Anda di halaman 1dari 19

REKAYASA IDE

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


“MENGOLAH EMOSI REMAJA MENJADI LEBIH POSITIVE”

DOSEN PENGAMPU:
Dra. NURMANIA, M.Pd

DISUSUN OLEH:
RUTH ELLYANA GANDA
NIM. 3192431014
SONIA MARANATHA BR. SURBAKTI
NIM. 3193331012
KELAS: GEO DIK D 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
12/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini dengan tepat waktu. Tugas Rekayasa Ide
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Peserta Didik. Tak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini, terutama kepada dosen kami Ibu Dra. Nurmania,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing dalam pelaksanaan tugas
ini.
Terlepas dari itu, kami meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik dari
susunan kalimat, kajian teoritis dan tata bahasa. Maka, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan tugas ini kedepannya agar lebih baik lagi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pembaca.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan, 03 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 4
1.4 Masalah ........................................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................... 6
2.1 Kajian Teoritis .................................................................................................................. 6
BAB III REKAYASA IDE .................................................................................................... 11
3.1 Permasalahan Yang Terkait ........................................................................................... 11
3.2 Solusi Atau Penyelesaian Masalah ................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 18
4.1Kesimpulan...................................................................................................................... 18
4.2 Saran...............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua manusia pada umumnya memiliki dorongan dan minat yang besar untuk mencapai
atau ingin memiliki sesuatu. Adanya perilaku seseorang dan munculnya berbagai kebutuhan
seseorang disebabkan oleh dorongan dan minat yang besar. Jika terpenuhi, itulah dasar dari
pengalaman emosionalnya. Perjalanan hidup seseorang satu dengan yang lainnya itu tidak
sama. Semua memiliki jalan sendiri-sendiri. Semua memiliki pola sendiri-sendiri pula. Jika
seseorang bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka akan memiliki emosi
yang stabil, dengan demikian bisa menikmati hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi
sebaliknya, jika seseorang tidak bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka
cenderung memiliki emosi yang tidak stabil.
Seseorang manusia dalam menanggapi sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan
pertimbangan-pertimbangan objektif. Tetapi pada saat tertentu, dorongan emosional banyak
campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Oleh sebab itu,
untuk memahami emosional peserta didik, guru memang perlu mengetahui apa yang dia
pikirkan dan dia lakukan. Yang lebih penting lagi adalah mengetahui apa yang mereka
rasakan. Gejala-gejala emosional seperti marah, takut, malu, cinta, benci, dan lainnya perlu
dicermati dan dipahami dengan baik. Selanjutnya marilah kita tinjau secara rinci tentang
perkembangan emosi pada peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian perkembangan emosi itu?


2. Bagaimana fase-fase perkembangan emosi itu?
3. Bagaimana karakteristik perkembangan emosi usia remaja?
4. Faktor–faktor apa yang mempengaruhi perkembangan emosi?
5. Bagaimana pengaruh emosi terhadap tingkah laku?

1.3. Tujuan

1. Penyelesaian tugas Rekayasa Ide pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
2. Untuk mengetahui pengertian perkembangan emosi pada peserta didik.
3. Untuk mengetahui fase-fase perkembangan emosi pada peserta didik.

4
4. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan emosi remaja.
5. Untuk mengetahui Faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada peserta
didik.
6. Untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku peserta didik.

1.4 Masalah

Perkembangan emosi pada masa remaja sangat tidak stabil. Perubahan perasaan yang secara tiba-
tiba dapat terjadi pada remaja. Akibat dari perubahan perasaan secara tiba-tiba diperlukan

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

Pengertian Perkembangan Emosi


Perilaku kita sehari-hari pada umumnya di sertai oleh perasaan-perasaan tertentu,
seperti peasaan senang atau tidak senang. perasaan senang atau tidak senang yang menyertai
perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Perasaan-perasaan seperti ini
disebut emosi (Serlito, 1982: 59). Di samping perasaan senang dan tidak senang, beberapa
conoh macam emosi yang lain adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas dan benci.
Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkain kecenderungan untuk bertindak (Asrori, 2006). Pengertian lain
emosi adalah suatu pengalaman afektif yang kuat pada diri seseorang yang ditandai dengan
adanya perubahan-perubahan pada diri individu, baik keadaan mental maupun fisik serta
berwujud suatu sikap dan tingkah-laku yang tampak (Sunarto & Agung Hartono, 2008)
Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi itu adalah sebagai berikut:
“An emotion, is en affective experiences that accompanies generalized inner adjusiment and
mental and physiological stirred up states it the individual, and that shows it self in his overt
behavior”. Jadi, emosi adalah pengalaman efektif yang di sertai penyesuaian diri dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak.

Para peneliti sebagaimana dikemukakan Djali (2008), menemukan bentuk-bentuk emosi


untuk tiap jenis reaksi perubahan fisik tertentu seperti hal-hal sebagai berikut:
a. Rasa marah
Ditandai dengan detak jantung meningkat, hormon adrenalin meningkat, dan mengalirkan
energi untuk memukul, mengumpat, dan lain-lain.
b. Rasa takut
Ditandai dengan tubuh terasa membeku, reaksi waspada, wajah pucat, dan darah terasa
mengalir ke otot rongga besar, misalnya kaki untuk dapat lari atau mata terasa awas untuk
mengamati kondisi sekitarnya.
c. Rasa bahagia

6
Ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas dan pusat otak yang menhambat perasaan
negatif dan menenagkan perasaan yang menimbulkan kerisauan.
d. Rasa cinta
Ditandai dengan adanya perasaan kasih sayang serta pola simpatik yang menunjuk pada
respons relaksasi, yaitu kumpulan reaksi pada seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan
yang menenangkan serta rasa puas untuk mempermudah kerja sama.
e. Rasa terkejut
Ditandai dengan naik alisnya individu. Hal ini merupakan reaksi untuk suatu kemungkinan
menerima lebih banyak informasi atau mencoba meyalami apa yang sedang terjadi untuk
merancang tindakan yang baik.
f. Rasa jijik
Ditandai dengan sikap hidung mengkerut menutupnya atau ungkapan lain wajah rasa jijik,
akibat rangsangan bau atau rasa menyengat.
g. Rasa sedih
Ditandai dengan menurunnya kegiatan atau semangat hidup yang melakukan kegiatan sehari-
hari karena menyesuaikan diri akibat adanya kehilangan yang menyedihkan atau kekecewaan
besar.

Fase-Fase Perkembangan Emosi Peserta Didik


a. Perkembangan emosi peserta didik usia pra sekolah
Perkembangan emosional anak usia pra sekolah dapat digambarkan bahwa seiring
perkembangan fisik juga diikuti oleh perkembangan emosional dimana respon emosional
makin banyak berkaitan dengan situasi sosial (orang dilingkungan) dan rangsangan yang
simbolis atau abstrak. Pada masa ini anak kelihatan berperilaku agresif, memberontak,
menentang keinginan orang lain, khususnya orang tua. Pada usia ini sikap menentang bisa
berubah kembali bila orang tua, pendidik menunjukkkan sikap konsisten dalam
memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Setelah berhasil secara
tegas mempertahankan kewibawaan dengan berpegang teguh pada patokan perilaku tertentu,
pada anak akan terjadi internalisasi nilai dengan tolak ukur orang tua dan selanjutnya bisa
terjadi proses identifikasi. Pada anak akan terlihat ada kemiripan dengan orang tua dalam hal
tertentu.
Pada masa ini orang tua, pendidik harus tetap berusaha melihat tujuan pendidikan yakni
mengembangkan kepribadian anak dan membentuk perilakuknya sesuai dengan gambaran

7
yang dicita-citakannya. Pada masa ini, anak juga belajar menyatakan diri dan emosinya,
mulai timbul rasa malu, takut, sedih, bermusuhan, bersalah bahkan iri dan cemburu.

b. Perkembangan emosi peserta didik usia sekolah dasar


Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, oleh sebab itu,
perlu kiranya untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan dan pengaruh emosi terhadap
penyesuaian pribadi dan sosial. Sulit untuk mempelajari emosi anak-anak, karena informasi
tentang aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara instropeksi, sedangkan
anak-anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik karena mereka masih berusia
sangat muda.
Pola-pola emosi yang terjadi pada masa anak-kanak adalah rasa takut, malu,
canggung, khawatir, marah, cemburu, duka cita, keingintahuan, gembira dan kasih sayang.

c. Perkembangan emosi peserta didik usia Remaja (SMP/SMA)


Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi antara masa
anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat
mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya merupakan masa
yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya. Perubahan-
perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis.
Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened emotionality, yaitu suatu keadaan
dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan
keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam berbagai bentuk tingkah
laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak bergairah,
pemalas, membentuk mekanisme pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung
terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang tinggi
akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.

Karakteristik Perkembangan Emosi Usia Remaja


Masa remaja di anggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan
emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Biehler (1972) membagi
cirri-ciri emosional remaja menjadi dua rentan usia, yaitu 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun.
1) Pada usia ini siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat di terka. Sebagian
kemurungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan

8
kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia
masih sebagai anak-anak atau sebagai orang dewasa. Hubungannya dengan kematangan
seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih sebagai
anak-anak atau sebagai orang dewasa.
2) Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya
diri.
3) Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini seringkali terjadi sebagai
akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena
bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
4) Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan
pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
5) Siswa-siswa di SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih
objektif dan mungkin terjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap
serba tahu.
Ciri-ciri emosional remaja 15-18 tahun
1) Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernyataan / ekspresi dari perubahan yang
universal dari masa kanak-kanak ke dewasa
2) Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan
orang tua mereka.
3) Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di
antara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang
besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi


Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung pada factor kematangan dan factor belajar (Hurlock, 1960: 266). Selain kedua hal
tersebut, perkembangan emosi juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kehidupan atau kultur.
Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional.
Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media masa atau keseluruhan latar belakang
pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.
Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa
takut dan factor-faktor eksternal yang seringkali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang
sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak
dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu

9
banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat
keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele
juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Pelakuan saudara serumah, orang
lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada
perkembangan emosioanal anak.

Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku


Emosi dapat ,mempengaruhi tingkah laku, misalnya rasa marah atau rasa takut dapat
menyebabkan seorang gemetar, dalam ketakutannya , mulut menjadi kering detak jantung
mulai cepat, system pencernaan berubah selama pemunculan emosi ini. Ganguan emosi juga
dapat menjadi kesulitan berbicara. Motivasi untuk belajar anak akan membantu dalam
memusatkan perhatian pada apa yang ia kerjakan. Rangsangan untuk belajar yang di berikan
harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak, karena reaksi setiap
individu tidak sama rangsangan rangsangan yang menghasilkan perasaan yang tidak
menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil belajar.
Ada perbedaan individual dalam perkembangan emosional yang berbagai di sebabkan oleh
keadaan fisik, taraf kemampuan intelektual, kondisi lingkungan dengan kaitannya dengan
penyelanggaraan pendidikan, guru dapat melakukan berbagai upaya dalam perkembangan
emosi remaja misalnya: konsisten dalam pengelola kelas, mendorong anak bersaing dengan
diri sendiri, mencoba memahami remaja dan membantu siswa berprestasi.

10
BAB III
REKAYASA IDE

3.1 Permasalahan Yang Terkait

Banyak peserta didik khususnya remaja belum dapat mengendalikan emosi dalam
dirinya. Remaja masih tidak mampu mengolah emosi kearah positive, remaja masih
cenderung melampiaskan emosi ke arah yang negative. Seperti sekarang ini, banyak berita
yang menampilkan bagaimana siswa yang tidak dapat mengendalikan emosinya. Seperti
siswa SMK Ichthus, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara, siswa yang
melakukan penikam pada guru. Hal terlihat bahwa siswa itu tidak mampu untuk
mengendalikan emosinya. Banyak faktor yang menjadikan remaja tidak mampu
mengendalikan emosinya, dimulai dari keputusasaan remaja terhadap suatu hal, masalah yang
mungkin terjadi dalam keluarga, maupun lingkungan yang tidak mendukung remaja tersebut,
dan penguatan agama yang tidak ada dalam diri remaja.

3.2 Solusi Atau Penyelesaian Masalah

Peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini akan tampak dalam
beberapa hal berikut ini:

1. Menunjukkan kasih sayang kepada anak


Peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini salah satunya bisa
dicapai dengan menunjukkan kasih sayang kepada anak. Orang tua yang tidak segan
menunjukkan kasih sayang kepada anak akan sangat membantu perkembangan sosial
emosional anak. Anak akan mudah mengetahui bahwa dirinya disayangi dan bahwa orang
tuanya akan selalu ada untuk mendukungnya, karena itu ia juga dapat tumbuh dan
berkembang secara sosial dan emosional dengan baik. Kasih sayang orang tua yang
ditunjukkan dengan jelas dan proporsional akan mendorong tumbuhnya rasa aman pada anak.

2. Mendorong anak untuk mencoba hal baru


Keberanian untuk mencoba hal – hal baru bagi seorang anak perlu ditumbuhkan dengan
dorongan orang tua, sebab dengan demikian ia juga akan mengalami perkembangan sosial
dan emosional yang pesat. Anak akan belajar bagaimana menangani hal – hal yang baru di

11
dalam kehidupannya dan itu akan membantu membentuk kemampuannya untuk mengelola
emosi serta kemampuan sosialnya dengan baik. Hal ini juga dapat menjadi cara
meningkatkan keberanian pada anak dan cara meningkatkan percaya diri pada anak.

3. Memperkenalkan anak dengan teman sebayanya


Kemampuan sosial anak tidak dapat berkembang apabila ia tidak pernah bergaul dengan
teman – teman sebayanya. Orang tua perlu memperkenalkan anak dengan lingkungan teman
sebaya untuk mengasah kemampuan sosial dan emosional anak. Bantulah anak dengan
memperkenalkan lingkungan teman sebayanya, agar anak bisa belajar bergaul dengan
beberapa anak lain dengan watak yang berbeda – beda.

4. Memperlihatkan perasaan dengan jelas


Peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini bisa dilakukan dengan
memperlihatkan bagaimana perasaan orang tua terhadap berbagai situasi atau peristiwa.
Memperkenalkan emosi yang positif dan negatif kepada anak juga perlu dilakukan oleh orang
tua. Tunjukkanlah kepada anak bagaimana ekspresi Anda ketika sedang bahagia, senang,
marah ataupun sedih. Tentunya dengan porsi yang pas, dan dengan pengendalian diri yang
baik agar tidak membuat anak menjadi trauma dengan apa yang dia saksikan.

5. Menetapkan rutinitas harian


Perkembangan sosial emosional anak juga akan terbantu dengan adanya disiplin dari orang
tua. Bentuk disiplin tersebut bisa berupa penetapan kegiatan harian anak di rumah dan tugas –
tugas apa saja yang perlu dilakukannya. Misalnya, penentuan kapan waktu belajar, bermain,
membereskan kamar, membantu orang tua di rumah, dan lain sebagainya. Penentuan kegiatan
rutin harian juga dapat menjadi cara meningkatkan fokus pada anak.

6. Memahami perasaan anak


Peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini akan terbantu dengan
orang tua yang selalu berusaha memahami perasaan sang anak. Orang tua dapat memahami
anak dengan cara menjadi pendengar yang baik dan memperluas perasaan empati terhadap
anak. Pentingnya anak merasa dipahami agar anak merasa dekat dengan orang tua dan ia tahu
bahwa orang tua adalah pihak yang dapat diandalkan dalam perkembangan sosial
emosionalnya.

12
7. Membangun rasa percaya anak
Anak dapat mengetahui apakah komunikasi yang mereka lakukan diterima dengan baik oleh
orang tua atau tidak. Hal ini disebabkan karena insting mereka mulai terasah, dan
kemampuan belajarnya juga berkembang pesat. Bagaimana cara anak untuk menerima
informasi dari lingkungan sekelilingnya akan mempengaruhi dan memicu respons emosional.

8. Membangun ikatan dengan anak


Peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini selanjutnya bisa
dilakukan dengan membangun ikatan antara orang tua dan anak yang erat. Cara ini bisa
dilakukan apabila orang tua menyediakan waktu berkualitas untuk bersama anak. Dengan
menyediakan waktu untuk beraktivitas bersama, kedua pihak akan dapat saling mengenali
diri masing – masing, saling memahami dan membentuk ikatan yang kuat yang akan
mendasari perkembangan sosial emosional anak.

9. Merespon kebutuhan anak


Setiap anak akan memiliki kebutuhan tersendiri, termasuk anak usia dini. Orang tua perlu
menjadi pihak yang tanggap terhadap kebutuhan – kebutuhan tersebut agar anak tidak
mengalami kesulitan. Kebutuhan anak termasuk kebutuhan fisik dan emosional perlu
dipenuhi orang tua dengan segera agar mereka dapat memiliki pihak yang dapat diandalkan.

10. Membangun kemandirian anak


Pola asuh yang benar akan membuat anak dapat membangun kemandiriannya sendiri. Orang
tua perlu memberikan kebebasan tertentu pada anak yang dapat membantu membangun
kemampuan anak untuk mandiri dan bisa mengelola perkembangan sosial emosionalnya
sendiri. Peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini dapat
dilakukan dengan mengajarkan kemandirian pada anak. Misalnya, menyuruh anak berbelanja
ke warung di depan rumah, mengajarkan toilet training, makan sendiri, tidur sendiri,
membereskan keperluannya sendiri dan lain sebagainya.

11. Memberi batasan dan aturan


Orang tua perlu memberi batasan dalam keseharian anak untuk membuat anak tetap aman
dan mengetahui bagaimana cara memperlakukan orang lain dengan baik. Anda harus dapat
membedakan antara keinginan, keperluan dan kebutuhan anak dengan benar untuk dapat

13
menetapkan batasan – batasan tersebut. Pertimbangkan juga perasaan anak mengenai
peraturan – peraturan yang Anda buat, beri ia kesempatan untuk mengusulkan keinginannya.
Jika dirasa sesuai, Anda dapat mengabulkan permintaan anak, namun jika tidak
memungkinkan maka beri ia alasan yang masuk akal dan jujur.
12. Memperlihatkan perhatian kepada anak
Anak akan selalu membutuhkan perhatian dari orang tuanya dalam kondisi yang
bagaimanapun, karena itu orang tua tidak boleh lalai dalam memperhatikan anak. Orang tua
dapat memperlihatkan perhatian dengan selalu tanggap terhadap kondisi anak dan apa saja
yang dibutuhkannya dalam setiap aspek kehidupan anak. Misalnya mengetahui berbagai
kebiasaan anak, apa yang disukai dan tidak disukai, apa yang membuat anak kesal dan marah,
siapa teman terdekat anak, dan lain sebagainya. Termasuk kesabaran dalam menjawab
berbagai keingintahuan anak dan memperhatikan sebagai pendengar yang baik ketika anak
sedang berbicara.

13. Memberi pujian pada anak


Pujian merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada kemampuan anak yang akan
mendorong rasa percaya diri anak dan juga sebagai cara meningkatkan harga diri pada anak.
Anak yang memiliki kepercayaan diri bagus akan menjadi anak yang lebih bahagia, lebih
mudah menyesuaikan diri dan berprestasi lebih baik di sekolah. Hal ini akan membangun rasa
tanggung jawab anak, membuatnya dapat menentukan keputusan dan pilihan yang tepat.

14. Memberi contoh bagus


Anak – anak akan mempelajari banyak hal mengenai hubungan dengan orang lain dari
mengamati perilaku orang tuanya. Anda harus selalu memikirkan dampak dari perilaku diri
Anda kepada anak – anak, khususnya apa yang Anda lakukan dengan anak. Perlakukan anak
sebagaimana yang Anda inginkan dari orang lain untuk memperlakukan anak Anda dengan
cara yang sama. Misalnya, Anda dapat memberi contoh berupa cara mengajari anak
mengelola emosi dengan benar.

15. Menghormati sudut pandang anak


Anak – anak memiliki sudut pandang yang unik mengenai berbagai hal didunia. Bantulah
anak untuk dapat mengenali mana saja hal yang nyata dan yang mana merupakan pura – pura.
Misalnya, anak mungkin menonton kartun mengenai orang yang bisa terbang, namun Anda
harus menjelaskan bahwa dalam dunia nyata tidak ada hal seperti itu. Namun hal ini tidak

14
berarti bahwa anak tidak dapat memiliki sedikit daya khayal yang aman, tugas orang tua
adalah untuk membatasi daya khayal tersebut agar tidak membahayakan anak. Ikutlah
bermain dengan anak sambil menjelaskan bahwa mengkhayal itu tidak berbahaya selama
tidak dilakukan di dunia nyata.

16. Menghormati perbedaan


Setiap anak memiliki kemampuan yang unik dan cara berpikirnya sendiri – sendiri dan tidak
terbatas kepada bidang akademik saja. Jangan bandingkan anak dengan teman sebayanya
yang mungkin Anda lihat lebih pintar, lebih baik atau lebih luwes dan lain sebagainya.
Cobalah menghormati perbedaan anak dengan anak lainnya sebagai bagian dari dirinya dan
kepribadiannya. Hargailah setiap pencapaian anak dan sediakan dukungan serta motivasi
pada setiap tantangan yang dihadapi anak.

17. Mengajarkan tanggung jawab


Untuk mengajarkan tentang rasa tanggung jawab, Anda dapat meminta anak untuk
menyelesaikan apa saja kegiatan yang telah dia lakukan. Memulai suatu kegiatan dari awal
hingga selesai akan memberikan anak perasaan penyelesaian. Contohnya, jika ia mengambil
buku dari rak untuk dibaca, maka anak juga harus mengembalikan kembali buku tersebut ke
tempatnya ketika selesai membaca.

Peran Guru dalam Pengembangan atau Pembelajaran Emosi pada Remaja

Terdapat lima cara/ strategi pengembangan emosi pada anak , yaitu:


a. Kemampuan untuk mengenali emosi diri
Untuk membantu mengenali emosi anak, dapat dilakukan dengan cara mengajarkan anak
untuk memahami perasaan-perasaan yang dialaminya. Orang tua ataupun guru dapat
mengajak anak untuk mendiskusikan mengenai berbagai emosi yang dirasakan berdasarkan
pengalamannya. Misalnya mengarahkan rasa amarah anak dengan suatu kegiatan bermain.

b. Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat


Anak dapat dibiasakan untuk berfikir realiatis sehingga anak dapat menanggapi suatu
kejadian dengan perilaku yang tepat. Anak diajak untuk meredakan emosi marah atau kecewa
dengan cara mengalihkan emosi itu pada kegiatan lain yang berarti, misalnya menggambar.

15
c. Kemampuan untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri didorong oleh kemampuan anak dalam
menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, orang tua dan guru diharapkan tidak mengabaikan
kemampuan anak untuk belajar banyak dan orang tua dan guru perlu mananamkan optimisme
pada anak.

d. Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain


Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam memahami perasaan orang lain maka
upaya pengembangan empati dan kepedulian terhadap orang lain menjadi sangat penting.
Anak sebaiknya mendapatkan pengalaman langsung dalam kehidupan nyata untuk merasakan
perasaan tersebut.

e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain


Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang lain, bermain kelompok, dan melakukan
kerjasama.

Peran guru terhadap perkembangan emosi anak sangat penting setelah orang tua,
sehingga peran guru juga sangat menentukan dalam perkembangan anak. Untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif dalam rangka mengembangkan emosi, guru dapat
melakukan pengembangan emosi melalui pembiasaan sejak dini. Kerjasama antara Orang
Tua dan Guru dalam Perkembangan Emosi Anak Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik anak-anaknya di rumah. Orang tua bertanggung jawab untuk mendidik atau
mengasuh anak-anaknya agar menjadi dewasa, berkelakuan baik, memahami nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat dan memiliki wawasan yang luas. Di samping itu orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik anak agar anak mampu menjalani kehidupan. Sedangkan
sekolah memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan membimbing anak-anak di sekolah,
memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak sesuai dengan kurikulum. Orang tua
dan guru merupakan orang-orang yang paling penting dalam menunjang perkembangan anak.
Program kerjasama orang tua dengan guru, akan membuka kekakuan komunikasi dan
kebutuhan komunikasi rumah dengan sekolah. Dengan program itu, akan saling terbuka
wawasan dan pemahaman tentang pentingnya menangani anak secara bersama-sama.
Mulusnya komunikasi rumah dan sekolah merupakan suatu yang sangat membantu, baik bagi
pelayanan anak maupun baik kesuksesan program sekolah.

16
Menurut Nugraha (2007: 12.21) kerjasama antara guru dan orang tua dapat berupa:
a. Guru mengadakan dialog dan pertemuan dengan orang tuanya.
b. Guru dapat melibatkan orang tua dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
usaha mendukung perkembangan anak.
c. Guru dapat melakukan kunjungan ke rumah anak didik
d. Orang tua dapat terlibat secara langsung dalam membantu proses pembelajaran kelas.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan emosional adalah proses perubahan dari potensi yang dimiliki oleh
individu yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat
yang luas (mendalam).
Emosi sebagai perasaan bergejolak di dalam individu disertai dengan perubahan
perubahan fisiologis tubuh, misalnya: kontraksi-kontraksi otot, sekresi kelenjar-kelenjar
tertentu, peredaran darah cepat, denyut nadi. Lain dari itu emosi dapat diklasifikasi dengan
mempergunakan tiga dimensi perasaan menurut Wundt sebagai berikut: Emosi takut, terkejut,
marah, gembira, benci, asmara, sedih nestapa, kecewa, rasa lega, dan murung,
Dalam sebuah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor tersebut memiliki hubungan yang
sangat erat satu sama lain dan akan mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan
menghasilkan suatu kemampuan berpikir kritis, mengingat, menghapal, dan reaktif terhadap
rangsangan.
Berikut ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu yaitu:
1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah
dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak
darikeadaan ini ialahtimbulnya rasa frustasi.
3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan
emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
4. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

4.2 Saran

Kepada guru, orang tua, dan lingkungan sebaiknya berperan aktif dalam memacu
perkembangan emosi remaja ke arah yang lebih positive.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/24812018/PERKEMBANGAN_EMOSI_REMAJA
https://manado.kompas.com/read/2019/10/29/05150001/fakta-di-balik-kasus-guru-smk-yang-
tewas-ditikam-siswanya-sekolah-kumpulan?page=all
https://desainwarkintin.wordpress.com/2012/05/17/perkembangan-emosi-dan-proses-
pembelajaran/
https://www.kompasiana.com/heruriswan/551fd36a81331141709de2e0/guru-dan-
perkembangan-emosi-remaja

19

Anda mungkin juga menyukai