Anda di halaman 1dari 19

MINI RISET OSEANOGRAFI

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG


DI PESISIR BARAT SUMATRA UTARA DALAM KURUN WAKTU 1999-
2019

DOSEN PENGAMPU : M. RidhaSyafiiDamanik, S.Pi,. M.Sc.

DISUSUN OLEH:

ELIRIDA SEMBIRING 3193331032


ROULINA SIMANJORANG 3193131024
RUTH ELYANA GANDA 3192431014
SONIA MARANATHA BR SURBAKTI 3193331012
WANDA NELWITA DAMAYANI 3193331002

KELAS D GEOGRAFI 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT., dimana atas segala
nikmat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Mini Riset yang berjudul
“ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN EKOSISTEM TERUMBU
KARANG DI PESISIR BARAT SUMATRA UTARA DALAM KURUN
WAKTU 1999-2019” sebagai pemenuhan salah satu tugas pada mata kuliah
OEANOGRAFI.

Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu


dalam penyelesaian tugas, kepada Bapak M. Ridha Syafii Damanik, S.Pi., M.Sc.
selaku dosen mata kuliah OSEANOGRAFI di Universitas Negeri Medan yang
telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis.

Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri
khususnya.

Medan, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

A. Rumusan Masalah.........................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................2

BAB IILANDASAN TEORI...................................................................................3

A. Pengertian Pembelajaran IPS........................................................................3

B. Tujuan Penulisan Teks Laporan Penelitian...................................................4

C. Metode Pembelajaran....................................................................................4

BAB IIIHASIL PENELITIAN................................................................................7

A. Tempat dan Waktu Survei.............................................................................7

B. Subjek Survei................................................................................................7

C. Teknik Pengambilan Data.............................................................................7

BAB IVPENUTUP..................................................................................................8

A. Simpulan.......................................................................................................8

A. Saran..............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

LAMPIRAN...........................................................................................................10

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropik yang sangat
produktif . Komponen biota terpenting yang mendominasi pada ekosistem ini
adalah hewan karang yang tergolong kedalam ordo Scleractinia yang memiliki
kerangka yang terbuat dari kapur . Peran ekologis yang dimainkan terumbu
karang adalah sebagai daerah penyedia makanan, daerah asuhan, daerah
pertumbuhan dan daerah perlindungan bagi biota-biota yang berasosiasi dengan
terumbu karang serta sebagai penyimpan karbon .

Terumbu karang memiliki keunikan simbiosis yaitu antara hewan karang


dengan zooxanthella yang mampu menyerap karbon untuk proses fotosintesis dan
menghasilkan oksigen .Selain itu terumbu karang juga sangat berpotensi
menyimpan karbon didalam kerangkanya (Daulat, Kusumaningtyas, Adi, dan
Pranowo, mengatakan bahwa laut menyerap sekitar sepertiga dari CO2
antropogenik yang masuk ke atmosfer, CO2 yang diserap oleh laut dimanfaatkan
oleh organisme laut untuk fotosintesis dan pembentukan kerangka kapur. Salah
satunya yang memanfaatkan CO2 adalah hewan karang (Scleractinia) yang
bersimbiosis dengan zooxanthellae. Pada hewan karang terjadi proses fotosintesis
dan respirasi, oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis dikonsumsi oleh
hewan karang, sedangkan CO2 yang dihasilkan dari respirasi hewan karang
merupakan pasokan utama karbon. Pasokan karbon ini tidak hanya berasal dari
respirasi hewan karang, tetapi juga berasal dari lingkungan luar yang
dimanfaatkan hewan karang untuk proses fotosintesis dan kalsifikasi.

Kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan manusia merupakan ancaman


utama bagi keselamatan terumbu karang. Kerusakan terumbu karang semakin
meningkat setiap tahunnya akibat dari ketergantungan manusia terhadap
sumberdaya hayati dari ekosistem terumbu karang. Burke, Selig dan Spalding
(2002) menyatakan bahwa ancaman terbesar ekosistem terumbu karang adalah
penangkapan ikan secara berlebihan dan pengrusakan, sedimentasi dan
pencemaran yang berasal dari daratan, pemanasan global serta pengambilan
karang sebagai bahan bangunan (HoeghGuldberg, 1999; Birkeland, 2004).
Kerusakan terumbu karang telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia,yang
merupakan salah satu faktor penyebab peningkatan emisi gas rumah kaca
(penurunan penyerapan CO2) sehingga mengakibatkan peningkatan suhu bumi
(global warming) yang berpengaruh terhadap naiknya permukaan air laut.

Kerusakan terumbu karang juga terjadi di Sumatera Barat. Provinsi


Sumatera Barat mempunyai wilayah laut dua pertiga luas daerahnya dengan
pulau-pulau kecil sebanyak 108 pulau serta luas terumbu karang ± 5000 km2

1
(Bappeda Sumbar, 2002). Sebagian besar terumbu karang berada dalam keadaan
rusak sampai rusak berat dan hanya sedikit dalam keadaan baik (Zakaria, 2004;
Zakaria, 2007). Penyebab kerusakan terumbu karang didaerah ini adalah
penggunaan bahan peledak dan kimia beracun 3 untuk menangkap ikan,
pengambilan batu karang untuk bahan bangunan, labuhan jangkar kapal dan
pengambilan karang untuk soufenir (Zakaria, 2007). Perairan Pantai Nirwana
merupakan salah satu perairan di Sumatera Barat yang terumbu karangnya
mengalami kerusakan. Anwar (2014) menginformasikan kondisi terumbu karang
di perairan Pantai Nirwana berada dalam kondisi buruk. Kerusakan terumbu
karang di lokasi ini disebabkan oleh aktifitas masyarakat sekitar yang kurang
ramah terhadap lingkungan.

Upaya rehabilitasi terumbu karang terutama memulihkan kembali fungsi


dan peran terumbu karang perlu dilakukan. Salah satu upaya untuk
menanggulangi masalah kerusakan ekosistem terumbu karang serta mencari
alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap perusakan terumbu karang dapat
dilakukan dengan cara transplantasi karang. Transplantasi karang merupakan
upaya pencangkokan atau pemotongan karang hidup untuk ditanam di tempat
yang telah ditentukan atau di tempat yang karangnya telah mengalami kerusakan.
Transplantasi karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu karang
yang telah rusak dan menambah jumlah karang dewasa untuk meningkatkan
produksi planula serta untuk mempercepat recovery dan penutupan karang hidup
(Edward, 1998).

Kondisi terumbu karang yang rusak diperairan Pantai Nirwana yang


disebabkan oleh tekanan dari lingkungan sekitarnya. Perlu dilakukan penelitian
tentang transplantasi karang dan jumlah karbon yang tersimpan pada kerangka
karang yang ditransplantasi di ekosistem terumbu karang pantai Nirwana.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu terumbu karang?


2. Apa penyebab kerusakan terumbu karang?
3. Bagaimana pemulihan terumbu karang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu terumbu karang.
2. Untuk mengetahui kerusakan pada terumbu karang.
3. Untuk mengetahui pemulihanterumbukarang..

2
BAB II KAJIAN TEORI

A. Terumbu Karang

Salah satu ekosistem perairan tropis yang paling unik adalah


ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem bahari
yang banyak menarik perhatian karena merupakan daerah alamiah yang
mempunyainilai estetika tinggi dibandingkan dengan ekosistem lainnya.
(Romeo et al., n.d.)

Terumbu karang adalah salah satu ekosistem laut yang paling


penting sebagai sumber makanan, habitat berbagai jenis biota komersial,
menyokong industri pariwisata, menyediakan pasir untuk pantai, dan
sebagai penghalang terjangan ombak dan erosi pantai.

Karang scelaractinia atau karang keras merupakan sejenis makhluk


hidup di laut di filum Cnidaria yang membangun kerangka keras untuk
dirinya sendiri yang karang ini juga merupakan kelompok utama yang
membentuk terumbu karang karena menghasilkan kalsium karbonat yang
mana hal ini yang membedakan karang scleractinia dengan karang lunak
(soft corals).Karang scelaractinia juga di sebut karang batu (hard corals).

