&
IMBALAN BUNGA
Disusun oleh :
Dewi Saraswati
Hesti
Niken Sekar Saputri – ED181120128
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “RESTITUSI
PAJAK & IMBALAN BUNGA”.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Pajak. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ayu Lestari, SE,
M.Ak selaku pembimbing mata kuliah Manajemen Pajak dan kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam menyusun makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.
Dalam hal ini kami sangat menyadari atas keterbatasan kemampuan yang dimiliki,
sehingga penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki dan mengoreksi atas
kekurangan yang ada sehingga mencapai hasil yang lebih baik.
Akhir kata penulis sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang berkaitan pada makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Restitusi Pajak............................................................................................................3
B. Pajak Lebih Bayar......................................................................................................8
C. Tindakan Wajib Pajak Berkaitan Kelebihan Pajak....................................................13
D. Imbalan Bunga..........................................................................................................15
E. Penyebab Pemberian Imbalan Bunga dan Perlakuannya...........................................16
F. Tindakan Wajib Pajak Dalam Rangka Meminta Imbalan Bunga..............................18
G. Contoh Kasus............................................................................................................20
A. Kesimpulan.......................................................................................................22
B. Saran..................................................................................................................22
DARTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya
terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya roda pemerintahan karena
jumlahnya relative stabil. Dalam perpajakan terdapat istilah pajak keluaran yaitu pajak terutang
yang wajib dipungut oleh pengusaha kena pajak yang melaukan penyerahan barang kena pajak
atau jasa kena pajak dan pajak masukan yaitu pajak yang seharusnya sudah dibayar oleh
pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak atau penerimaan jasa kena pajak.
Apabila pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran maka wajib pajak akan mengalami lebih
bayar dan wajib pajak mempunyai hak untuk melakukan restitusi, karena selain mempunyai
kewajiban untuk memungut pajak dari rakyat, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk
merestitusi kelebihan pajak yang telah dibayar oleh wajib pajak.
Pada dasarnya wajib pajak tidak menginginkan terjadinya restitusi pajak, kecuali jika
restitusi tersebut memaang tidak dapat dihindari. Wajib pajak menginginkan besarnya pajak yang
telah dibayar sudah sesui dengan yang seharusnya tidak lebih dan tidak kurang. Kelebihan pajak
dapat terjadi pada semua jenis pajak baik PPh, PPn, PPnBm dan sebagainya. Kelebihan pajak
terjadi akibat adanya kelebihan pembayaran atau adanya kesalahan dalam pemotongan atau
pemungutan yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri
Pemberian Imbalan Bunga merupakan salah satu hak yang dimiliki Wajib Pajak
disamping hak-hak lainnya. Ketentuan mengenai Imbalan Bunga yang berlaku pada intinya
menyebutkan apabila Wajib Pajak mempunyai kelebihan pembayaran pajak atas putusan
Pengadilan Pajak yang mengabulkan sebagian atau seluruh bandingnya maka Wajib Pajak
tersebut berhak atas Imbalan Bunga, dan Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban untuk
memberikan hak Wajib Pajak tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Restitusi Pajak ?
2. Apa itu Pajak lebih Bayar?
3. Bagaimana Tindakan Wajib Pajak Berkaitan Kelebihan Pajak?
4. Apa itu Imbalan Bunga?
5. Apa Penyebab Pemberian Imbalan Bunga?
6. Bagaimana Tindakan Wajib Pajak Dalam Rangka Meminta Imbalan Bunga?
iv
7. Bagaimana Contoh Kasus Imbalan Bunga?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Tentang Restitusi Pajak
2. Untuk Mengetahui Tentang Pajak lebih Bayar
3. Untuk Mengetahui Tentang Tindakan Wajib Pajak Berkaitan Kelebihan Pajak
4. Untuk Mengetahui Tentang Imbalan Bunga
5. Untuk Mengetahui Tentang Penyebab Imbalan Bunga
6. Untuk Mengetahui Tentang Tindakan Wajib Pajak Dalam Rangka Meminta Imbalan
7. Untuk Mengetahui Contoh Kasus Imbalan Bunga
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. RESTITUSI PAJAK
1. Pengertian Restitusi Pajak
Istilah restitusi pajak atau pengembalian pajak tercantum dalam Pasal 17
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP).
Restitusi pajak adalah permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
yang dilakukan oleh wajib pajak kepada negara. Kelebihan pembayaran pajak ini
merupakan hak bagi wajib pajak. UU KUP secara umum menyebut restitusi sebagai
pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Artinya, negara membayar kembali atau
mengembalikan pajak yang telah dibayar.
Hak tersebut timbul apabila terdapat kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) atau apabila terdapat kekeliruan
pemungutan atau pemotongan yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak. Restitusi
dapat dilakukan setelah mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal (Ditjen)
Pajak.
Adanya landasan peraturan yang mengatur mengenai restitusi pajak ini
dimaksudkan untuk bisa menciptakan negara yang sehat. Kelebihan pembayaran pajak
yang dilaporkan ini sebagai jaminaan kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah
kepada wajib pajak.
Kelebihan pembayaran pajak dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu kredit pajak
lebih besar daripada pajak yang terutang sebagaimana dilaporkan dalam SPT dan terdapat
pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.
Menurut Direktorat Jendral Pajak, atas pajak yang lebih dibayarkan, Anda berhak
untuk mengajukan pengembalian. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau
restitusi dapat dilakukan atas dua kondisi:
a) Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang
(kondisi ini terjadi dimana Wajib Pajak membayar pajak padahal seharusnya
tidak terutang pajak), dan
b) Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak PPh, PPN, dan/atau PPnBM (kondisi
in terjadi dimana Wajib Pajak membayar pajak lebih besar dari yang semestinya).
vi
2. Tata Cara Pengembalian
Dalam hal jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari
pada jumlah pajak yang terutang, prosedurnya adalah sebagai berikut:
3) SKPLB diterbitkan oleh Dirjen Pajak paling lama 12 bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap.
4) Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi, Dirjen
Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan dianggap
dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam waktu paling lambat satu
bulan setelah jangka waktu berakhir. Apabila SKPLB terlambat
diterbitkan, kepada WP diberikan imbalan bungasebesar 2% per bulan
dihitung sejak berakhirnya jangka waktu satu bulan tersebut sampai
dengan saat diterbitkan SKPLB.
vii
b) Dalam Hal Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terhutang
Pajak yang yang seharusnya tidak terutang adalah pajak yang telah dibayar oleh
wajib pajak (WP) yang bukan merupakan objek pajak yang terutang atau
kesalahan pemotongan atau pemungutan yang mengakibatkan pajak yang
dipotong atau dipungut lebih besar daripada pajak yang seharusnya dipotong atau
dipungut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan atau
bukan merupakan objek pajak. Prosedur pengembaliannya adalah sebagai
berikut:
viii
yang seharusnya tidak terutang.
ix
3. Aturan Baru tentang Syarat Percepatan Restitusi Pajak
Berikut ini syarat yang perlu dipenuhi wajib pajak untuk mendapatkan percepatan
pemberian restitusi PPh dan PPN:
a. Ada tiga kategori wajib pajak yang berhak mendapatkan percepatan restitusi.
Pertama, wajib pajak orang pribadi yang memiliki lebih bayar di bawah atau
sama dengan Rp100 juta. Kedua, wajib pajak badan yang lebih bayar di bawah
atau sama dengan Rp1 miliar. Ketiga, PKP dengan lebih bayar di bawah atau
sama dengan Rp1 miliar.
b. Wajib pajak yang tepat waktu dalam menyampaikan SPT, tidak memiliki
tunggakan pajak, laporan keuangan telah diaudit dan mendapatkan opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) selama 3 tahun berturut-turut, dan tidak pernah
dipidana di bidang perpajakan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
c. PKP berisiko rendah yang ditetapkan menteri keuangan. Dalam hal ini PKP yang
dimaksud adalah perusahaan terbuka (go public), BUMN/BUMD, eksportir mitra
utama kepabeanan (MITA) atau reputable trader yang profilnya dimiliki oleh
Ditjen Bea Cukai.
