Anda di halaman 1dari 18

REKAYASA IDE

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“BELAJAR YANG MENYENANGKAN, BERHASIL
DAN MEMBANGUN KARAKTER”

DOSEN PENGAMPU: SEPTIAN PRAWIJAYA, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
NAMA : 1. DAFA RIZKY PRAYOGA (3192431006)
2. IRWANTO BUULOLO (3193331033)
3. RUTH ELLYANA GANDA (3192431014)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga Makalah Rekayasa Ide ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya
ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah memberikan kontribusi dengan
memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun materinya. Terkhusus
kepada kedua orang tua saya yang telah selama ini telah berjasa kepada saya.
Selanjutnya saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Septian Prawjaya, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing pada mata
kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama penulisan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga Makalah Rekayasa Ide dapat
bermanfaat bagi banyak orang. Kemudian, Makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pembaca dapat mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari,
terkhusus didunia pendidikan.
Saya menyadari ada banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah
Rekayasa Ide ini. Dengan penuh kerendahan hati saya mohon maaf, kritik dan
saran yang membangun saya persilahkan kepada setiap pembaca yang membaca
Makalah Rekayasa Ide ini. Saya ucapkan terimakasih.

Medan, 23 April 2020

Ruth Ellyana Ganda

1
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Manfaat............................................................................................................4
D. Fokus Masalah.................................................................................................5
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................6
A. Belajar yang Menyenangkan dan Berhasil......................................................6
B. Belajar yang Menyenangkan dan Berkarakter Mulia......................................9
C. Metode Pembelajaran yang Menyenangkan untuk Pelajaran yang
Membosankan (Matematika dan IPS)................................................................11
BAB III. REKAYASA IDE.................................................................................14
BAB IV. PENUTUP.............................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

3
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang guru adalah pemimpin di dalam kelasnya. Pemimpin siswa-


siswanya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Seorang guru pun harus
bisa menguasai dan mengendalikan kelas. Guru harus tahu bagaimana cara
membuat proses belajar mengajar tidak menjenuhkan dan selalu menyenangkan
untuk para siswa, sehingga dibutuhkan strategi-strategi yang tepat dalam
prosesnya.
Tapi saat sekarang realitanya kita dapat melihat di dalam proses
pembeljaran itu sendiri guru masih belum bisa mengkondisikan pembelajarannya
sesuai yang diharapkan oleh siswa maupun oleh kurikulum yang dituntut.Tidak
hanya itu ,kadangkala guru belum bisa memahami seperti apa pembeljaran
kondusif yang diinginkan siswa ,yang nantinya hal itu akan berpengaruh kepada
hasil proses pembelajaran siswa itu sendiri.
Dan juga ,strategi pembelajaran yang menjadi sorotan dekade terakhir
adalah bagaimana guru dapat merancang strategi itu agar para siswa dapat
menikmati pembelajaran dengan menyenangkan.Oleh karena itu,penulis mencoba
memaparkan seperti apakah strategi pembelajaran  menyenangkan yang
dibutuhkan siswa serta sesuai tuntutan tujuan instruksional itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana itu metode belajar yang menyenangkan


2. Bagaimana metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan karakter
peserta didik

C. Manfaat

1. Kita dapat mengetahui bagaimana metode yang baik untuk membuat


proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan

4
2. Kita dapat mengetahui metode pembelajaran seperti apa yang dapat
menumbuhkan karakter peserta didik

D. Fokus Masalah

Ada banyak bermunculan metode pembelajaran modern yang para guru


ciptakan atau yang diciptakan tenaga pendidik lainnya. Namun, masih banyak
guru yang jarang menerapkan metode pendidikan yang modern dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Guru masih lebih mengikuti metode pembelajaran begitu
saja atau bisa katakan monoton sehingga akibat tidak perubahan dalam metode
pembelajaran banyak peserta didik yang mengalami kebosanan.

5
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN

A. Belajar yang Menyenangkan dan Berhasil

Dalam Undang-Undang No. 20 Pasal 40 Ayat 2 menjelaskan bahwa


pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan
yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Mengacu pada
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Pasal 19 Ayat 1 berbunyi: “Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologi peserta didik”.
Rancangan pembelajaran yang inovatif tentu membutuhkan peran guru dalam
menciptakan pola pembelajaran(Layyinah, 2017)
Bobbi DePorter menyatakan bahwa strategi pembelajaran menyenangkan
(Fun learning) adalah strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan
proses belajar yang mengakibatkan prestasi belajar peserta didik mengalami
perbaikan (Darmasyah, 2011, hal. 45). (Layyinah, 2017)
Menurut Fadillah (2014, hal. 176), Scientific approach adalah pendekatan
pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya
(questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan
mengkomunikasikan (communication). Scientific approach dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami
berbagi materi manggunakan pendekatan scientific. Pembelajaran diarahkan untuk
mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber pengamatan, bukan
sekedar diberikan oleh guru. Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing
science”.(Layyinah, 2017)
Menurut Fadillah (2014, hal. 176), Scientific approach adalah pendekatan
pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya
(questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan
mengkomunikasikan (communication). Scientific approach dimaksudkan untuk

6
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami
berbagi materi manggunakan pendekatan scientific. Pembelajaran diarahkan untuk
mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber pengamatan, bukan
sekedar diberikan oleh guru. Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing
science”.(Layyinah, 2017)
Menurut Thomas Lickona orang yang berkarakter adalah sifat alami
seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam
tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertangung jawab,
menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan
apa yang diungkapkan Aristoteles bahwa karakter erat kaitannya dengan habit
atau kebiasaan yang terus-menerus dilakukan (Muslich, 2013, hal. 36) (Layyinah,
2017)
Teknik untuk memberikan sugesti positif seperti yang diungkapkan
Riyanto (2010, hal. 184) seperti “mendudukkan peserta didik secara nyaman,
memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan prestasi individu,
menggunakan posterposter untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan
informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran
sugesti”. Dalam pembelajaran menyenangkan, pembelajaran harus berpusat pada
murid (student centered learning). Model sekolah yang menyenangkan dengan
pendekatan yang ramah anak merupakan model sekolah masa depan. Sekolah
Multiple Intelligences adalah oase yang hadir di tengah keringnya dunia
pendidikan.(Layyinah, 2017)
Dalam strategi pembelajaran, guru mengajar dan peserta didik belajar
adalah dua proses yang berbeda. Artinya, ketika guru mengajar, belum tentu
peserta didik belajar. Ketika peserta didik melakukan banyak aktivitas, itulah
sebenarnya saat peserta didik belajar (Layyinah, 2017)
Suasana belajar mengajar yang tercipta di dalam kelas agar dapat membuat
peserta didik melakukan pengalaman, interaksi, komunikasi, dan refleksi. Dalam
menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan bertanggung jawab
belajar peserta didik, maka guru harus selalu mengembangkan sikap dan perilaku
diantaranya:
1) Terbuka dan mendengarkan pendapat peserta didik

7
2) Membiasakan peserta didik untuk saling mendengarkan saat berbicara
3) Menghargai perbedaan pendapat
4) Mentolelir perbuatan peserta didik yang salah dan mendorong untuk
memperbaiki
5) Menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik
6) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja peserta didik
7) Tidak pelit untuk memuji dan menghargai hasil karya peserta didik
8) Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun kurang
berkualitas
9) Mendorong peserta didik untuk tidak takut melakukan kesalahan dan berani
menanggung resiko atas semua tindakannya.(Layyinah, 2017)
Di sebagian besar sekolah di Indonesia sudah menerapkan Kurikulum
2013 yang notabennya tematik-integratif. Tetapi sebagian guru masih belum bisa
menyesuaikan diri untuk menciptakan pembelajaran yang senyaman mungkin
tetapi dapat mencapai aspek kognitif, sikap, dan keterampilan seperti yang
diharapkan di kurikulum kita saat ini. Banyak guru yang masih saja banyak
ceramah dan hanya berdiri di depan kelas. Padahal kurikulum saat ini tidak
membatasi pembelajaran untuk dilaksanakan di kelas saja.(‫باقری & فرهاد‬, n.d.)
Hal ini sesuai dengan teori DePorter, menurut DePorter, ada prinsip-
prinsip dalam Quantum Teaching, yaitu:
a) segalanya berbicara;
b) segalanya bertujuan;
c) pengalaman sebelum pemberian nama;
d) akui setiap usaha; dan
e) jika layak dipelajari, maka layak dirayakan.
Dari teori tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa lingkungan dapat menjadi
tempat belajar.(‫باقری & فرهاد‬, n.d.)
Quantum learning adalah tentang pembelajarannya, sedangkan Quantum
Teaching adalah tentang cara membelajarkan. Guru yang mengajar dengan
Quantum Teaching diibaratkan “mengorkestrasi belajar” dengan meriah dan
segala nuansa. Maksudnya dengan menggubah bermacam-macam interaksi yang

8
ada di dalam kelas dan di sekitar momen belajar. (DePorter, Reardon, Nourie
dalam Anitah, dkk, 2010 : hal 3.5) (‫باقری & فرهاد‬, n.d.)

Berikut gambaran secara garis besar tentang joyful learning.


1) siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat;
2) guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa;
3) guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang
lebih menarik dan menyediakan pojok baca. Guru menerapkan cara mengajar
yang lebih kooperatif;
4) interaktif, termasuk cara belajar kelompok; dan
5) guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya. (‫باقری & فرهاد‬, n.d.)

Dalam pelaksanaannya, joyful and meaningful learning haruslah


memahami perbedaan antar individu. Quantum learning adalah tentang
pembelajarannya, sedangkan Quantum Teaching adalah tentang cara
membelajarkan. Guru yang mengajar dengan Quantum Teaching diibaratkan
“mengorkestrasi belajar” dengan meriah dan segala nuansa. Maksudnya dengan
menggubah bermacam-macam interaksi yang ada di dalam kelas dan di sekitar
momen belajar. (DePorter, Reardon, Nourie dalam Anitah, dkk, 2010 : hal 3.5) (
‫باقری & فرهاد‬, n.d.).
Guru lebih dari sekedar pemberi ilmu pengetahuan. Guru adalah rekan
belajar, model, pembimbing, fasilitator, maka guru dapat mengubah kesuksesan
siswa (‫باقری & فرهاد‬, n.d.).
Sekolah yang menyenangkan akan memandang orang tua siswa sebagai
sumber dan mitra belajar. Orang tua berkewajiban mendampingi anak-anak
mereka, sebab itu adalah tanggungjawabnya, sedangkan sekolah sebagai mitranya
(‫باقری & فرهاد‬, n.d.).

9
B. Belajar yang Menyenangkan dan Berkarakter Mulia

Karakter adalah bentuk watak, tabiat, akhlak yang melekat pada pribadi
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang digunakan sebagai landasan
untuk berpikir dan berperilaku sehingga menimbulkan suatu ciri khas pada
individu tersebut (Tim Penyusun, 2008:682). Karakterindividu akan berkembang
dengan baik, apabila memperoleh penguatan yang tepat, yaitu berupa pendidikan.
(Maunah, 2016)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah merumuskan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional. Pasal 3 UU tersebut menyatakan, “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabatdalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(Maunah, 2016)
Selain itu, pendidikan karakter bertujuan meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang
sesuai dengan standar kompetensi lulusan (Samani dan Hariyanto, 2011: 42-43)
(Maunah, 2016)
Pembentukan Karakter Siswa. Orang yang berkarakter bisa disebut dengan
sifat alami, yakni seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui perilaku yang memiliki
kemampuan interpersonal (berhubungan dengan dirinya sendiri) dan antarpersonal
(berhubungan dengan orang lain), serta kemampuan menggunakan logika (akal
pikiran) dan dapat merasa (cf Zubaedi, 2011; Komara, 2014; dan Hidayat, 2015).
Sementara itu, menurut pandangan Sosiologi dikenal dengan potensi: thinker,
believer, doer, dan networker. Artinya bahwa seseorang yang berkarakter
memiliki kemampuan berpikir, memiliki keyakinan/ komitmen, mampu
melakukan, dan bisa membangun jaringan kerja (Lickona, 1991 dan 2013; dan
Komara, 2014)(Siswa et al., 2019).

10
Dalam konteks ini, Kemdiknas RI (Kementerian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia), pada tahun 2011, mengidentifikasi bahwa ada 18 nilai
didalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab (cf Kemdiknas RI, 2011; Alawiyah, 2012; dan Sunarya, 2016)(Siswa et al.,
2019)

C. Metode Pembelajaran yang Menyenangkan untuk Pelajaran yang


Membosankan (Matematika dan IPS)

A. Pada Guru Matematika


Keberhasilan pembelajaran pada hakekatnya ditentukan oleh banyak
faktor. Rendahnya hasil belajar matematika siswa juga dipengaruhi berbagai
komponen yang ada dalam sistem pembelajaran. Dalam teori pemrosesan
informasi, komponen siswa sebagai penerima pesan dan guru yang beperan
sebagai sumber penyampai pesan menjadi faktor penentu keberhasilan
pembelajaran. Namun di antara keduanya, komponen guru dianggap faktor
penyebab paling berpengaruh terhadap ketidakberhasilan belajar siswa. Di sinilah
pentingnya kemampuan berbagai kompetensi yang diperlukan untuk mendukung
keberhasilannya dalam melaksanakan pembelajaran (Darmansyah & Pd, 2007)
Salah satu strategi yang mendapatkan perhatian para ahli adalah strategi
pembelajaran menyenangkan melalui pemanfaatan “Jeda Strategis” secara
optimal. Jeda strategis adalah istirahat sejenak dari kegiatan belajar dan
mengisinya dengan kegiatan menyenangkan, setelah menjalani aktifitas belajar
selama 20-25 menit. Memberikan kegembiraan kepada siswa di saat mengalami
penurunan konsentrasi dalam belajar melalui jeda strategis yang menyenangkan
tersebut dapat menggairahkan, sehingga siswa akan mengalami penyegaran,
berkonsentrasi kembali dan dapat mengikuti pembelajaran dengan penuh motivasi
(Darmansyah & Pd, 2007)

11
Mengikuti pembelajaran dengan suasana menyenangkan akan
mengaktifkan otak neo-cortex, sehingga dapat memberikan kemampuan optimal
dalam memecahkan beberbagai persoalan pembelajaran. Suasana menyenangkan
dalam pembelajaran juga sekaligus dapat menstimulus otak mamalia (disebut juga
otak memori) yang dapat memberikan kemampuan kepada siswa untuk mengingat
dalam waktu lama dan dapat dipanggil kembali saat informasi diperlukan dalam
ujian. Berarti optimalilasi jeda strategis menggunakan karikatur humor ini akan
dapat menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar dan pada gilirannya
akan meningkatkan hasil belajar (Darmansyah & Pd, 2007)

b. Pada Guru IPS


Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pendidikan karakter
dapat diintegrasikan dalam proses kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran ni- lai-nilai
karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi dan
pengamalan nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari dalam masyarakat. (Jusita,
2016)
Penanaman semua karakter pada peserta didik merupakan hal yang sangat
berat. Untuk itu, penanaman nilai-nilai karakter mata pela- jaran lebih
memfokuskan pada nilai-nilai utama yang sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai karakter mata pelajaran IPS (Direktorat
Pembinaan SMP, 2010) meliputi jujur, kritis, kreatif, inovatif, kerja sama, kerja
keras, nasionalis, berpikir logis, dan menghargai keberagaman (Jusita, 2016)
Agar siswa lebih aktif dalam belajarnya (Mulyasa, 2008) mengemukakan
hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru, di antaranya: 1) mengembangkan rasa
percaya diri siswa dan mengurangi rasa takut, 2) memberikan kesem- patan
kepada seluruh siswa untuk berko munikasi ilmiah secara bebas terarah, 3)
melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya, 4)
memberikan peng- awasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter, dan 5)
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran secara menyeluruh.
(Jusita, 2016)

12
Pemahaman materi peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang
bercorak Hindu dan Buddha sebagai objek material pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) terlalu sulit jika hanya mengandalkan transfer ilmu dari
guru kepada siswa. Terkesan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
tingkat SMP kurang optimal yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi
menjemukan sekaligus membosankan. Selain itu, penanaman nilai- nilai karakter
belum nampak dalam proses pembelajaran (Jusita, 2016)
Pelaksanaan pembelajaran pada materi peninggalan-peninggalan kerajaan
bercorak Hindu-Buddha dengan menggunakan media pembelajaran “Pencago“
sekaligus melakukan kegiatan pengamatan dan dokumentasi data-data yang
berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai karakter dan aktivitas belajar IPS
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Guru menjelaskan materi kemu-
dian siswa secara berkelompok melalui diskusi dengan menggunakan media
pembelajaran “Pecango“ mendeskripsikan masing-masing tokoh dan nilai-nilai
karakter yang terkandung di dalam panel. Karena jumlah kelompok ada 5
sedangkan “Pecango“ ada 9; untuk itu ketika menggunakan media pembelajaran
secara bergantian dengan cara setelah menyelesaikan satu atau dua media
langsung ditukarkan dengan kelompok lainnya hingga akhirnya seluruhnya dapat
diamati. Demikian seterusnya sampai akhirnya seluruh kelompok menyele- saikan
pengamatan untuk seluruh “Pecango“. Kegiatan selanjutnya adalah masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain
memperhatikan serta menanggapi hasil diskusi kelompok yang tampil. Terakhir
adalah melakukan refleksi untuk melihat hasil pelaksanaan pembelajaran yang
dapat dijadikan bahan untuk meren- canakan tindakan pada siklus berikutnya
(Jusita, 2016)

13
BAB III. REKAYASA IDE
Ada banyak metode pembelajaran yang tersedia sekarang ini. Metode
pembelajaran tersebut dapat dijadikan pedoman bagi setiap orang.

Beberapa metode pengajaran yang dikenal secara umum, antara lain

adalah:

1. Metode ceramah, memberikan pengertian dan uraian suatu masalah.


2. Metode diskusi, memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan. 3. Metode
eksperimen, mencoba mengetahui proses terjadinya suatu masalah.
4. Metode demonstrasi, menggunakan alat peraga untuk memperjelas sebuah
masalah.
5. Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara bebas dan
bertanggung jawab.
6. Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan.
7. Metode drill, melatih mengukur daya serap terhadap mata pelajaran
8. Metode kerja kelompok, memecahkan masalah secara bersama-sama dalam
jumlah tertentu.
9. Metode Tanya jawab, memecahkan masalah dengan umpan balik. 10. Metode
proyek, memecahkan masalah dengan langkah-langkah secara ilmiah, logis, dan
sistematis (Kamsinah, 2008)

Ada banyak lagi metode pembelajaran di dunia pendidikan sekarang ini,


namun untuk rekayasa ide yang akan memaparkan ide saya tentang bagaimana
cara belajar yang menyenangkan, yaitu:
1. Untuk mendapatkan ilmu dalam belajar tidak harus selalu menghapal,
cukup memahami saja peserta didik dapat mengerti pelajaran yang ia
pelajari dan hal itu dapat bertahan lama di dalam otak. Dengan menguasai
materi yang akan diajarkan kepada siswa dan baik dalam menyampaikan
hal itu juga dapat membantu siswa untuk memahami pelajaran yang guru
sampaikan.
2. Tersenyum saat peserta didik menyapa tidak menjadikan seorang guru
kehilangan kewibawaannya. Saya melihat guru khususnya pada bidang

14
studi Matematika, Fisika, Kimia, PPKN, pada bidang studi ini saya sering
mendengar julukan “guru killer” pada bidang studi ini. Guru cenderung
berwajah seram dan memiliki suara yang kuat. Menurut saya, hal ini tidak
harus dilakukan karena tidak selamanya dengan melakukan intimidasi
kepada peserta didik seperti menatap tajam murid tersebut atau
membentaknya dapat menambah ilmu bagi peserta didik. Apalagi untuk
saat ini banyak peserta didik yang cenderung menjadi takut dan malah
malas untuk belajar dikarenakan guru yang tidak ramah kepada muridnya.
Karena ada kalanya untuk bersikap tegas dan ada kalanya juga untuk
bersikap santai dan ramah.
3. Belajar dan bermain juga sangat bermanfaat bagi peserta didik, namun kita
juga harus melihat usia dari peserta didik.
4. Ceramah juga perlu namun jika terlalu akan berakibat kebosanan bagi
peserta didik khususnya dibidang studi Sejarah, PPKN, ataupun Sosiologi,
penggunaan media pembelajaran perlu untuk mengatasi kebosanan
tersebut, seperti pemutaran video atau pembuatan media pembelajaran
pada bidang studi geografi, atau membuat prakarya maupun melakukan
eksperimen pada bidang studi Fisika, dll.
5. Mengubah cara berpikir bahwa setiap anak itu tidak ada yang bodoh,
setiap anak memiliki kemampuan dan talenta dalam dirinya. Namun, ia
tidak mengetahuinya maupun menemukannya dalam dirinya karena tidak
adanya bantuan dari gurunya maupun orangtuanya. Sehingga sebagi guru
harus mampu menemukan talenta anak tersebut. Kemudian, jangan pernah
katakan anak tersebut bodoh, karena itu akan menciutkan mental dari anak
tersebut tapi katakanlah kamu pintar dan kamu pasti bisa agar anak
semakin termotivasi dan semangat kembali.

15
BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar yang menyenangkan adalah ketika peserta didik dapat bahagia


dalam melakukan proses belajar mengajar. Belajar yang menyenangkan bukan
hanya sekedar keceriaan yang terjadi dikelas tetapi ilmu yang diterima peserta
didik juga bertambah. Belajar yang menyenangkan terjadi apabila guru mampu
mengaplikasikan setiap metode pembelajaran yang ada saat ini. Metode
pembelajaran saat ini yang terfokus pada penggunaan media pembelajaran yang
menjadikan setiap guru harus mampu berkembang dan mempelajari setiap
teknologi yang ada saat ini. Bukan hanya penggunaan media pembelajaran tapi
guru harus mampu mengenal dan memahami setiap karakter maupun prilaku yang
diperbuat peserta didiknya. Kemudian, yang sampai saat ini saya tanamkan dalam
diri saya ketika saya nanti menjadi guru adalah metode Mutiple Intelligences yaitu
bahwa setiap anak itu memiliki kemampuan dan talenta yang berbeda. Tidak ada
anak yang bodoh atau anak yang tidak mempunyai talenta, kitalah sebagai calon
guru maupun sudah menjadi guru yang harus menemukannya dan setelah kita
menemukannya kita bantu peserta didik untuk mengembangkannya.

B. Saran

Ada banyak kekurangan dalam Makalah Rekayasa Ide yang saya buat ini.
Saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga Makalah
Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang membaca Makalah
Rekayasa Ide saya ini. Saran saya untuk dunia pendidikan adalah saya berharap
kepada pemerintah untuk menjangkau setiap pelosok negeri untuk memajukan
pendidikan. Saya berharap agar tidak ada lagi anak yang tidak sekolah entah
karena jarak sekolah yang jauh, maupun ekonomi yang tidak memadai. Saya
berharap pemerintah betul-betul hadir untuk memajukan pendidikan anak
Indonesia. Saya juga berharap untuk setiap tenaga pendidikan agar tetap pada
tujuan untuk mencerdaskan setiap anak yang ada di Indonesia, tetap peduli dan
menjadi guru yang selalu dinantikan muridnya disetiap kedatanganya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Layyinah, L. (2017). Menciptakan Pembelajaran Fun Learning Based on


Scientific Approach Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Pada
Pembelajaran Pai. TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education,
4(1), 1. https://doi.org/10.17509/t.v4i1.6987

‫ خ‬,‫ & فرهاد‬,.‫ ح‬,‫باقری‬. (n.d.). No Title‫تعیین رخسارههای الکتریکی بر اساس رخسارههای رسوبی‬
‫ی با استفاده از نگارهای چاه پیمایی و اطالعات‬j‫و گونههای سنگی به کمک روشهای خوشهبند‬
‫ میدان گازی پارس جنوبی‬،‫مغزه حفاری در سازندهای کنگان و داالن‬.

Siswa, P. K., Siswa, P. K., & Pendidikan, G. P. (2019). Pembelajaran Inovatif


dalam Pembentukan Karakter Siswa. Pembelajaran Inovatif Dalam
Pembentukan Karakter Siswa, 4(1), 21–34.
https://doi.org/10.17509/mimbardik.v4i1.16968

Maunah, B. (2016). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan


Kepribadian Holistik Siswa. Jurnal Pendidikan Karakter, 1, 90–101.
https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.8615

Darmansyah, O., & Pd, M. (2007). Jeda Strategis Dengan Karikatur Humor
Dalam Belajar Matematika *. 21, 39–67.

Jusita, M. L. (2016). DALAM AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN


MEDIA PEMBELAJARAN “ Pecango “. Pendidikan P ISSN 2503-1201, 1,
2–6.

17

Anda mungkin juga menyukai