Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1 PEND. BAHASA,
SASTRA INDONESIA - FBS

Skor Nilai:

E-Journal WIDYA Non-Eksakta

(Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang Berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945, Huriah Rachmah, 2013 )

NAMA MAHASISWA : DINDA FACHLUPI BALKIS

NIM : 2203311002

DOSEN PENGAMPU : ALBERT PAULI SIRAIT, S.Pd., M.Hum.

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas membuat Critical Journal Review

mengenai Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Albert Pauli Sirait,

S.Pd., M.Hum. sebagai dosen pengampu yang sudah memberikan arahan dan

bimbingan sehingga Critical Journal Review ini dapat di selesaikan untuk

memenuhi salah satu tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran.

Di lain sisi, saya mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga

dalam penyusunan penulisan Critical Journal Review ini. Saya menyadari Critical

Journal Review ini masih belum sempurna dan saya akan terus belajar untuk

memperbaiki, oleh sebab itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang

membangun untuk perbaikan selanjutnya.

Semoga Critical Journal Review ini bermanfaat bagi pembaca, dan bagi

saya khususnya dalam memahami materi kajian nilai-nilai dalam pendidikan

karakter.

Medan, November 2020

Dinda Fachlupi Balkis

NIM. 2203311002

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR) ................................ 1

B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR) ............................................. 1

C. Manfaat Critical Journal Review (CJR) ............................................................ 1

D. Identitas Artikel dan Journal yang Direview .................................................. 2

BAB II .......................................................................................................................... 4

RINGKASAN ISI ARTIKEL ..................................................................................... 4

A. Ringkasan Jurnal Utama ................................................................................... 4

B. Ringkasan Jurnal Pembanding .......................................................................... 9

BAB III ......................................................................................................................... 15

ANALISIS DATA ...................................................................................................... 15

A. Pembahasan Isi Jurnal ....................................................................................... 15

B. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal ................................................................... 16

BAB IV ......................................................................................................................... 18

PENUTUP .................................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18

B. Saran .................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review (CJR)

Critical Journal Review (CJR) sangat penting buat kalangan pendidikan

terutama buat mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu

jurnal maka mahasiswa/i ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua jurnal

dengan tema yang sama, dapat melihat mana jurnal yang perlu diperbaiki dan

mana jurnal yang sudah baik untuk digunakan berdasarkan dari penelitian yang

telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut, setelah dapat mengkritik jurnal maka

diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal karena sudah mengetahui

bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan dan sudah

mengerti bagaimana cara menulis atau langkah-langkah apa saja yang diperlukan

dalam penulisan jurnal tersebut.

B. Tujuan Penulisan Critical Journal Review (CJR)

Critical Journal Review ini dibuat bertujuan untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan. Tujuan lainnya adalah untuk menambah

pengetahuan serta melatih diri agar bisa berfikir kritis dalam mencari informasi

yang diberikan oleh kedua jurnal tersebut dan juga untuk membandingkan isi

dari kedua jurnal tersebut. Dengan membandingkan dua jurnal yang berbeda

sehingga kita dapat mengetahui kekurangan atau kelebihan dari setiap jurnal,

membandingkan dua jurnal bisa mengerti langkah-langkah pembuatan suatu

jurnal.

C. Manfaat Critical Journal Review (CJR)

Manfaat penulisan Critical Journal Review ( CJR), yaitu :

1. Dapat membandingkan dua atau lebih jurnal yang direview.

1
2. Dapat meningkatkan analisis kita terhadap suatu jurnal.

3. Supaya kita dapat mengetahui teknik-teknik penulisan CJR yang benar.

4. Dan dapat menulis bagaimana jurnal yang baik dan benar.

5. Menambah pengetahuan kita tentang isi-isi dari jurnal-jurnal penelitian.

D. Identitas Artikel dan Journal yang Direview

 Identitas Jurnal Utama

1. Judul Artikel : Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang

Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

2. Nama Journal : E-Journal WIDYA Non-Eksakta

3. Edisi Terbit : Juli-Desember 2013

4. Pengarang Artikel : Huriah Rachmah

5. Nomor ISSN : 2337-9480

6. Volume/Halaman : Vol. 1 No. 1/Hal. 7-14

7. Alamat Situs :

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C

5&q=Nilai-

Nilai+dalam+Pendidikan+Karakter+Bangsa+yang++++B

erdasarkan+Pancasila+dan+UUD+1945&btnG=-9VlFVI-

vnwUPqhUbpj~ZLZTQfDIkHq2w__&Key-Pair-

Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

 Identitas Jurnal Pembanding

1. Judul Artikel : Pengembangan Pendidikan Berkarakter Berwawasan

Konservasi Nilai-Nilai Sosial

2. Nama Journal : Jurnal Forum Ilmu Sosial

3. Edisi Terbit : Juni 2013

4. Pengarang Artikel : Maman Rachman

2
5. Nomor ISSN :-

6. Volume/Halaman : Vol. 40 No.1/Hal. 1-15

7. Alamat Situs :

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS/article/view/5497

3
BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

A. Ringkasan Jurnal Utama

Pendahuluan

Degradasi karakter yang memprihatinkan akhir khir ini timbul di dunia

pendidikan, seperti kasus kecurangan ujian nasional, dimana Federasi Serikat

Guru Indonesia mencatat adanya kecuarangan yang bersifat struktural pada Ujian

Nasional SMA dan SMK di tujuh daerah. Kecurangan yang terjadi sudah

merupakan kecurangan struktural yang terencana dan melibatkan peserta didik,

guru, sekolah dan pengawas ujian.

Degradasi karakter pun muncul karena adanya contoh kurang baik dari

orang yang lebih dewasa seperti guru, orang tua dan lainnya. Misalnya budaya

buang sampah sembarangan, budaya terlambat, budaya tidak sabaran dan

budaya merokok.

Sekolah bukanlah satu-satunya lembaga yang harus bertanggung jawab

terhadap pembentukan karakter. Walaupun seringkali guru dan lembaga sekolah

yang dipersalahkan dan dipermasalahkan setiap kali terjadi kasus yang menimpa

peserta didik. Namun walaupun bukan satu-satunya lembaga yang harus

disalahkan, sistem pendidikan dan pembelajaran memang banyak mendapatkan

kritik. Pendidikan kita dinilai terlalu menonjolkan sisi kognisi tetapi kurang

dalam hal emosi dan moral. Sebagian bahkan menilai pendidikan Indonesia

terkesan mekanistik, full hafalan dan mematikan kreativitas peserta didik.

Karakter dan budaya suatu bangsa harus dipertahankan sehingga dapat

dibedakan antara bangsa yang satu dengan yang lainnya. Untuk

mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia perlu melakukan pembangunan

karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan

4
UUD 1945. ). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan

pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good

(moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk

perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik (Kemdiknas,

2011:6).

Berdasarkan hal yang telah diungkapkan di atas, maka masalah

pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan

mana yang salah, namun lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha

menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik

mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi

kepribadian baik sebagai warga negara maupun individu. Oleh karena itu, maka

permasalahan yang akan diungkapkan adalah: “Bagaimana Menanamkan nilai-

nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945?”

Deskripsi Isi

Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945

Nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa perlu

diimplementasikan untuk membangkitkan karakter bangsa yang semakin

menurun. Pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional sebagai dasar negara

dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok

pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh.

Nilai-nilai Pancasila merupakan pengikat sekaligus pendorong dalam

usaha menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan sehingga menjadi bukti

bahwa Pancasila sesuai dengan kepribadian dan keinginan bangsa Indonesia.

Pancasila merupakan sublimasi nilai-nilai budaya yang mernyatukan masyarakat

Indonesia yang beragam suku, ras, bahasa, agama, pulau, menjadi bangsa yang

satu. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila merupakan jiwa

5
kepribadian, dan pandangan hidup masyarakat di wilayah nusantara sejak

dahulu (Laksono, 2008:2).