Ditjen Pajak juga telah menetapkan jangka waktu masing-masing wajib pajak yang
memenuhi persyaratan tersebut, berikut rinciannya
x
B. PAJAK LEBIH BAYAR
Kelebihan PPN hanya dapat terjadi pada pengusaha kena pajak yang dalam
menghitung besarnya PPN harus dibayar setiap bulannya dengan mekanisme
pengkreditan antara pajak keluaran dengan pajak masukan. Pada dasarnya kelebihan
bayar dapat terjadi apabila besarnya pajak masukan dikreditkan terhadap pajak keluaran
yang lebih besar. Pajak masukan yang mengakibatkan lebih bayar dan dapat diminta
kembali dengan syarat sebagai berikut :
Perolehan pajak masukan berkaitan dengan kegiatan usaha atau produk yang
akan diekspor atau dijual
Tidak diperlakukan sebagai biaya
Tidak dikreditkan melebihi tiga bulan dari masa diperolehnya pajak masukan
Kelebihan PPN dapat terjadi karena adanya berbagai ketentuan perpajakan antara lain
sebagai berikut :
xi
masukan tersebut dikreditkan sehingga menjadi lebih bayar.
Lebih bayar dapat terjadi karena PPN keluaran tidak dipunggut oleh pihak
penjual atau dapat pula karena ditanggung pemerintah sehingga apabila wajib
pajak mempunyai PPN masukan atau ditanggung pemerintah. PPN masukan
tidak ditanggung pemerintah dan PPN masukan berkaitan dengan kegiatan usaha
apabila dikreditkan terhadap pajak keluaran maka akan terjadi lebih bayar
Pajak masukan seharusnya dikreditkan kepajak keluaran pada masa yang sama,
namun demikian masih diperkenakan untuk dikreditkan setelah masa tiga bulan, yang
apabila digabung dengan pajak masukan masa yang berkaitan dengan pajak keluaran
maka akan menyebabkan terjadinya lebih bayar
Kelebihan PPN yang dipunggut oleh pihak lain juga dapat terjadi karena
penundaan pengakuan dari pajak keluaran oleh pengusaha kena pajak. Padadasarnya
pengakuan penjualan harus diakui oleh pengusaha kena pajak berdasarkan system akrual
basis menyebabkan penjualan harus diaui walaupun masih berupa piutang termasuk yang
berupa uang muka meskipun barang yang akan dibeli masih dalam tahap pemesanan.
Pada saat terjadi transaksi penjualan termasuk pesanan barang yang sudah dibayar
dengan uang muka pengusaha harus menerbitkan aktur pajak baik sederhana maupun
standard an sejak pembuatan faktur, PKP harus melaporkan sebagai pajak keluaran yang
akan diperhitungkan dengan pajak masukan. Pengaturan pajak keluaran dari penjualan
xii
dapat dilakukan dengan membuat tanggal mundur dari faktur penjualan atau faktur pajak
yang dibuat oleh PKP. Bagi pembeli yang akan melakukan pembayaran secara tunai,
pengunduran pembuatan faktur sangat merugikan karena pajak keluaran bagi pembeli
merupakan pajak masukan yang akan diperhitungkan sebagai kredit pajak, namun bagi
pembeli kredit penundaan pembuatan faktur ini dimungkinkan karena walaupun pajak
masukan atas barang yang dibeli tersebut dapat dikreditkan tetapi pembayaran belum
dilakukan memungkinkan pembeli akan menerima perlakuan tersebut.
Kelebihan pajak pada PPh dapat terjadi karena adanya kelebihan pembayaran dana tau
pemotongan/pemungutan PPh atau adanya kesalahan pemotongan atau pemungutan PPh
atau adanya ketentuan perpajakan yang menyebabkan terjadinya lebih bayar. PPh yang
dipunggut oleh pihak lain dapat diperlakukan sebagai kredit pajak pada akhir tahun
kecuali PPh tersebut diperlakukan sebagai PPh final.kelebihan PPh pada yang terajadi
pada saat pemotongan maupun pemungutan baik disebbakan oleh adanya kesalahan tarif
atau kesalahn pemotongan maupun pemungutan dapat dirinci per jenis pajak menjadi
sebagai berikut :
Contoh :
CV Mawadah pada than 2010 mempunyai penghasilan kena pajak Rp 45.000.000
seharusnya PPh terutang sebesar
5% x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000
0% x Rp 20.000.000 = Rp 2.000.000 +
Jumlah PPh pasal 21 terutang = Rp 3.250.000
xiii
2. Kesalahan dasar pengenaan PPh pasal 21 yang mengakibatkan lebih bayar,
pemotongam PPh pasal 21 dapat lebih besar dari yang seharusnya dapat terjadi
karena berbagai kemungkinan seperti :
Pemungutan PPh pasal 22 dapat dilakuakn oleh beberapa pihak sebagai berikut
Bendaharawan Pemerintah
Ditjen Bea dan Cukai
Industri tertentu
Pemungutan PPh pasal 22 dapat menyebabkan adanya pengutan yang lebih besar dari
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena berbagai kemungkinan antara lain :
1. Kesalahan tarif PPh pasal 22 yang mengakibatkan lebih bayar apabila PPh pasal
22 ini terjadi kesalahan, menggunakan tarif yang lebih tinggi dari seharusnya
maka akan terjadi kelebihan pemungutan PPh pasal 22.
