Anda di halaman 1dari 38

Praktikum

Perpajakan
Lidwina Mersilian Manoe, M.Ak
MEET THE TEAM

Ni Kadek Putri Taruni Ni Komang Wiwik Kristina


Putu Chintya Nabila Putri Kusumayanti
(2257023004) (2257023011) (2257023016)
TOPIK PEMBAHASAN

01 02
PERHITUNGAN PERHITUNGAN
PPh PASAL 21 PPh PASAL 22
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 merupakan pembayaran pajak dimuka oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
melalui pemotong pajak, yang mana bukti potong yang diberikan oleh pemotong pajak merupakan
kredit pajak yang dapat mengurangi Pajak Penghasilan Terutang pada akhir tahun pajak.

Menurut Undang-undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak penghasilan, PPh Pasal 21 merupakan
pajak yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Pemberi Kerja Bukan
Pemotong PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21
a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan. a. Kantor perwakilan negara asing
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah b. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan Menteri
c. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Keuangan
Kerja dan badan-badan lain c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan
pekerjaan bebas serta badan yang melakukan pembayaran orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau
sehubungan dengan penyerahan jasa pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau
e. Penyelenggara kegiatan pekerjaan bebas
Subjek PPh Pasal 21 Objek PPh Pasal 21
a. penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
a. pegawai; b. penghasilan penerima pensiun secara teratur
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, c. uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua
JHT, termasuk ahli warisnya; yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
c. bukan pegawai; waktu 2 tahun;
d. anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap sebagai d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
pegawai; e. imbalan kepada bukan pegawai;
e. mantan pegawai; f. imbalan kepada peserta kegiatan;
f. peserta kegiatan: g. imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan merupakan
- Peserta perlombaan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
- Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja h. imbalan kepada mantan pegawai;
- Peserta/anggota kepanitiaan i. penarikan dana pensiun oleh pegawai;
- Peserta pendidikan, pelatihan dan magang j. termasuk pemberian natura/kenikmatan oleh Wajib Pajak yang
- Peserta kegiatan lainnya pengenaan PPh-nya final dan yang menggunakan norma penghitungan
khusus.
TARIF PPh PASAL 21

5% 15% 25% 30%


0-50jt >50-250jt >250-500jt >500jt
(Sumber: UU No. 36/2008 tentang Pajak Penghasilan)
Berlaku sampai dengan 31 Desember 2021
TARIF PPh PASAL 21

5% 15% 25% 30% 35%

0-60 JT >60-250 JT >250-500 JT >500 JT-5 M >5 M

(Sumber: UU No. 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Pajak)


Aturan ini efektif berlaku per 1 Januari 2022
PERHITUNGAN PPh PASAL 21

PENGHASILAN TIDAK
PENGHASILAN BRUTO BIAYA-BIAYA
KENA PAJAK (PTKP)

Jenis penghasilan bruto yaitu


Biaya - biaya merupakan
diantaranya : gaji pokok,
pengurangan atas jumlah PTKP yang diberikan tergantung
tunjangan-tunjangan, tunjangan
penghasilan bruto yang atas status perkawinan dari
kesehatan yang dibayarkan oleh
diperoleh. Biasanya wajib pajak dan jumlah
perusahaan, bonus, tunjangan
pengurangan yang tanggungan yang ditanggung
hari raya dan penghasilan lain
diperkenankan yaitu : Biaya oleh wajib pajak.
yang dianggap menambah
Jabatan dan Iuran Pensiun
jumlah penghasilan karyawan
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak, kecuali Masa


Masa Pajak Terakhir
Pajak Terakhir

Selisih antara PPh yang


Perkiraan penghasilan neto
terutang atas seluruh
yang akan diterima selama
penghasilan kena pajak
setahun,
selama setahun dengan PPh
➢ Penghasilan teratur
yang telah dipotong masa-
sebulan dikali 12
masa sebelumnya
Apabila masa peroleh penghasilan kurang dari setahun maka
berlaku ketentuan sebagai berikut:

Disetahunkan Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal dunia atau


meninggalkan Indonesia selamanya 1. WP OP DN mulai bekerja pada
2. Orang asing mulai bekerja di tahun berjalan
Indonesia pada tahun berjalan untuk 2. WP OP DN pindah kerja ke
jangka waktu lebih dari 6 bulan pemberi kerja yang lain
3. Karyawan pindah cabang
Pegawai Tetap
Gaji, tunjangan, premi asuransi dibayar Penerima Pensiun
pemberi kerja Uang pensiun berkala
Dikurangi dengan
Dikurangi dengan
1. Biaya jabatan, 5% dari penghasilan
bruto, maksimal Rp 6.000.000 per Biaya pensiun, 5% dari penghasilan
tahun atau Rp 500.000 per bulan bruto, maksimal Rp 2.400.000 per
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang dibayar
tahun atau Rp 200.000 per bulan
sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


Tata Cara
Perhitungan:
Iuran BPJS Ketenagakerjaan

01 02

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yang perincian Jaminan Hari Tua (JHT) (Pasal 9 ayat (1) huruf b
besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha PP 14 Tahun 1993) Total besarnya iuran jaminan
sebagaimana tercantum dalam lampiran I PP 14 Tahun hari tua adalah 5,7% dari upah sebulan, yang
1993, sebagai berikut: (Pasal 9 ayat (1) huruf a PP 14 dibayar oleh Perusahaan dan Pegawai dengan
Tahun 1993) persentase:
- Kelompok I : 0,24% dari upah sebulan - Dibayar oleh perusahaan : 3,7% x upah sebulan
- Kelompok II : 0,54% dari upah sebulan - Dibayar oleh karyawan : 2% x upah sebulan
- Kelompok III : 0,89% dari upah sebulan
- Kelompok IV : 1,27% dari upah sebulan
- Kelompok V : 1,74% dari upah sebulan
Iuran BPJS Ketenagakerjaan

03 04

Jaminan Kematian (JKM) Pasal 9 ayat (1) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) (Pasal
huruf c PP 14 Tahun 1993 9 ayat (1) huruf d PP 14 Tahun 1993)
- Sebesar 0,3% x upah sebulan - Karyawan yang sudah berkeluarga :
6% x upah sebulan
- Karyawan yang belum berkeluarga :
3% x upah sebulan
Perlakuan Perpajakan
atas Iuran BPJS/Premi
Asuransi
Ketenagakerjaan:
—Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Bulanan

Wahyu adalah sudah bekerja sejak tahun


2010 di PT Dadi, dengan status menikah
tetapi belum memiliki anak. Setiap bulan
memperoleh gaji sebesar Rp 6.000.000,00.
Perusahaan mengikuti program BPJS
Ketenagakerjaan sesuai dengan aturan yang
berlaku yaitu 4% ditanggung perusahaan dan
1% ditanggung karyawan. Karyawan
membayar Rp 30.000,- setiap bulan untuk
iuran pensiun berupa JHT dan THT.
Perhitungan PPh Pasal Bulan Januari 2021.
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 bila pegawai
berhenti bekerja Kevin dengan status lajang bekerja pada PT. Adi Jaya.
Kevin menerima gaji Rp 14.000.000,00 per bulan. PT. Adi Jaya
mengikuti program pensiun dan BPJS Ketenagakerjaan.
Perusahaan membayar iuran pensiun kepada Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sebesar Rp
155.000,00 sebulan. Kevin juga membayar sendiri iuran pensiun
sebesar Rp140.000,00 sebulan, disamping itu perusahaan
membayarkan iuran Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan
sebesar 3,75% dari gaji, sedangkan Kevin membayar Jaminan
Hari Tua setiap bulan sebesar 2% dari gaji. Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian dibayar oleh
perusahaan dengan jumlah masing-masing sebesar 1% dan 0,3%
dari gaji.
Dengan kondisi Wajib Pajak berhenti bekerja bulan Mei
2016 (Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri), maka
penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
PEGAWAI TIDAK TETAP/TENAGA KERJA LEPAS
Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas, pemagang dan calon pegawai yang menerima upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah borongan, uang saku harian atau mingguan
PERHITUNGAN
PPh Pasal 21 Pegawai
Tidak Tetap Upah Harian

Diana dengan status belum


menikah pada bulan Januari
2021 bekerja sebagai buruh
harian PT Adijaya. Ia bekerja
selama 6 hari dan menerima
upah harian sebesar Rp
650.000. Hitung PPh Pasal
21 terutang!
PERHITUNGAN
PPh Pasal 21 Pegawai Tidak
Tetap Upah Satuan

Julio dengan status belum menikah


mendapat upah yang dibayar berdasarkan
atas jumlah unit yang diselesaikannya
yaitu Rp 100.000 per buah TV dan
dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1
minggu (6 hari kerja) dihasilkan sebanyak
30 buah TV dengan upah Rp 3.000.000.
Hitunglah PPh Pasal 21 terutang!
BUKAN PEGAWAI

TIDAK
BERKESINAMBUNGAN BERKESINAMBUNGAN
BERKESINAMBUNGAN

(50% x Penghasilan Bruto)


(50% x Penghasilan Bruto)
- PTKP Sebulan) x Tarif (50% x Penghasilan Bruto)
x Tarif pasal 17
pasal 17 x Tarif Pasal 17
-
- -
Bila tidak menerima PTKP,
PTKP sebulan, dihitung Dihitung secara kumulatif
dihitung secara kumulatif
secara kumulatif

Apabila tidak mempunyai NPWP maka dikalikan 120%


PERHITUNGAN BUKAN PEGAWAI
(Berkesinambungan)

Pada bulan Januari 2017, Bima


dengan status belum menikah
memiliki penghasilan sebesar Rp
50.000.000,00 dari perusahaan PT
Idayana. Bima hanya memperoleh
penghasilan dari pekerjaannya
sebagai agen sales. Hitunglah PPh
Pasal 21 terutang:
PERHITUNGAN BUKAN PEGAWAI
(Tidak Berkesinambungan)

Eka melakukan jasa


perbaikan komputer
PT Kurnia Arta dengan
fee sebesar Rp
5.000.000,00. Hitung
PPh Pasal 21 terutang!
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 22
PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah pembayaran pajak dimuka yang dapat dikreditkan sebagai pengurang
PPh Terutang akhir tahun pajak pada SPT Tahunan oleh pihak yang dipungut kecuali atas yang
bersifat final.
Pemungutan PPh Pasal 22 ini dikenakan atas transaksi perdagangan barang, baik atas
transaksi pembelian maupun penjualan dengan batasan yang diatur dalam Pasal 22 Undang-
Undang PPh dan aturan pelaksanaannya.
Pemungut PPh Pasal 22

Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Badan usaha yang bergerak dalam bidang
01 Cukai
06 usaha industri

Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)
02 Anggaran (KPA) 07

03 Bendahara Pengeluaran 08 Produsen atau Importir

04 Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


09 Industri atau eksportir

Industri atau badan usaha yang melakukan


05 Badan Usaha 10 pembelian komoditas tambang batubara

Badan usaha yang memproduksi emas


11 batangan
DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22

Impor barang dan/atau penyerahan Impor barang yang dibebaskan Impor sementara, jika pada
barang yang berdasarkan ketentuan dari pungutan Bea Masuk waktu impornya nyata-nyata
peraturan perundang-undangan dan/atau Pajak Pertambahan dimaksudkan untuk diekspor
tidak terutang Pajak Penghasilan. Nilai kembali.

Impor kembali (re-impor) Pembayaran yang dilakukan oleh Impor emas batangan yang akan
pemungut pajak diproses untuk menghasilkan
barang perhiasan dariemas untuk
tujuan ekspor
DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22

Pembayaran untuk pembelian Penjualan kendaraan bermotor Penjualan emas batangan oleh
barang sehubungan dengan di dalam negeri badan usaha yang memproduksi
penggunaan dana Bantuan emas batangan
Operasional Sekolah (BOS).

Pembelian gabah dan/atau beras Pembelian gabah dan/atau beras


oleh bendahara pemerintah oleh Perusahaan Umum Badan
Urusan Logistik (Perum BULOG).
TARIF PPh PASAL 22
a. Atas Import Barang
- Atas perusahaan impor yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) tarif PPh Pasal 22 adalah sebesar
2,5% dari nilai impor
- Atas perusahaan impor yang tidak menggunakan API, tarif PPh Pasal 22 adalah sebesar 7,5% dari nilai impor
- Atas impor barang tertentu sebesar 7,5% - 10% dengan/atau tanpa API
- Atas barang yang tidak dikuasai, tarif PPh Pasal 22 adalah sebesar 7,5% dari harga jual lelang
- Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API tarif PPh Pasal 22 adalah
sebesar 0,5% dari nilai impor
a. Atas ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam sesuai uraian barang
dan pos tarif (Harmonized System oleh ekspon dikenakan sebesar 1,5% dari nilai ekspor
b. Atas pengadaan barang yang dilakukan oleh bendahara pemerintah dan kuasa pengguna anggaran,
bendahara pengeluaran dan kuasa pengguna anggaran baik di BUMN atau BUMD termasuk dalam
organisasi perangkat daerah. (OPD) dan pemerintah pusat dikenakan tanff 1,5% dan pembelian (tidak
termasuk PPN)
TARIF PPh PASAL 22
d. Atas Industri diantaranya:

1) Industri seman. Untuk pabrikan semen diwajibkan memungut PPh pasal 22 dan pembelinya
(distributornya) dengan tariff 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari harga jual Pabrikan.

2) Industri Baja. Pabrikan baja diwajibkan memungut PPh pasal 22 dan pembelinya (distributorya)
dengan tarif 0,3% dari harga jual pabrikan dan tidak besifat final.

3) Industri Otomotif. Pabrikan otomotif (jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih) diwajibkan
memungut PPh pasal 22 dari pembelinya (distributornya) dengan tariff 0,45% dari harga jual pabrikan
dan tidak bersifat final.

4) Industri Kertas. Pabrikan kertas diwajibkan memungut PPh Pasal 22 dari pembelinya (distributornya)
dengan tariff 0,1% dari harga jual pabrikan.

5) Industri farmasi. Pabrikan semua jenis obat (farmasi) diwajibkan memungut PPh Pasal 22 dari
pembelinya (distributornya) dengan tariff 0,3% dari harga jual pabrikan.
TARIF PPh PASAL 22
e. Atas BBM, BBG dan pelumas
1) Tarif PPh terutang bahan bakar minyak sebesar 0,25 % dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina, 0,3% dari
penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada SPBU Pertamina, dan 0,3%
dan penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada pihak selain SPBU
Pertamina dan SPBU bukan Pertamina.
2) Tarif PPh Terutang bahan bakar gas sebesar 0.3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai.
3) Tarif PPh Terutang Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
f. Atas Penjualan kendaraan bermotor. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek
(APM), dan Importir umum. Tarif yang dikenakan adalah sebesar 0,45% dari dasar pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai
TARIF PPh PASAL 22
g. Atas keperluan industri tertentu. PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan. Adapun tarif yang dikenakan
adalah sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
h. Pembelian komoditas tambang. Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam,
dan badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau badan
usaha. Adapun tariff yang dikenakan adalah sebesar 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai.
i. Atas penjualan emas batangan dikenakan tariff 0,45% dari harga jual emas.
TARIF PPh PASAL 22
j. Atas barang yang tergolong mewah, diantaranya:
1) Pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi. Tarif yang dikenakan adalah sebesar 5% dari harga jual tidak
termasuk PPN.
2) Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya. Tarif yang dikenakan adalah sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk
PPN.
3) Rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 30.000.000.000,00 (tiga
puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 400m2 (empat ratus meter persegi) Tarif yang dikenakan
adalah sebesar 1% dari harga jual tidak termasuk PPN.
4) Apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 150m2 (seratus lima puluh meter
persegi). Tarif yang dikenakan adalah sebesar 1% dan harga jual tidak termasuk PPN
TARIF PPh PASAL 22
5) Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport
utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV). minibus, dan sejenisnya, dengan harga jual lebih
dari Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000cc. Tarif
yang dikenakan adalah sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN.
6) Kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari Rp 300 000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc. Tarif yang dikenakan adalah sebesar 5% dari
harga jual tidak termasuk PPN.
Perhitungan Pasal 22
Bank Mandiri adalah BUMN
Perbankan. Setiap bulan membeli
barang berupa alat tulis karena dari
CV. Toga Mas dengan nilai total
adalah Rp 55.000.000,- Harga
barang tersebut sudah termasuk
PPN. Hitunglah PPh Pasal 22 yang
harus dipungut.
Perhitungan PPh Pasal 22
(CIF)

PT Hijau Daun adalah sebuah perusahaan importir


yang terdaftar dan memiliki API. Perusahaan
melakukan impor barang berupa bahan makanan
Tepung Terigu dari Korea. Adapun jumlah biaya
atas impor berdasarkan PIB No. 12345 yaitu:

1. Harga Perolehan Barang: U$ 25.000 -


a. Asuransi Perjalanan: 3,5% dari harga
barang -
b. Biaya Transport: U$ 2.500 -
c. -Bea Masuk Pelabuhan: 10% -
d. Hitunglah PPh Pasal 22 yang harus
dibayar jika U$ 1 adalah Rp 14.400
Terimakasih
Do You Have Any Question?

Anda mungkin juga menyukai