Anda di halaman 1dari 17

UPAH DAN KEBIJAKAN

KETENAGAKERJAAN
OLEH : ROULINA SIMANJORANG (3193131024)
UPAH DAN KOMPONEN UPAH

Menurut Pasal 1 angka 30 Undang-undang


Nomor 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan
(UU 13/2003), Upah adalah hak pekerja yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja
dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.
Berdasarkan pasal 88 ayat (3) UU 13/2003 jo. Undang-
undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2020) dan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2021 (PP 36/2021),
Kebijakan Pengupahan meliputi:
1. upah minimum;
2. struktur dan skala upah;
3. upah kerja lembur;
4. upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena
alasan tertentu;
5. bentuk dan cara pembayaran upah;
6. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; dan
7. upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak
dan kewajiban lainnya.
Setiap pekerja berhak memperoleh Upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama nilainya (Pasal 88A ayat (1) dan (2) UU
13/2003 jo. UU 11/2020 dan pasal 2 ayat (2) dan (3) PP 36/2021) Hak
pekerja atas upah, timbul pada saat terjadi hubungan kerja antara
pekerja dengan pengusaha dan berakhir pada saat putusnya
hubungan kerja (Pasal 3 PP 36/2021)
DASAR DALAM PENETAPAN UPAH

Berdasarkan pasal 88B ayat (1) UU 13/2003 jo. UU 11/2020 dan pasal 14
PP 36/2021, upah ditetapkan berdasarkan satuan waktu dan satuan hasil.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Berdasarkan satuan waktu:


a. Upah per jam (pasal 16 PP 36/2021):
1) Penetapan Upah per jam hanya dapat diperuntukkan bagi Pekerja/Buruh
yang bekerja secara paruh waktu. Yang dimaksud dengan "bekerja secara
paruh waktu" adalah bekerja kurang dari 7 jam 1 hari dan kurang dari 35 jam
1 minggu.
2) Upah per jam dibayarkan berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha
dan Pekerja/Buruh.
3) Kesepakatan tersebut tidak boleh lebih rendah dari hasil perhitungan
formula Upah per jam sebagai berikut: Upah per jam = Upah sebulan : 126
b. Upah harian (pasal 17 PP 36/2021), dalam hal Upah ditetapkan secara
harian, perhitungan upah sehari sebagai berikut:
1) Bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 6 hari dalam seminggu, upah
sebulan dibagi 25, atau
2) Bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 hari dalam seminggu,
upah sebulan dibagi 21.
2. Berdasarkan satuan hasil (pasal 18 dan 19 PP 36/2021):
a. Ditetapkan sesuai dengan hasil pekerjaan yang telah disepakati.
b. Penetapan besarnya upah dilakukan oleh pengusaha berdasarkan
hasil kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha.
c. Penetapan Upah sebulan berdasarkan satuan hasil ditetapkan berdasarkan
upah rata-rata 12 bulan terakhir yang diterima oleh pekerja.

KOMPONEN UPAH
Pasal 7 ayat (1) PP 36/2021 menyebut, upah terdiri
atas komponen:
Upah tanpa tunjangan/upah pokok;
Upah pokok dan tunjangan tetap;
Upah pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak
tetap; dan
Upah pokok dan tunjangan tidak tetap.
Dalam hal komponen upah terdiri atas upah pokok
dan tunjangan tetap, maupun tunjangan tidak tetap
seperti tersebut dalam poin 2, 3, dan 4 diatas,
besarnya upah pokok paling sedikit 75% dari jumlah
upah pokok dan tunjangan tetap tersebut.
UPAH POKOK
Upah Pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada
pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya
ditetapkan berdasarkan kesepakatan

TUNJANGAN
Tunjangan adalah tambahan pendapatan di luar gaji bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah atau akan dilakukan oleh pekerja/buruh. Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE-07/MEN/1990
Tentang Pengelompokan Upah (SE-07/MEN/1990) menyebut
tunjangan dimaksudkan untuk perangsang, mendorong pekerja
lebih berdisiplin, rajin, dan produktif.
PENDAPATAN NON-UPAH
(pasal 8 ayat (1) PP 36/2021) berupa tunjangan hari raya keagamaan
(THR), insentif, bonus, uang pengganti fasilitas kerja, dan/atau uang
servis pada usaha tertentu, berikut penjelasannya:
Tunjangan Hari Raya Keagamaan atau biasa disebut THR adalah hak
pendapatan pekerja berupa uang yang wajib dibayarkan oleh
pengusaha kepada pekerja menjelang Hari Raya Keagamaan.
Insentif dapat diberikan oleh Pengusaha kepada pekerja dalam
jabatan atau pekerjaan tertentu sesuai kebijakan perusahaan.
Bonus dapat diberikan oleh pengusaha kepada pekerja atas keuntungan
perusahaan. Bonus untuk pekerja diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
Uang pengganti fasilitas kerja: perusahaan dapat menyediakan
fasilitas kerja dan/atau memberikan uang pengganti fasilitas kerja bagi
pekerja dalam jabatan atau pekerjaan tertentu atau seluruh pekerja,
dalam hal fasilitas kerja tidak tersedia atau tidak mencukupi.
Penyediaan fasilitas kerja dan/atau pemberian uang pengganti fasilitas
kerja diatur dalam Perjanjian Kerja,
Pasal 40 PP 36/2021 mengatur, pengusaha tetap wajib membayarkan upah
kepada pekerja yang tidak masuk bekerja dan/atau tidak melakukan
pekerjaan, dalam hal:

1. Berhalangan, meliputi:
a. Pekerja sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan
b. Pekerja perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa
haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan c. Pekerja tidak masuk
bekerja karena:
Menikah
Menikahkan anaknya
Mengkhitankan anaknya
Membaptiskan anaknya
Istri melahirkan atau keguguran kandungan
Suami, istri, orang tua, mertua, anak, dan/atau menantu meninggal dunia,
atau Anggota keluarga selain sebagaimana dimaksud pada angka 6 yang
tinggal dalam 1 (satu) rumah meninggal dunia.
2. Melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya,
meliputi: a. Menjalankan kewajiban terhadap negara
b. Menjalankan kewajiban ibadah yang diperintahkan agamanya
c. Melaksanakan tugas Serikat Pekerja/Serikat Buruh atas
persetujuan pengusaha dan dapat dibuktikan dengan adanya
pemberitahuan tertulis, atau
d. Melaksanakan tugas pendidikan dan/atau pelatihan
dari perusahaan.

3. Menjalankan hak waktu istirahat atau cutinya, apabila


pekerja melaksanakan:
a. Hak istirahat mingguan
b. Cuti tahunan
c. Istirahat panjang
d. Istirahat sebelum dan sesudah melahirkan, atau e.
Istirahat karena mengalami keguguran kandungan

4. Bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi


Pengusaha tidak mempekerjakannya karena kesalahan
Pengusaha sendiri atau kendala yang seharusnya dapat
dihindari Pengusaha.
UPAH MINIMUM

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang ditetapkan


setiap tahun sebagai jaring pengaman di suatu wilayah. Upah
minimum menjadi batas bawah nilai upah karena aturan melarang
pengusaha membayar upah pekerjanya lebih rendah dari Upah
Minimum. Upah minimum dapat ditetapkan di Provinsi atau sering
kita dengar dengan sebutan Upah Minimum Provinsi atau ditetapkan
di Kabupaten/Kota disebut dengan Upah Minimum Kabupaten/Kota.
Menurut pasal 23 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 36
tahun 2021 tentang Pengupahan (PP 36/2021), upah minimum
sebagaimana dimaksud merupakan Upah bulanan terendah, terdiri
atas:
Upah tanpa tunjangan; atau
Upah pokok dan tunjangan tetap; atau
Dalam hal komponen Upah di perusahaan terdiri atas upah pokok dan
tunjangan tidak tetap, upah pokok paling sedikit sebesar upah minimum.
KOMPONEN UPAH DALAM STRUKTUR DAN SKALA UPAH

Pasal 20 ayat (2) dan (3) PP 36/2021 menyebutkan ketentuan sebagai berikut:
Dalam hal upah di perusahaan menggunakan komponen upah tanpa
tunjangan, struktur dan skala upah menjadi pedoman dalam penetapan
besaran upah tanpa tunjangan
Dalam hal upah di perusahaan terdiri atas komponen upah pokok dan
tunjangan, struktur dan skala upah menjadi pedoman dalam penetapan
besaran upah pokok
Atau dengan kata lain komponen upah yang tercantum dalam struktur dan
skala upah ialah upah pokok.

UPAH KERJA LEMBUR?

Upah Kerja Lembur adalah upah yang wajib dibayarkan oleh


pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja 7
jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam
sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu (pasal 27 ayat
(1) Peraturan Pemerintah No 35 tahun 2021 tentang Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat,
dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35/2021).
BENTUK TUNJANGAN YANG DAPAT DITERIMA OLEH PEKERJA
Tunjangan yang dapat diterima oleh pekerja dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. SE-07/MEN/1990 memberikan
pengertian terperinci mengenai dua jenis tunjangan ini, sebagai berikut:
1. Tunjangan Tetap adalah suatu pembayaran yang teratur/rutin berkaitan dengan
pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya. Tunjangan
tetap ini tidak dipengaruhi oleh faktor kehadiran, kinerja maupun prestasi.
2. Tunjangan Tidak Tetap adalah suatu pembayaran yang tidak teratur dan
diberikan secara tidak tetap untuk pekerja. Jumlahnya dipengaruhi oleh perhitungan
yang sifatnya per jam, harian, atau sesuai kesepakatan.

PENGATURAN TUNJANGAN DALAM KOMPONEN UPAH?


Mengingat tunjangan adalah tambahan pendapatan di luar gaji pokok
yang tergantung pada beberapa kondisi, maka pasal 94 Undang-undang Nomor
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU 13/2003) jo. Undang-undang
Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU 11/2000) dan pasal 7 ayat (2) dan
(3) memberi perlindungan upah, sebagai berikut:
1. Dalam hal komponen upah terdiri atas Upah pokok dan tunjangan tetap,
besarnya upah pokok paling sedikit 75%. dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap.
2. Dalam hal komponen upah terdiri atas upah pokok, tunjangan tetap, dan
tunjangan tidak tetap, besarnya upah pokok paling sedikit 75% dari jumlah
Upah pokok dan tunjangan tetap.
DASAR PERHITUNGAN UPAH
PP 36/2021 menyebut upah dapat dibayarkan berdasarkan satuan waktu
dan/atau satuan hasil. Upah berdasarkan satuan waktu ditetapkan secara:

1. Per jam, dengan ketentuan (pasal 16 PP 36/2021).:


a. Penetapan upah per jam hanya dapat diperuntukkan bagi pekerja yang
bekerja secara paruh waktu atau bekerja kurang dari 7 (tujuh) jam 1 (satu)
hari dan kurang dari 35 (tiga puluh lima) jam 1 (satu) minggu.
b. Upah per jam dibayarkan berdasarkan kesepakatan antara pengusaha
dan pekerja dengan ketentuan tidak boleh lebih rendah dari hasil perhitungan
formula upah per jam.
c. Formula perhitungan Upah per jam sebagai berikut: Upah per jam = Upah
sebulan : 126.
Penjelasan: Angka 126 (seratus dua puluh enam) merupakan angka penyebut
yang diperoleh dari hasil perkalian antara 29 (dua puluh sembilan) jam 1
(satu) minggu dengan 52 (lima puluh dua) minggu (jumlah minggu dalam 1
(satu) tahun) kemudian dibagi 12 (dua belas) bulan. Sedangkan angka 29
(dua puluh sembilan) jam merupakan median jam kerja pekerja paruh waktu
tertinggi dari seluruh Provinsi.
2. Harian, dengan ketentuan (pasal 17 PP 36/2021).:
a. Bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 6 (enam) hari dalam
seminggu, upah sebulan dibagi 25 (dua puluh lima); atau
b. Bagi Perusahaan dengan sistem waktu kerja 5 (lima) hari dalam
seminggu, upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu)
3. Bulanan.
Sementara upah berdasarkan satuan hasil ditetapkan sesuai hasil kesepakatan
antara pekerja dengan pengusaha atau berdasarkan upah rata-rata 12 (dua
belas) bulan terakhir yang diterima oleh pekerja (pasal 18 PP 36/2021).
KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) ditegaskan bahwa “tiap-
tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam kaitan dengan masalah ketenagakerjaan,hal ini
dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang berbunyi sebagai berikut “ Setiap tenaga kerja memiliki
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan”.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang dimaksud dengan
“tenaga kerja” adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja menurut Undang-Undang
ini tidak saja mereka yang bekerja pada sector formal, tetapi juga sector
informal
Perlu diketahhui bahwa yang dirumuskan dalam Undang-Undang ini ialah
pokok-pokok untuk menjamin kedudukan social ekonomi tenaga kerja seerta
arah yang harus ditempuh dalam mengatur kebutuhan social ekonomi
tenaga kerja itu sendiri sesuai dengan cita-cita dan apirasi bangsa Indonesia
dengan asa gotong royongnya sebagai cirri khas dari pada kepribadian
bangsa dan unsure poko Pancasila.
menurut Undang-Undang ini dapat dibedakan melalui 3 aspek, yaitu

- Aspek perorangan,adalah gerak daripada badan dan pikiran setiap


orang guna memelihara kelangsungan hidup badaniah maupun rohaniah;

- Aspek Kemasyarakatan, adalah melakukan pekerjaan unttuk


menghasilkan barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat;

- Aspek spiritual, adalah hak dan kewajiban manusia dalam


memuliakan dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hukum ketenagakerjaan sebagai a tool of social engineering dalam era
industrialisasi, secara langsung atau tidak langsung dapat merubah sikap
dan perilaku dari sifat masyarakat industrial pada khususnya kearah
terwujudnya iklim yang sehat dan serasi yang dijiwai nilai-nilai Pancasila
serta memberikan dasar-dasar normatif bagi pelaksanaan pembinaan
dan perlindungan tenaga kerja.
Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan kebijakan di
bidang ketenagakerjaan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan
☺☺☺
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai