PEMBELAJARAN PPKN SD
Disusun Oleh :
Penulis
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kritik buku merupakan kegiatan mengulas dan membandingkan mengenai
isi satu buku atau dua buku untuk memberikan penilaian terhadap buku mengenai
kekurangan dan keunggulan buku secara objektif. Pentingnya kritik buku bagi
mahasiswa adalah salah satunya untuk menyelesaikan satu dari enam tugas pokok
dalam KKNI, kemudian melalui ktirik buku ini akan mengasah kemampuan dan
skill mahasisiwa dalam mengkritisi sebuah buku, selain itu juga melatih
mahasiswa untuk memberikan informasi yang terlihat dalam sebuah buku
mengenai kelemahan dan kelebihan dari buku yang ktirisi, dan melatih mahasiswa
untuk berpikir ktitis dalam meriviev dan membandingkan suatu buku dengan buku
lain secara objektif.
Dengan adanya tugas CBR ini melatih kita untuk lebih rajin membaca buku
guna menambah bahan refensi kita. Pentingnya CBR adalah tugas menulis yang
mengharuskan kita untuk meringkas dan mengevaluasi dua buku/tulisan ataupun
lebih. Dalam menulis CBR ini kita harus membaca secara seksama suatu buku
yang berkaitan agar kita dapat mmeberikan tujuan dari penulisan dan evaluasi
terhadap buku yang kompehensif, objektif dan sesuai fakta.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada pokok
bahasan tentang materi yang ada di dalam bab buku ini.
1.2 Tujuan
1. Untuk penyelesaian salah satu tugas CBR mata kuliah Pembelajaran
PPK SD
2. Menambah informasi tentang isi dari tiap-tiap bab yang ada didalam
buku sehingga kita bisa menjadi apa yang menjadi kekurangan dan
kelebihan dalam bab buku yang di CBR-kan.
3. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam mengkritik buku
dan membandingkannya dengan buku lainnya
3
4. Menguatkan kemampuan dan skill dalam mengkritisi sebuah buku dan
juga unutk menguatkan antara materi yang ada dalam tiap-tiap buku
yang Di CBR-ankan
1.3 Manfaat
1. Memberikan pemahaman tentang isi dari tiap-tiap materi yang ada di
dalam tiap buku
2. Melatih kita untuk mmeberikan informasi yang terlihat dalam sebuah
buku yng mengajak pembaca unutk melihat, memikirkan dan
mendiskusi tentang masalah yang mungkin timbul di dalam buku
3. Melatih kita untuk berpikir ktitis dalam meriviev dan membandingkan
buku
4. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk karya serupa
yang lebih baik dan bermutu
4
BAB II
RINGKASAN BUKU
2.1 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan di SD
Mata pelajaran PKN baru dikenal pada kurikulum 1968. Dalam
perkembangannya, didalam kurikulum sekolah proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) 1973, ada mata pelajaran PKN dan ada pengetahuan
kewarganegaraan negara.
Secara historis, dalam kurikulum 1975 istilah OKN telah diubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Mata pelajaran PMP berisikan materi pokok
pancasila bagaimana dijabarkan dalam pedoman penghayatan dan pengalaman
Pnacasila yang tertera pada ketetapan MPR No.II/MPR/1973.
Sejak berlakunya UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional sebagai pengganti UU No.2 tahun 1989 pasal 37 ayat 2, menetapkkan
kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi harus
memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa. Dengan
demikian, pendidikan pancasila tidak llagi terpisah, namun namanya menjadi
pendidikan kewarganegaraan yang didalamnya berisikan pendidikan nilai dan
moral yang bersumber pada pancasila.
Secara umum tujuan mengembangkan pendidikan kewarganegaraan
adalah agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik ( to be good
citizen) yakni warga yang memiiliki kecerdasan (civic inteligence) baik
intelektual, emosional, sosial maupun spritual memiliki rasa bangga dan tanggung
jawab (civic responsibility) dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegera (civic participations) agar tumbuh rasa kebanggan
dan cita tanah air.
Fungsi pendidikan kewarganegaraan ialah program pendidikan yang
membentuk karakter warga negara Indonesia menjadi warga negara yang
memiliki nilai dan moral yang luhur, cerdas, terampil, dan setia kepada bangsa
seperti yang diamanatkan Pancasila.
Mata pelajaran PPKN dkembangkan agar mampu mengarahkan warga
negara yang dinamis dalam rangka menghadapi tantangan di era global.
5
2.2 Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Kurikulum 2013
Dari kajian Print (1999:11) terhadap pelaksanaan pendidikan
kewarganegaraan di Asia dan Pasifik, ditemukan ada yang menyebut pendidikan
kewarganegaraan sebagai “civic education” yang mencakup kajian tentang
pemerintahan, konstitusi, rule of law, serta hak dan tanggung jawab warga negara.
Untuk yang lainnya, pendidikan kewarganegaraan disebut dengan “citizenship
education” dengan cakupan dan penekanan kajian meliputi proses-proses
demokrasi, partisipasi aktif warga negara, dan keterlibatan warga dalam suatu
civil society (masyarakat warga).
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan dalam
kurikulum 2006 mencoba membangun karakter warga negara yang baik melalui
pendekatan kompetensi dan materi kajian berbasis keilmuan. Materi kurikulum
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan disajikan dalam Standar Isi (SI) yang
meliputi Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar. Kritik dominan terhadap
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kurikulum 2006 adalah sedikitnya
kajian pancasila yang dilakukan secara eksplesit dikelas.
Ada pandangan bahwa nomenklatur Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 hendak menghidupkan kembali
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di era Orde Baru ke dalam
kebijakan Kurikulum 2013. Pada bagian lain, pemunculan kembali nomenklatur
ini merupakan reaksi terhadap kondisi kebangsaan yang makin tidak menentu
sehubungan dengan perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara yang terasa jauh
dari nilai-nilai Pancasila. Melalui program “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara” yang diusung oleh MPR sejak 2009, maka materi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 memuat program
tersebut. “Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara" meliputi Pancasila,
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi materi pokok Pendidikan
Kewarganegaraan.
Aspek penting dari pendidikan pancasila dan kewargaraan kurikulum 2013
ialah pentingnya penggunaan pendekatan ilmiah dalam segenap pembelajaran.
6
2.3 Kurikulum PPKn di SD
Kurikulum menuurt pandangan lama mempunyai makna kumpulan mata
pelajaran yang harus disampaikan guru, lebih lanjut diartikan sebagai isi mata
pelajaran. Sedangkan pendapat lain yang muncul adalah kurikulum tidka hanya
berdasarkan isi, tetapi lebih menekankan kepada pengalaman belajar. Pengalaman
belajar ini dapat berlansung disekolah, rumah ataupun masyarakat, baik bersama
guru ataupun tidak.
Dalam kurikulum 2013 memuat kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Setiap guru harus mengembangkan secara otonomi dalam pembelajaran kepada
siswa. Masuknya kembali PPKn lebih mengarah kepada materi yang meliputi:
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.
Keempat materi ini saling berkaitan satu sama lainnya dan semuanya dijiwai
pancasila.
Prinsip penyajian kurikulum dalam PPKn menurut Abdul Aziz (2008:28)
ada 4 (empat) yaitu:
a. dari prinsip mudah kesukar; prinsip ini digunakan dalam
pengajaran khususnya dalam pendidikan nilai, moral dan teori-teori
pendidikan.
b. dari sederhana ke rumit; prinsip ini pada dasarnya adalah konsep
atau nilai dan moral yang berkenaan dengan pengalaman nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. dari yang konkrit ke abstark; siswa SD pada prinsipnya lebih
mudah menangkap hal-hal yang sifatnya konkrit daripada sifatnya
abstrak.
d. dari lingkungan paling dekat ke lingkungan lebih luas; lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama bagi anak adalah keluarga.
Dalam keluarga anak lebih banyak melakukan interaksi
7
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Kualita suatu pembelajaran ditentukan oleh seberap
besar kegiatan pembelajaran dapat mengubah tingkah laku individu peserta didik
kearah sesuai yang ditetapkan. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Beberapa macam pendekatan nilai dan moral yang digunakan dalam
pembelajaran PPKn adalah evokasi pendekatan, inkulkasi (menanamkan),
pendekatan kesadaran, penalaran moral, pendekatan analisis nilai, pengungkapan
nilai, pendekatan komitmen, dan pendekatan memadukan.
