Pokok Bahasan 1. Pajak Penghasilan Pasal 21 2. Penghasilan Teratur dan Tidak Teratur 3. Pemotong PPh Pasal 21 4. Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 5. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 6. Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 7. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 8. Tarif Pemotongan Pajak 9. Contoh 1 Penerapan PMK No 122/PMK.010/2015 Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status sebagai subjek pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, termasuk penerima pensiun. Pemotong PPh Pasal 21 1. Pemberi kerja. 2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah. 3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun. 4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. 5. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan. Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 1. Pegawai;. 2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;. 3. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa; 4. anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama; 5. Mantan pegawai; dan/atau 6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan. Pegawai dan Pegawai Tetap Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur. Pegawai Tidak Tetap dan Bukan Pegawai Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan, atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Penerima penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh Pasal 21 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan. Peserta Kegiatan dan Penerima Pensiun Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaan- nya dalam kegiatan tersebut. Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
1. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik
berupa Penghasilan yang Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur. 2. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya. 3. penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja. 4. penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 (lanjutan) 5. imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan jasa yang dilakukan. 6. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun. 7. penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 (lanjutan 1) 8. penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau 9. penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21 Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi: a. Pegawai Tetap; b. penerima pensiun berkala; c. Bukan Pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan. d. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan Pegawai yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan; atau e. jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud Pegawai Tetap, penerima pensiun berkala, Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21 (Lanjutan) Berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas sehari, yang menerima secara bulanan atau Dasar Hukum upah harian, upah jumlah kumulatif mingguan, upah satuan penghasilan atau upah borongan PMK No. 206/PMK.011/2012 melebihi Rp200.000,00 melebihi Rp2.025.000,00 Berlaku tgl. 1 Januari 2013 PMK No.152/PMK.010/2015 melebihi Rp300.000,00 melebihi Rp3.000.000,00 Berlaku tgl. 6 Agustus 2015 PMK No.102/PMK.010/2016 melebihi Rp450.000,00 melebihi Rp3.000.000,00 Berlaku tgl. 22 Juni 2016 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) PMK No. PMK No. PMK No. 162/PMK.011/2012 122/PMK.010/2015 101/PMK.010/2016 Keterangan Berlaku mulai tgl. 1 Berlaku tgl. 29 Berlaku tgl. 27 Juni Januari 2013 Juni 2015 2016 Berlaku TA 2013 Berlaku TA 2015 Berlaku TA 2016 Diri wajib pajak orang pribadi Rp24.300.000,00 Rp36.000.000,00 Rp54.000.000,00 Tambahan wajib pajak yang kawin Rp2.025.000,00 Rp3.000.000,00 Rp4.500.000,00
Tambahan untuk seorang isteri Rp24.300.000,00 Rp36.000.000,00 Rp54.000.000,00
yang penghasilannya digabung
Tambahan untuk setiap anggota Rp2.025.000,00 Rp3.000.000,00 Rp4.500.000,00
kel. yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang PTKP bagi Karyawati 1. Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut: a. bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri; dan b. bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. 2. karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Kode Status PTKP TK/0 = Tidak Kawin tidak ada tanggungan TK/1 = Tidak Kawin memiliki 1 tanggungan TK/2 = Tidak Kawin memiliki 2 tanggungan TK/3 = Tidak Kawin memiliki 3 tanggungan K/0 = Kawin tidak ada tanggungan K/1 = Kawin memiliki 1 tanggungan K/2 = Kawin memiliki 2 tanggungan K/3 = Kawin memiliki 3 tanggungan K/I/0 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha tidak ada tanggungan K/I/1 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 1 tanggungan K/I/2 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 2 tanggungan K/I/3 = Kawin Isteri Bekerja/Usaha memiliki 3 tanggungan Penghasilan Kena Pajak bagi Pegawai Tetap 1. Penghasilan neto dikurangi PTKP. 2. Penghasilan neto adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi: a. biaya jabatan, sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi- tingginya Rp500.000,00 sebulan atau Rp6.000.000,00 setahun. b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Penghasilan Kena Pajak bagi Pegawai Penerima Pensiun Berkala dan Pegawai Tidak Tetap Pegawai Penerima Pensiun Berkala a. Penghasilan neto dikurangi PTKP. b. Penghasilan neto adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun, sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 200.000, sebulan atau Rp 2.400.000,00 setahun. Penghasilan Kena Pajak bagi Pegawai Tidak Tetap Penghasilan bruto dikurangi PTKP. Penghasilan Kena Pajak bagi Bukan Pegawai sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP.per bulan Penghasilan bruto adalah sebesar jumlah pembayaran setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut maka besarnya penghasilan bruto tersebut adalah sebesar jumlah yang dibayarkan; atau melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya jumlah penghasilan bruto hanya atas pemberian jasanya saja, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan antara pemberian jasa dengan material atau barang maka besarnya penghasilan bruto tersebut termasuk pemberian jasa dan material atau barang. Penghasilan bruto dibayarkan kepada dokter yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui rumah sakit dan/atau klinik sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh rumah sakit dan/atau klinik. Tarif Pemotongan Pajak Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp50.000.000,00 5% di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 15% di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 25% di atas Rp500.000.000,00 30% Tarif PPh pasal 21 tidak memiliki NPWP Bagi yang tidak memiliki NPWP dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebesar 120% dari jumlah yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP. Pemotongan dimaksud hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final. Penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi yang bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20% lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP. Contoh 1 Penerapan PMK No 122/PMK.010/2015 Lebih bayar Contoh 1 Penerapan PMK No 122/PMK.010/2015 Lebih bayar (Lanjutan) Contoh 2 Penerapan PMK No 122/PMK.010/2015 Kurang bayar Contoh 2 Penerapan PMK No 122/PMK.010/2015 Kurang bayar (Lanjutan) LATIHAN SOAL PERTEMUAN KE-9