Karang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan


kebutuhannya akan cahaya matahari yaitu :

1. Karang hermatipik adalah karang yang tumbuh terbatas di daerah


hangat dengan penyinaran yang cukup karena adanya simbion alga..
2. Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan karang ini
merupakan karang yang hidup di tempat yang lebih dalam

Adapun fungsi terumbu karang secara ekologis adalah sebagai


tempat rumah ikan, sebagai tempat bermain ikan dan spawning agregation,
pelindung ekosistem pantai, mengurangi abrasi pantai, dan mencegah

3
rusaknya ekosistem pantai lain seperti padang lamun dan mangrove, serta
mengganggu sumber mata pencarian. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
perlu dilakukan kegiatan berupa rehabilitasi terumbu karang melalui
program “rehabilitasi terumbu karang melalui kolaborasi terumbu buatan
dan transplantasi karang” agar ekosistem terumbu karang dan ikan karang
kembali dapat muncul di daerah yang mengalami degradasi.(Taufina et al.,
2018)

B. KerusakanTerumbuKaranng

Potensi sumberdaya hayati kelautan memiliki nilai ekologi dan


ekonomi antara lain sumberdaya terumbu karang dan perikanan serta
pengembangan ekowisata bahari. Terdapat permasalahan penurunan
kualitas dan kuantitas terumbu karang, sumberdaya manusia yang belum
siap dan masih rendah, ancaman abrasi pantai serta peraturan, serta
kebijakan yang belum mendukung pengembangan wisata
bahari.Ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan
akibat berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tak
langsung.(Lubis et al., 2009)

Rusaknya terumbu karang akan mengancam kondisi social dan


ekonomi bagi masyarakat yang ada di wilayah tersebut, khususnya nelayan
tradisional yang bertanggung pada sumberdaya terumbu karang .(Uar et
al., 2016)

Kerusakan ekosistem terumbu karang dapat digolongkan menjadi 4


faktor menurut DKTNL (2006) yakni :

a. Akibat faktor biologis


b. Akibat faktor Fisik
c. Akibat aktivitas manusia secara langsung
d. Akibat aktivitas manusia secara tidak langsung.
(Romeo et al., n.d.)

4
Perubahan iklim dunia mempunyai 6 dampak utama bagi terumbu
karang:

1. Naiknya permukaan laut


2. Kenaikan suhu
3. Berkurangnya tingkat pengapuran
4. Perubahan pola sirkulasi lautan.
5. Pertambahan frekuensi kejadian cuaca yang merusak

Kegiatan manusia yang dapat merusak terumbu karang antara lain


penangkapan ikan menggunakan bahan peledak, perencanaan
pembangunan hotel yang buruk yang sering mengakibatkan erosi dan
kerusakan terumbu-terumbu karang, pembuangan limbah, tumpahan
minyak dan pembuangan dari ballast kapal, orang menginjak karang untuk
mengumpulkan kerang dan organisme lain, penggunaan jaringan dan
pukat dapat membuat kerusakan fisik yang ekstensif bagi terumbu karang.

Penyebab utama kerusakan ekosistem terumbu karang secara garis


besar disebabkan oleh factor alam dan factor manusia.Kerusakan yang
disebabkan oleh factor alam misalnya: perubahan suhu air laut, topan,
perubahan iklim global, gempa bumi, letusan gunung merapi, pemangsa
dan penyakit. Dampak kerusakan ekosistem terumbu karang yang
diakibatkan oleh factor manusia lebih kronis dan tidak bersifat sementara.
Kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh berbagai kegiatan
manusia dapat secara langsung maupun tidak langsung. Contoh yang
paling banyak antara lain adalah : kegiatan perikanan, usaha penangkapan
ikan hias, ikan konsumsi, pengambilan kerang-kerang, dan udang
menggunakan bahan peledak, bahan kimia beracun, arus listrik, alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti potassium, penangkapan
yang berlebihan, serta permanen yang tidak teratur. (Uar et al., 2016)

5
C. PemulihanTerumbuKarang

Kondisi yang optimal untuk pemulihan ekosistem terumbu


karangsecara maksimal meliputi:

1. Permukaan dasar yang padat, bebas alga dimana larva karang dapat
menempel dan tumbuh
2. Daerah bebas penangkapan ikan yang berlebihan supaya kualitas air
yang baik dan pengurangan dampak fisik yang mampu menunjang
pertumbuhan dan peremajaan karang.
3. Karang dewasa dapat pula menjadi sumber larva di daerah tersebut.
4. Melindungi dari penangkapan ikan yang berlebihan untuk
mempertahankan populasi ikan yang sehat.

6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Judul penelitian ini adalah Analisis Tingkat Kerusakan Ekosistem


Terumbu Karang Di Pesisir Barat Sumatra Utara Dalam Kurun Waktu 1999-2019
sebagai variabel terikat.
A. Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan di rumah masing-masing mahasiswa,
dikarenakan adanya pandemi covid 19 yang terjadi di Indonesia yang
menjadikan setiap Universitas melakukan aktivitas perkuliahan di rumah
masing-masing.

B. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian mini riset ini
adalah dengan metode literature yang bahannya diambil dari jurnal-jurnal
dan buku-buku. Data status terumbu karang pada penelitian ini kami
dapatkan dari website http://coremap.or.id/.

C. Data
Pada data ini kami mengambil data status terumbu karang pada wilayah
Barat Indonesia, yang terdiri dari pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah. Data yang kami berikan hanya sampai pada
tahun 2017, karena tidak adanya dilakukan penelitian pada tahun 2015 dan
2016 dan untuk data 2018 dan 2019 tidak ada dalam website
http://coremap.or.id/.

Status Terumbu Karang di Wilayah Barat Indonesia dari Tahun 1999-2017

7
8
9
10
11
D. Hasil
Jika kita lihat perubahan yang terjadi mulai dari tahun 1999 ke 2017.
Status tutupan terumbu karang hidup semakin lama semakin berkurang.
Status terumbu karang yang baik terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 48,
22 % dan terus menurun tiap tahunnya dan data terakhir pada tahun 2017
sebesar 33, 99 %. Hal ini terjadi menurut asumsi kami adalah karena
dampak dari pemanasan global yang semakin hari terus terasa
pengaruhnya. Pemanasan global yang mengakibatkan pemutihan pada
terumbu karang, timbulnya berbagai penyakit karang yang berakibat pada
kematian pada karang. Kemudian, semakin hari limbah pabrik maupun
sampah hasil pembuangan masyarakat yang berakibat penumpukan
sedimen dalam laut yang berakibat terumbu karang tidak mendapatkan
oksigen secara maksimal. Penurunan tutupan karang hidup juga
diakibatkan oleh masih minimnya pelestarian terumbu karang pada
beberapa tahun sebelum tahun 2017 tersebut. Namun, pada tahun 2018
sampai 2020 kami dapat melihat sudah banyak penggalakan dari aktivitis
lingkungan untuk setiap masyarakat agar dapat menjaga, melindungi,
maupun merawat terumbu karang. Kemudian, dapat kita lihat juga sudah
banyak yang melakukan pengembangbiakkan terumbu karang di daerah
pesisir-pesisir laut. Semoga dengan melakukan pengembangbiakkan
terumbu karang, terumbu karang dapat pulih kembali seperti semula.

12
BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

.Kerusakan terumbu karang di Indonesia sekarang ini sangatlah besar.


Disebabkan oleh banyak hal, yaitu akibat yang pertama adalah adanya
pemanasan global. Pemanasan global sangat berdampak pada terumbu karang,
akibat pemanasan global suhu air laut akan meningkat secara drastis dan hal itu
akan berdampak pada kesehatan terumbu karang. Terumbu karang akan
mengalami pemutihan atau  peristiwa keluarnya zooxanthella dari karang, yang
ditandai dengan memudarnya warna seluruh  karang menjadi putih. Pada
tingkat lanjut memutihnya warna karang ini akan diikuti oleh kematian karang.
Kemudian, penyebab selanjutnya adalah banyak limbah masyarakat maupun
limbah pabrik yang terbuang ke laut melalui sungai, hal juga akan berdampak
buruk apabila ada sedimentasi di atas terumbu karang, hal ini akan berakibat
kematian bagi terumbu karang karena tidak adanya oksigen yang dapat dihirup
oleh terumbu karang tersebut. Kemudian, penyebab selanjutnya adalah
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan
bom ikan. Penggunaan bom ikan akan menghancurkan terumbu karang tersebut
tanpa terkecuali. Kemudian penyebab selanjutnya adalah penjualan karang
yang berlebihan.