Contoh : bendaharawan melakukan transaksi pengadaaan barang senilai
Rp 5.500.000 dan dipunggut PPh pasal 22 sebesar 2.5% atau sebesar Rp 125.000.
Seharusnya PPh pasal 22 yang diunggut adalah sebesar :
1.5% x 100/110 x Rp 5.500.000 = Rp 75.000
Sehingga terjadi lebih bayar sebesar Rp 50.000
xiv
Kesalahan dasar pemotongan PPh
Kesalahan tarif
Lebih bayar dapat terjadi apabila wajib pajak mengalami penurunan usaha setelah
pertengahan tahun di mana wajib pajak telah melakukan PPh pasal 25 pada tahun
bersangkutan sesuai SPT tahun sebelumnya. Lebih bayar akibat adanya penurunan usaha
dapat dihindari apabila pada saat diketahui adanya penurunan kegiatan usaha dan
menurut prediksi akan terjadi sampai akhir tahun wajib pajak harus segera mengajukan
pengurangan angsuran pembayaran PPh apsal 25. Apabila wajib pajak telah melakukan
pengurangan angsuran pembayaran tanpa mendapatkan persetujuan penguranan angsuran
maka ats pengurangan angsuran PPh pasal 25 tersebut diterbitkan SPT oleh fiskus dimana
pokok STP tersebut dibayar atau tidak dibauyar oleh WP akan tetap merupakan kredit
pajak sehingga lebih bayar tetap akan terjadi.
Keputusan keberatan maupun banding yang diterbitkan atas pemohon wajib pajak dapat
mengakibatkan terjadinya lebih bayar. Pada saat mengajukan keberatan atau banding
wajib pajak diharuskan melakukan pembayaran sebesar yang diakui kebenarannya oleh
wajib pajak pada saat closing antara pemeriksa pajak dan wajib pajak sebelum
diterbitkannya ketetapan pajak yang menjadi dasar pengajuan keberatan atau banding.
Apabila besarnya pajak yang telah dibayar atas ketetapan pajak tersebut lebih besar
disbanding pajak yang kurang bayar hasil keputusan keberatan maupun banding maka
akan terjadi kelebihan pembayaran pajak. Kelebihan pajak yang telah dibayar dapat
diperoleh kembali melalui proses restitusi dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2%
perbulan sejak saat dibayar sampai dengan restitusi tersebut diterbitkan. Dengan imbalan
bunga 2% cukup memadai untuk mengganti kerugian wajib pajak atas kerugian dari
pembayaran ketetapan pajak yang seharusnya tidak perlu dibayar. Namun demikian
imbalan bunga sebesar 2% tersebut dapat merugikan wajib pajak jika waktu
mengedapnya cukup lama, walaupun pada tingkat bunga diluar lebih rendah 2%.
xv
C. TINDAKAN WAJIB PAJAK BERKAITAN KELEBIHAN PAJAK
Kembali oleh wajib pajak atau pengusaha kena pajak yang mengalami klebihan bayar atau yang
mengalami kelebihan pemotongan atau pemungutan pajak. Kelebihan bayar dapat dimintai
kembali dengan cara melalui restitusi dan melalui banding.
