang terlatih dari tenaga profesional.

Menurut Ramadhan (2013:10) ABK adalah peserta didik yang memiliki perbedaan
dengan rata-rata anak seusianya atau anak-anak pada umumnya. Perbedaan yang dialami
ABK ini terjadi pada beberapa hal, yaitu proses pertumbuhan dan perkembangannya yang
mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, social maupun
emosional.

Jadi dapat disimpulakn dari pemaparan di atas, ABK dapat diartikan sebagai peserta
didik yang memiliki kekhususan dan kebutuhan yang berbeda dengan peserta didik normal
lainnya. Kekhususan yang berbeda tersebut meliputi fisik, mental, intelektual, sosial maupun
emosional. Sehingga setiap kekhususan yang di alami anak berkebutuhan khusus
membutuhkan penanganan dan pembelajaran yang berbeda pula.

2
2.2 Kategori kekhususan belajar.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70/2009 Pasal 3
ayat 1, penggolongan PDBK dibagi menjadi:

1. Hambatan Penglihatan
Hambatan penglihatan pada anak disebut dengan istilah tunanetra. Anak yang tergolong
tunanetra tidak dapat atau kurang dapat melihat.
Karakteristik:
a. Sering menabrak ketika bergerak
b. Kesulitan membaca huruf pada buku bacaan atau tulisan pada papan tulis
c. kesulitan menulis pada garis lurus
d. Memegang buku dekat dengan muka ketika membaca
e. Sering mengeluh kepala pusing, mata gatal atau berair
f. Bentuk dan warna bola mata berbeda; bola mata bergoyang-goyang, mengecil atau
berwarna putih.
g. Sering meletakan barang di tempat yang salah
h. Sulit meniru gerakan
i. Sulit mengenal gambar jika warna kurang kontras
j. Sering hendak terjatuh jika melewati rintangan jalan
k. Suka meraba barang yang dipegang atau yang ada didekatnya

2. Hambatan Pendengaran
Hambatan pendengaran dikenal dengan istilah tunarungu. Anak yang memiliki hambatan
pendengaran tidak dapat atau kurang dapat mendengar. Kesulitan untuk mendengarkan,
kebayakan diikuti dengan kesulitan untuk berbicara, sehingga anak-anak yang mengalami
gangguan pendengaran kebanyakan juga mengalami gangguan bicara.
Karakteristik menurut UNESCO:
a. Tidak menyadari adanya bunyi atau suara
b. Tidak dapat melihat ke sumber suara
c. Terlihat mendekatkan telinga pada sumber suara
d. Sulit untuk berbicara atau berbicara dengan kata yang tidak jelas dengan suara keras
e. Sulit untuk mengungkapkan perasaan dengan tepat

3
f. Cenderung menggunakan mimic atau gerakan (tangan dan tubuh) untuk berkomunikasi
g. Cenderung pemata atau milihat anak lain melakukan sesuatu sebelum dia melakukan apa
yang diminta

3. Hambatan Gerak

Istilah lain dari hambatan gerak dikenal dengan tunadaksa. Anak yang memiliki hambatan
gerak biasanya kurang dapat menggunakan tangan dan kakinya untuk bergerak.
Tingkat hambatan:
 Ringan: memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik, kualitas gerakan motorik
dapat meningkat melalui terapi
 Sedang: memiliki keterbatasan motorik, mengalami gangguan koordinasi sensorik
 Berat: memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik, tidak mampu mengontrol gerakan
fisik

Karakteristik:
a. Sulit menggerakan tubuh
b. Sulit untuk berpindah dari suatu posisi ke posisi lain
c. Sulit meraih/mengambil benda di tempat yang tinggi
d. Gerakan tubuh kaku dan layu
e. Sering terjatuh
f. Bila terjadi kekakuan pada otot bicara, maka diantara mereka dengan hambatan gerak
juga akan mengalami hambatan bicara seperti pada mereka yang cerebral palsy (CP).

4. Hambatan Intelektual
Berbagai istilah yang sering digunakan untuk hambatan intelektual yaitu retardasi mental,
cacat mental, gangguan intelektual, atau tunagrahita. Anak yang biasanya mengalami
perkembangan yang lambat secara fisik, memiliki kemampuan inteligensi yang signifikan
berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku.
Karakteristik:
a. Perilaku tidak sesuai dengan usia (kekanak-kanakan)
b. Sulit memahami hal yang abstrak
c. Sulit mengingat atau daya ingat lemah

4
d. Sulit mengikuti instruksi panjang/rumit
e. Membutuhkan pengulangan dalam belajar

5. Kecerdasan Istimewa
Anak yang memiliki kecerdasan istimewa disebut juga cerdas istimewa bakat istimewa
(gifted and talented). Anak tersebut biasanya memiliki kelebihan dan keistimewaan dalam hal
kecerdasan, kreativitas, kemampuan berpikir secara kritis dan memiliki kemampuan
mengekspresikan diri dalam beberapa bahasa, namun mereka cenderung mengalami kesulitan
dalam belajar dan kesulitan dalam berprilaku yang berdampak pada tampilan nilai akademis,
konsep diri, dan cara bersosialisasi.
Karakteristik:
a. Cepat mengerti instruksi
b. Cepat memahami konsep/penjelasan
c. Cepat mengerjakan tugas
d. Menunjukan keterlibatan yang tinggi
e. Punya komitmen
f. Kreatif dan inovatif
g. Memiliki skor intelegensi diatas 130 (Bagi anak cerdas istimewa)
h. Mudah bosan bila pelajaran diulang
i. Menjadi usil dan suka mondar-mandir bila tidak ada yang dikerjakan
j. Memiliki kemampuan untuk memimpin kelompoknya
k. Terkadang kurang teliti dan menggampangkan pengerjaan tugas

6. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar memiliki arti yaitu hambatan dalam satu atau lebih proses psikologi
dasar yang melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tertulis, yang
termanifestasikan dalam suatu kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengarkan,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau melakukan perhitungan matematika.
Hal ini merupakan kondisi dari hambatan perceptual, cedera otak, disfungsi minimal otak,
disleksia, dan aphasia perkembangan. Pengertian tersebut tidak meliputi anak-anak yang
memiliki permasalahan-permasalahan belajar yang disebabkan oleh hambatan-hambatan

5
penglihatan, pendengaran, atau motorik, tunagrahita, atau hambatan emosional atau
ketidakberuntungan lingkungan, budaya atau ekonomi. (USEO, 1977).
Karakteristik:
a. Kesulitan dalam mengekspresikan diri
b. Kesulitan dalam menulis/membaca
c. Kesulitan dalam memahami arah dan kikuk dalam bergerak
d. Menunjukan gangguan orientasi arah ruang (kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang)
e. Keterlambatan perkembangan konsep (ukuran, bentuk, operasi aritmatika)

7. Lambat Belajar
Anak lamban belajar termasuk anak yang mengalami kelemahan kognitif (cognitive
impairment). Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya.
Anak dengan kelemahan kognitif membutuhkan pengulangan tambahan untuk mempelajari
keterampilan atau ilmu baru, tetapi masih dapat belajar dan berpartisipasi di sekolah umum
dengan bantuan dan modifikasi tertentu
Karakteristik:
a. IQ di antara 70-90
b. Proses belajar lambat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
c. Nilai pada seluruh mata pelajaran rendah

8. AUTIS
Autis yaitu anak yang memiliki gangguan perkembangan yang secara signifikan
mempengaruhi kemampuan komunikasi verbal dan non-verbal serta interaksi sosialnya.
Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan fungsi otak dan saraf serius
dan kompleks yang memengaruhi perilaku dan proses berpikir manusia.
Gangguan ini memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, bersoliasisasi,
berperilaku, dan belajar.
Karakteristik:
a. Memiliki aktivitas yang berulang-ulang
b. Terlambat dalam perkembangan komunikasi/bahasa
c. Rentan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan aktivitas rutin
d. Tidak ada kontak mata
e. Menunjukan respon yang tidak biasa terhadap pengalaman sensorik

6
f. Mengalami hambatan dalam bahasa dan interaksi sosial
g. Pada beberapa anak ada yang memiliki kemampuan khusus yang berkembang sangat baik
h. Sebagian anak Autis menunjukan hiperaktivitas
i. Sebagian anak ada yang diam bahkan tidak bisa bicara sama sekali

9. Tunalaras
Tunalaras atau tunasosial dikenal juga dengan istilah medis sebagai emotional
disturbances, behavior disorders, emotionally handicapped, atau maladjusted children. Anak
tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan gangguan dalam berinteraksi
dengan teman sebayanya ataupun masyarakat sekitarnya. Anak tunalaras juga mempunyai
kebiasaan melanggar norma dan nilai kesusilaan maupun sopan santun yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk sopan santun dalam berbicara maupun bersosialisasi dengan
orang lain.

10. Hambatan Wicara


Hambatan wicara dapat juga disebut dengan istilah tunawicara. Tunawicara yaitu mereka
yang menderita gangguan berbicara sehingga tidak dapat berbicara dengan jelas.

2.3 Kekhususan belajar di SLB


Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus
(ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara) dan permanen (tetap).
Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan
strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban
bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang
menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-
anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention
Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan
sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain. Untuk menangani ABK tersebut dalam setting
pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus.
Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback
mengemukakan bahwa: sekolah inklusi 13 adalah sekolah yang menampung semua siswa di
kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang,
tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan
7
yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi
juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan
saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar
kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
Selanjutnya, Staub dan Peck menyatakan bahwa: pendidikan inklusi 14 adalah
penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler.
Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak
berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.
Sementara itu, Sapon-Shevin (O’Neil) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai
sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu,
ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung
pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan
mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat
sekitarnya.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersamasama anak lainnya (normal)
untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg). Hal ini dilandasi oleh kenyataan
bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat
dipisahkan sebagai suatu komunitas. Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan
pemerintah, yaitu: peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap
warga negara Indonesia (termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh
pelayanan pendidikan, memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:

1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra


Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari
semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi
pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses
pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain: Berdasarkan
pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
a. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.

8
a. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan
beregu.
b. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
c. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu
strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.

2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat


Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong
anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan
strategi pembelajaran adalah :
a. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
b. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga
mengembangkan kecerdasan emosional.
c. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk. Model-model layanan yang
bisa diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitifafektif,
nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.

3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita


Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan
berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang
dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
a. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
b. Strategi kooperatif
c. Strategi modifikasi tingkah laku

4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa


Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian
tempat pendidikan, sebagai berikut:
a. Pendidikan integrasi (terpadu)
b. Pendidikan segresi (terpisah)
c. Penataan lingkungan belajar

5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras

9
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman mengemukakan model-
model pendekatan sebagai berikut;
a. Model biogenetic
b. Model behavioral/tingkah laku
c. Model psikodinamika
d. Model ekologis

6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar


Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial teaching
a. Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat
kesalahan.
b. Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis
sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.

7. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu


Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif,
induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi
perilaku.

2.4. Kekhususan di sekolah inklusif


Pengertian sekolah inklusi adalah sekolah yang memberi ruang pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK) agar mendapatkan kesempatan yang sama seperti anak sekolah
pada umumnya. Dalam pendidikan inklusif, semua siswa memperoleh dukungan yang sama
dalam proses pembelajaran di kelas. Namun, siswa berkebutuhan khusus mendapatkan
pendampingan dari guru pendamping khusus.Prinsip utama yang dipegang sekolah inklusif
adalah bahwa setiap anak bernilai sama, diperlakukan dengan hormat, dan memberi ruang
untuk belajar yang setara.Inklusi artinya, anak dengan kebutuhan khusus tidak lagi harus
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), dan bisa berinteraksi dengan anak lainnya di kelas.