Strategi pembelajaran merupakan pendekatan menyeluruh dalam suatu
sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk
mencapai tujuan umum pembelajaran yang melukiskan prosedur sistematis dalam
membantu usaha belajar peserta didik.
Pada dasarnya tidak ada strategi pembelajaran yang dipandang paling baik,
karena setiap strategi pembelajaran saling memiliki keunggulan masing-masing.
Strategi pembelajaran yang dinyatakan baik dan tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu belum tentu baik dan tepat digunakan dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang lain.
Macam – macam strategi pembelajaran PPKn adalah Jigsaw, Strategi
Reading Guide (Membaca Buku Ajar), Information Search (Mencari Informasi),
Critical Incident (Pengalaman Penting), Seeing How It Is (Melihat Kejadian
Sebenarnya), Brainstorming (Curah Gagasan), Small Group Discussion (Diskusi
Kelompok Kecil), Point Counterpoint (Adu Argumen), Active Debate (Debat
Aktif), Role Playing (Bermain Peran), Poster Comment (Mengomentari Poster
atau Gambar), dan Concept Map/Maping (Peta Konsep).
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pendidik atau
peserta didik dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada
proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam strategi.Tujuan pembelajaran
akan dapat tercapai secara optimal jika pemilihan strategi dan metode nya tepat.
Perlu diketahui bahwa supaya proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan
8
baik, dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dipilih satu atau lebih metode.
Macam – macam metode pembelajaran PPKn adalah metode ceramah, metode
cerita, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan, metode
permainan atau kompetensi dan metode simulasi.
9
4. Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual, beberapa jenis media yang
termasuk dalam kelompok ini adalah: 1) Film gerak, 2) Televisi, 3) Video,
4) Multimedia, dan 5) Benda.
Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam
mencapai tujuan belajar atau kompetensi tertentu.
Manfaat Sumber Belajar, antara lain meliputi: (a) Memberikan
pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik. (b) Dapat
menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara
langsung dan konkret. (c) Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian
yang ada di dalam kelas. (d) Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru.
(e) Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam
lingkup mikro maupun makro. (f) Dapat memberi informasi yang positif (g) Dapat
merangsang untuk berpikir.
Sumber belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (a) Pesan
(Message). Informasi yang harus disalurkan oleh komponen lain berbentuk ide,
fakta, pengertian atau data. (b) Manusia (People). Orang yang menyimpan
informasi atau menyalurkannya. (c) Bahan (Materials). Sesuatu, bisa media
software yang mengandung pesan untuk disajikan. (d) Peralatan (Devices). (e)
Metode/ Teknik (Technique). Prosedur cara yang disiplin dalam memanfaatkan
bahan, peralatan, atau situasi untuk menyampaikan pesan. Dan (f) Lingkungan
(Setting).
10
Pendekatan pembelajaran yang memusatkan perhatian pada proses
pembangunan pengetahuan, keterampilan, sikap spiritual dan sikap social melalui
transformasi pengalaman empiric dan pemaknaan konseptual terhadap sumber
nialai, instrumentasi dan fraksis nilai dan moral yang bersumber dari empat pilar
kebangsaan.
Pembelajaran PPKn dapat menggunakan strategi dan metode yaitu Jigsaw,
Strategi Reading Guide, Information Search dan sebagainya. Secara umum
strategi pembelajaran dalam PPKn yang dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa
dalam menguasai kompetensi secara utuh (KI-3, KI-4, KI-2, KI-1) secara utuh
melalui pembelajaran yang bersifat otentik.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk :
1. Silabus, Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih.
Didalam penyusunana RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Setiap RPP memuat secara utuh kompetensi sikap spritual
2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali atau lebih dari pertemuan ‘
3. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
4. Berpusat pada peserta didik
5. Mengembangkan budaya belajar sepanjang hayat
6. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran
7. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi dan antar muatan
8. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
11
kelas, umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar, meningkatkan
motivasi belajar siswa dan evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
Pendekatan Penilaian Otentik, adalah proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah
benar-benar dikuasai dan dicapai. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK),
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsp-prinsip sebagai berikut : (1) adil, (2) objektif,
(3) Sahih, (4) terpadu, (5) transparan , (6) menyeluruh, (7) sistematis, (8)
akuntable , (9)edukasif ,(10)ekonomis.
Aspek-aspek yang dinilai dalam PPKn ada tiga jenis, aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotor. Aspek Kognitif yaitu aspek yang berkaitan dengan
kegiatan otak. Dalam aspek kognitif ada 6 (enam) jenjang tingkatan yaitu,
knowledge, comprehension, application, analysis, dan evaluation. Aspek Afektif,
adalah rambu-rambu yang akan dinilai guru yang berhubungan dengan sikap dan
nilai-nilai siswa, seperti penghargaan diri, kecenderungan mengambil resiko atau
sikap terhadap pembelajaran. Ranah afektif dalam pembelajaran meliputi
beberapa jenjang, yaitu receiving (attending), responding, valuing, organization,
characterization by value or value complex. Aspek psikomotor, adalah aspek yang
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima
pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor dalam pembelajaran meliputi
beberapa jenjang, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi sikap. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian
diri menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai
rubrik.
12
Pelaksanaan penilaian oleh guru mencakup ulangan harian, penilaian
projek, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Penilaian mencakup
penilaian proses dan hasil belajar. Pelaksanaan penilaian dalam proses
pembelajaran diawali dengan penelusuran dan diakhiri dengan tes atau nontes.
Skor dan nilai penilaian kompetensi hasil belajar mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan dapat secara terpisah tetapi
dapat juga melalui suatu kegiatan atau peristiwa penilaian dengan instrumen
penilaian yang sama.
2.8 Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill) Dalam
Pembelajaran PPKn SD
Higher Order Thinking (HOT) atau disebut juga Higher Order Thinking
Skills (HOTS) menurut Ibrahim (2015) merupakan suatu konsep reformasi
pendidikan berbasis taksonomi hasil belajar (Taksonomi Bloom). Ide ini
menyatakan bahwa beberapa tipe belajar memerlukan lebih banyak proses
kognitif dari pada yang lainnya. Taksonomi Bloom pada tahun 1956 yaitu pada
awal perkembangannya memiliki enam levet tingkat berpikir menggunakan kata
benda yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan
kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Kurikulum 2013 yang ada saat ini sudah mengalami revisi pada standar isi
dan standar penilaian. Standar isi merangsang siswa untuk mampu berpikir kritis
dan dan analitis sesuai dengan standar internasional dengan melakukan
pengurangan materi yang tidak appropriate dan pendalaman serta perluasan materi
yang cocok bagi siswa. Sedangkan standar penilaian mengadaptasi model-model
penilaian standar internasional secara bertahap. Yang mana penilaian hasil belajar
lebih menitikberatkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skills/HOTS).
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Boom yang telah
disempurnakan oleh Anderwon & Krathwohl (2001) terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan
13
(applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mengkreasi (creating-C).
Peran soal HOTS antara lain (1) mempersiapkan kompetensi peserta didik
menyongsong abad ke-21, (2) memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan
daerah, (3) meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan (4) meningkatkan
mutu soal. Guru harus kreatif dalam mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik. Guru harus mampu membuat soal-soal yang variatif berupa kasus
yang konstekstual sesuai dengan tingkat pengetahuan peserta didik dan
pengalaman dalam kehidupan sehari. Kata tanya untuk mengasah kemampuan
berpikir tingkat tinggi misalkan dengan menggunakan kata: mengapa, bagaimana
cara, berikan alasan, dengan cara apa, dan harus bertindak bagaimana.
14
BAB III
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU
3.1 Kelebihan Buku
a. Dilihat dari aspek keterkaitan antar bab dalam buku
Didalam buku utama maupun buku pembanding yang saya gunakan, kedua
buku ini sudah memiliki keterkaitan antar bab yang baik, hal ini dapat dilihat dari
bagaimana susunan dimulai dari menggambarkan hingga bagaimana cara
menerapkan ataupun mengaplikasikannya kedalam pembelajaran PPKN di SD.
Buku utama dan buku pembanding saya gunakan keterkaitan antara setiap materi
dalam bab yang ada didalam adalah saling berkelanjutan, dimana dalam materi
pertama didalam bab merupakan awal serta gambaran/cerminan apa yang akan
digambarkan selanjutnya didalam materi selanjutnya
15
d. Jika dilihat dari sistematika penulisan
Dalam buku, baik buku utama maupun buku pembanding, dilihat dari
aspek layout dan tata letak, serta tata tulis,termasuk penggunaan font, keduan
buku yang saya gunakan baik pembanding maupun utama sudah cukup bagus,
dimana hal ini kita bisa lihat pada jenis tulisan yang digunakan adalah times new
roman dengan ukuran font 12, dan juga sudah memiliki aspek layout yang bagus
dan serta penggunaan margin yang sudah teratur dengan batas kanan-kiri 2 cm
dan atas-bawah 2 cm, dan juga penggunaan spasi yang sudah rapi yaitu 2,5. Selain
itu didalam buku utama yang saya gunakan ini juga sudah menggunakan
penomoran yang bagus.
16
3.2 Kelemahan Buku
a. Dilihat dari aspek isi buku atau konten
Buku utama yang saya gunakan lebih baik daripada buku pembanding,
dimana buku pemabanding hanya memebrikan sekiti penjabaran maateri yang ada
didalam buku, sedangkan didalam buku utama penjabaran materi dibuat secara
rinci dan menyeluruh. Kemudian didalam buku pembanding, penggunaan daftar
isi tidak sesuai dengan kaidah yang ada kurang menunjukkan kerapian didalam
penomoran halaman pada daftra isi. Selain itu baik buku utama maupun buku
tidak dilengkapi dengan rangkuman yang dapat memudahkan pembaca dalam
mengingat kembali poin-poin yang harus dingat didalam materi setiap bab yang
ada didalam buku. Selain itu didalam buku utama maupun buku pembanding
tidak ada menggambarkan peta konsep yang menunjukan pembahasan apa yang
akan dibahas didalam buku untuk setiap babnya.
Selain itu kelamahan buku utama adalah buku utama belum memiliki
identitias yang lengkap, dimana buku utama belum memiliki ISBN.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Buku utama dan buku pembanding ini berisikan materi tentang
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD yang sangat cocok digunakan
oleh guru mauapun calon guru SD. Buku ini memuat cukup materi yang lengkap
disertai dengan pembahasan-pembahasan teori yang berasal dari para ahli yang
mencetuskannya. Sehingga dengan membaca buku ini pembaca tidak hanya akan
menambah pengetahuan tetapi juga lebih memehami bagaimana cara penerapan
dan pengarajaran pembelajaran PPKN di dalam kelas.
Berdasarkan hasil pemaparan kelamahan dan kelebihan dari buku utama
dan buku pembanding yang kami gunakan , dapat disimpulkan bahwa kedua buku
ini baik buku utama maupun buku pembanding sudah dapat dikategorikan sangat
baik dan sangat layak digunakan sebagai bahan referensi dalam proses pengajaran
dan pedoman dalam melaksanakan pembalajaran PPKN di sekolah dasar.
4.2 Saran
Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang pemahaman akan materi yang
ada didalam buku ini pembaca dapat mencari buku lain lagi. Selain itu untuk juga
pembaca dapat mencari sumber-sumber lain seperti internet, jurnal , dan bertanya
langsung kepada ahlinya.
Dalam pengerjaan CBR ini diharapkan menggunakan pilihan kata yang
lebih sederhana lagi agar dapat di pahami dan di mengerti dengan mudah oleh
pembaca, selain itu dalam proses pencarian buku, diharapkan dapat memilih buku
sesuai dengan mata kuliah yang diberikan oleh Dosen.
18
DAFTAR PUSTAKA
Tim dosen PPKN SD. 2019. Pembelajaran PPKN SD.Medan : Fakultas Ilmu
Pendidikan.
19
Lampiran
Buku Utama
Buku pemabanding
20