Permohonan kelebihan pembayaran pajak melalui restitusi dapat dilakukan menurut jenisnya
yaitu :
Bagi wajib pajak yang mempunyai pajak masukan maka harus dikreditkan dalam SPT
masanya tidak melebihi jangka waktu 3 bulan sejak diperolehnya pajak amsukan tersebut,
namun apabila pajak masukan diterima oleh wajib pajak setelah lewat dari 3 bulan maka
wajib pajak harus membentulkan SPT masnya sesuai dengan masa yang diperkenankan
agar pajak masukan tersebut dapat dikreditkan. Apabila wajib pajak telah memutuskan
untuk melakukan restitusi PPN maka wajib pajak harus benar-benar mempersiapkan
diriterutama dengan kelengkapan dan kebenaran data maupun dokumen yang meliputi ;
Pajak masukan yang diakui oleh wajib pajak, bagi penjual merupakan pajak
keluaran yang harus dilaporkan pada SPT masa PPN dari penjual, termasuk
dalam rangkaian penelitian kebenaran pajak masukan, pemerikasaan pajak
yang akan dikonfirmasi pada KPP dimana WP penjual tersebut melaporkan
SPTnya.
xvi
Pajak keluaran yang diakui oleh wajib pajak harus benar, tidak ada terdapat
penjual yang belum diakui pada SPT masa, karena akan berakibat PPN lebih
bayar menjadi kurang bayar. Apabila PPN lebih bayar menjadi kurang bayar,
selain dikenai sanksi keterlambatan bayar, juga dapat dikenai sanksi karena
tidak seharusnya mengompensasikannya. Faktur pajak yang berkaitan
dengan pajak keluaran juga harus diteliti kebenarannya, karena apabila faktur
pajak berkaitan dengan pajak keluaran dianggap cacat maka kepada wajib
pajak dapat dikenakan sanksi denda yang akan mengurangi jumlah kelebihan
PPn
3) Kebenaran Persediaan
Salah satu penyebab lebih bayar PPN adalah karena pembelian lebih besar
dari penjualan yang berarti besarnya persediaan baik berupa bahan baku dan
bahan bantu, maupun barang dalam proses dan barang jadi akan meningkat.
Meningkatnya persediaan dapat dilihat pada pembukuan maupun pada
laporan keuangan wajib pajak. Demikian pula meningkatnya persediaan pada
pembukuan harus sama dengan menigkatnya persediaan secara fisik yang
tentu saja akan menambah besarnya persediaan pada gudang wajib pajak.
Permohonan restitusi pada PPh dapat terjadi atas PPh yang lebih bayar pada akhir
tahun atau kelebihan pembayaran PPh pada masa tertentu. Permohonan kelebihan PPh
melalui restitusi dapat dilakukan menggunakan surat permohonan tersendiri atau melalui
surat permohonan yang ada pada SPT pada masa PPh saat terjadinya lebih bayat yang
harus dibuat oleh wajib pajak. Bahkan sejak wajib pajak mendapatkan pengahsilan,
kewajiban pelaporan SPT tahunan maupun masa PPh harus dilakukan baik dalam kondisi
lebih bayar, nihil maupun dalam kondisi kurang bayar. Bagi wajib pajak yang
mempunyai kredit pajak PPh harus dikreditkan pada PPh terutang dalam masa SPT sama,
namun demikian apabila kredit pajak PPh diterima oleh wajib pajak setelah masa SPT
tahunan bersangkutan maka wajib pajak harus membetulkan SPT tahunan pada masa
kredit pajak terkait agar kredit pajak tersebut dapat dikreditkan. Apabila wajib pajak
telah mengambil sikap untuk melakukan restitusi PPh, maka wajib pajak harus benar-
benar mempersiapkan diri terutama berkaitan dengan kelengkapan dan kebenaran data
maupun dokumen yang meliputi :
Yang dapat direstitusi oleh wajib pajak dapat berupa kelebihan pembayaran
satu jenis pembayaran PPh dapat berupa kelebihan kredit PPh terhadap PPh
terutang pada akhir tahun. Kredit PPh bagi pemotong pajak harus dibayar
oleh pemotong pajak dan harus dilaporkan pada SPT amsa PPh masing-
masing, seperti PPh apsal 21, PPh pasal 22, PPh 22 Impor, PPh apsal 23.
Termasuk dalam rangkaian penelitian kebenaran kredit pajak pemeriksa
xvii
pajak akan melakukan konfirmasi pada KPP dimana WP PPh tersebut
melaporkan SPTnya.
