Perpajakan
Lidwina Mersilian Manoe, M.Ak
MEET THE TEAM
01 02
PERHITUNGAN PERHITUNGAN
PPh PASAL 21 PPh PASAL 22
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 merupakan pembayaran pajak dimuka oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
melalui pemotong pajak, yang mana bukti potong yang diberikan oleh pemotong pajak merupakan
kredit pajak yang dapat mengurangi Pajak Penghasilan Terutang pada akhir tahun pajak.
Menurut Undang-undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak penghasilan, PPh Pasal 21 merupakan
pajak yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Pemberi Kerja Bukan
Pemotong PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21
a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan. a. Kantor perwakilan negara asing
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah b. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan Menteri
c. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Keuangan
Kerja dan badan-badan lain c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan
pekerjaan bebas serta badan yang melakukan pembayaran orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau
sehubungan dengan penyerahan jasa pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau
e. Penyelenggara kegiatan pekerjaan bebas
Subjek PPh Pasal 21 Objek PPh Pasal 21
a. penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur
a. pegawai; b. penghasilan penerima pensiun secara teratur
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, c. uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua
JHT, termasuk ahli warisnya; yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka
c. bukan pegawai; waktu 2 tahun;
d. anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap sebagai d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
pegawai; e. imbalan kepada bukan pegawai;
e. mantan pegawai; f. imbalan kepada peserta kegiatan;
f. peserta kegiatan: g. imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan merupakan
- Peserta perlombaan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
- Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja h. imbalan kepada mantan pegawai;
- Peserta/anggota kepanitiaan i. penarikan dana pensiun oleh pegawai;
- Peserta pendidikan, pelatihan dan magang j. termasuk pemberian natura/kenikmatan oleh Wajib Pajak yang
- Peserta kegiatan lainnya pengenaan PPh-nya final dan yang menggunakan norma penghitungan
khusus.
TARIF PPh PASAL 21
PENGHASILAN TIDAK
PENGHASILAN BRUTO BIAYA-BIAYA
KENA PAJAK (PTKP)
Dikurangi PTKP
01 02
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yang perincian Jaminan Hari Tua (JHT) (Pasal 9 ayat (1) huruf b
besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha PP 14 Tahun 1993) Total besarnya iuran jaminan
sebagaimana tercantum dalam lampiran I PP 14 Tahun hari tua adalah 5,7% dari upah sebulan, yang
1993, sebagai berikut: (Pasal 9 ayat (1) huruf a PP 14 dibayar oleh Perusahaan dan Pegawai dengan
Tahun 1993) persentase:
- Kelompok I : 0,24% dari upah sebulan - Dibayar oleh perusahaan : 3,7% x upah sebulan
- Kelompok II : 0,54% dari upah sebulan - Dibayar oleh karyawan : 2% x upah sebulan
- Kelompok III : 0,89% dari upah sebulan
- Kelompok IV : 1,27% dari upah sebulan
- Kelompok V : 1,74% dari upah sebulan
Iuran BPJS Ketenagakerjaan
03 04
Jaminan Kematian (JKM) Pasal 9 ayat (1) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) (Pasal
huruf c PP 14 Tahun 1993 9 ayat (1) huruf d PP 14 Tahun 1993)
- Sebesar 0,3% x upah sebulan - Karyawan yang sudah berkeluarga :
6% x upah sebulan
- Karyawan yang belum berkeluarga :
3% x upah sebulan
Perlakuan Perpajakan
atas Iuran BPJS/Premi
Asuransi
Ketenagakerjaan:
—Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Bulanan
TIDAK
BERKESINAMBUNGAN BERKESINAMBUNGAN
BERKESINAMBUNGAN
PPh Pasal 22 adalah pembayaran pajak dimuka yang dapat dikreditkan sebagai pengurang
PPh Terutang akhir tahun pajak pada SPT Tahunan oleh pihak yang dipungut kecuali atas yang
bersifat final.
Pemungutan PPh Pasal 22 ini dikenakan atas transaksi perdagangan barang, baik atas
transaksi pembelian maupun penjualan dengan batasan yang diatur dalam Pasal 22 Undang-
Undang PPh dan aturan pelaksanaannya.
Pemungut PPh Pasal 22
Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Badan usaha yang bergerak dalam bidang
01 Cukai
06 usaha industri
Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)
02 Anggaran (KPA) 07
Impor barang dan/atau penyerahan Impor barang yang dibebaskan Impor sementara, jika pada
barang yang berdasarkan ketentuan dari pungutan Bea Masuk waktu impornya nyata-nyata
peraturan perundang-undangan dan/atau Pajak Pertambahan dimaksudkan untuk diekspor
tidak terutang Pajak Penghasilan. Nilai kembali.
Impor kembali (re-impor) Pembayaran yang dilakukan oleh Impor emas batangan yang akan
pemungut pajak diproses untuk menghasilkan
barang perhiasan dariemas untuk
tujuan ekspor
DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22
Pembayaran untuk pembelian Penjualan kendaraan bermotor Penjualan emas batangan oleh
barang sehubungan dengan di dalam negeri badan usaha yang memproduksi
penggunaan dana Bantuan emas batangan
Operasional Sekolah (BOS).
1) Industri seman. Untuk pabrikan semen diwajibkan memungut PPh pasal 22 dan pembelinya
(distributornya) dengan tariff 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari harga jual Pabrikan.
2) Industri Baja. Pabrikan baja diwajibkan memungut PPh pasal 22 dan pembelinya (distributorya)
dengan tarif 0,3% dari harga jual pabrikan dan tidak besifat final.
3) Industri Otomotif. Pabrikan otomotif (jenis kendaraan bermotor beroda dua atau lebih) diwajibkan
memungut PPh pasal 22 dari pembelinya (distributornya) dengan tariff 0,45% dari harga jual pabrikan
dan tidak bersifat final.
4) Industri Kertas. Pabrikan kertas diwajibkan memungut PPh Pasal 22 dari pembelinya (distributornya)
dengan tariff 0,1% dari harga jual pabrikan.
5) Industri farmasi. Pabrikan semua jenis obat (farmasi) diwajibkan memungut PPh Pasal 22 dari
pembelinya (distributornya) dengan tariff 0,3% dari harga jual pabrikan.
TARIF PPh PASAL 22
e. Atas BBM, BBG dan pelumas
1) Tarif PPh terutang bahan bakar minyak sebesar 0,25 % dari penjualan tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina, 0,3% dari
penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada SPBU Pertamina, dan 0,3%
dan penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada pihak selain SPBU
Pertamina dan SPBU bukan Pertamina.
2) Tarif PPh Terutang bahan bakar gas sebesar 0.3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan
Nilai.
3) Tarif PPh Terutang Pelumas sebesar 0,3% dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
f. Atas Penjualan kendaraan bermotor. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas penjualan kendaraan
bermotor di dalam negeri oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek
(APM), dan Importir umum. Tarif yang dikenakan adalah sebesar 0,45% dari dasar pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai
TARIF PPh PASAL 22
g. Atas keperluan industri tertentu. PPh Pasal 22 atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan
industri atau ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan. Adapun tarif yang dikenakan
adalah sebesar 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
h. Pembelian komoditas tambang. Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam,
dan badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan oleh industri atau badan
usaha. Adapun tariff yang dikenakan adalah sebesar 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai.
i. Atas penjualan emas batangan dikenakan tariff 0,45% dari harga jual emas.
TARIF PPh PASAL 22
j. Atas barang yang tergolong mewah, diantaranya:
1) Pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi. Tarif yang dikenakan adalah sebesar 5% dari harga jual tidak
termasuk PPN.
2) Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya. Tarif yang dikenakan adalah sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk
PPN.
3) Rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 30.000.000.000,00 (tiga
puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 400m2 (empat ratus meter persegi) Tarif yang dikenakan
adalah sebesar 1% dari harga jual tidak termasuk PPN.
4) Apartemen, kondominium, dan sejenisnya, dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) atau luas bangunan lebih dari 150m2 (seratus lima puluh meter
persegi). Tarif yang dikenakan adalah sebesar 1% dan harga jual tidak termasuk PPN
TARIF PPh PASAL 22
5) Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport
utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV). minibus, dan sejenisnya, dengan harga jual lebih
dari Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000cc. Tarif
yang dikenakan adalah sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN.
6) Kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari Rp 300 000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc. Tarif yang dikenakan adalah sebesar 5% dari
harga jual tidak termasuk PPN.
Perhitungan Pasal 22
Bank Mandiri adalah BUMN
Perbankan. Setiap bulan membeli
barang berupa alat tulis karena dari
CV. Toga Mas dengan nilai total
adalah Rp 55.000.000,- Harga
barang tersebut sudah termasuk
PPN. Hitunglah PPh Pasal 22 yang
harus dipungut.
Perhitungan PPh Pasal 22
(CIF)