Selama ini nilai-nilai dan prinsip-prinsip UUD 1945 dan Pancasila telah

diwariskan dan telah menjadi kesepakatan seluruh rakyat seperti Proklamasi

Kemerdekaan, lima sila dalam Pancasila, dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang tercermin dalam pembukaan UUD 1945. Sementara prinsip-

prinsip penjelmaan Pancasila yang tercantum dalam UUD 1945 mengenai negara

kesatuan yang berbentuk republik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, sistem

Bhineka Tunggal Ika, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah,

sistem ekonomi sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan, sistem

pembelaan negara berdasarkan hak dan kewajiban semua warga negara,

pemerintahan presidentil dan pengawasan oleh DPR (Suhady dan Sinaga, 2006:55-

59).

Melihat nilai-nilai dan prinsip-prinsip UUD 1945 tersebut, maka

pendidikan karakter yang dikembangkan memang mengarah kepada nilai dan

prinsip tersebut yang intinya untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,

berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,

berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Pendidikan Karakter

Kemunculan gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, dapat

dimaklumi karena selama ini proses pendidikan belum berhasil membangun

manusia Indonesia yang berkarakter, bahkan banyak yang menyebut, pendidikan

telah gagal karena banyak lulusan sekolah atau sarjana yang piawai dalam

menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah.

Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi saol ujian saja

tetapi justu memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, berlaku

jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan

6
lingkungan kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara

serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal (Husaini,

2010:25).

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada

satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama,

Pancasila, budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional yaitu: Religius, Jujur,

toleransi,disiplin, kerja keras,kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, tanggung jawab (Kemdiknas, 2011:8).

Upaya membangun karakter warga negara pada dasarnya adalah proses

pewarisan nilai-nilai, cita-ita dan tujuan nasional yang tertera dalam konstitusi

negara serta pesan para pendiri negara (Sapriya, 2007:24). Pidato pembelaan Bung

Karno di muka Hakim Kolonial pada Tahun 1930 menegaskan sebagai berikut:

Kalau bangsa Indonesia ingin mencapai kekuasaan politik, yakni ingin merdeka,

kalau bangsa kami itu ingin menjadi tuan didalam rumah sendiri, maka ia harus

mendidik diri sendiri, menjalankan perwalian atas diri sendiri, berusaha dengan

kebiasaan dan tenaga sendiri Soekarno, 1930:92 dalam (Sapriya, 2007:24).

Penanaman Nilai Pendidikan Karakter

Pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan panduan pelaksanaan

dapat dilakukan melalui tiga jalur yaitu (1) integrasi melalui mata pelajaran, (2)

integrasi melalui muatan lokal dan (3) integrasi melalui pengembangan diri.

Pendidikan karakter yang terintegrasi di dalam mata pelajaran, muatan lokal dan

pengembangan diri adalah pengenalan nilai-nilai yang diperolehnya kesadaran

akan pentingnya dan bagaiman penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah

laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik di dalam maupun

di luar kelas (Kemdiknas, 2011:40).

7
Saat ini guru dituntut untuk membuat silabus dan rencana persiapan

pembelajaran (RPP) yang berkarakter, artinya, memuat beberapa nilai pendidikan

karakter dalam indikator dan kegiatan pembelajarannya. Hal yang perlu dicermati

adalah bagaimana agar nilai-nilai yang dicantumkan tersebut benar-benar sesuai

dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Guru selaku eksekutor di

lapangan harus mengetahui karena guru yang membuat sendiri RPP nya sehingga

tahu persis apa yang dibuatnya.

Dalam pendidikan karakter yang penting bukan apa yang ditulis guru

dalam RPP tapi apa yang dilakukan dan dicontohkan guru ke peserta didik.

Untuk itu perlu diketahui bagaimana kita selaku pendidik memberikan

pendidikan karakter kepada peserta didik sehingga fungsi dan tujuan Kaya Karsa

dapat tercapai. Gagasan lama yang sampai saat ini masih relevan atau kembali

relevan dengan kondisi saat ini yaitu gagasan Ki Hajar Dewantara tentang

Pendidikan.

Penutup

Kesimpulan

1. Degradasi karakter muncul karena adanya contoh kurang baik dari orang yang

lebih dewasa seperti guru, orang tua dan lainnya. Misalnya budaya buang

sampah sembarangan, budaya terlambat, budaya tidak sabaran dan budaya

merokok.

2. Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik

(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan

nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya bukan hanya sekedar mengajarkan

mana yang benar dan mana yang salah.

3. Nilai materiil Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan bangsa

Indonesia. Nilai-nilai Pancasila merupakan pengikat sekaligus pendorong dalam

8
usaha menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan sehingga menjadi bukti

bahwa Pancasila sesuai dengan kepribadian dan keinginan bangsa Indonesia.

Saran-saran

1. Nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dapat ditanamkan kepada peserta didik

bukan melalui hapalan tetapi tindakan. Aplikasi sila-sila dalam Pancasila dapat

disisipkan pada saat pembelajaran, tidak hanya pada mata pelajaran PKn tetapi

mata pelajaran yang lainnya.

2. Dalam pendidikan karakter yang penting bukan apa yang ditulis guru dalam

RPP tapi apa yang dilakukan dan dicontohkan guru ke peserta didik.

3. Guru dapat mengacu kepada pendidikan Ki Hajar Dewantara dan dapat

menjadi contoh yang langsung dapat ditiru oleh peserta didik.

B. Ringkasan Jurnal Pembanding

Pendahuluan

Berdasarkan pengalaman NKRI, pada dua dekade setelah merdeka,

bangsa Indonesia dikenal memiliki nilai-nilai dan semangat kebangsaan yang

dapat dijadikan acuan untuk menjadi bangsa yang besar,walaupun saat itu

kemajuan di bidang material dan ekonomi tergolong rendah. Nilai yang

mengangkat martabat bangsa Indonesia dimata dunia adalah terpompanya harga

diri bangsa, sehingga sebagai bangsa yang baru merdeka sudah bias berdiri sama

tinggi dengan negara-negara yang sudah lama merdeka.

Harga diri ini kemudian diikuti dengan upaya menegakkan kemandirian

yang tinggi, menjauhkan diri dari bantuan Negara lain dan seluruh aktivitas

pembangunan sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, seperti

dengan menegakkan semangat berdikari dalam membangun system produksi

dalam negeri. Hal ini menjadi penanda bahwa Pancasila yang mengandung

makna ideologi, memuat cita-cita, dan tujuan telah diimplementasikan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

9
Kini, dalam perjalanan dekade berikutnya Pancasila sebagai ideology

nasional, acuannation and character building, meredup. Karakter Pancasila

kehilangan roh sejatinya apalagi ditunjang oleh arus teknologi, informasi, dan

komunikasi terbuka yang vulgar tanpa batas tak terkendali. Tanda-tanda

meredupnya nilai-nilai Pancasila dapat terlihat seperti pada meningkatnya

kekerasan dikalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk,

pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya perilaku

merusak diri, makin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya etos

kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya

rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran,

dan adanya rasa saling curiga, dan kebencian di antara sesama (Lickona dalam

Megawangi, 1992). Selain itu, ada banyak praktik bullying yang selalu terjadi pada

para pelajar.

Upaya menemukan kembali nilai-nilai untuk membangun kehidupan

Indonesia kedepan yang intinya membentuk warga Negara yang baik saat ini

sangat mendesak. Tidak berarti bahwa sampai saat ini upaya untuk itu tidak

dilakukan. Upaya-upaya tersebut telah banyak dilakukan. Pada dunia

pendidikan, misalnya pada pendidikan dasar dan menengah ada mata pelajaran

Pendidikan Pendidikan Moral Pancasila (PMP). PMP berubah nama menjadi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn. PPKn berubah menjadi

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), selain Pendidikan Agama. Selanjutnya ada

Pendidikan Budi Pekerti dan Pendidikan Karakter yang diintegrasikan pada

semua mata pelajaran. Sementara itu, di perguruan tinggi ada mata kuliah

Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewiraan, sebagai

salah satu dari komponen Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

(Daroeso,1987; Djahiri, 1996; Wiranatapura, 2004; Samsuri, 2004, Masrukhi, 2008;

Rachman,2011).

10
Eksplorasi Pendidikan Karakter

Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah

memberi instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan.

Membentuk karakter merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Simak

pernyataan Lickona(1992) bahwa karakter terbentuk karena kebiasaan, kebiasaan

merupakan perbuatan yang berulang-ulang. Oleh karena itu, kehati-hatian sangat

diperlukan, kata-kata akan menjadi perbuatan, perbuatan akan menjadi kebiasaan

dan kebiasaan akan menjadi karakter, dan karakter akan menjadi takdir.

Megawangi (2004) menyatakan terdapat sembilan pilar karakter yang

penting ditanamkan pada anak. Pilar-pilar itu adalah (1)cinta Tuhan dan alam

semesta beserta isinya; (2)tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; (3)

kejujuran; (4) hormat dan santun; (5) kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama;

(6)percaya diri, kreatif, kerjakeras, dan pantang menyerah; (7)keadilan dan

kepemimpinan; (8)baik dan rendah hati; dan (9)toleransi, cintadamai, dan

persatuan. Karakter harus dipelihara dan ditumbuh kembangkan sejak dini.

Eksplorasi Nilai-Nilai Konservasi

Konservasi, secara umum mempunyai arti pelestarian yaitu

melestarikan/mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi, dan kemampuan

lingkungan secara seimbang (MIPL, 2010; Wahyudin dan Sugiharto, (ed), 2010).

Konservasi lahir akibat adanya semacam kebutuhan untuk melestarikan sumber

daya alam yang diketahui mengalami degradasi mutu secara tajam.

Pendidikan konservasi yang diberikan sedini mungkin kepad aanak-anak

akan lebih tertanam di dalam hati sanubari mereka, sehingga mereka kelak pada

saat dewasa akan semakin bijak dalam berinteraksi dengan lingkungan alam.

Pendidikan konservasi merupakan salah satu bentuk usaha menjaga dan

melindungi nilai-nilai luhur, keanekaragaman hayati, dan peningggalan

bangunan bersejarah yang ada. Pendidikan konservasi itu sendiri bertujuan untuk

memperkenalkan alam kepada masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan

11
nilai penting sumber daya alam yang beraneka ragam dalam sebuah ekosistem

kehidupan.

Keberfungsian Konservasi Nilai-Nilai Sosial

Nilai-nilai sosial akan difungsikan dalam kehidupan masyarakat. Fungsi

sosial dapat dilihat dari tiga hal yaitu: (1) Sebagai petunjuk arah dan pemersatu.

Cara berpikir dan bertindak masyarakat, pada umumnya diarahkan oleh nilai-

nilai sosial yang berlaku. (2) Sebagai benteng perlindungan. Nilai sosial

merupakan tempat perlindungan bagi penganutnya. Daya perlindungannya

begitu besar, sehingga para penganutnya bersedia berjuang mati-matian untuk

mempertahankan nilai-nilai itu. (3) Sebagai pendorong. Nilai sosial sebagai alat

pendorong dan sekaligus menuntun manusia untuk berbuat baik. Adanya nilai

sosial yang luhur, muncullah harapan baik dalam diri manusia. Berkat adanya

nilai-nilai sosial yang dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai cita-cita manusia

yang berbudi luhur dan bangsa yang beradab itulah manusia menjadi manusia

yang sungguh-sungguh beradab.

Implementasi Konservasi Nilai-Nilai Sosial dalam Kehidupan Bermasyarakat

Mempelajari dan mengeksplorasi nilai-nilai sosial akan semakin terasa

manfaatnya apabila nilai-nilai sosial tersebut dapat dikaji dan diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Bentuk-bentuk penerapan dari berbagai nilai sosial itu bisa

dalam banyak bidang kehidupan antara lain sebagai berikut ini.

1. Penerapan nilai-nilai sosial dalam interaksi sosial merupakan bentuk hubungan

dan pengaruh timbal balik antar manusia, baik secara individual maupun

secara kelompok.

2. Penerapan nilai sosial dalam proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian.

3. Penerapan nilai sosial dalam norma sosial.

4. Penerapan nilai sosial dalam konteks perilaku menyimpang dan pengendalian

sosial.

5. Peranan nilai sosial dalam penyesuaian terhadap perubahan sosial.

12
Pembudayaan Nilai-Nilai Sosial Berbasis Konservasi dalam Sikap dan Perilaku

Hidup

Proses pembudayaa nnilai-nilai sosial dapat dilakukan melalui

internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, difusi, akulturasi, dan asimilasi.

1. Internalisasi, merupakan proses panjang sejak seorang individu dilahirkan

sampai ia hampir meninggal.

2. Sosialisasi, menunjukkan proses seorang individu dari masa anak-anak hingga

masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam

individudi sekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial

yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.

3. Enkulturasi, menunjukkan seorang individu mempelajari dan menyesuaikan

alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan

yang hidup dalam kehidupannya.

4. Difusi, menunjukkan bahwa kebudayaan adalah proses penyebaran unsur

kebudayaan dari satu individu ke individu lain, dan dari satu masyarakat ke

masyarakat lain.

5. Akulturasi, menunjukkan bahwa akulturasi meliputi fenomena yang timbul

sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan

yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan

terus-menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola

kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau pada kedua-duanya.

6. Asimilasi adalah satu proses sosial yangt elah lanjut dan yang ditandai oleh

makin kurangnya perbedaan atara individu-individu dan antar kelompok-

kelompok, dan makin eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang

berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama.

13
Penutup

Pada prosesnya, untuk menjadi bangsa yang besar, pembangunan bangsa

perlu dikaitkan dengan pengembangan nilai sosial-budaya. Mempelajari nilai-

nilai sosial akan lebih terasa manfaatnya apabila nilai tersebut dapat diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari.

14
BAB III

ANALISIS DATA

A. Pembahasan Isi Jurnal

Pendidikan karakter menurut jurnal utama ialah usaha menanamkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu

bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya

bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah.

Sedangkan menurut jurnal pembanding, karakter mengandung unsur moral,

sikap, bahkan perilaku karena untuk menentukan apakah seseorang memiliki

akhlak atau budi pekerti yang baik, hanya terungkap pada saat seseorang

melakukan perbuatan atau perilaku tertentu.

Pada jurnal pembanding dijelaskan bahwasannya membentuk karakter

tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah memberi instruksi, tetapi

memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan. Membentuk karakter

merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Ada tiga pihak yang

berperan penting dalam tumbuh tidaknya karakter yaitu pihak keluarga, sekolah,

dan masyarakat.

Pada jurnal utama juga menjelaskan dalam rangka untuk lebih

memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah

teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan Tujuan

Pendidikan Nasional yaitu: Religius, Jujur, toleransi,disiplin, kerja keras,kreatif,

mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Sedangkan pada jurnal pembanding menyebutkan terdapat sembilan pilar

karakter yang penting ditanamkan pada anak. Pilar-pilar itu adalah (1) cinta

Tuhan dan alam semesta besertaisinya; (2) tanggung jawab, kedisiplinan, dan

15
kemandirian; (3) kejujuran; (4) hormat dan santun; (5) kasih sayang, kepedulian,

dan kerjasama; (6) percaya diri, kreatif, kerjakeras, dan pantang menyerah; (7)

keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati; dan (9) toleransi, cinta

damai, dan persatuan. Karakter harus dipelihara dan ditumbuhkembangkan sejak

dini.

B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal

1. Dari Aspek Ruang Lingkup Isi Jurnal

Dilihat dari aspek ruang lingkup isinya, kedua jurnal ini termasuk jurnal

yang sudah cukup lengkap. Kedua jurnal tersebut mempunyai judul serta abstrak

yang jelas. Abstrak yang dimuat oleh kedua jurnal saling berkaitan dengan apa

yang akan diabahas oleh masing-masing jurnal. Kedua jurnal ini juga memiliki

pendahuluan yang didalamnya terdapat banyak materi yang disertakan

pengertian dari beberapa ahli dan juga kedua jurnal ini menyertakan contoh

kasus-kasus yang terjadi di Indonesia sebagai bentuk contoh bahan kajian materi

yang akan diulas di dalam masing-masing jurnal.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada kedua jurnal adalah

kajian pustaka dengan teknik analisis deskriptif. Keduanya sama-sama melakukan

kajian pusta dari beberapa sumber media cetak seperti buku dan jurnal. Pada

bagian pembahasan, kedua jurnal sama-sama menjelaskan pengertiannya terlebih

dahulu kemudian baru menjelaskan bagaimana penanaman nilai pendidikan

karakter pada jurnal utama dan implementasi konservasi nilai-nilai sosial dalam

kehidupan bermasyarakat dalam jurnal kedua.

Kesimpulan yang disajikan oleh dua jurnal yang berbeda judul ini cukup

jelas dan sudah menggambarkan keseluruhan dari hasil pembahasan jurnal.

Namun, pada kesimpulan jurnal pertama lebih sedikit dibandingkan jurnal

pembanding. Tetapi pada jurnal utama dilengkapi dengan saran-saran yang

diberikan oleh penulis jurnal agar dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila di

16
dalam pendidikan, sedangkan pada jurnal pembanding tidak ditambahkan saran-

saran oleh penulisnya.

2. Dari Aspek Tata Bahasa Jurnal

Jika dilihat dari tata bahasanya, kedua jurnal sama-sama menggunakan

bahasa Indonesia. Bahasa indoensia yang digunakan pada kedua jurnal sudah

bagus dan sudah sesuai dengan PUEBI, namun masih juga terdapat beberapa

huruf yang salah pada jurnal kedua. Kedua jurnal juga memakai beberapa istilah

dengan bahasa inggis tetapi ditulis dengan cetak miring. Kedua jurnal memakai

kata-kata yang mudah di pahami oleh para pembaca, sehingga tidak menemukan

kesulitan ketika memahami maksud isi jurnal.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kedua jurnal diatas yang saya review, dapat disimpulkan

bahwa membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah

memberi instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan.

Membentuk karakter merupakan proses yang berlangsung seumur hidup.

Untuk lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan

pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,

budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional yaitu: Religius, Jujur, toleransi,disiplin,

kerja keras,kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Setelah membandingkan kedua jurnal tersebut, maka saya selaku

reviewer memperoleh kesimpulan bahwa baik jurnal utama ataupun jurnal

pembanding, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri baik

dari segi tata bahasa, kerapian dan sebagainya.

B. Saran

Setelah saya membaca kedua jurnal tersebut dan membandingkan kedua

jurnal tersebut, saya menyarankan kepada peneliti/penulis jurnal, baik jurnal

utama maupun jurnal pembanding agar memaparkan pembahasan lebih jelas lagi,

tidak ada kesalahan dalam penulisan. Peneliti juga sebaiknya membaca beberapa

cara penulisan yang dilakukan agar sesuai dengan kaidah kepenulisan.

Saya juga berharap para pembaca studi memberikan kritik dan saran yang

tentunya bisa memotivasi saya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi saya dan

khususnya bagi pembaca umumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Rachmah, Huriah. "Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang

Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945". E-Journal WIDYA Non-Eksakta, 1.1

(2013): 7-14.

Rachman, Maman. "Pengembangan Pendidikan Karakter Berwawasan Konservasi

Nilai-Nilai Sosial". Forum Ilmu Sosial, 40.1 (2013): 1-15.

19

Anda mungkin juga menyukai