Pendidikan anak inklusi adalah pendidikan yang memiliki beberapa perbedaan dari sekolah
umum pada biasanya. Biasanya, proporsi jumlah murid berkebutuhan khusus di sekolah
inklusi adalah 5-10 persen dari keseluruhan murid.Jadi, misalnya dalam satu kelas ada 20

10
siswa inklusi, maka akan ada 2 anak berkebutuhan khusus di kelas tersebut. Namun,
kebijakan tentang berapa jumlah anak inklusi kembali lagi pada kebijakan masing-masing
sekolah. 
Beberapa perbedaan mencolok sekolah inklusi dengan sekolah biasa adalah:

1. Memberi ruang untuk murid berkebutuhan khusus


Salah satu tujuan pendidikan inklusif adalah memberi ruang untuk murid berkebutuhan
khusus. Ketika sekolah memberikan ruang yang sama untuk belajar baik bagi murid
berkebutuhan khusus maupun yang tidak, maka semua pihak yang terlibat akan mendapat
manfaat. Bukan hanya murid berkebutuhan khusus saja, tapi juga murid lain pada umumnya.
Lewat pendidikan inklusif, mereka bisa belajar tentang perbedaan sejak sedini mungkin.
Mereka bisa memahami bahwa semua anak sama dan memiliki hak untuk belajar yang setara
terlepas dari kondisi fisik atau mental masing-masing.

2. Pengajaran Kolaboratif
Keunikan lain dari sekolah inklusi adalah pengajaran kolaboratif atau co-teaching
Artinya, dalam satu kelas bisa saja ada 2 guru. Satu orang guru fokus mengajar anak-anak
lain, dan satu lagi fokus pada anak berkebutuhan khusus.
Bentuk pembelajaran inklusif ini dapat menguntungkan anak berkebutuhan khusus. Mereka
tetap belajar di satu ruang kelas yang sama, bukan di ruangan berbeda. 
Tentunya, pengajaran kolaboratif di sekolah inklusif akan lebih intensif dibandingkan dengan
sekolah biasa.

3. Memahami tiap anak unik


Salah satu konsep pendidikan inklusif adalah mengakui keunikan setiap anak. Tidak ada anak
yang sama, bahkan jenis kecerdasan yang mereka miliki pun bisa berbeda.
Di sekolah inklusi, hal ini mendapat validasi tertinggi. Guru tidak akan memaksa setiap anak
memiliki perkembangan akademik yang sama baiknya, namun disesuaikan dengan kondisi
masing-masing.

4. Memandang perbedaan sebagai hal yang “normal”


Landasan pendidikan inklusif yang sangat penting ialah memandang perbedaan sebagai hal
yang normal. Ketika anak berkebutuhan khusus harus menimba ilmu di institusi semacam
SLB, maka perbedaan antara mereka yang berkebutuhan khusus dengan anak-anak lainnya

11
akan terasa begitu signifikan. Dengan adanya pendidikan inklusi, semua orang yang terlibat
akan melihat perbedaan sebagai hal yang normal dan bukan masalah besar. Lambat laun,
anak akan mengerti bahwa kondisi teman mereka ada yang berkebutuhan khusus dan itu
adalah bagian normal dari kehidupan.

12
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

1.2. Saran
Dalam pemaparan materi dalam makalah ini, semoga membantu pemahaman
mahasiswa dalam memahami apa itu kekhususan dalam belajar. Sehingga para calon penddik
bisa menerapkannya dalam kegitan belajar mengajar nantinya khususnya untuk anak
berkebutuhan khusus

13
DAFTAR PUSTAKA

Riadi, Muchlisi. “Anak Tunalaras (Klasifikasi, Karakteristik, dan Layanan Pendidikan)”.


Diakses 19 Maret 2023. https://www.kajianpustaka.com/2022/05/anak-tunalaras.html.

Hellen Keller International Indonesia, USAID Indonesia dan Direktorat Pembinaan


Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar

Alodokter. “Mengenal sekolah inklusi dan kelebihannya”. Diakses 19 Maret 2023.


https://www.alodokter.com/mengenal-sekolah-inklusi-dan-kelebihannya.

Septiana, Asha. “Tingkat Asesibilitas sekolah luar biasa bagi anak tunanetra”. Diakses 19
Maret 2023. http://repository.upi.edu/53016/2/S_TA_1403594_Chapter1.pdf.

14

Anda mungkin juga menyukai