Ada banyak lagi penyebab dari kerusakan terumbu karang tersebut. Jika
hal ini terus menerus terjadi akan berakibat pada langkanya terumbu karang.
Namun, kita perlu khawatir karena ternyata terumbu karang ini sangat mudah
untuk dikembangbiakkan. Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk
mengembangbiakkan terumbu karang tersebut, seperti: melakukan
transplantasi karang. Tetapi, walaupun terumbu karang ini mudah untuk
dikembangbiakkan namun resiko kematiannya juga sangat mudah. Terumbu
karang tergolong hewan yang sensitif atau peka terhadap lingkungannya. Jika
lingkungannya berada di daerah yang kotor atau di daerah yang tidak ada sinar
matahari maka terumbu karang tidak dapat hidup.

13
Terumbu karang ini sangat penting bagi kelestarian ekosistem laut.
Terumbu karang juga sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Terumbu karang bermanfaat untuk meredam laju ombak ke daratan sehingga
mengurangi tingkat pengikisan pada pantai. Terumbu karang juga sebagai
tempat tinggal bagi ikan-ikan di laut.

Ada banyak manfaat lainnya yang ditawarkan oleh terumbu karang yang
dapat digunakan oleh manusia. Sehingga, kita sebagai manusia harus mampu
menjaganya, pemanasan global yang terjadi sekarang ini adalah dampak dari
ketidakpedulian manusia kepada alam. Pembakaran hutan, membuang sampah
ke sungai maupun laut, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan,
penangkapan ikan secara berlebihan, asap pabrik yang merusak udara. Semua
itu yang menyebabkan pemanasan global, sehingga manusia seharusnya
mampu menjaga, melindungi, dan merawat sumber daya alam yang Tuhan
telah berikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Uar, N. D., Murti, S. H., &Hadisusanto, S. (2016). KERUSAKAN


LINGKUNGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA PADA EKOSISTEM
TERUMBU KARANG.MajalahGeografi Indonesia.
https://doi.org/10.22146/mgi.15626

Lubis, M., Rahardjo, S., &Yulianto, G. (2009). ANALISIS PENGELOLAAN


TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA
BAHARI DI PULAU PONCAN KOTA SIBOLGA, SUMATERA UTARA.
JurnalIlmu-IlmuPerairan Dan Perikanan Indonesia.

Salim, D. (2012). PengelolaanEkosistemTerumbuKarangAkibatPemutihan


(Bleaching) Dan Rusak.Kelautan.
https://doi.org/10.1016/j.stemcr.2014.03.011

Romeo, R., Thamrin, T., &Yoswaty, D. (n.d.).The Coral Reef Condition in


Tureloto Beach North Nias Regency North Sumatera Province.Riau
University.

Taufina, T., Faisal, F., &Lova, S. M. (2018). REHABILITASI TERUMBU


KARANG MELALUI KOLABORASI TERUMBU BUATAN DAN
TRANSPLANTASI KARANG DI KECAMATAN BUNGUS TELUK
KABUNG KOTA PADANG: KAJIAN DESKRIPTIF PELAKSANAAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERTAMINA
(PERSERO) MARKETING OPERATION REGION (MO. JURNAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT.
https://doi.org/10.24114/jpkm.v24i2.10739

Westmacott, S., Teleki, K., Wells, S., & West, J. (2000).


Pengelolaanterumbukarang yang
telahmemutihdanrusakkritis.YayasanTerumbuKarang Indonesia.

15
Dermawan, Agus. (2015).
RehabilitasiTerumbuKarang.DirektorasiKonsefvasidanKeanekaragamanH
ayatiLaut : Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai