PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“BELAJAR YANG MENYENANGKAN, BERHASIL
DAN MEMBANGUN KARAKTER”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
NAMA : 1. DAFA RIZKY PRAYOGA (3192431006)
2. IRWANTO BUULOLO (3193331033)
3. RUTH ELLYANA GANDA (3192431014)
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga Makalah Rekayasa Ide ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya
ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah memberikan kontribusi dengan
memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun materinya. Terkhusus
kepada kedua orang tua saya yang telah selama ini telah berjasa kepada saya.
Selanjutnya saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Septian Prawjaya, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing pada mata
kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama penulisan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga Makalah Rekayasa Ide dapat
bermanfaat bagi banyak orang. Kemudian, Makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pembaca dapat mempraktekkannya di kehidupan sehari-hari,
terkhusus didunia pendidikan.
Saya menyadari ada banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah
Rekayasa Ide ini. Dengan penuh kerendahan hati saya mohon maaf, kritik dan
saran yang membangun saya persilahkan kepada setiap pembaca yang membaca
Makalah Rekayasa Ide ini. Saya ucapkan terimakasih.
1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Manfaat............................................................................................................4
D. Fokus Masalah.................................................................................................5
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN...................................................................6
A. Belajar yang Menyenangkan dan Berhasil......................................................6
B. Belajar yang Menyenangkan dan Berkarakter Mulia......................................9
C. Metode Pembelajaran yang Menyenangkan untuk Pelajaran yang
Membosankan (Matematika dan IPS)................................................................11
BAB III. REKAYASA IDE.................................................................................14
BAB IV. PENUTUP.............................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
4
2. Kita dapat mengetahui metode pembelajaran seperti apa yang dapat
menumbuhkan karakter peserta didik
D. Fokus Masalah
5
BAB II. KERANGKA PEMIKIRAN
6
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami
berbagi materi manggunakan pendekatan scientific. Pembelajaran diarahkan untuk
mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber pengamatan, bukan
sekedar diberikan oleh guru. Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing
science”.(Layyinah, 2017)
Menurut Thomas Lickona orang yang berkarakter adalah sifat alami
seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam
tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertangung jawab,
menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan
apa yang diungkapkan Aristoteles bahwa karakter erat kaitannya dengan habit
atau kebiasaan yang terus-menerus dilakukan (Muslich, 2013, hal. 36) (Layyinah,
2017)
Teknik untuk memberikan sugesti positif seperti yang diungkapkan
Riyanto (2010, hal. 184) seperti “mendudukkan peserta didik secara nyaman,
memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan prestasi individu,
menggunakan posterposter untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan
informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran
sugesti”. Dalam pembelajaran menyenangkan, pembelajaran harus berpusat pada
murid (student centered learning). Model sekolah yang menyenangkan dengan
pendekatan yang ramah anak merupakan model sekolah masa depan. Sekolah
Multiple Intelligences adalah oase yang hadir di tengah keringnya dunia
pendidikan.(Layyinah, 2017)
Dalam strategi pembelajaran, guru mengajar dan peserta didik belajar
adalah dua proses yang berbeda. Artinya, ketika guru mengajar, belum tentu
peserta didik belajar. Ketika peserta didik melakukan banyak aktivitas, itulah
sebenarnya saat peserta didik belajar (Layyinah, 2017)
Suasana belajar mengajar yang tercipta di dalam kelas agar dapat membuat
peserta didik melakukan pengalaman, interaksi, komunikasi, dan refleksi. Dalam
menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan bertanggung jawab
belajar peserta didik, maka guru harus selalu mengembangkan sikap dan perilaku
diantaranya:
1) Terbuka dan mendengarkan pendapat peserta didik
7
2) Membiasakan peserta didik untuk saling mendengarkan saat berbicara
3) Menghargai perbedaan pendapat
4) Mentolelir perbuatan peserta didik yang salah dan mendorong untuk
memperbaiki
5) Menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik
6) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja peserta didik
7) Tidak pelit untuk memuji dan menghargai hasil karya peserta didik
8) Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun kurang
berkualitas
9) Mendorong peserta didik untuk tidak takut melakukan kesalahan dan berani
menanggung resiko atas semua tindakannya.(Layyinah, 2017)
Di sebagian besar sekolah di Indonesia sudah menerapkan Kurikulum
2013 yang notabennya tematik-integratif. Tetapi sebagian guru masih belum bisa
menyesuaikan diri untuk menciptakan pembelajaran yang senyaman mungkin
tetapi dapat mencapai aspek kognitif, sikap, dan keterampilan seperti yang
diharapkan di kurikulum kita saat ini. Banyak guru yang masih saja banyak
ceramah dan hanya berdiri di depan kelas. Padahal kurikulum saat ini tidak
membatasi pembelajaran untuk dilaksanakan di kelas saja.(باقری & فرهاد, n.d.)
Hal ini sesuai dengan teori DePorter, menurut DePorter, ada prinsip-
prinsip dalam Quantum Teaching, yaitu:
a) segalanya berbicara;
b) segalanya bertujuan;
c) pengalaman sebelum pemberian nama;
d) akui setiap usaha; dan
e) jika layak dipelajari, maka layak dirayakan.
Dari teori tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa lingkungan dapat menjadi
tempat belajar.(باقری & فرهاد, n.d.)
Quantum learning adalah tentang pembelajarannya, sedangkan Quantum
Teaching adalah tentang cara membelajarkan. Guru yang mengajar dengan
Quantum Teaching diibaratkan “mengorkestrasi belajar” dengan meriah dan
segala nuansa. Maksudnya dengan menggubah bermacam-macam interaksi yang
8
ada di dalam kelas dan di sekitar momen belajar. (DePorter, Reardon, Nourie
dalam Anitah, dkk, 2010 : hal 3.5) (باقری & فرهاد, n.d.)
9
B. Belajar yang Menyenangkan dan Berkarakter Mulia
Karakter adalah bentuk watak, tabiat, akhlak yang melekat pada pribadi
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang digunakan sebagai landasan
untuk berpikir dan berperilaku sehingga menimbulkan suatu ciri khas pada
individu tersebut (Tim Penyusun, 2008:682). Karakterindividu akan berkembang
dengan baik, apabila memperoleh penguatan yang tepat, yaitu berupa pendidikan.
(Maunah, 2016)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah merumuskan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional. Pasal 3 UU tersebut menyatakan, “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabatdalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(Maunah, 2016)
Selain itu, pendidikan karakter bertujuan meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang
sesuai dengan standar kompetensi lulusan (Samani dan Hariyanto, 2011: 42-43)
(Maunah, 2016)
Pembentukan Karakter Siswa. Orang yang berkarakter bisa disebut dengan
sifat alami, yakni seseorang dalam merespon situasi secara bermoral yang
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui perilaku yang memiliki
kemampuan interpersonal (berhubungan dengan dirinya sendiri) dan antarpersonal
(berhubungan dengan orang lain), serta kemampuan menggunakan logika (akal
pikiran) dan dapat merasa (cf Zubaedi, 2011; Komara, 2014; dan Hidayat, 2015).
Sementara itu, menurut pandangan Sosiologi dikenal dengan potensi: thinker,
believer, doer, dan networker. Artinya bahwa seseorang yang berkarakter
memiliki kemampuan berpikir, memiliki keyakinan/ komitmen, mampu
melakukan, dan bisa membangun jaringan kerja (Lickona, 1991 dan 2013; dan
Komara, 2014)(Siswa et al., 2019).
10
Dalam konteks ini, Kemdiknas RI (Kementerian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia), pada tahun 2011, mengidentifikasi bahwa ada 18 nilai
didalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab (cf Kemdiknas RI, 2011; Alawiyah, 2012; dan Sunarya, 2016)(Siswa et al.,
2019)
11
Mengikuti pembelajaran dengan suasana menyenangkan akan
mengaktifkan otak neo-cortex, sehingga dapat memberikan kemampuan optimal
dalam memecahkan beberbagai persoalan pembelajaran. Suasana menyenangkan
dalam pembelajaran juga sekaligus dapat menstimulus otak mamalia (disebut juga
otak memori) yang dapat memberikan kemampuan kepada siswa untuk mengingat
dalam waktu lama dan dapat dipanggil kembali saat informasi diperlukan dalam
ujian. Berarti optimalilasi jeda strategis menggunakan karikatur humor ini akan
dapat menciptakan suasana menyenangkan dalam belajar dan pada gilirannya
akan meningkatkan hasil belajar (Darmansyah & Pd, 2007)
12
Pemahaman materi peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang
bercorak Hindu dan Buddha sebagai objek material pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) terlalu sulit jika hanya mengandalkan transfer ilmu dari
guru kepada siswa. Terkesan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
tingkat SMP kurang optimal yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi
menjemukan sekaligus membosankan. Selain itu, penanaman nilai- nilai karakter
belum nampak dalam proses pembelajaran (Jusita, 2016)
Pelaksanaan pembelajaran pada materi peninggalan-peninggalan kerajaan
bercorak Hindu-Buddha dengan menggunakan media pembelajaran “Pencago“
sekaligus melakukan kegiatan pengamatan dan dokumentasi data-data yang
berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai karakter dan aktivitas belajar IPS
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Guru menjelaskan materi kemu-
dian siswa secara berkelompok melalui diskusi dengan menggunakan media
pembelajaran “Pecango“ mendeskripsikan masing-masing tokoh dan nilai-nilai
karakter yang terkandung di dalam panel. Karena jumlah kelompok ada 5
sedangkan “Pecango“ ada 9; untuk itu ketika menggunakan media pembelajaran
secara bergantian dengan cara setelah menyelesaikan satu atau dua media
langsung ditukarkan dengan kelompok lainnya hingga akhirnya seluruhnya dapat
diamati. Demikian seterusnya sampai akhirnya seluruh kelompok menyele- saikan
pengamatan untuk seluruh “Pecango“. Kegiatan selanjutnya adalah masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain
memperhatikan serta menanggapi hasil diskusi kelompok yang tampil. Terakhir
adalah melakukan refleksi untuk melihat hasil pelaksanaan pembelajaran yang
dapat dijadikan bahan untuk meren- canakan tindakan pada siklus berikutnya
(Jusita, 2016)
13
BAB III. REKAYASA IDE
Ada banyak metode pembelajaran yang tersedia sekarang ini. Metode
pembelajaran tersebut dapat dijadikan pedoman bagi setiap orang.
