Anda di halaman 1dari 54

Critical Book Review

Prodi : Pendidikan
Ekonomi

Prodi S1

SKOR NILAI:

Profesi Kependidikan
Buku 1:

(Disusun oleh:Dr.Yasaratodo wau,M.pd.)

Nama : Elisabet Pasaribu

NIM : 7193341028

Dosen pengampu : Dra.Eva Betty Simanjuntak M.Pd

Prodi : Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
Kata pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia Nya saya dapat menyelesaikan Critical book report ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Ibu Dra.Betty Simanjuntak
M.Pd, selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Profesi Kependidikan Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga critical book report sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan critcal book report ini di waktu yang akan datang.

Medan, Maret 2020

Elisabet Pasaribu
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

IDENTITAS BUKU..................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi CBR................................................................................................................6
B. Tujuan...................................................................................................................................6
C. Manfaat.................................................................................................................................6
BAB II ISI BUKU.....................................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN

A. Kelebihan dan Kelemahan Buku........................................................................................41


BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................................43
B. Saran...................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................44

LAMPIRAN............................................................................................................................45
IDENTITAS BUKU

Identitas buku utama

1. Judul buku : Profesi Pendidikan


2. ISBN : 978-602-7938-05-2
3. Nama pengarang : Dr.Yasaratodo Wau,M.Pd.,Prof.Dr Ibnu Hajar
Damanik,M.Si,Prof.Dr.Sahat Siagian,M.Pd.,Prof.Dr Rosmala Dewi,M.Pd,Dr.Wildansyah
Lubis,M.Pd.,Dr.Irsan Rangkuti,M.Pd,Drs.Robenhart Tamba,M.Pd,Dra.Sorta Simanjuntak,MS
4. Nama penerbit : UNIMED PRESS
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2013
7. Tebal buku : 242 Hal

Identitas buku pembanding 1

1. Judul Buku : Profesi Kependidikan


2. Pengarang : Drs.Perdy Karuru,M.Pd.,Drs.Daud Kuddi Tangkeallo,M.Pd
3. Penerbit : UKI TORAJA PRESS
4. Tahun Terbit : 2017
5. Kota Terbit : Tana Toraja
6. Tebal Buku : 210 Hal
7. ISSN : 978-602-18328-7-5
Identitas buku pembanding 2
1. Judul Buku : Profesi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
2. Pengarang : Dr.Rusydi Ananda,M.Pd
3. Penerbit : Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI)
4. Tahun Terbit : 2018
5. Kota Terbit : Medan
6. Tebal Buku : 286 Hal
7. ISSN : 978-602-51316-0-8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisi sebuah buku, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang dianalisis Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami,terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis
membuat CBR ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi .
Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas pengarang,
cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan teori yang
dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau  resensi sangat
bermanfaat untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan dan
kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk itu, kami harapkan kepada  pembaca  agar
mengetahui dan memahami mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi
buku tersebut dengan baik dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut
melainkan dapat memahami apa yang ada dalam buku tersebut secara mendalam.

B. Tujuan Penulisan CBR

Menambah  pengetahuan tentang bagaimana Profesi Kependidikan , Melengkapi tugas


perkuliahan  mata kuliah Pendidikan Ekonomi C,Menguatkan kemampuan melakukan
Critikal book Review,Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku tersebut.Menkritisi sebuah
buku tentang dasar Profesi Kependidikan, yang dikritik dalam buku tersebut yaitu
kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antara babnya.

C. Manfaat CBR

1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku
atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang
sama atau penulis lainnya.
BAB II
ISI BUKU
 Ringkasan Buku Utama
BAB 1. Hakikat Profesi Kependidikan
Secara etimologis istilah profesi berasal dari bahasa inggris “profession” atau
“menyatakan mampu atau ahli dalam satu bentuk pekerjaan”. Secara semantik profesi adalah
suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntukt keahlian (expertise) dari para anggotanya.
Artinuya, pekerjaan atau jabatan tersebut hanya hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang
yang memiliki keahlian yang dituntut oleh pekerjaan itu sendiri.keahlian yang dimaksud
bukan sekedar keterampilan semata melainkan menyangkut kemampuan
,sikap,kecakapan,dan kemampuan yang diperoleh melalui proses dan latihan tertentu
kemampuan,sikap,kecakapan,keterampilan,dan kemampuan yang diperoleh melalui proses
latihan tertentu.Good’s dictionary of education ,sebagaimana di kutip dan diterjemahkan oleh
sutisna ( 1985 ), mendefinisikan sebagai berikut :“profesi adalah suatu pekerjaan yang
meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasai oleh bkode
etik yang khusus”.dari penjelasan selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan yang berkualifikasi
profesional memiliki ciri-ciri : memerlukan persiapan atau pendidikan yang khusus bagi
calon pelakunya ( membutuhkan pendidikan pra jabatan yang relevan ), kecakapan seorang
pekerja kecakapan seorang pekerja provesional di tuntut memenuhi persyaratan yang telah
dilakukan oleh pihak yang berwenang misalnya ( organisasi profesional, konsorsium ),dan
jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat atau negara.Lebih lanjut dapat disimak
pendapat raka joni ( 1992 ) mengenaik profesi.ahli ini mengatakan bahwa perlu dibedakan
antara jabatan profesional dan jenis pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi lewat
pembiasaan melakukan keterampilan tertentu ( magang, keterlibatan langsung dalam situasi
kerja dilingkungannya, dan keterampilan kerja sebagai warisan orang tua atau
pendahuluannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua
pekerjaan dapat digolongkan kepada pekerjaan yang profesional.suatu pekerjaan dikatan
profesional apabila pekerjaan tersebut hanya dapat dikerjakan oleh orang yang mememnuhi
syarat atau kriteria tertentu.kriteria tersebut antara lain harus melalui pendidikan tinggi,
melibatkan kegiatan mental, menuntut keahlian, dan diikat oleh kode etik tertentu.
Sehubungan dengan tuntutasn yang harus dipenuhi dalam suatu profesi sanusi
mengemukakan beberapa ciri profesi ditinjau dari beberapa segi:
1). Segi fungsi dan signifikan sosial ;suatu profesi merupakan yang memiliki fungsi sosial
yang penting
2). Segi keahlian dan keterampilan ;untuk mewujudkan fungsi ini dituntut derajat keahlian
dan keterampilan tertentu
3). Memperoleh keahlian dan keterampilan yang dilakukan secara rutin,serta bersifat
pemecahan masalah atau menangani situasi kritis melalui teori dan metode ilmiah
4). Batang tubuh ilmu ; artinya profesi di dasarkan kepada suatu disiplin ilmu yang
jelas,sistematis dan eksplisit.
5). Masa pendidikan ; upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan
keahlian/keterampilan tersebut membutuhkan masa latihan yang lama dan dilakukan di
tingkat perguiruan tinggi
6). Aplikasi dan sosial nilai-nilai profesional ; proses pendidkan tersebut merupakan wahana
untuk sosialisasi nilai profesional dikalangan mahasiswa
7). Kode etik tertentu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
8). Wewenang / kekuasaan untuk memberikan suatu judgement / pendapat /putusan.
9). Tanggung jawab profesional atau otonomi.

BAB II PROFESIONALISASI GURU


A. Pengertian profesional
perubahan ( peristiwa ) diperkembangan sesuatu,kemajuan sosial berjalan terus, rangkaian
tindakan, pembuatan atau pengelolaan yang Kata profesionalisasi mengacu pada kata
proses.kata proses mengandung arti runtunan menghasilkan produk ( KBBI, 1999 ) yang
dapat diartikan sebagai pergerakan dari sesuatu yang bergerak terus menerus menurut aturan
yang lazim atau harus dijalankan.
B. Profesionalisasi jabatan guru
Profesionalisasi guru diawali dengan adanya niat menjadi guru akan tumbuh dan menemui
wujud yang sebenarnya jika ditinjak lanjuti dengan usaha sadar,berencana,bertanggung
jawab,dan komitmen yang tinggi dengan mengikuti proses pendidikan dan latihan yang telah
dipersiapkan untuk pekerjaan tersebut. Tindakan diwujudkan dengan memasuki lembaga
pendidikan yang ,mempersiapkan lulusannya menjadi guru yang profesional.lembaga
pendidikan ini diawali dari PAUD / SD, lalu melanjutkan ke SMP / SMA, lalu ke tingkat
perguruan tinggi di LPTK.pendidikan dan latihan yang diikuti oleh guru tidak dimulai sejak
memasuki LPTK,tetapi sejak masuk pendidikan dasar dan menengah.
C. Pengembangan kinerja guru
Kinerja guru merupakan salah satu indikator penentu ketercapaian tujuan pendidikan dan
pembelajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif.kinerja dalam bahsa inggris disebut
sebagai performance yang diartikan dengan penampilan atau unjuk kerja.kinerja mempunyai
makna yang lebih luas yang tidak hanya menyangkut hasil kerja,tetapoi juga proses krja yang
berlangsung dalam memproleh hasil kerja.
Pengertian kinerja menurut para ahli :
Groundland dalam anwar ( 2004 ) mendefinisikan kinerja sebagai penampilan perilaku
kerja yang ditandai olehb kekuasaan gerak, ritual,dan urutan kerja sesuai prosedur sehinggah
diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan dan jumlah.
Robbins ( 2007 ) mengemukakan kinerja adalah ukuran kerja yang dilakukan dengan
menggunakan kriteria yang disetujui bersama .
Mulyasa ( 2006 ) kinerja merupakan kemampuan, keterampilan ,kepribadian dan motivasi
untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik.
D. Faktor penentuan dan penilaian kinerja guru
Kinerja yang di definisikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorrang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang deberikan
kepadanya,dapat diartikan juga sebagai hasil gurru yang dapat dicapai selama melaksanakan
tugasnya .kinerja guru ditentukan oleh berbagai faktor yang satu sama lain salingt
berkaitan .menurut pidarta ( 1986 )bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja guru dalam dalam melaksanakan tugasnya yaitu : kepemimpinann kepala
sekolah,fasilitas kerja,harapan-harapan,kepercayaan personalia sekolah.
E. Pengembangan karir guru
UU NO. 14 tahun 2005 ini mengamanatkan bahwa terdapat dua jalur pe,mbinaan dan
pengembangaan profesi guru, yakni pembinaan dabn pengembangan profesi dan pembinaaan
dan pengembangan karir .pembinaan dan pengembangan guru tersebut untuk peningkatan
kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pemberhasilan kegiatan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
BAB III ORGANISASI DAN SIKAP PROFESI KEPENDIDIKAN
A. Organisasi profesi keguruan
1. Konsep dasar dan peranan organisasi profesional keguruan pengertian,tujuan dan fungsi
organisasi profesional
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu
keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. dikatakan ciri khas
oleh karena bidang pekerjaan tersebut diperoleh bukan secara kebetulan oleh sembarang
orang, teta[pi diperoleh melalui satu jalur khusus.boleh jadi melalui perguruan tinggi, atau
melalui penekunan secara sitematis dan mendalam.
Seorang guru dapat dikatan memiliki hak profesional jika memiliki lima aspek pokok yang
perlu diwujudkan yakni :
a. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum
b. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas
tanggung jawabnya,dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
c. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalm
rangka menjalankan tugasnya sehari-hari
d. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi
yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
e. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual
maupun secara institusional.
1. Analisis peranan organisasi profesional keguruan
a. Keadaan yang ditemui
Bagi profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat penting, karena
dalam undang-undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya.insan-insan
pendidikan ( tenaga kependidikan dan murid ) dilindungi secara hukum, mempunyai hak-hak
disamping kewajiban-kewajibannya.
b. Permasalahn yang dihadapi guru Permasalahn yang pokok yang dihadapi profesi guru dan
juga organisasi profesi guru sekarang ini adalah sebagai berikut :
1. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam dalam
peraturan yang berlaku yang berkenaan dengan profesi guru beserta kesejahterannya.
2. Penoingkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang lebih
terarah,yang memelihara keterpaduan antara pengembangan profesional dengan pembentukan
kemampuan akademik guru,dengan memberikan peluang kepada stiap calon guru untuk
melatih kerjqanyanya sebagai calon guru yang profesional.
3. Proses profesionalisasi guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak pendidikan
prajabatan, penmgangkatan, penempatan dan pembiyaan dalam jabatan.
4. Penataan organisasi profesi guru yang diarahan kepada bentuk whana untuk pelaksanaan
proses profesionalisasi guru,dan dapat memberikan batasan yang jelas mengenai profesi guru
dan profesi lainnya.
5. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu perilaku
profesional yang tegas,jelas, operasional serta perumusan sanksi-sanksi terhadap
penyimpangan.
6. Permasyarakatan kode etik guru diterpkan oleh setiap guru dan diindahkan oleh masyrakat
rekanan,sehuinggah tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap profesi guru
itu.
2. Kode etik guru
Kode etik berasal dari dua kata yaitu code dan ethic. Code atau kode berarti tulisan, kata
atau tanda, yang melalui persetujuamn mempunyai arti atau maksud tertentu.sedangkan ethic
atau etik dapat berartoi peraturan tatasusila; sikap atau akhlak. Dengan demikian kode etik
berarti ketentuan atau aturan yang berkenaan dengan tatasusila dan akhlak.akhlak adalah
ekspresi jiwa yang tampak dalam dalam perbuatan meluncur dengan mudah,tanpa
memerlukan pemekiran dan pertimbnagan lagi ( Abudin Nata, 2003 ).
Kode etik guru terdiri dari yaitu:
a) Guru berbakti membina anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang ber-pancasila
b) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan masing-masing anak didik
c) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan wewenang
d) Guru menciptakan suasana kehidupan ekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
siswa dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan ank didik.
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan kode etik keguruan
PGRI telah meneluarkan sebuah kode etik guru yang pada dasarnya mengatur perilaku
etis guru,melindungi profesi dan individu guru mengatur batas kewenangan
guru,mempertahankan kesejahteraan guru.kode etik guru terdiri dari dua bagian yaitu : (1)
kode etik guru indonesia dan (2) kode etik jabatan guru. Kedua kode etik tersebut berkenaan
dengan karakteristik perilaku yang baik secara umum, perilaku yang standar yang seharusnya
ditampilan oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya.
A. Sikap profesional kependidikan
1. Rasional sikap profesional kependidikan
Tenaga profesional pada dasarnya menuntut standar dalam sejumlah dimensi, baik standar
pendidikan prajabatan,maupun standar mutu kinerjanya atau sering disebut dengan standar
pelayanan minimal ( SPM ).standar pendidikan ditetapkan dalam bentuk undang-undang
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 35 ayat ( 1 ),
sedangkan standar mutu kinerja umumnya ditentukan oleh stakeholders atau penggunasan
lulusan, seperti instansi peerintahan maupun swasta.
2. Pengertian sikap profesional
Sikap (attitude)merupakan suatu kecenderungan perasaan terhadap suatu objek yang
memiliki seseorang terhadap sesuatu pekerjaan justru itu sikap bisa dipakai sebagai alat untuk
memprediksi perilaku orang tersebut daslam bekerja. Kecenderungan berperilaku bermaksud
dimulai dari mendukung objek tertentu sampai dengan menolaknya.
3. Sasaran sikap profesional kependidikan
a. Sikap terhadap peraturan-peraturan perundang-undangan
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20 ayat d dan e berbunyi
: (e).” Menjunjung tinggi peraturan perundanga-undangan, hukum kode etik gfuru,serta nilai-
nilai agama dan etika”. (e). Memelihara dam memupuk persatuan dan kesatuan bangsa”.
b. Sikap terhadap organisasi profesi
Organisasi profesi merupakan suatu sistem menyepakati suatu komitmen bersma,dibentuk
berdasarkan unsur-unsur anggota.oleh karena itu seluruh anggotanya harus bertindak sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan bersama .
c. Sikap terhadap teman sejawat
Dalam kode etik guru indonesia diantaranya disebutkan bahwa “guru harus menciptakan
suasana kekluargaan di dalam dan di luar sekolah”. “ guru harus menciptakan suasana
kekeluargaan di dalam dan di luar sekolah “
d. Sikap terhadap peserta didik
“Guru harus berperilaku profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran”.
e. Sikap terhadap tempat kerja
Lingkungan tempat kerja guru. Mengharuskan guru aktif dalam menciptakan suasana yang
kondusif dengan cara, meningkatkan kompetisi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
BAB IV TENTANG PERANAN GURU DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Hakikat manajemen pendidikan
1. Pengertian manajemen pendidikan
Kata manajemen berasal dari bahasa inggris dengan istilah kata dasar manager yang
berarti kelola. Management berarti pengelolaan,yang berarti penggunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran.sedangkan pengelolaan merupakan proses yang memberikan
pengawasan terhadap semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan.
2. Fungsi manajemen pendidikan
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses.pengertian proses mengacu kepada
serangkaian kegiatan yang dimulai dari penentuan sasaran ( tujuan ) sampai berakhirnya
tercapaianya tujuan.
Fungsi manajemen yaitu :
a. Perencanaan ( planning )
Perencanaan kata dasarnya rencana paa dasarnya merupakan tindakan memilih dan
menetapkan segala aktivitas dan sumber daya yang akan dilaksanakan dan digunaka dimasa
akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pengorganisasian
Diartikan sebagai kegiatan pembagian peranan, tugas dan tanggung jawabpada orang dan
bagian unsur yang terlibat dalam kerja sama sekolah.
c. Penyusunan pegawai (staffing )
Merupakan fungsi yang tidak kalah pentingnya yaitu
menentukan,memilih,menentukan,membina/membimbing sumberdaya manusia dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan seni pembinaan sumber daya manudsia.
d. Pengarahan ( directing )
Diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan dapat
berjalan seperti yang dikehendaki.
e. Koordinasi ( coordinating )
Merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-orang yang terlibat dalam organisasi
kedalam suasana kerja sama yang harmonis.
f. Pencatatan dan pelaporan
Fungsi ini memegang peranan penting dalam memberhasilkan kegiatan manajemen
pendidikan.
g. Pengawasan ( controling )
Fungsi administrasi yang mengharapkan setiap administrator memastikan bahwa apa yang
dikerjakan sesuai dengan yang direncanakan.
Bidang tugas manajemen pendidikan yaitu:
a. Pengelolaan bidang kurikulum
b. Pengelolaan peserta didik
c. Pengelolaan personalia peserta didik
d. Pengelolaan perlengkapan pendidikan
e. Pengelolaan keuangan pendidikan
f. Pengelolaan layanan khusus
g. Pengelolaan ketatahusahaan
h. Pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat
B. Hubungan kemitraan dengan stakeholders
1. Stakeholders pendidikan
Adalah orang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau
lembaga pendidikan. Stakeholders adalah orang-orang atau badan yang berkepentingan
langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan pendidikan di sekolah.
2. Hubungan sekolah dan masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat termasuk instansi pemerintah maupun swasta
adalah suatu proses kominikasi dengan masyarakat tentang kebutuhan dan praktek
pendidikan serta mendorong minat dan kerja sama warganya dan usahanya memperbaiki
sekolah.
BAB V HAKIKAT SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Pengertian supervisi pendidikan
Sesungguhnya konsep supervisi pada awalnya adalah adanya kebutuhan akan landasan
pembinaan situasi pembelajaran dengan cara membimbing guru dalam memilih metode
mengajar yang tepat, dan pentingnya mempersiapkan guru yang mampu melaksanakan
tugasnya dengan kreativitas yang tinggi yang didasari oleh otonom sebagai guru terus
berlangsung.
B. Latar belakang pentingnya supervisi pendidikan
1. Penyelenggaraan pendidikan melibatkan peran sejumlah orang yang perlu dikendalikan
dalam kerjasama.
2. Pada umunya semua tugas pendidikan, khususnya guru, memiliki potensi yang lebih besar
daripada yang ditampilkannya “saat ini “ ( saat ia melaksanakan tugas ).
3. Pada pengajar tidak mungkin selalu dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
4. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan tuntutan kebutuhan
masyarakat yang semakin kompleks,telah mengakibatkan adanya perkembangan tuntutan
tanggung jawab terhadap guru.
C. Tujuan supervisi pendidikan
1. Membantu guru-guru dalam mengembangkan proses belajar mengajar
2. Membantu guru-guru menterjemahkan kurikulum ke dalam bahasa belajar mengajar
3. Membantu guru melihat tujuan pendidikan,membimbing pengalaman belajar mengajar,
menggunakan sumber belajar
4. Membantu guru-guru mengembangkan profesional guru dan staf sekolah.
D. Fungsi supervisi pendidikan
a. Pengembangan tujuan
b. Pengembangan program
c. Koordinasi pengawasan
d. Motivasi
e. Pemecahan masalah
f. Pengembangan profesional
g. Penilaia keluaran pendidikan
E. Prinsip supervisi pendidikan
1. Supervisi merupakan bagian internal dari program pendidikan
2. Semua guru memerlukan dan berhak atas bnatuan supervisi
3. Supervisi hendaknya disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan perorang
4. Supervisi hendaknya membantu menjelaskan tujuan-tujuan dan sarana pendidikan
5. Supervisi hendaknya membantu memperbaiki sikap dan hubungan dari semua anggota staf
sekolah
6. Tanggung jawab dalam pengembangan supervisi
7. Harus ada dana yang memadai bagi program kjegiatan supervisi
F. Permasalahan pada super visi
Marsudi w. Kisworo ( 2013 ) menjelaskan bahwa kompetensi guru mengalami
kemerosotan karena pembinaan yang diabaikan.menurut sumber ini, kompetensi tergolong
guru tergolong rendah. 60 persen lebih serius guru harus dapat pembinaan serius .
G. Pendekatan supervisi pendidikan
 Supevisi merupakan usaha membantu dan melayani guru kemampuan meningkatkan
kemampuan keguruannya mengembangkan kurikulum melalui penyususnan strategi
pembelajaran
 Supervisi tidak langsung diarahkan kepada murid,tetapi kepada guru yang membina
murid itu dengan menggunakan pendekatan
 Supervisi tidak bersifat direktif ( mengarahkan )
H. Tugas supervisor
 Membantu guru membuat perencanaan pembelajaran
 Membantu guru untuk menyajikan pembelajaran
 Membantu guru untuk mengevaluasi pembelajaran
 Membantu guru untuk mengelola kelas
 Membantuk guru dalam mengevaluasi kurikulum
I. Teknik supervisi pendidikan
Macam-macam teknik supervisi pendidikan yaitu
1. Teknik supervisi pendidikan
 Pertemuan orientasi
 Rapat guru
 Studi kelompok antar kelas
 Diskusi sebagai pertukaran pikiran atau pendapat
 Workshop ( lokakarya)
 Tukar menukar pengalaman
2. Teknik supervisi yang bersifat individual
 Kunjungan kelas
 Observasi kelas
 Percakapan pribadi
 Inter visitasi
 Menilai diri sendiri
 Supervisi klinis
BAB VI TENTANG BIMBINGAN KONSELING DAN PERAN GURU
A. Pendahuluan
Bimbingan konseling di sekolah merupakan salah satu aktivitas pendidikan yang tidak
boleh lepas dari perhatian administrator, manajer dan guru sekolah. Kemampuan mengenal
dan menyelenggarakan program bimbingan konseling merupakan salah satu tuntutan bagi
seorang kepala sekola sebagai manajer dan bagi guru sebagai pembimbing.penyelenggaraan
program bimbingan konseling di sekolah berada di bawah tanggung jawab kepela sekolah
sebagai manajer sekolah.
1. Konsep dasar konseling
Secara umum konseling dapat diartikan sebagai bantuan.namun dalam pengertiam
sebenarnya, tidak setiap bentuk bantuan adalah konseling. Bentuk bantuan dalam arti
konseling membutuhkan syarat, bentuk, prosedur dan pelaksanaan tertentu sesuai dengan
dasar, prinsip dan tujuan.
2. Pengertian konseling
Konseling merupakan suatu proses pertemuan langsung antara konselor dengan konseli
yang bermasalah, dimana pembimbing membantu konseling dalam mengusahakan perubahan
sikap dan tingkah laku.tugas konselor adalah mengusahakan perubahan sikap tersebut.
Perubahan tingkah laku tanpa perubahan sikap yang mendasarinya mungkin akan bersifat
sementara saja karena adanya tekanan dari luar atau karena ada sesuatu akan lebih bersifat
permanen, sebab perubahan sikap terjadi atas penemuan dan pemahamannya.
3. Tujuan konseling
Secara khusus pelayanan konseling di sekolah bertujuan agar siswa dapat :
• Memahami dirinya dengan baik
• Memahami linkungannya dengan baik
• Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana
• Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
4. Fungsi konseling
 Fungsi pemahaman
 Fungsi pencegahan
 Fungsi penyaluran
 Fungsi penyesuaian
 Fungsi perbaikan
 Fungsi pengebangan
B. Landasan layanan bimbingan konseling
Layanan bimbingan dan konseling meruapakan bagian integral dari pendidikan di indonesia.
 Landasan filososfis
Landasan yang memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan
secara logis, etis maupun estetis.
 Landasan psikologis
Landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang oerilaku individu
yang menjadi sasaran layanan ( klien ).
 Landasan sosial-budaya
Landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi
kesosialan dan dimensi budaya sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu
 Landasan ilmu pengetahuan dan tekonolgi ( iptek )
Kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan,baik yang menyangkut teori
maupun prakteknya.
 Landasan religius
Ditekankan pada tiga hal yaitu manusia sebagai makhluk tuhan,sikap yang mendorong
perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah
agama, dan supaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkan secara optimal
suasana dan perangkat budaya
 Landasan yuridis –formal
Berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di indonesia
C. Orientasi layanan konseling
 Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri
 Pengenalan lingkungan
 Pengambilan keputusan
 Pengarahan diri
 Perwujudan diri
D. Prinsip pkok konseling
a. Prinsip umum konseling
 Perlu dipahami perbedaan individu agar dapat memberikan layanan yang sesuai
 Konseling hendaknya berpusat pada individu
 Program konseling harus sesuai dengan program pendidikan
b. Prinsip khusus konseling
 Pelayan konseling harus diberikan kepada semua individu
 Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanban konseling
 Program konseling harus berpusat pada siswa
E. Azas –azas pokok konseling
 Azas kerasiaan
 Azas kesukarelaan
 Azas kekinian
 Azas kemandirian
F. Pengembangan progeram BK di sekolah
1. Komponen struktur program bimbingan dan konseling di sekolah
a. Layanan dasar bimbingan
b. Layanan responsif
c. Layanan perencanaan individual
d. Layanan dukungan sistem
G. Kebutuhan konseling khusus di masa depan
Pelayanan konseling berada di dalam keseluruhan pelayanan bagi perkembangan dan
kebahagian hidup kemanusian.dengan berbagai potensi, kebutuhan dan kondidi diri,setiap
individu dikehendaki untuk berkembang secara optimal,menjalani dan mencapai taraf
kehidupan dan martabat serta membahagiakan.

 Ringkasa Buku Pembanding I

BAB 1 Pengertian dan Syarat Profesi


1. Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalisme,Profesionalitas, dan Profesionalisasi
Secara klasikal, pengertian profesi mengandung dua makna:
1) menunjukkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan menjadi keyakinan (to
belief in) atas suatu kebenaran (ajaran agama), atau kredibilitas seseorang,
2) menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi bagi
pelakunya dan berhubungan dengan pekerjaan mental (bukan manual), seperti mengajar,
keinsinyuran, kedokteran, dsb ((Hornby, 1962).
Profesi adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu "Profess", yang dalam bahasa
Yunani adalah "Επαγγελια", artinya: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu
tugas khusus secara tetap/permanen". Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Balai Pustaka, 1996:789) bahwa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi oleh
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Sedangkan Websters New Wold
Dictionery (dalam Oteng:2 1983) menyebutkan bahwa profesi sebagai suatu pekerjaan yang
meminta pendidikan tinggi dalam liberaltas atau sains, dan biasanya meliputi pekerjaan
mental, bukan pekerjaan manual atau pekerjaan kasar, seperti mengajar, keinsinyuran,
mengarang dan seterusnya.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses
sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi. Contoh profesi adalah bidang
keguruan, hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik dan desainer.
2. Karakteristik dan Syarat Profesi
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 7 disebutkan bahwa profesi guru dan profesi dosen
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latarbelakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
B. Pengertian Profesi Keguruan
Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola,
formal dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1)
dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Makagiansar, M. (1996) menjelaskan bahwa profesi guru adalah orang yang memiliki
latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan
tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
Nasanius, Y. (1998) mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh
warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada
beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain:
(a) sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih
(b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang dimiliki,
(c) sebagai petugas kemashalakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk
menjadi warga negara yang baik.
Galbreath, J. (1999) profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani.
Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan
atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas
berat mencerdakan anak didik.
C. Kode Etik Profesi Keguruan
Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia memiliki kode etik dan
sumpah profesi. Guru juga harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar minimal
sehingga nantinya “tidak malapraktik” ketika mengajar. Direktur Program Pascasarjana
Uninus, Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, M.P.A., menyatakan hal itu di ruang kerjanya Jln.
Soekarno-Hatta, Kamis (4/10). “Dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter, guru masih
tertinggal karena belum memiliki sumpah dan kode etik guru,” katanya. Adanya sumpah
profesi dan kode etik guru, menurut Achmad Sanusi, sebagai rambu-rambu, rem, dan
pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya, guru harus
bertanggung jawab dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan kepada
peserta didik. Jangan sampai terjadi malapraktik pendidikan. Kode etik guru, dibentuk
berdasarkan prinsif-prinsif yang sama dengan kode etik jabatan (profesi) yang lain, yaitu
tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati
untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu
kesepakatan suatu organisasi. Kode etik juga dapat berarti kumpulan peraturan yang
sistematis. Kode etik adalah norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Kode etik
profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari sesuai jabatan. Berikut kode etik profesi guru di Indnesia.
KODE ETIK GURU INDONESIA
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan nasional.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanaakn segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dalam
pembangunan pendidikan.
D. Pengembangan Profesi Keguruan
Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan
pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk meningkatkan mutu, baik bagi proses
pembelajaran dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya. Macam kegiatan guru yang
termasuk kegiatan pengembangan profesi adalah:
(1) mengadakan penelitian dibidang pendidikan,
(2) menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan,
(3) membuat alat pelajaran/peraga atau bimbingan,
(4) menciptakan karya tulis,
(5) mengikuti pengembangan kurikulum (Zainal A& Elham R, 2007: 155).
E. Tujuan Pengembangan Profesi Keguruan
Tujuan pengembangn profesi adalah untuk meningkatkan mutu guru agar guru lebih
profesional dalam pelaksanaan tugas pada bidang pengembangan profesi meliputi kegiatan
sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan.
2. Membuat alat pelajaran/alat peraga/alat bimbingan.
3. Menciptakan karya seni.
4. Menemukan teknologi tepat guna dibidang pendidikan.
5. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Guru yang profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum berpendidikan S-
1/D-4 dan sertifikat mendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Guru yang memenuhi persyaratan kriteria profesi inilah diharapkan mampu menjalankan
tugas utamanya secara efektif dan efisien dalam mewujudkan proses pendidikan dan
pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yakni mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat
berilmu, cakap kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab.
BAB 2 KOMPETENSI PROFESI KEGURUAN
A. Karakteristik Kompetensi Profesi Guru
Kompetensi merupakan suatu karakteristik yang mendasar dari seseorang individu, yaitu
penyebab yang terkait dengan acuan kriteria tentang kinerja yang efektif ”A competency is an
underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced
effective and/or superior performance in a job or situation“ (Spencer & Spencer, 1993:9).
Karakteristik yang mendasari (underlying characteristic) berarti kompetensi merupakan
bagian dari kepribadian seseorang yang telah tertanam dan berlangsung lama dan dapat
memprediksi perilaku dalam berbagai tugas dan situasi kerja. Penyebab terkait (causally
related) berarti bahwa kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja
(performance). Acuan kriteria (criterionreferenced) berarti bahwa kompetensi secara aktual
memprediksi siapa yang mengerjakan sesuatu dengan baik atau buruk, sebagaimana diukur
oleh kriteria spesifik atau standar.
B. Standar Kompetensi Guru
Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua
pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan
kompetensinya. Hal tersebut menempatkan pentingnya upaya peningkatan kualitas
pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan terus menerus,
sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa
(nation character building). Untuk itu, guru sebagai pribadi utama harus ditingkatkan
kompetensinya dan diadakan sertifikasi sesuai dengan pekerjaan yang diembannya. Dalam
kerangka inilah pemerintah merasa perlu mengembangkan standar kompetensi dan sertifikasi
guru, sebagai bagian dari standar pendidikan nasional (SPN) dan standar nasional Indonesia
(SNI). Pada hakikatnya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan
guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan
tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan
masyarakat dan tuntutan zaman.
C. Sertifikasi Guru
Menurut Trianto dan Tutik (2004:11) istilah sertifikasi dalam makna kamus berarti surat
keterangan (sertifikasi) dari lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi dan
sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas. Bagi
guru agar dianggap laik dalam mengemban tugas profesi mendidik maka ia harus memiliki
sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik tersebut diberikan kepada guru dan dosen yang telah
memenuhi persyaratan.
D. Aspek-Aspek Kompetensi Profesi Guru
Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai 4 kompetensi.
Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan kualitasnya tersebut
adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Guru harus menguasai 4
kompetensi tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik.
BAB 3 PERAN PROFESI GURU DALAM SISTEM PEMBELAJARAN
A. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi
peserta didik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada
orang yang membantu.
2. Komponen Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
b. Materi Pembelajaran
c. Metode Pembelajaran
d. Media Pembelajaran
e. Evaluasi Pembelajaran
f. Peserta didik
g. Pendidik/Guru
h. Lingkungan Tempat Belajar
B. Peran Guru Dalam Sistem Pembelajaran
Tugas guru dalam menjalankan profesi kependidikan yang teramat luas, termasuk di
dalamnya tugas guru sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Akan tetapi, muara tugas utama
kedua peran tersebut terjadi pada arena proses pembelajaran, yaitu upaya guru dalam
menciptakan situasi interaksi pergaulan sosial dengan merekayasa lingkungan yang kondusif
bagi terjadinya perkembangan optimal peserta didik. Guru memainkan multiperan dalam
proses pembelajaran yang diselenggarakan dengan tugas yang amat bervariasi. Ia berperan
sebagai manajer, pemandu, organisator, koordinator, fasilitator, komunikator, dan motivator
proses pembelajaran.
BAB 4 SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Pengertian Supervisi
Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan
pembelajaran. Akan tetapi nampaknya masih banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan
istilah tersebut. Untuk menumbuhkan suatu kerangka acuan mengenai pengertian supervisi,
ada baiknya kita mengkaji kembali beberapa pendapat para ahli.
1. Neagley (1980:20) dikutip oleh Made Pidarta, mengemukakan bahwa setiap layanan
kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan
kurikulum dikatakan supervisi. Supervisi di sini diartikan sebagai bantuan dan bimbingan
kepada guru-guru dalam bidang instruksional, belajar dan kurikulum, dalam usahanya
mencapai tujuan sekolah.
2. Kimbal Wiles (1956:8) berpendapat bahwa “Supervision is an assistance in the
development of a better teachinglearning situation”, yaitu suatu bantuan dalam
pengembangan/ peningkatan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
3. N. A Ametembun (1981:5) merumuskan bahwa supervisi pendidikan adalah pembinaan ke
arah perbaikan situasi pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan berupa bimbingan atau
tuntutan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya, dan peningkatan mutu
mengajar dan belajar pada khususnya.
4. Oteng Sutisna (1982:223) menjelaskan bahwa pandangan baru tentang supervisi terdapat
ide-ide pokok, seperti: menggalakan pertumbuhan profesional guru, mengembangkan
masalah-masalah pembelajaran dengan efektif. Pendekatan-pendekatan baru tentang supervisi
ini menekankan pada peranan supervisi selaku bantuan, pelayanan atau pembinaan pada guru
dan personil pendidikan lain dengan maksud untuk kemampuan guru dan kualitas pendidikan.
B. Fungsi dan Tujuan Supervisi
1. Fungsi Supervisi Pendidikan
Dalam pelaksanaannya supervisor pendidikan perlu memahami fungsi-fungsi supervisi
yang merupakan tugas pokok sebagai supervisor pendidikan. Fungsi-fungsi utama supervisi
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan inspeksi
Sebelum memberikan pelayanan terhadap guru, supervisor perlu mengadakan inspeksi
terlebih dahulu. Inspeksi tersebut dimaksudkan sebagai usaha mensurvei seluruh sistem
pendidikan yang ada, guna menemukan masalah-masalah, kekurangan-kekurangan, baik pada
guru, peserta didik, perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan, metode mengajar, maupun
perangkat lain di sekitar keadaan proses belajar mengajar. Sebagai fungsi supervisi, inspeksi
harus bersumber pada data yang aktual dan tidak pada informasi yang sudah kadaluwarsa.
b. Penelitian hasil inspeksi data
Data tersebut kemudian diolah untuk dijadikan bahan penelitian. Dengan cara ini dapat
ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai keperluan penyelenggaraan pemberian
bantuan kepada guru, sehingga supervisi dapat berhasil dengan memuaskan.
2. Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan
kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar
peserta didik. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan
potensi kualitas guru. Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di
lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat
otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan
situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subyek yang dapat
berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang
obyektif.
C. Teknik Supervisi Pendidikan
1. Kunjungan Kelas
2. Pertemuan Pribadi
3. Rapat Dewan Guru
4. Kunjungan Antar Kelas
5. Kunjungan antar sekolah
6. Penerbitan buletin profesional
7. Penataran atau pendidikan dan pelatihan
D. Prosedur Supervisi Pembelajaran/Pelayanan Profesional Guru
Supervisi merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan membawa guru ke tingkat
kemampuan yang lebih tinggi. Jadi supervisi tidak dapat diselesaikan dengan satu kegiatan
berupa kunjungan kelas saja, atau hanya dengan mengadakan wawancara saja, atau hanya
menyuruh guru mengikuti penataran saja.
BAB 5 PERAN PROFESI GURU DI BIDANG LAYANAN ADMINISTRASI
A. Pengertian Administrasi Pendidikan
Menurut Soebari Trisna, administrasi adalah keseluruhan proses penyelenggaraan dalam
usaha kerja sama dua orang atau lebih dengan secara rasional untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya secara efesien. Sedangkan Depdiknas menjelaskan bahwa
administrasi ialah usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber secara efektif dan
efesien guna untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
B. Fungsi Administrasi Pendidikan
Fungsi umum administrasi yang oleh Henri Fayol dikatakan berlaku bagi setiap
organisasi. Pada dasarnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui
serangkaian usaha tersebut. Oleh karena itu fungsi administrasi pendidikan dibicarakan
sebagai serangkaian proses kerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.
C. Tujuan Administrasi Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan adalah agar semua kegiatan yang mendukung tercapainya
tujuan pendidikan. Kemudian menurut Sergiovani dan Carver adalah efektivitas produksi,
efesien, kemampuan menyesuaikan diri, dan kepuasan kerja. Sedangkan tujuan administrasi
pendidikan di Indonesia yang dilaksanakan di sekolah juga bersumber dari tujuan pendidikan
Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
D. Peran Guru Dalam Administrasi Pendidikan
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992, Pasal 20 disebutkan bahwa :
"Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai pengelola satuan
pendidikan dan pengawas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipilih dari kalangan
guru." Ini berarti, bahwa selain peranannya untuk menyukseskan kegiatan administrasi di
sekolah, guru perlu secara sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam administrasi
sekolah, jika karier yang ditempuhnya nanti adalah menjadi pengawas, kepala sekolah atau
pengelola satuan pendidikan yang lain.
BAB 6 PERAN PROFESI GURU DI BIDANG LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING
A. Pengertian Layanan Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik perorangan
maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan
pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995). Bimbingan dan
konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai
tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan
lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya.
B. Fungsi dan Tujuan Layanan Bimbingan Konseling
1. Fungsi Layanan Bimbingan Konseling
Fungsi bimbingan dan konseling adalah :
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama).
b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya.
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif
dari fungsifungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi
ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
C. Landasan Bimbingan Konseling
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk
dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila
bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah
atau bahkan ambruk.
D. Peran Guru Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling
1. Peran Guru Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru
bimbingan dan konseling (guru BK) melainkan menjadi tanggung jawab bersama semua
guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran di bawah koordinasi guru bimbingan dan
konseling. Sekalipun tugas dan tanggung jawab utama guru kelas maupun guru mata
pelajaran adalah menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran, bukan berarti dia
sama sekali lepas dari kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
BAB 7 USAHA-USAHA PENGEMBANGAN GURU SEBAGAI TENAGA PENDIDIK
A. Usaha-Usaha Pengembangan Guru
Guru sebagai tenaga pendidik, harus ada usaha untuk menjadikannya berkembang sesuai
pekembangan zaman yang semakin maju. Usaha-usaha itu adalah:
1. Program Pre-service Education
Program pre-service education adalah program pendidikan yang dilakukan pada
pendidikan sekolah sebelum calon guru mendapatkan tugas tertentu dalam suatu jabatan.
Lembaga ppenyelenggara program pre-service education adalah pendidikan tinggi.
Universitas yang menyediakan program ini berkenaan dengan kurikulum pendidikan guru
dan kemitraan dengan sekolah dengan membekali mahasiswa calon guru dengan pengetahuan
dan keterampilan formal kependidikan dan pengetahuan tentang sekolah.
B. Dasar Pengembangan Profesi Guru
Sebagai suatu profesi, guru harus berkembang sesuai dengan persyaratan profesionalnya.
Karena profesi guru memberikan layanan kepada masyarakat dan anak didik, maka
diperlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta kemampuan yang selalu berkembang.
Adapun dasar yang digunakan mengapa profesi keguruan harus dikembangkan adalah :
1. Dasar Filosofis
2. Dasar Psikologis
3. Dasar Pedagogis
4. Dasar Ilmiah
5. Dasar Sosiologis
C. Perlunya Preservice, Inservice-Training Dan Upgrading Dalam Pendidikan
Persiapan calon-calon guru selama belajar di perguruan tinggi belumlah merupakan
persiapan-persiapan yang cukup lengkap jika ditinjau dari tugas kewajibannya sebagai
pendidik yang sangat luas setelah keluar dari sekolah itu. Persiapan-persiapan yang diterima
di sekolah guru, waktu dan luasnya sangat terbatas; juga sebagian besar merupakan persiapan
yang bersifat teoritis.

 Ringkasa buku Pembanding 2


BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pengertian Profesi
Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah “profession”, dalam bahasa Belanda “professie”
yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “professio” yang bermakna pengakuan
atau pernyataan. Kata profesi juga terkait secara generik dengan kata “okupasi” (Indonesia),
accupation (Inggris), accupatio (Latin) yang bermakna kesibukan atau kegiatan atau
pekerjaan atau mata pencaharian.
B. Karakteristik Profesi
Flexner sebagaimana dikutip Prayitno (2009:466) memaparkan ciri-ciri profesi dalam 6
(enam) karakteristik sebagai berikut:
1. Keintelektualan.
Kegiatan professional merupakan pelayanan yang lebih berorientasi mental daripada
manusia (kegiatan yang memerlukan ketrampilan fisik), lebih memerlukan proses intelektual
atau berpikir daripada kegiatan rutin. Melalui proses berpikir tersebut, pelayanan professional
merupakan hasil pertimbangan yang matang, berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Kompetensi professional yang dipelajari.
Pelayan professional didasarkan pada kompetensi yang tidak diperoleh begitu saja,
melainkan kompetensi tersebut diperoleh melalui proses pembelajaran secara intensif.
3. Objek praktek spesifik.
Pelayanan suatu profesi tertentu terarah kepada objek praktek spesifik yang tidak ditangani
oleh profesi lain. Tiap-tiap profesi menangani objek praktek spesifiknya sendiri.
C. Tenaga Kependidikan.
Kata kependidikan berkenaan dengan bidang pekerjaan mendidik. Kata ini berasal dari kata
pendidik mendapat awalan “ke” dan berakhiran “an”, berartti proses atau kegiatan mendidik.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, kata pendidikan berarti sama dengan menunjuk kata
“keguruan dan ilmu pendidikan” sehingga apabila dikaitkan dengan tenaga kependidikan
berarti orang-orang yang terlibat dalam proses kegiatan pendidikan (Yahya, 2013:17).
D. Hak Dan Kewajiban Tenaga Kependidikan
Hak yang melekat pada diri tenaga kependidikan sebagaimana dipaparkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
2. Memperoleh penghasilan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh pembinaan karir sesuai dengan tuntunan pengembangan kualitas.
4. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual.
5. Memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
E. Klasifikasi Tenaga Kependidikan
Klasifikasi tenaga kependidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
BAB 2 GURU
A. Pengertian
Kata “GURU” terkadang ditengah-tengah masyarakat merupakan akronim dari orang yang
di “gugu” dan di “tiru” yaitu orang yang selalu dapat ditaati dan diikuti (Yamin dan Maisah,
2010:88). Dalam hal ini guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada orang
lain yang melaksanakan pendidikan dan pembelajaran ditempat-tempat tertentu, tidak mesti
di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di rumah dan sebagainya
(Djamarah, 2005:31).
B. Peran dan Fungsi Guru.
Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.
Secara khusus dalam pembelajaran guru mempunyai peran dan fungsi untuk mendorong,
membimbing dan memfasilitas siswa untuk belajar. Ki Hajar Dewantara menegaskan
pentingnya peran dan fungsi dalam pendidikan dengan ungkapan: Ing ngarsa sung tulada
berarti guru berada di depan memberi teladan, ing madya mangun karsa, berarti guru berada
ditengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, dan tut wuri handayani berarti guru dari
belakang memberikan dorongan dan arahan. Konsep yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara
ini menjadi pedoman dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia.
C. Kualifikasi Dan Kompetensi Guru
Terkait dengan kualifikasi dan kompetensi guru maka dapat dirujuk Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dapat
dilihat bahwa kualifikasi guru terdiri dari:
1. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal
2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan.

D. Hak Dan Kewajiban Guru.


Sebagai konsekuensi tugas profesionalnya, maka guru mendapatkan hak-haknya. Di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan hak-hak yang diperoleh guru. sebagai berikut:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minium dan jaminan kesejahteraan
sosial. Penghasilan tersebut meliputi; gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta
penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan
tunjangan maslahat yang terkait tugas guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan
atas dasar prestasi.
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
4. Memperoleh dan memanfaatkan sarana prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan.
5. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode
etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
6. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
7. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi sosial.
8. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan.
9. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik
dan kompetensi.
10. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
E. Jabatan dan Pangkat Guru.
Di dalam peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi
Birokrasi nomor 16 Tahun 2009 diatur jenjang jabatan dan pangkat fungsional guru. Jenjang
jabatan fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi adalah:
1. Guru pertama.
2. Guru muda.
3. Guru madya.
4. Guru utama.
BAB 3 KEPALA SEKOLAH
A. Pengertian
Secara etimologis, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang bertugas
menjalankan principalship atau kekepala sekolahan. Istilah kekepalasekolahan artinya segala
sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Selain sebutan
kepala sekolah, ada juga sebutan lain yaitu administrator sekolah (school administrator),
pimpinan sekolah (school leader), manajer sekolah (school manajer). Kepala sekolah berasal
dari dua kata yaitu: “kepala” dan “sekolah”, kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau
pemimpin organisasi atau lembaga. Sementara sekolah berarti lembaga tempat menerima dan
memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan sebagai pemimpin
sekolah atau lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran (Basri, 2014:40).
B. Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah.
Kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah. Di dalamnya disebutkan kualifikasi umum dan kualifikasi khusus kepala
sekolah/madrasah. Kualifikasi umum harus dimiliki untuk menjadi kepala sekolah/madrasah
adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau
nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
2. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi- tingginya 56 tahun.
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang
sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak- kanak /Raudhatul Athfal (TK/RA)
memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya
3 (tiga) tahun di TK/RA.
4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-
PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang
berwenang. Sedangkan kualifikasi khusus kepala sekolah/madrasah sebagai berikut:
1. Kepala taman kanak-kanak/raudhatul athfal (TK/RA) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru TK/RA.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA.
c. Memiliki sertifikat kepala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
2. Kepala sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru SD/MI.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI.
c. Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
3. Kepala sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs) adalah sebagai
berikut:
a. Berstatus sebagai guru SMP/MTs.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs.
c. Memiliki sertifikat kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
4. Kepala sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru SMA/MA.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA.
c. Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
5. Kepala sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/ MAK) adalah
sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru SMK/MAK.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK.
c. Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
6. Kepala sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah pertama luar biasa/sekolah menengah
atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB) adalah sebagai berikut:
a. Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB.
c. Memiliki sertifikat kepala SLB/SDLB yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
7. Kepala sekolah Indonesia luar negeri adalah sebagai berikut:
a. Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai kepala sekolah.
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan.
c. Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan
Pemerintah.
BAB 4 PENGAWAS SEKOLAH
A. Pengertian
Pemaknaan terhadap kata supervisor (pengawas sekolah) tidak dapat dipisahkan dengan
kata supervisi. Secara etimologis kata supervisi berasal dari bahasa Inggris yaitu supervision
yang terdiri dari kata super dan vision. Kata super bermakna atas atau lebih, sedangkan kata
vision berarti lihat atau awasi, dengan demikian dapatlah dimaknai bahwa supervisi yaitu
melihat dari atas atau melakukan pengawasan. Sehingga kata supervisor dimaknai sebagai
orang atau pihak yang melakukan pengawasan.
B. Tugas Pokok Pengawas Sekolah
Menurut Yahya (2013:136-137) secara umum pengawas sekolah sebagai tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan,
dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Secara
khusus, pengawas pendidikan memiliki tugas membantu guru untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Membantu guru untuk lebih memahami dan menghayati tujuan-tujuan pendidikan atau
standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga pencapaian tujuan pendidikan berjalan
dengan baik.
2. Membantu guru untuk lebih memahami kebutuhankebutuhan dan masalah-masalah yang
dihadapi peserta didik.
3. Membantu guru dalam menerapkan kepemimpinan efektif dalam rangka meningkatkan
profesional guru.
4. Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya di dalam kelas.
5. Membantu guru dalam mendesain program pembelajaran.
6. Membantu guru meningkatkan kompetensi, baik kompetensi kepribadian, pedagogik,
profesional maupun sosial.
C. Beban dan Sasaran Kerja Pengawas Sekolah
Beban kerja pengawas sekolah/madrasah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 21 tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya adalah 37,5 jam
perminggu termasuk di dalamnya pelaksanaan pembinaan, pemantauan, penilaian dan
pembinaan. Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah. Kualifikasi yang harus dimiliki
pengawas sekolah dijelaskan oleh Siahaan dkk (2006:35-36) adalah: (1) kualifikasi yang
bersifat normatif, dan (2) kualifikasi yang bersifat konstruktif.
E. Jenjang Jabatan dan Pangkat Pengawas Sekolah.
Jenjang jabatan fungsional pengawas sekolah dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi, yaitu:
1. Pengawas Sekolah Muda.
2. Pengawas Sekolah Madya.
3. Pengawas Sekolah Utama.
F. Pengertian dan Tujuan Supervisi Pendidikan
1. Pengertian.
Pengertian supervisi pendidikan menurut Rohani (1991:67) adalah segala usaha dari petugas-
petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan lainnya untuk
memperbaiki pembelajaran, mengembangkan pertumbuhan guruguru, menyelesaikan dan
merevisi tujuan pendidikan, bahanbahan pembelajaran, metode mengajar dan penilaian
pembelajaran. Selanjutnya menurut Sahertian (2000:19) supervisi pendidikan tidak lain dari
usaha memberi layanan kepada guruguru baik secara individual maupun secara kelompok
dalam usaha memperbaiki pengajaran.
G. Prinsip Supervisi Pendidikan.
Dalam melaksanakan supervisi pendidikan di sekolah harus dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
(1) prinsip ilmiah,
(2) prinsip demokratis,
(3) prinsip kerjasama, dan
(4) prinsip konstruktif dan kreatif (Sahertian, 2000:20).
BAB 5 PENILIK
A. Pengertian
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa penilik adalah tenaga kependidikan dengan tugas
utama melakukan kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi program dampak pendidikan
anak usia dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan serta
B. Tugas Pokok Penilik.
Tugas pokok penilik sebagaimana dipaparkan di dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 14 Tahun 2010 tentang
Jabatan Fungsional Penilik dan Angka Kreditnya adalah sebagai pelaksana teknis fungsional
mutu dan evaluasi dampak program PAUD, pendidikan kesetaraan dan keaksaraan, serta
kursus pada jalur pendidikan nonformal dan informal.
C. Kualifikasi dan Kompetensi Penilik.
Mengenai kualifikasi penilik diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 14 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional
Penilik dan Angka Kreditnya
D. Jabatan dan Pangkat Penilik.
Jenjang jabatan fungsional penilik dari mulai yang terendah sampai tertinggi sebagai berikut:
1. Penilik pertama.
2. Penilik muda.
3. Penilik madya.
4. Penilai utama.
BAB 6 KONSELOR
A. Pengertian.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor menjelaskan konselor adalah tenaga
pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata 1 program studi
bimbingan dan konseling dan program pendidikan profesi konselor dari perguruan tinggi
penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
B. Tugas Pokok Konselor.
Tugas pokok guru bimbingan konseling adalah menyusun program bimbingan,
melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi program bimbingan, analisis hasil
pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa guru bimbingan konseling adalah guru yang memiliki tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam melaksanakan bimbingan konseling di
sekolah. Mereka bertanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi
pelaksanaan program, menganalisis program yang telah dievaluasi serta merumuskan bentuk-
bentuk tindak lanjut yang akan diambil untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya.
C. Kualifikasi dan Kompetensi Konselor
Hikmawati (2010:54) memaparkan mengenai kualifikasi yang harus dimiliki seorang
konselor sebagai berikut:
1. Memiliki nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang profesi
bimbingan dan konseling yang harus dimiliki konselor yaitu:
a. Konselor wajib terus menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya.
b. Konselor wajib memperhatikan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji,
dapat dipercaya, jujur, tertib dan hormat.
c. Konselor wajin memiliki rasa tanggungjawab terhadap saran ataupun peringatan yang
diberikan kepadanya, khususnya dari rekan seprofesinya yang berhubungan dengan
pelaksanaan ketentuan tingkah laku profesional.
d. Konselor wajib mengusahakan mutu kerja yang tinggi dan tidak mengutamakan
kepentingan pribadi termasuk material, finansial, dan popularitas.
e. Konselor wajib terampil dalam menggunakan teknik dan prosedur khusus dengan wawasan
luas dan kaidahkaidah ilmiah.
2. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor adalah:
a. Pengakuan keahlian.
b. Kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya.
D. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Bimbingan Konseling.
1. Pengertian
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu “guidance” dan
“counseling”. Secara harfiah istilah guidance berasal dari kata guide yang bermakna;
mengarahkan, memandu, mengelola dan menyetir. Menurut Hikmawati (2010:1) bimbingan
dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun
kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang
pengembangan kehidupan sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
E. Asas, Landasan dan Prinsip Layanan Bimbingan Konseling.
1. Asas
Asas-asas bimbingan konseling dipaparkan Prayitno dan Amti (2004:115-120) adalah asas
kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kekinian, asas kemandirian, asas
kegiatan, asas kedinamisan, asas keterpaduan, asas kenormatifan, asas keahlian, asas alih
tangan, dan asas tut wuri handayani.
2. Landasan.
Dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling khususnya di sekolah dilakukan
dengan landasan-landasan yang melandasinya, dalam hal ini menurut Prayitno dan Amti
(2004:137-180) yaitu landasan filosofis, landasan religious, landasan psikologis, landasan
sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologis dan landasan pedagogis.
F. Jenis- Layanan Bimbingan Konseling
Jenis layanan bimbingan konseling dijelaskan Yusuf dan Nurihsan (2008:20-21) sebagai
berikut:
1. Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya.
2. Konseling.
3. Penyajian informasi dan penempatan.
4. Penilaian dan penelitian.

BAB 7 PUSTAKAWAN
A. Pengertian
Rugaiyah dan Sismiati (2011:7) menjelaskan pustakawan adalah tenaga kependidikan
berkualifikasi serta profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan
perpustakaan sekolah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007
tentang Perpustakaan dijelaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan.

B. Tugas Pokok Pustakawan


Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negeri Republik Indonesia nomor
132/KEP/M.PAN/12/2002 tahun 2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Kreditnya dinyatakan bahwa tugas pokok pejabat fungsional pustakawan tingkat terampil
meliputi: pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi,
pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Sedangkan tugas pokok
pustakawan tingkat ahli meliputi pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan
pustaka/sumber informasi, pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi serta
pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
C. Kualifikasi Dan Kompetensi Pustakawan Sekolah/Madrasah
Berkaitan dengan kualifikasi dan standar kompetensi pustakawan khususnya pustakawan
sekolah/madrasah di atur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah, di dalamnya dijelaskan bahwa
setiap sekolah/madrasah untuk semua jenis dan jenjang yang mempunyai jumlah tenaga
perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari satu orang, mempunyai lebih dari enam
rombongan belajar (rombel), serta memiliki koleksi minimal 1000 (seribu) judul materi
perpustakaan dapat mengangkat kepala perpustakaan sekolah/madrasah.
D. Jabatan dan Pangkat Pustakawan
Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negeri Republik Indonesia nomor
132/Kep/m.pan/12/2002 tahun 2002 dipaparkan jenjang jabatan dan pustakawan digolongkan
sebagai berikut:
1. Jenjang jabatan pustakawan tingkat terampil dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi adalah:
a. Pustakawan pelaksana terdiri atas:
 Pengatur muda tingkat I, golongan ruang II/b.
 Pengatur, golongan ruang II/c.
 Pengatur tingkat I, golongan ruang II/d.
b. Pustakawan pelaksana lanjutan terdiri atas:
 Penata muda, golongan ruang III/a
 Penata muda tingkat I, golongan ruang III/b.
c. Pustakawan penyelia terdiri atas:
 Penata, golongan ruang III/c.
 Penata tingkat I, golongan ruang III/d.
2. Jenjang jabatan pustakawan tingkat ahli dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi adalah:
a. Pustakawan pertama.
 Penata muda, golongan ruang III/a.
 Penata muda tingkat I, golongan ruang III/b.
b. Pustakawan muda.
 Penata, golongan ruang III/c.
 Penata tingkat I, golongan ruang III/d.
c. Pustakawan madya.
 Pembina, golongan ruang IV/a.
 Pembina tingkat I, golongan ruang IV/b.
 Pembina utama muda, golongan ruang IV/c.
d. Pustakawan utama.
 Pembina utama madya, golongan ruang IV/d.
 Pembina utama, golongan ruang IV/e.
E. Jenis Perpustakaan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan
dicantumkan mengenai jenisjenis perpustakaan sebagai berikut:
1. Perpustakaan Nasional.
Perpustakaan nasional melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan dan
berkedudukan di Ibukota Negara. Perpustakaan nasional memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan teknis pengelolaan
perpustakaan.
b. Melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi dan koordinasi terhadap pengelolaan
perpustakaan.
c. Membina kerjasama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan.
d. Mengembangkan standar nasional perpustakaan.
F. Fungsi Dan Tujuan Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Secara umum fungsi dan tujuan perpustakaan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 43 tahunn 2007 tentang Perpustakaan yaitu berfungsi sebagai
wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan
kecerdasan bangsa, sedangkan tujuannnya adalah memberikan pelayanan kepada pemustaka,
meningkatkan kegemaran membaca, meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan dalam
meningkatkan kecerdasan bangsa.
BAB 8 LABORAN
A. Pengertian
Rugaiyah dan Sismiati (2011:7) menjelaskan laboran adalah petugas non guru yang
membantu guru untuk melaksanakan kegiatan praktikum (meliputi penyiapan bahan,
membantu pelakanaan praktikum, serta mengemasi/membersihkan bahan dan alat setelah
praktikum). Selain itu laboran adalah teknisi yang membantu guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang berupa peragaan atau praktikum.
B. Kualifikasi Dan Kompetensi Tenaga Laboran
Di dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah dipaparkan mengenai kualifikasi dan kompetensi
tenaga laboratorium sekolah/madrasah.
C. Fungsi dan Urgensi Laboratorium
Laboratorium atau dikenal dengan istilah “lab” adalah tempat dilakukannya riset (penelitian
ilmiah), eksperimen (percobaan) pengukuran, ataupun pelatihan ilmiah. Oleh karena
laboratorium sebagai tempat kegiatan riset, penelitian, percobaan, pengamatan serta
pengujian ilmiah, maka laboratorium memiliki fungsi yang penting.
D. Jenis-Jenis Laboratorium
Secara sederhana laboratorium dapat dikelompokkan atas dua jenis yaitu:
1. Laboratorium pendidikan.
Laboratorium pendidikan, yaitu laboratorium yang digunakan untuk pendidikan baik di
tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Penggunaan laboratorium ini ditujukan untuk
menunjang pelaksanaan pembelajaran. Misalnya laboratorium IPA, laboratorium Bahasa,
Laboratorium komputer.
2. Laboratorium riset.
Laboratorium riset yaitu laboratorium yang digunakan oleh praktisi keilmuan dalam upaya
menemukan sesuatu untuk meneliti suatu hal yang menjadi bidang keahliannya.
Laboratorium ini bisa saja meneliti tentang objek-objek sebagaimana yang ada dalam
laboratorium pendidikan seperti berkaitan dengan IPA, Fisika, matematika dan sebagainya,
akan tetapi esensi tujuan laboratorium ini adalah penelitian yang umumnya dilakukan ilmuan.
BAB 9 TENAGA ADMINISTRASI
A. Pengertian
Mewacanakan tenaga administrasi tidak terlepas untuk memaknai terlebih dahulu kata
“administrasi”. Kata administrasi berasal dari bahasa latin yaitu ad yang berarti intensif, dan
ministrare yang berarti melayani, membantu, menolong, memudahkan, mengatur atau
memenuhi. Dengan demikian administrasi merujuk kepada kegiatan atau usaha untuk
membantu, melayani, memudahkan atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu
tujuan (Danim dan Khairil, 2012:207).
B. Kualifikasi Dan Kompetensi Tenaga Administrasi.
Kualifikasi tenaga administrasi sekolah/madrasah terdiri atas kepala tenaga administrasi
sekolah/madrasah, pelaksana urusan, dan petugas layanan khusus diatur di dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/Madrasah
BAB 10 DOSEN
A. Pengertian
Padanan kata dosen dalam bahasa Inggris yaitu lecturer dan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, dosen diartikan sebagai pensyarah atau pengajar di perguruan tinggi. Di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan dosen adalah pendidik dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya dinyatakan bahwa
jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan
pendidikan tinggi adalah guru besar atau profesor.
B. Kedudukan dan Tugas Dosen.
Merujuk kepada pemaknaan dosen sebagaimana yang diamanat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang berperan penting
dalam menyebarkan, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan bagi kepentingan
dan kesejahteraan masyarakat, maka dosen memiliki kedudukan sebagai berikut:
1. Dosen berkedudukan sebagai tenaga profesional yang berfungsi sebagai agen
pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta pengabdi kepada
masyarakat.
2. Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang perguruan tinggi.
3. Dosen berkedudukan sebagai pejabat fungsional dengan tugas utama di perguruan tinggi.
C. Kualifikasi dan Kompetensi Dosen.
Undang-Undang Republik Indonesia nomo4 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan
satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
D. Hak Dan Tanggung Jawab Dosen.
Sebagaimana tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 37
tahun 2009 tentang Dosen, maka sebagai pendidik dan tenaga profesional, dosen berhak
mendapatkan hak-hak
E. Pangkat dan Jabatan Dosen.
Jenjang pangkat dan jabatan dosen sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 36 tahun 2001 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit
Jabatan Dosen adalah sebagai berikut:
1. Asisten ahli.
 Penata muda, golongan ruang III-a.
 Penata muda tingkat I, golongan ruang III-b.
2. Lektor.
 Penata, golongan ruang III-c.
 Penata tingkat I, golongan ruang III-d.
3. Lektor kepala.
 Pembina, golongan ruang IV-a.
 Pembina tingkat, golongan ruang IV-b.
 Pembina utama muda, golongan ruang IV-c.
BAB XI EPILOG
A. Guru Vs Google, Ibarat Batman Vs Superman.
Tulisan dengan judul di atas ditulis oleh M. Deman Putra Tarigan pada harian Analisa Kamis
12 Mei 2016. Naskah lengkapnya sebagai berikut: Pada zaman sekarang, seorang siswa SMA
yang sedang mencari informasi tentang ibukota Suriname bisa bertanya langsung kepada
gurunya atau bisa juga “bertanya” kepada google. Jika bertanya kepada gurunya, siswa tadi
mungkin hanya mendapatkan jawaban bahwa ibukota Suriname adalah Paramaribo. Namun,
jika dia bertanya kepada google yang berada di dalam ponsel cerdasnya maka dia tidak hanya
mendapatkan informasi itu saja. Selain ibukota Suriname adalah Paramaribo, dia juga bakal
mendapatkan informasi lain seputar Paramaribo. Siswa tadi akan mengetahui bahwa luas
wilyah Paramaribo sekitar 183 km persegi, jumlah penduduknya sekitar 542.000 jiwa dan 2,4
persen penduduknya menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Dari
perumpaman tadi, apakah google lebih hebat dibandingkan seorang guru.
B. Sengkarut Regulasi Dosen
Tulisan ini buah tangan dari Masdar Hilmy, Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial UIN Sunan Ampel
yang dimuat pada harian Kompas Kamis 19 Mei 2016. Naskah lengkapnya sebagai berikut:
Mengharapkan kiprah dosen di pentas akademik dunia dalam proses produksi ilmu
pengetahuan dan teknologi, pada konteks saat ini nyaris merupakan kemustahilan. Mengapa
demikian? Diantara banyak faktor, keterbelengguan dosen terhadap berbagai hal “remeh-
temeh” yang bersifat administratif birokrasi adalah penyebab utama. Saat ini banyak regulasi
dosen yang saling tumpah tindih, menegaskan, dan ujung-ujungnya mengancam produktivitas
dosen. Banyaknya regulasi itu ternyata tidak ekuivalen dengan tingat produktivitas ilmiah
mereka.
C. Menghukum Guru
Tulisan dengan judul “Menghukum Guru” ini dimuat dalam harian “Warta Kota” yang terbit
Selasa 9 Agustus 2016 sebagai berikut: Majelis hakim Pengadilan Negeri Sidoarjo Jawa
Timur, menjatuhkan vonis tiga bulan penjaara dengan masa percobaan enam bulan untuk
terdakwa Samhudi (49), guru SMP Raden Rahmat Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo. Guru
tersebut dinilai bersalah karena melakukan tindak kekerasan terhadap seorang anak didiknya
saat berlangsung pelajaran di sekolah. Samhudi mencubit siswanya itu, karena si anak tidak
mengikuti ibadah shalat Dhuha pada 3 Februari lalu.
BAB III

PEMBAHASAN

I. Pembahasan
Pada buku utama, mereka memaparkan Teori Profesi Kependidikan. Pada awal bab
penulis membuat arti Hakikat Profesi Kependidikan dan memperhatikan disekitar mereka
mengenai materi yang akan mereka pelajari nantinya. Kemudian penulis memaparkan teori
secara sederhana dan mudah dimengerti oleh siswa. Penulis juga banyak memberi gambar
berupa contoh dan proses. Penulis juga mengajak siswa melakukan sebuah praktek.

Pada buku Pembanding Pertama, pada awal bab penulis memaparkan Pengertian Dan
Syarat Profesi Dan beberapa kompetensi dasar dan standar kompetensi yang akan dicapai
siswa, kemudian memaparkan materi berupa teori. Kemudian gimana cara Menjadi Seorang
Guru Yang Baik Dan Benar.

Pada Buku Pembanding Kedua, Hampir sama Dengan Buku Pembanding 1 Pada awal
Bab penulis membuat arti Pengertian Profesi Dan beberapa kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang akan di capai siswa, kemudian memaparkan materi berupa teori. Kemudian
gimana cara menjadi seorang Guru Yang Baik Dan Benar.

Jadi banyak perbedaan yang dapat kita lihat dari perbandingan dari ketiga buku di atas,
perbedaan dapat dilihat dari segi judul besar bab, dari pemberian materi-materi dalam buku
dan lain-lain.

II. Kelemahan dan Keunggulan Buku


A. Buku 1
 Kelebihan Buku :
1. Lebih banyak menyediakan gambar dan Teori, yang memudahkan siswa
memahami materi.
2. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa
3. Banyak tugas berupa observasi ataupun praktek yang ada di dalam buku
4. Cover buku mempunyai warna yang menarik, hal ini dapat membuat siswa tertarik
untuk belajar
5. Garis besar dalam buku ini mudah dipahami siswa

Kekurangan Buku :
1. Kurang lengkap dalam penjabaran materi, penjabaran hanya secara umum
2. Tidak ada daftar referensi dalam buku ini
3. Kurangnya soal-soal untuk siswa

B. Pada Buku 2
 Kelebihan Buku :
1. Penjabaran materi yang lengkap
2. Penggunaan bahasa yang mudah dipahami
3. Cover buku yang menarik

 Kekurangan Buku :
1. Kurangnya tugas berupa observasi ataupun praktek yang ada di dalam buku
2. Gambar tidak ada, sehingga kurang menarik minat siswa dalam melihat contoh
gambar

C. Pada Buku 3
 Kelebihan Buku :
1. Lebih banyak menyediakan gambar dan Teori, yang memudahkan siswa memahami
materi.
2. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa
3. Banyak tugas berupa observasi ataupun praktek yang ada di dalam buku
4. Cover buku mempunyai warna yang menarik, hal ini dapat membuat siswa tertarik
untuk belajar
5. Garis besar dalam buku ini mudah dipahami siswa

 Kekurangan Buku :
1. Kurang lengkap dalam penjabaran materi, penjabaran hanya secara umum
2. Tidak ada daftar referensi dalam buku ini
3. Kurangnya soal-soal untuk siswa
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah membaca buku tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing buku
tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan buku yang berbeda-beda. Dapat kita simpulkan
juga  bahwa buku ini juga memiliki kelemahan masing-masing seperti kita lihat dari
penyajian praktik dan penjelasan yang diberikan. Dengan tugas dalam membuat kritikal buku
ini maka,terciptalah dalam diri kita rasa ingin tahu dan ilmu pengetahuan yang baru untuk
mengetahui isi dari buku tersebut, bagaimana kita menemukan kelemahan dan kelebihan
masing-masing buku. Dan tanpa kita sadari rasa mau tau dalam diri kita membuat kita belajar
keras demi mendapatkan hasil yang memuaskan.

B. Saran
Saran penulis kepada pembaca semoga critical book report ini dapat bermanfaat bagi
anda, dengan membaca critical book report ini kita akan termotivasi dan mengerti dalam
pembuatan sebuah kritikal. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung
dari pembaca.  Penulis sangat menyadari critical book report ini masih banyak kesalahan
dalam pembuatan.Mohon maaf jika dalam pembuatan critical book report ini terdapat
kesalahan yang ditemukan oleh pembaca baik dilihat itu dari segi penulisan, penggunaan
bahasa,dll. Untuk itu penulis mohon maaf karena penulis sangat menyadari bahwa setiap
manusia  tidak ada yang sempurna.
Daftar Pustaka

Yasaratodo, profesi kependidikan.unimed press universitas negeri Medan 2020

Kamars, Dachnel, 2005, Administrasi Pendidikan; Teori Dan Praktek. Padang: Universitas
Putra Indonesia Press.

Aditya, R., dan Wulandari L.H. (2011). Kepuasan Kerja Guru. Medan: USU Press.

Afifuddin. (2005). Administrasi Pendidikan. Bandung: Insan Mandiri.

Arifin, M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.

Basri, H. 2014. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Pustaka Setia.

Ahamadi, H. A. dan N. Uhbiyati. 1991. Ilmu Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Mohammad, Dkk, .2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.

Ali, Mohammad. 2007. Penjaminan Mutu Pendidikan, dalam Muhammad Ali, Dkk, Ilmu dan
Aplikasi

Pendidikan, Bandung: Paedagogiana Press. Bafadal, Ibrahim. 2006. Peningkatan


Profesionalisme Guru,

Jakarta: Bumi Aksara. Buchori, Muchtar. 1994.


Lampiran
Buku Utama :
Buku Pembanding 1 :
Buku Pembanding 2

Anda mungkin juga menyukai