DOSEN PENGAMPU:
Dra. NURMANIA, M.Pd
DISUSUN OLEH:
RUTH ELLYANA GANDA
NIM. 3192431014
SONIA MARANATHA BR. SURBAKTI
NIM. 3193331012
KELAS: GEO DIK D 2019
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
12/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini dengan tepat waktu. Tugas Rekayasa Ide
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Peserta Didik. Tak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini, terutama kepada dosen kami Ibu Dra. Nurmania,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing dalam pelaksanaan tugas
ini.
Terlepas dari itu, kami meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik dari
susunan kalimat, kajian teoritis dan tata bahasa. Maka, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan tugas ini kedepannya agar lebih baik lagi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pembaca.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Semua manusia pada umumnya memiliki dorongan dan minat yang besar untuk mencapai
atau ingin memiliki sesuatu. Adanya perilaku seseorang dan munculnya berbagai kebutuhan
seseorang disebabkan oleh dorongan dan minat yang besar. Jika terpenuhi, itulah dasar dari
pengalaman emosionalnya. Perjalanan hidup seseorang satu dengan yang lainnya itu tidak
sama. Semua memiliki jalan sendiri-sendiri. Semua memiliki pola sendiri-sendiri pula. Jika
seseorang bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka akan memiliki emosi
yang stabil, dengan demikian bisa menikmati hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi
sebaliknya, jika seseorang tidak bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka
cenderung memiliki emosi yang tidak stabil.
Seseorang manusia dalam menanggapi sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan
pertimbangan-pertimbangan objektif. Tetapi pada saat tertentu, dorongan emosional banyak
campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Oleh sebab itu,
untuk memahami emosional peserta didik, guru memang perlu mengetahui apa yang dia
pikirkan dan dia lakukan. Yang lebih penting lagi adalah mengetahui apa yang mereka
rasakan. Gejala-gejala emosional seperti marah, takut, malu, cinta, benci, dan lainnya perlu
dicermati dan dipahami dengan baik. Selanjutnya marilah kita tinjau secara rinci tentang
perkembangan emosi pada peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1. Penyelesaian tugas Rekayasa Ide pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
2. Untuk mengetahui pengertian perkembangan emosi pada peserta didik.
3. Untuk mengetahui fase-fase perkembangan emosi pada peserta didik.
4
4. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan emosi remaja.
5. Untuk mengetahui Faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada peserta
didik.
6. Untuk mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku peserta didik.
1.4 Masalah
Perkembangan emosi pada masa remaja sangat tidak stabil. Perubahan perasaan yang secara tiba-
tiba dapat terjadi pada remaja. Akibat dari perubahan perasaan secara tiba-tiba diperlukan
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
Ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas dan pusat otak yang menhambat perasaan
negatif dan menenagkan perasaan yang menimbulkan kerisauan.
d. Rasa cinta
Ditandai dengan adanya perasaan kasih sayang serta pola simpatik yang menunjuk pada
respons relaksasi, yaitu kumpulan reaksi pada seluruh tubuh yang membangkitkan keadaan
yang menenangkan serta rasa puas untuk mempermudah kerja sama.
e. Rasa terkejut
Ditandai dengan naik alisnya individu. Hal ini merupakan reaksi untuk suatu kemungkinan
menerima lebih banyak informasi atau mencoba meyalami apa yang sedang terjadi untuk
merancang tindakan yang baik.
f. Rasa jijik
Ditandai dengan sikap hidung mengkerut menutupnya atau ungkapan lain wajah rasa jijik,
akibat rangsangan bau atau rasa menyengat.
g. Rasa sedih
Ditandai dengan menurunnya kegiatan atau semangat hidup yang melakukan kegiatan sehari-
hari karena menyesuaikan diri akibat adanya kehilangan yang menyedihkan atau kekecewaan
besar.
7
yang dicita-citakannya. Pada masa ini, anak juga belajar menyatakan diri dan emosinya,
mulai timbul rasa malu, takut, sedih, bermusuhan, bersalah bahkan iri dan cemburu.
8
kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia
masih sebagai anak-anak atau sebagai orang dewasa. Hubungannya dengan kematangan
seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih sebagai
anak-anak atau sebagai orang dewasa.
2) Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya
diri.
3) Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini seringkali terjadi sebagai
akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena
bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
4) Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan
pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
5) Siswa-siswa di SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih
objektif dan mungkin terjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap
serba tahu.
Ciri-ciri emosional remaja 15-18 tahun
1) Pemberontakan remaja merupakan pernyataan-pernyataan / ekspresi dari perubahan yang
universal dari masa kanak-kanak ke dewasa
2) Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan
orang tua mereka.
3) Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di
antara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang
besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu
9
banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat
keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele
juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Pelakuan saudara serumah, orang
lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada
perkembangan emosioanal anak.
10
BAB III
REKAYASA IDE
Banyak peserta didik khususnya remaja belum dapat mengendalikan emosi dalam
dirinya. Remaja masih tidak mampu mengolah emosi kearah positive, remaja masih
cenderung melampiaskan emosi ke arah yang negative. Seperti sekarang ini, banyak berita
yang menampilkan bagaimana siswa yang tidak dapat mengendalikan emosinya. Seperti
siswa SMK Ichthus, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Sulawesi Utara, siswa yang
melakukan penikam pada guru. Hal terlihat bahwa siswa itu tidak mampu untuk
mengendalikan emosinya. Banyak faktor yang menjadikan remaja tidak mampu
mengendalikan emosinya, dimulai dari keputusasaan remaja terhadap suatu hal, masalah yang
mungkin terjadi dalam keluarga, maupun lingkungan yang tidak mendukung remaja tersebut,
dan penguatan agama yang tidak ada dalam diri remaja.
Peran orang tua dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini akan tampak dalam
beberapa hal berikut ini:
11
dalam kehidupannya dan itu akan membantu membentuk kemampuannya untuk mengelola
emosi serta kemampuan sosialnya dengan baik. Hal ini juga dapat menjadi cara
meningkatkan keberanian pada anak dan cara meningkatkan percaya diri pada anak.
12
7. Membangun rasa percaya anak
Anak dapat mengetahui apakah komunikasi yang mereka lakukan diterima dengan baik oleh
orang tua atau tidak. Hal ini disebabkan karena insting mereka mulai terasah, dan
kemampuan belajarnya juga berkembang pesat. Bagaimana cara anak untuk menerima
informasi dari lingkungan sekelilingnya akan mempengaruhi dan memicu respons emosional.
13
menetapkan batasan – batasan tersebut. Pertimbangkan juga perasaan anak mengenai
peraturan – peraturan yang Anda buat, beri ia kesempatan untuk mengusulkan keinginannya.
Jika dirasa sesuai, Anda dapat mengabulkan permintaan anak, namun jika tidak
memungkinkan maka beri ia alasan yang masuk akal dan jujur.
12. Memperlihatkan perhatian kepada anak
Anak akan selalu membutuhkan perhatian dari orang tuanya dalam kondisi yang
bagaimanapun, karena itu orang tua tidak boleh lalai dalam memperhatikan anak. Orang tua
dapat memperlihatkan perhatian dengan selalu tanggap terhadap kondisi anak dan apa saja
yang dibutuhkannya dalam setiap aspek kehidupan anak. Misalnya mengetahui berbagai
kebiasaan anak, apa yang disukai dan tidak disukai, apa yang membuat anak kesal dan marah,
siapa teman terdekat anak, dan lain sebagainya. Termasuk kesabaran dalam menjawab
berbagai keingintahuan anak dan memperhatikan sebagai pendengar yang baik ketika anak
sedang berbicara.
14
berarti bahwa anak tidak dapat memiliki sedikit daya khayal yang aman, tugas orang tua
adalah untuk membatasi daya khayal tersebut agar tidak membahayakan anak. Ikutlah
bermain dengan anak sambil menjelaskan bahwa mengkhayal itu tidak berbahaya selama
tidak dilakukan di dunia nyata.
15
c. Kemampuan untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri didorong oleh kemampuan anak dalam
menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, orang tua dan guru diharapkan tidak mengabaikan
kemampuan anak untuk belajar banyak dan orang tua dan guru perlu mananamkan optimisme
pada anak.
Peran guru terhadap perkembangan emosi anak sangat penting setelah orang tua,
sehingga peran guru juga sangat menentukan dalam perkembangan anak. Untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang kondusif dalam rangka mengembangkan emosi, guru dapat
melakukan pengembangan emosi melalui pembiasaan sejak dini. Kerjasama antara Orang
Tua dan Guru dalam Perkembangan Emosi Anak Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik anak-anaknya di rumah. Orang tua bertanggung jawab untuk mendidik atau
mengasuh anak-anaknya agar menjadi dewasa, berkelakuan baik, memahami nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat dan memiliki wawasan yang luas. Di samping itu orang tua memiliki
tanggung jawab untuk mendidik anak agar anak mampu menjalani kehidupan. Sedangkan
sekolah memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan membimbing anak-anak di sekolah,
memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak sesuai dengan kurikulum. Orang tua
dan guru merupakan orang-orang yang paling penting dalam menunjang perkembangan anak.
Program kerjasama orang tua dengan guru, akan membuka kekakuan komunikasi dan
kebutuhan komunikasi rumah dengan sekolah. Dengan program itu, akan saling terbuka
wawasan dan pemahaman tentang pentingnya menangani anak secara bersama-sama.
Mulusnya komunikasi rumah dan sekolah merupakan suatu yang sangat membantu, baik bagi
pelayanan anak maupun baik kesuksesan program sekolah.
16
Menurut Nugraha (2007: 12.21) kerjasama antara guru dan orang tua dapat berupa:
a. Guru mengadakan dialog dan pertemuan dengan orang tuanya.
b. Guru dapat melibatkan orang tua dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
usaha mendukung perkembangan anak.
c. Guru dapat melakukan kunjungan ke rumah anak didik
d. Orang tua dapat terlibat secara langsung dalam membantu proses pembelajaran kelas.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan emosional adalah proses perubahan dari potensi yang dimiliki oleh
individu yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat
yang luas (mendalam).
Emosi sebagai perasaan bergejolak di dalam individu disertai dengan perubahan
perubahan fisiologis tubuh, misalnya: kontraksi-kontraksi otot, sekresi kelenjar-kelenjar
tertentu, peredaran darah cepat, denyut nadi. Lain dari itu emosi dapat diklasifikasi dengan
mempergunakan tiga dimensi perasaan menurut Wundt sebagai berikut: Emosi takut, terkejut,
marah, gembira, benci, asmara, sedih nestapa, kecewa, rasa lega, dan murung,
Dalam sebuah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor tersebut memiliki hubungan yang
sangat erat satu sama lain dan akan mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan
menghasilkan suatu kemampuan berpikir kritis, mengingat, menghapal, dan reaktif terhadap
rangsangan.
Berikut ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu yaitu:
1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah
dicapai.
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak
darikeadaan ini ialahtimbulnya rasa frustasi.
3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan
emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.
4. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
4.2 Saran
Kepada guru, orang tua, dan lingkungan sebaiknya berperan aktif dalam memacu
perkembangan emosi remaja ke arah yang lebih positive.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/24812018/PERKEMBANGAN_EMOSI_REMAJA
https://manado.kompas.com/read/2019/10/29/05150001/fakta-di-balik-kasus-guru-smk-yang-
tewas-ditikam-siswanya-sekolah-kumpulan?page=all
https://desainwarkintin.wordpress.com/2012/05/17/perkembangan-emosi-dan-proses-
pembelajaran/
https://www.kompasiana.com/heruriswan/551fd36a81331141709de2e0/guru-dan-
perkembangan-emosi-remaja
19