DASAR-DASAR PLS
PRODI PGSD
Skor Nilai:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. kelompok berterima kasih pada Bapak Drs. Elizon Nainggolan M.Pd
selaku Dosen mata kuliah Dasar-Dasar PLS di Universitas Negeri Medan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
kelompok sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai apa saja yang diperlukan, Oleh sebab itu, kelompok berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya tugas yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kelompok sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kelompok mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kelompok memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................1
B. Tujuan ........................................................................................................................1
C. Manfaat ......................................................................................................................2
D. Identitas Buku ............................................................................................................2
BAB II RINGKASAN BUKU ...............................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................13
A. Analisis Buku Utama .................................................................................................13
B. Analisis Buku Pembanding ........................................................................................15
BAB IV PENILAIAN ............................................................................................................16
A. Kelebihan dan Kekurangan Buku Utama ..................................................................16
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku Pembanding .........................................................16
BAB V PENUTUP ................................................................................................................17
A. Kesimpuan .................................................................................................................17
B. Saran ..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebuah buku sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Mengapa? Karena dari bukulah
kita bisa menambah pengetahuan kita selain dari pengalaman. Dalam proses belajar mengajar, buku
adalah instrumen utama yang harus ada. Oleh karena itu, sebelumnya kita harus mengetahui apakah
buku yang akan kita gunakan adalah termasuk layak atau tidak.
Buku yang baik berisi informasi lengkap dan jelas dan mudah di mengerti oleh pembacca.
Namun kenyataannya, tidak semua buku yang memenuhi kriteria tersebut. Masih ada buku yang
bertele-tele dalam menjelaskan maeri yang menjadi pembahasan dalam buku. Ada pula buku yang
terlalu banyak menggunakan bahasa ilmiah yang kadang kurang dipahami dan diminati oleh
pembaca.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kampus, seorang mahasiswa diharuskan untuk mempunyai
referensi buku yang baik dan sesuai dengan materi yang dipelajari. Untuk itu, kita harus tahu buku
apa yang termasuk baik untuk menjadi referensi dan sesuai dengan materi pembelajaran sehingga
proses perkuliahan menjadi lancar. Dalam kegiatan Critical Book Report, kita bisa mengetahui buku
yang sudah di kritik beserta kelebihan dan kekurangannya.
Dan mengacu pada beberapa pemikiran tersebut, saya menggunakan buku dengan judul
“Konsep Dasar, Sejarah, dan Asas Pendidikan Luar Sekolah” dan buku pembanding dengan judul
“Manajemen Pemberdayaan Pada Pendidikan Nonformal” untuk menjadikannya sebagai bahan
Critical Book Report saya dan perbandingan dalam referensi buku untuk membantu jalannya proses
pembelajaran.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari pada pembuatan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan uraian singkat dan isi materi buku
2. Memberikan informasi beberapa kelebihan dan kekurangan isi buku
3. Memberikan kepada mahasiswa referensi buku untuk dipelajari
4. Menyampaikan pendapat serta argumen dan juga pemikiran
5. Memenuhi tugas kuliah
1
3. Manfaat
Adapun manfaat dari pada pembuatan Critical Book Report ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa isi buku
2. Mengetahui apa saja kelebihan buku
3. Mengetahui apa saja kekurangan buku
4. Mengetahui perbandingan buku
5. Memudahkan pembaca dalam memahami isi buku
6. Menambah wawasan penulis
4. Identitas Buku
BUKU UTAMA
Judul Buku : Konsep Dasar, Sejarah, dan Asas Pendidikan Luar Sekolah
Penulis : Prof. Dr. Yusnadi, MS Silvia Mariah H, M.Pd
Kota Terbit : Medan
Tahun Terbit : 2019
Cetakan : Kedua
Penerbit : UNIMED PRESS
Jumlah Halaman : 189 halaman
ISBN : 978-602-7938-98-4
2
BUKU PEMBANDING
Judul Buku : Manajemen Pemberdayaan Pada Pendidikan Nonformal
Penulis : Dr. Abdul Rahmat, M.Pd
Kota Terbit : Gorontalo
Tahun Terbit : 2018
Cetakan : Pertama
Penerbit : Ideas Publishing Jumlah
Halaman : 205 halaman
ISBN : 978-602-6635-91-4
3
BAB II
RINGKASAN
4
politik, kepanduan (pramuka) dan pendidikan olah raga bagi para pemuda. Kegiatan-kegiatan
tersebut diprakarsai oleh pemimpin-pemimpin pergerakan kemerdekaan
Mulai tahun 1946 PLS di Indonesia resmi ditangani oleh pemerintah. Kemudian pada masa orde
baru PLS mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini terlihat dalam Pelita II tentang
pembangunan bidang pendidikan. Terlihat bahwa PLS mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menunjang pembangunan. Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat menuntut masyarakat untuk
selalu mengadakan penataran dan penyegaran karena kebutuhankebutuhan pribadi yang semakin
meningkat sesuai dengan kemajuan zaman.
Ilmu pendidikan atau pedagogi diartikan sebagai ilmu yang dipelajari untuk kepentingan
pendidikan. Pedagogi adalah seni mendidik atau segala kecakapan yang kita pergunakan untuk
mendidik anak. Istilah lain yang berhubungan dengan ilmu pendidikan adalah pedagogi teoretis,
pedagogi sistematis dan pedagogi historis.
- Pedagogi teoritis adalah ilmu pendidikan ditinjau dari segi teoritis saja, baik yang meliputi studi
tentang fakta-fakta pada anak dan lingkungannya, maupun yang meliputi renungan-renungan
filosofis yang relevan untuk kepentingan pendidikan.
- Pedagogi sistematis menyusun suatu teori berdasarkan suatu sistematika tertentu
- Pedagogi historis meninjau bahan-bahan yang diperoleh dari sejarah pendidikan yaitu untuk
melengkapi teori dengan bahan yang berasal dari fungsi pendidikan di dalam sejarahnya.
Pendidikan memiliki sifat atau karakteristik praktis dan normatif. Langeveld menyebut pedagogi
sebagai ilmu pengetahuan praktis, karena membicarakan perbuatan manusia yang disebut pendidikan.
Langeveld menyebut pendidikan juga sebagai antropologi praktis yang normatif, karena di dalamnya
dibicarakan penerapan antropologi filsafat, yaitu ilmu tentang hakekat manusia.
Mendidik dapat didefenisikan sebagai membimbing anak ke suatu tujuan. Tujuan (yang bersifat
normatif) adalah kedewasaan. Kegiatan mendidik berakhir ketika seseorang telah mencapai tingkat
5
kedewasaan dalam makna luas. Dalam pengertian ini pendidikan diselenggarakan dalam keluarga secara
informal dan di sekolah sebagai kegiatan formal. Menurut ICED, pendidikan itu menyerupai belajar.
Tegasnya pendidikan adalah proses belajar yang terus menerus. Dengan demikian pendidikan itu tidak
hanya diselenggarakan di sekolah saja, tetapi di luar sekolah. Sekolah hanya salah satu saja dari lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat untuk membantu individu-individu belajar. Masih banyak lembaga-
lembaga lain seefektif dan seefisien sekolah yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Konsep
ICED ini merupakan titik tolak dari konsep life long education.
Dalam konsep pendidikan seumur hidup terkandung gagasan belajar untuk hidup (learning to be)
dan masyarakat gemar belajar (learning society). Learning to be memiliki tujuan akhir dari berfikir,
belajar menjadi warga negara yang produktif. Lebih luas lagi tujuan dari proses penemuan dari
perwujudan diri untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang memadai. The learning society adalah
masyarakat yang terdapat di dalam lembaga pendidikan dan non pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan
Pendidikan seumur hidup merupakan proses yang sangat panjang, mencakup keseluruhan kurun
waktu kehidupan individu. Dia mencakup pendidikan informal, formal dan nonformal termasuk
pendidikan orang dewasa. Lembaga yang memiliki peranan dalam pendidikan seumur hidup adalah
keluarga dan masyarakat, termasuk kelompok-kelompok tetangga, sosio budaya, dan politik, kelompok
profesional dan sebagainya. Pendidikan seumur hidup memiliki sifat fleksibel, berusaha mencari
kesinambungan dan kaitan antara dimensi vertikal atau longitudinal, dan integrasi setiap dimensi
horizontal pada setiap tahap kehidupan. Persyaratan pokok pendidikan horizontal pada setiap tahap
kehidupan. Persyaratan pokok pendidikan seumur hidup meliputi kesempatan dan edukabiliti.
Perhatian yang besar terhadap pendidikan luar sekolah dari pemerintah dan warga masyarakat di
negara-negara berkembang muncul dengan diresmikannya gagasan pendidikan seumur hidup, beberapa
studi kasus dilakukan diantaranya oleh lembaga-lembaga internasional seperti ICED, ASEAN, berbagai
Universitas di Amerika, dan lain-lain. Untuk memahami konsep pendidikan luar sekolah dapat ditinjau
dari dua sudut pandang:
6
Untuk memahami pendidikan nonformal secara berdampingan dengan pendidika formal, keduanya
ditinjau dari sisi perbedaan dan persamaanya. Dalam memandang pendidikan nonformal dalam konteks
pendidikan harus dipandang secara konfrehensif (menyeluruh). Mana yang tergolong pendidikan formal,
nonformal dan informal bergantung kepada dinamika kesadaran tujuan tentang proses pendidikan dari
pihak sumber belajar dan dari pihak warga belajar. Titik tolaknya adalah unsur-unsur pendidikan yang
utama adalah belajar, sumber belajar dan pembelajaran.
Program PLS disusun dengan memperhatikan tujuan, partisipasi, metode, materi belajar evaluasi
dan struktur organisasi dari program tersebut. Jika menginginkan program PLS yang disusun efektif,
maka penyusunannya harus berlandaskan pada dasar konseptual tentang hal-hal tersebut. Dasar
konseptual dimaksud dapat dinyatakan dalam bentuk hipotesis. Fungsi pendidikan nonformal yaitu:
- Suplemen, berarti materi yang diajarkan berfungsi sebagai tambahan terhadap materi yang diajarkan
di sekolah. Contohnya, kegiatan ekstrakurikuler.
- Komplemen, berarti materi yang disajikan dalam pendidikan nonformal berfungsi melengkapi hal-
hal yang diperoleh di sekolah. Ini disebabkan karena tidak semua hal dapat dituangkan dalam
kurikulum sekolah
- Substitusi, berarti bahwa pendidikan nonformal berfungsi menggantikan fungsi sekolah
BAB 4: Pengertian Dasar Dan Penanaman Lain Pendidikan NonFormal
Mempelajari pengertian istilah dimulai dengan menelaah definisi istilah tersebut, menelaah
definisi pendidikan nonformal cukup sulit oleh karena belum tersedianya rumusan definisi yang
komprehensif dan baku. Sekalipun seperti Kleins mengajukan definisinya dengan ancang-ancang yang
panjang, namun cukup holistik tetapi kompleks, dengan mengetengahkan subsistem organisasi, manusia,
dan kurikulum, yang masing-masing memiliki dua komponen pokok. Kleins juga mengajukan tiga kelas
macam karakteristik pendidikan nonformal.
Ada juga yang tidak mengajukan definisinya, akan tetapi terlebih dahulu mengidentifikasi
beberapa parameter pendidikan non formal yang meliputi sistem penyampaian, tujuan , karakteristik
pedagogik dan “creedentials” serta kebutuhan. Setelah itu dia merekapitulasi adanya definisi pragmatik
yang meliputi:
- Adanya kaitan dalam beberapa hal antara pendidikan persekolahan dengan pendidikan nonformal
- Penekanan bahwa pendidikan formal tidak bersifat insidental atau informal
- Ketidakformalan pendidikan non formal terletak pada sponsor, lokasi dan administrasi
7
Beberapa definisi yang singkat telah diajukan oleh Coombs, Supardjo Adikusump, dan Coleta.
Definisi-definisi tersebut selalu dikaitkan dengan kenyataan, bahwa penyelenggara pendidikan non
formal, adalah diluar sistem persekolahan yang ada.
Pendidikan non formal bukan satu-satunya nama untuk semua kegiatan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sekolah. Yang tercakup ke dalam pendidikan nonformal adalah:
- Pendidikan massa (mass education)
- Pendidikan orang dewasa (adult education), meliputi pendidikan lanjutan, pendidikan
pembaharuan, pendidikan kader organisasi, dan pendidikan populer.
- Exstension education
- Pendidikan dasar (fundamental education)
8
- Pendidikan anak usia dini
- Pendidikan kepemudaan
- Pendidikan pemberdayaan perempuan
- Pendidikan keaksaraan
- Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja
- Pendidikan kesetaraan,
- Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik Satuan
pendidikan nonformal terdiri atas :
- Lembaga kursus
- Lembaga pelatihan
- Kelompok belajar
- Pusat kegiatan belajar masyarakat
- Majelis taklim,
- Satuan pendidikan yang sejenis.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan
nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang dituju oleh pemerintah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.
Perbedaan dan persamaan pendidikan non formal dapat ditinjau dari karakteristiknya,
berdasarkan variabel tujuan, waktu, isi, penyajian, dan pengawasan. Ditinjau dari tujuan perbedaan itu
terletak pada jangka waktu belajar dan orientasi belajarnya. Menurut variabel waktu, perbedaan itu dapat
dilihat dari segi jangka waktunya, penyiapan bagi kehidupan masa kini atau masa datang, dan
kesinambungan waktu (terus-menerus atau tidak). Ditinjau dari variabel isi, apakah menekankan
kepentingan individual atau menyamaratakan semua peserta Menurut variabel penyajian, perbedaan
ditekankan pada pusat kegiatan belajar mengajar, hubungannya dengan kehidupan dalam masyarakat,
berpusat pada pendidikan atau peserta didik. Dilihat dari segi pengawasan, apakah dilakukan oleh pihak
lain atau diatur sendiri, apakah bersifat birokratis tinggi atau demokratis.
9
Perbedaan yang paling menonjol terdapat pada struktur, di satu pihak sangat ketat (yaitu
pendidikan formal), sedangkan di lain pihak fleksibel yang mungkin dalam kondisi tertentu tidak
menonjol. Dengan cara yang sama dapat pula dibedakan antara pendidikan nonformal dengan
pendidikan informal.
Tugas-tugas pendidikan nonformal dapat ditinjau dalam kaitannya dengan pendidikan formal di
negara-negara industri. Tugas-tugas pendidikan nonformal antara lain, menyiapkan usia pra sekolah
untuk memasuki pendidikan sekolah memberikan pengalaman belajar diluar pendidikan formal yang
bersifat melengkapi pendidikan formal, dan memebrikan kesempatan belajar kepada pemuda dan orang
dewasa yang telah menamatkan pendidikan nonformal guna memperoleh pengetahuan lebih lanjut. Di
negara-negara sedang berkembang tugas-tugas itu lebih luas lagi. Pendidikan nonformal memberikan
pendidikan dengan materi yang sama dengan yang diberikan di sekolah-sekolah formal.
Sasaran populasi pendidikan nonformal dapat ditinjau dari segi usia, lingkungan sosial budaya,
jenis kelamin, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan. Ditinjau dari segi usia, yaitu usia 0₋6 tahun,
7₋12 tahun, 13₋18 tahun, 19-24 tahun, dan 25 tahun ke atas. Di tinjau dari lingkungan sosial budaya,
yaitu masyarakat pedesaan, warga masyarakat perkotaan, dan warga terasing, golongan taraf yang
ekonominya berkecukupan, dan golongan taraf yang ekonominya rendah. Ditinjau dari mata
pencaharian, yaitu petani, pengrajin, pedagang, industriawan, lapangan jasa, sopir, buruh, tukang,
pegawai negeri, dan ABRI. Ditinjau dari taraf pendidikan, yaitu pra aksarawan dan aksarawan. Terakhir
sasaran populasi dari kelompok khusus dan anak-anak yang mengalami penyimpangan sosial.
BAB 8: Kritik Terhadap Pendidikan Formal, Isu-isu dan Permasalahan Dalam Pendidikan
Nonformal
Ivan Illich dan Paulo Freire mengkritik pendidikan sekolah dari gaya pendidikannya yang
tradisional. Kritik bertitik tolak yang sama yaitu membebaskan manusia.
Menurut Illich, penghargaan yang berlebihan yang diberikan kepada sekolah mengakibatkan
masyarakat tidak berdaya cipta. Gaya guru yang sebagai hakim, pemimpin ideologi atau dokter yang
telah meniadakan rasa aman bagi murid harus menciptakan kondisi kebalikan dari sekolah dengan cara
memberi kebebasan kepada warga belajar memilih sendiri tentang apa yang akan dipelajari, dari siapa
dan kapan.
10
Freire menganggap sekolah sebagai “sistem penjinakkan” (domestiaction). Sistem paternalisme
telah mengakibatkan kebodohan, kemiskinan dan kemelaratan pada masyarakat. Untuk membebaskan
masyarakat dari kebodohan dan sebagainya, disarankan dipergunakan metode praxis. Konsep
conscienlization (kepercayaan pada diri sendiri dan lingkungan) dengan metode praxis tersebut dapat
membebaskan warga masyarakat dari belenggu kebodohan.
Harapan-harapan terhadap PLS dilandasi pada keyakinan bahwa PLS merupakan pendekatan
yang efektif, fungsional, inovatif, bersifat praktis. Harapan yang terlalu tinggi terhadap PLS dianggap
kurang beralasan, oleh karena dalam PLS itu sendiri terkandung berbagai isu dan permasalahan yang
kritis. Isu-isu yang umum ada dalam PLS di Indonesia dan di negara-negara berkembang lainnya adalah:
Pancasila merupakan landasan filosofis adil, sedangkan UUD 1945 adalah landasan dalam
mencapai tujuan kemerdekaan nasional. Pendidikan tidak hanya menunjang tercapainya tujuan-tujuan
ekonomi, tetapi juga harus memperkokoh nilai-nilai bangsa dan negara yang dianggap luhur. Landasan
operasional dalam pengelolaan pendidikan adalah berpegang kepada pasal 31 UUD 1945.
11
Pendidikan Indonesia diharapkan melahirkan manusia Indonesia dengan ketujuh rangkaian sifat
seperti yang telah dilukiskan di dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional Nomor 20 tahun
2003. Keduanya adalah proses belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diikuti oleh para siswa
guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut perkembangannya yang wajar pendidikan
nonformal harus dapat langsung membantu kualitas dan martabat kita sebagai individu dan warga
negara yang dengan kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri harus dapat mengendalikan
perubahan dan kemajuan. Karena daerah atau medan kerjanya lebih cair dan luas, dan lebih langsung
berhubungan dengan dunia kerja, rekreasi, seni, budaya, efektif dan relevan dengan mencerdaskan
kehidupan bangsa serta memanfaatkan diri untuk menjadi salah satu sarana pokok dalam mencapai
pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
Inovasi adalah salah satu asas yang harus diterapkan di dalam perencanaan pendidikan, baik di
dalam perencanaan program pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan seumur hidup atau
(lifelong education) merupakan salah satu asas pokok di dalam perencanaan dan pengembangan
keseluruhan sistem pendidikan nasional. Untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi sistem
pendidikan, maka di dalam perencanaannya harus diperhitungkan asas-asas komprehensif integrasi,
aspek-aspek kuantitatif dan kualitatif, serta pendayagunaan semua sumber-sumber sosial dan fisik
tersedia atau yang mungkin dapat disediakan.
Laju perkembangan pendidikan nonformal disebabkan pula asas yang digunakannya yaitu
kebutuhan pendidikan seumur hidup dan relevansi dengan pembangunan dengan masyarakat atau
pembangunan itu sendiri. Asas kebutuhan telah memantapkan pendidikan nonformal sehingga program-
program berpusat pada warga belajar, partisipasi yang optimal dari warga belajar dari dalam, oleh dan
untuk masyarakat maka pendidikan nonformal ditumbuhkan di atas sikap pemilikan dan tanggung jawab
Bersama.
12
BAB III
PEMBAHASAN
13
Keterangan: Dalam bab ini dijelaskan tentang dasar hukum Pendidikan Luar Sekolah dijelaskan
secara rinci.
Pada bab 6 dijelaskan materi tentang kesetaraan di bidang formal, nonformal, dan pendidikan
informal serta persamaan dan perbedaan serta ciri-cirinya.
Keterangan: Pada bab ini, materi perbedaan dan persamaan pendidikan formal,
nonformal, dan informal dijelaskan dengan sangat jelas, apalagi digambarkan dalam bentuk tabel.
Pada bab 7 dijelaskan materi tentang tugas-tugas pendidikan nonformal baik dalam negara
maju dan berkembang, serta populasi sasaran pendidikan nonformal berdasarkan usia, lingkungan
sosial budaya, dan sosial ekonomi, termasuk mata pencaharian.
Keterangan: Bab ini telah menjelaskan cukup banyak tentang tugas dan target populasi pendidikan
nonformal, hanya saja materi yang disampaikan terlalu banyak karena banyak ada istilah atau
penjelasan asing dalam bahasa Inggris serta gambar dalam materi ini kurang menarik.
Pada bab 8 dijelaskan materi tentang kritik terhadap pendidikan formal Ivan Illich dan Paulo
Freire Kelemahan pendidikan formal, latar belakang mengapa masyarakat memiliki harapan untuk
pendidikan non-formal, dan juga isu-isu kritis dalam Pendidikan tidak resmi.
Keteranagn: Dalam bab ini, kritik terhadap pendidikan formal dijelaskan, serta masalah dan
permasalahan dalam pendidikan nonformal, perlu juga dijelaskan bagaimana cara untuk
memecahkan masalah.
Pada bab 9 dijelaskan materi tentang falsafah pendidikan luar sekolah, yaitu: Pancasila dan
UUD 1945, landasan operasional pendidikan dan pendidikan nasional pendidikan nonformal, tujuan
umum pendidikan nasional sesuai dengan GBHN, dan hubungan antara peran dan fungsi pendidikan
nonformal dengan pendidikan lainnya.
Keterangan: materi pada bab ini cukup jelas yaitu menjelaskan tentang filsafat Pendidikan luar
sekolah, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Pada bab 10 dijelaskan materi tentang prinsip-prinsip pendidikan nonformal, meliputi: prinsip
inovasi, prinsip menentukan dan merumuskan tujuan, prinsip perencanaan dan pengembangan, asas
kebutuhan, asas pendidikan sepanjang hayat, dan asas relevansi dengan pembangunan.
Keterangan: dalam bab ini materi tentang prinsip-prinsip pendidikan nonformal dijelaskan secara
rinci lengkap dan rinci, bahkan dijelaskan dengan contoh dan prinsip-prinsip Pendidikan Kegiatan
nonformal bertujuan untuk saling menghubungkan, saling menguatkan, saling mendukung dalam
memasukkan pendidikan nonformal sebagai pendidikan pembangunan
14
2. Analisis Isi Buku Pembanding
Dalam buku perbandingan berjudul Manajemen Pemberdayaan dalam Pendidikan Nonformal
tidak jauh berbeda dengan buku utamanya. Dalam buku perbandingan ini kebanyakan dilengkapi
dengan pendekatan masyarakat berdasarkan teori dan pengalaman, pencarian data lapangan dan
analisis data, perencanaan program pemberdayaan, pendampingan melakukan pemantauan dan
evaluasi secara berkala. Buku ini terdiri dari 9 bab yaitu, kebutuhan pendidikan non formal,
perkembangan pendidikan non formal di berbagai negara, manajemen pendidikan nonformal,
pengembangan program di pendidikan nonformal, perencanaan program pendidikan nonformal,
pemahaman masalah sosial, desain program pemberdayaan dengan kerangka logis (logframe), aksi
partisipasi penelitian: model penelitian tentang pengelolaan pendidikan nonformal, dan evaluasi
program pendidikan non formal.
15
BAB IV
PENILAIAN BUKU
16
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Buku Kritis adalah
kegiatan mengkritisi buku, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya buku, baik dalam
sistematika penulisan, penggunaan bahasa, isi dan tampilan buku. Hal ini dilakukan agar buku yang
dikritik dapat direvisi menjadi buku yang lebih bagus.
Berdasarkan penjelasan penulis sesuai dengan kekurangan dan kelebihan buku tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa buku ini cukup mampu untuk digunakan sebagai bahan ajar di kampus atau di
perkuliahan atau bahkan hanya menjadi pedoman bagi para guru sebagai pedoman bagi melakukan
proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, dari penjelasan itu menyenangkan dan baik dapat
memudahkan pembaca untuk memahami dan meniru apa dibuat oleh penulis untuk dapat benar-
benar mengimplementasikannya dalam kegiatan proses belajar mengajar.
2. Saran
Selain itu, terdapat pula beberapa saran dari penulis untuk penulis buku yang dikritik. Yaitu
agar untuk kedepannya lebih memperbaiki sisi yang dirasa kurang sempurna baik dari segi penulisan
maupun segi pembahasan. Saran pula bagi guru agar lebih bisa menggunakan buku ini sebagai
pedoman dan referensi dalam pembuatan media pembelajaran agar lebih menarik untuk menunjang
keberhasilan proses pembelajaran.
17
DAFTAR PUSTAKA
Yusnadi., Mariah, Silvia. 2019. Konsep Dasar, Sejarah, dan Asas Pendidikan Luar Sekolah. Medan:
UNIMED PRESS
Rahmat, Abdul. 2018. Manjemen Pemberdayaan pada Pendidikan Nonformal. Gorontalo: Ideas
Publishing.
18