adalah:
14
studi Matematika, Fisika, Kimia, PPKN, pada bidang studi ini saya sering
mendengar julukan “guru killer” pada bidang studi ini. Guru cenderung
berwajah seram dan memiliki suara yang kuat. Menurut saya, hal ini tidak
harus dilakukan karena tidak selamanya dengan melakukan intimidasi
kepada peserta didik seperti menatap tajam murid tersebut atau
membentaknya dapat menambah ilmu bagi peserta didik. Apalagi untuk
saat ini banyak peserta didik yang cenderung menjadi takut dan malah
malas untuk belajar dikarenakan guru yang tidak ramah kepada muridnya.
Karena ada kalanya untuk bersikap tegas dan ada kalanya juga untuk
bersikap santai dan ramah.
3. Belajar dan bermain juga sangat bermanfaat bagi peserta didik, namun kita
juga harus melihat usia dari peserta didik.
4. Ceramah juga perlu namun jika terlalu akan berakibat kebosanan bagi
peserta didik khususnya dibidang studi Sejarah, PPKN, ataupun Sosiologi,
penggunaan media pembelajaran perlu untuk mengatasi kebosanan
tersebut, seperti pemutaran video atau pembuatan media pembelajaran
pada bidang studi geografi, atau membuat prakarya maupun melakukan
eksperimen pada bidang studi Fisika, dll.
5. Mengubah cara berpikir bahwa setiap anak itu tidak ada yang bodoh,
setiap anak memiliki kemampuan dan talenta dalam dirinya. Namun, ia
tidak mengetahuinya maupun menemukannya dalam dirinya karena tidak
adanya bantuan dari gurunya maupun orangtuanya. Sehingga sebagi guru
harus mampu menemukan talenta anak tersebut. Kemudian, jangan pernah
katakan anak tersebut bodoh, karena itu akan menciutkan mental dari anak
tersebut tapi katakanlah kamu pintar dan kamu pasti bisa agar anak
semakin termotivasi dan semangat kembali.
15
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Ada banyak kekurangan dalam Makalah Rekayasa Ide yang saya buat ini.
Saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga Makalah
Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang membaca Makalah
Rekayasa Ide saya ini. Saran saya untuk dunia pendidikan adalah saya berharap
kepada pemerintah untuk menjangkau setiap pelosok negeri untuk memajukan
pendidikan. Saya berharap agar tidak ada lagi anak yang tidak sekolah entah
karena jarak sekolah yang jauh, maupun ekonomi yang tidak memadai. Saya
berharap pemerintah betul-betul hadir untuk memajukan pendidikan anak
Indonesia. Saya juga berharap untuk setiap tenaga pendidikan agar tetap pada
tujuan untuk mencerdaskan setiap anak yang ada di Indonesia, tetap peduli dan
menjadi guru yang selalu dinantikan muridnya disetiap kedatanganya.
16
DAFTAR PUSTAKA
خ, & فرهاد,. ح,باقری. (n.d.). No Titleتعیین رخسارههای الکتریکی بر اساس رخسارههای رسوبی
ی با استفاده از نگارهای چاه پیمایی و اطالعاتjو گونههای سنگی به کمک روشهای خوشهبند
میدان گازی پارس جنوبی،مغزه حفاری در سازندهای کنگان و داالن.
Darmansyah, O., & Pd, M. (2007). Jeda Strategis Dengan Karikatur Humor
Dalam Belajar Matematika *. 21, 39–67.
17