Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT PENDIDIKAN

PERTEMUAN 7 :

DOSEN PENGAMPU :
Faisal, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Marissa Sirait
(4203121025)

PRODI PENDIDIKAN FISIKA KELAS B


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
2020
Soal:
1. Diskripsikan Pandangan Filsafat Pancasila tentang :
 manusia,
 masyarakat
 Pendidikan dan
 Nilai
2. Simpulkan masing-masing mennurut pendapat Saudara deskripsikan di atas(no.1)!
3. Deskripsikan Pancasila sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia?

Jawab.
1. Pandangan filsafat tentang :
 Manusia
Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal
disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan
Tuhan YME. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan
yang disebut cipta, rasa dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi.
A.    Sifat dan Hakekat Manusia
1.      Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia
Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan
2.      Pendidikan Bersifat Filosofis
Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab,
asal dan hukum, termasuk termasuk teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika,
metafisika, epistemology dan falsafah) Untuk mendapatkan landasan pendidikan yang kukuh diperlukan adanya
kajian yang bersifat mendasar, sistematis dan Universal tentang ciri hakiki manusia
3.      Pendidikan Bersifat Normatif
Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai tujuan/aturan
Pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia sebagai sesuatu yang bernilai luhur,
dan hal itu menjadi keharusan.
B.     Wujud Sifat Hakekat Manusia
1)      Kemampuan Menyadari Diri
Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai
kekuatan
2)      Kemampuan Bereksistensi
Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya
3)      Pemilikan Kata Hati
Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar  dengan yang buruk/salah bagi manusia. Cara meningkatkan :
melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
4)      Moral (etika)
Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan
sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun
5)      Kemampuan Bertanggung Jawab
Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
6)      Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)
Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab). Tugas pendidikan membuat pesreta didik merasa merdeka dalam
menjalankan tuntutan kodrat manusia.
7)      Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak
Dapat ditempuh dengan pendidikan disiplin:
-          Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah
-          Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah
-          Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu
-          Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
8)      Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma, dan Takdir.
C.    Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia
1.      Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain)
2.      Kesosialan (ketergantungan kebutuhan pada orang lain)
3.      Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket)
4.      Keberagaman (keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek kehidupan di luar kemampuan makhlup
hidup di dunia)
5.      Intelektual(mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan pengetahuan dan memecahkan
masalah)
6.      Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan, keserasian hidup bekeluarga, pandai
menempatkan diri sebagai konsumen dan produsen, serta kreatif dan berkarya)
            Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia
memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang
dianugerahi kemampuan atau potensi untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat atau sosial.
            Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama memiliki harkat dan martabat sebagai manusia
mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191) mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai
berikut :
1.      Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan sila-sila yang
tercantum di dalam pancasila.
2.      Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki kesadaran dan kebebasan dalam
menentukan pilihannya.
3.      Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikapnya dalam hubungannya
dengan pencipta Nya.
4.      Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha
Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta Nya.
5.      Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6.      Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran harkat dan martabatnya
yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.
7.      Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam dunia Indonesia bersama-sama
dengan manusia Indonesia lainnya.
8.      Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan
kesatuan bangsa yang kokoh.
9.      Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama dengan manusia Indonesia yang
lain.
10.  Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai, memiliki kebutuhan bersama di
dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.
11.  Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai orang lain dalam memanfaatkan
sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab
terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan
Tuhan Yang Maha Kuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

 Masyarakat
Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian masyarakat-bangsa dan negara
Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah semua orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia.
Hakekat rakyat Indonesia adalah pilar negara dan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam
hubungan hidup kemanusiaan yang mencakup hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan negara
dengan negara, dan hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil (Surajiyo, 2008).
            Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi bangsa, Hamdi Huruk (dalam
H.A.R. Tilaar. 2002: 76) mengemukakan program sebagai berikut :
1.                  Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan cara-cara pemecahan koersif
(militeristk), tetapi dengan menggunakan metode persuasive dan dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat
setempat.
2.                  Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik.
3.                  Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa berpisah dengan negara
dan bangsa Indonesia akan merugikan.
4.                  Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.             
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk diperkembangkan
sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau sikap demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi
setiap warga negara. Itulah yang menjadi nilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.

 Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
            Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan tujuan yang jelas, sehingga
dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara pembelajarannya dipilih, diturunkan dan dilaksanakan dengan
mengacu kepada dasar dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah
proses pembentukan peserta didik untuk menjadi orang tertentu sesuai kehendak sepihak dari pendidik. Karena
manusia (peserta didik) hakikatnya adalah pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk menjadi
dirinya sendiri, maka upaya pendidikan harus dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam
rangka mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan adalah pemberdayaan peserta didik. Hal ini hendaknya
tidak dipandang sebagai upaya dan tujuan yang bersifat individualistic semata, sebab sebagaimana telah dikemukakan
bahwa kehidupan manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan yang integral.
            Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan tugas hidup yang diemban
manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus diselenggarakan sepanjang hayat. Pendidikan hendaknya
diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu, pendidikan hendaknya
diselenggarakan baik pada jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya.
            Tujuan Pendidikan berdasarkan Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia, pengetahuan dan hakikat
nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan tersebut hendaknya
kita sadari betul, sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya untuk mengembangkan salah satu potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu saja, bukan hanya untuk terampil bekerja saja, dsb., melainkan demi
berkembangnya seluruh potensi peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara integral.
            Kurikulum Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan:
1.      Peningkatan iman dan takwa;
2.      Peningkatan akhlak mulia;
3.      Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4.      Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5.      Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6.      Tuntutan dunia kerja;
7.      Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8.      Agama;
9.      Dinamika perkembangan global; dan
10.  Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan mengenai pengembangan
kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
            Metode Pendidikan. Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternative untuk diaplikasikan. Sebab,
tidak ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnya dalam segala konteks pendidikan.
Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang
hendak dicapai, hakikat manusia atau peserta didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu
pendidikan yang tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada prinsip cara belajar siswa
aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.
            Peranan Pendidik dan Peserta Didik. ada berbagai peranan pendidik dan peserta didik yang haruis
dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan: “ing ngarso
sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi peserta didiknya; “ing madya mangun
karso”, artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya; dan” tut wuri handayani” artinya
bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar mandiri.

 Nilai
Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan sumber nilai
bagi bangsa Indonesia. Menurut Kaelan, 2000, (dalam Surajiyo, 2008, 161) menjelaskan bahwa Pancasila merupakan
satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi
pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika
dalam pembangunan iptek, seperti berikut ini;
a.       Sila KeTuhanan Yang Maha Esa
            Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan sebagai bagian             yang
sistematik dari alam yang diolahnya. Pengolahan bukan berarti mengeksploitasi alam sesuai dengan kebutuhan, akan
tetapi harus diimbangi dengan pelestarian alam.
b.      Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
            Sila ini menekankan bahwa pembangunan dan pelaksanaan pendidik harus menjaga kesimbangan antar daerah,
keberadaan masyarakat dan warga negara, letak dan jarak atau geografis sehingga dapat tercapai berdiri sama tinggi
duduk sama rendah dan bahu membahu membangun bangsa ini.
c.       Sila Persatuan Indonesia
            Sila ini memberikan kesadaran bagi bangsa indonesia bahwa rasa nasionalisme merupakan modal dasar bagi
persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai kesatuan dan persatuan mengikat bangsa Indonesia dalam membangun seperti
semboyan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Rasa sektarian dan kedaerahan jangan sampai merusak kesatuan dan
persatuan bangsa, hal ini akan akan dibungkus kuat dan rapi dengan rasa nasionalisme.
d.      Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
            Mendasarai bahwa setiap warga negara memiliki kebebasan untuk mengembangkan dirinya sesuain dengan
potensinya, masing-masing warga negara menghormati kebebasan berkarya demi kemajuan dan perkembangan
bangsa yang berdasarkan Pancasila. Terbuka juga mengandung makna bahwa terbuka untuk mengkritik dan dikritik
tentang sesuatu yang ditemukan atau dilakukan.
e.       Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
            Sila ini mengandung bahwa manusia Indonesia harus menjaga kesimbangan keadilan dalam hubungannya dengan
dirinya sendiri, manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara
serta manusia dengan alam lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila
menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa, sebagai landasan, arah dan etos, serta sebagai moral
pembangunan nasional.
2. a) Manusia memiliki hak untuk mengembangkan diri nya sendiri sebagai contoh manusia berhak memiliki mengikuti
pendidikan
b) Masyarakat adalah rakyat Indonesia atau keseluruhan jumlah semua orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia.
Hakekat rakyat Indonesia adalah pilar negara dan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam
hubungan hidup kemanusiaan yang mencakup hubungan antara negara dengan warga negara, hubungan negara
dengan negara, dan hubungan antar sesama warga negara yang dinamakan adil
c) Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan zaman
dan memberikan ajaran tentang etika dalam masyarakat
d) Nilai adalah alat untuk menunjukkan alasan dasar atau ide-ide mengenai hal-hal yang benar, baik atau yang di
inginkan.

3. Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta filsafat hidup bangsa Indonesia, pada hakekatnya merupakan suatu nilai
dasar yang bersifat fundamental, sistematis, dan holistik. Sila per sila yang tersusun adalah satu kesatuan yang bulat,
utuh, dan hirarkis, sehingga dapat diartikan sebagai suatu sistem filsafat

Anda mungkin juga menyukai