Kebenaran pajak terutang akan dihitung lagi oleh pemeriksa berdasarkan data
penghasilan dan biaya yang diakui wajib pajak baik pada pembukuan atau
data pendukungnya. Wajib pajak dalam perhitungan besarnya PPh terutang
harus cermat. Apabila ternyata besarnya PPh terutang akan dikoreksi oleh
pemeriksa pajak maka besarnya kelebihan PPh tersebut akan berkurang
bahkan dapat menjadi kurang bayar.
D. IMBALAN BUNGA
Imbalan bunga adalah hak yang dimiliki WP apabila terdapat kelebihan pembayaran
pajak yang timbul diantaranya akibat :
Imbalan bunga diberikan terhadap SPT LB yang diterbitkan SKPKB/SKPN yang secara
keseluruhan tidak disetujui dan atas SK Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan PK
mengabulkan sebagian atau seluruhnya diberikan Imbalan bunga 2 % perbulan maks 24 bulan :
xviii
1. dari jumlah kelebihan pembayaran pajak dalam SK Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan PK
2. dihitung sejak tanggal penerbitan SKPKB/SKPN sampai dengan diterbitkannya SK
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan PK.
Proses Pemberiaan Imbalan Bunga harus dimulai dari wajib pajak sendiri dengan mengajukan
permohonan kepada Direktorat Jederal Pajak dimana wajib pajak terdaftar. Tanpa mengajukan
permohona tersebut hak untuk mendapatkan imbalan bunga tidak akan diberikan oleh fiskus.
Penyebab diberikan imbalan bunga kepada wajib pajak adalah apabila terjadi kejadian seperti
berikut :
Keberatan, banding, atau peninjauan kembali dikabulkan sebagian atau seluruhnya akan
menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak. Kepadanya akan diberikan imbalan bunga
sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan, sejak terhadap ketetapan pajak yang diajukan
keberatan tersebut dibayar sampai dengan keputusan keberatan atau banding yang menyebabkan
lebih bayar tersebut diterbitkan.
Permohonan keberatan harus diselesaikan oleh fiskus paling lama 12 bulan, dan apabila lebih dari
12 bulan keberatan belum diselesaikan maka akan dianggap diterima.
Permohonan keberatan paling lambat diajukan oleh wajib pajak 3 buan sejak terbitnya ketetapan
pajak, namun kapan permohonan keberatan itu diajukan tidak berpengaruh terhadap imbalan
bunganya. Ibaan bunga ini akan berpengaruh terhadap kapan ketetapan pajak yang diajukan
xix
keberatan tersebut dibayar. Semakin lama penyelesaian keberatan maka akan semakin besar
imbalan bunganya.
Kelebihan pembayaran PPh maupun PPN yang diminta oleh wajib pajak harus didiselesaikan
paling lama 12 bulan. Apabila SKPLB yang diterbitkan oleh fiskus atas permohonan lebih bayar
tersebut, lebih dari 12 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap, maka terhadap WP
tersebut diberikan imbalan bunga sebesar 2% perbulan sejak keterlambatan tersebut sampai
dengan saat diterbitkannya SKPLB
Seperti yang sudah dibahas Imbalan Bunga 2% akan menghasilkan jumlah yang lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat bunga 1% apabila dihitung dengan model future value.
Permohonan dianggap lengkap tidak sama dengan permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak
baik lewat spt maupun dengan surat tersendiri. Dapat saja terjadi bahwa permohonan baru
dianggap lengkap beberapa bulan setelah permohonan diajukan
Fiskus akan meminta kelengkapan data kepada wajib pajak dan tanggal diterimanya datayang
lengkap oleh fiskus tersebut menjadi dasar perhitungan setahun penyelesaian SPT
Yang perlu dipahami oleh wajib pajak adalah bahwa permintaan kelengkapan data kepada wajib
pajak tersebut dapat dilakukan oleh fiskus setelah berbulan-bulan sejak diterimannya
permohonan.
xx
Sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga.
Sejak diterimanya Putusan Banding oleh Kantor Diretorat Jenderal Pajak yang
berwenang melaksanakan putusan pengadilan, dan
Sejak diterimanya Putusan Peninjauan Kembali oleh Kantor Diretorat Jenderal Pajak
yang berwenang melaksanakan putusan pengadilan
Sampai saat diterbitkannya SKPKPP
Besar Kecilnya Imbalan bunga juga tergantung pada kapan permohonan pencairan kelebihan
bayar pada SKPLB diajukan oleh wajib pajak.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar yang diterbitkan kepada WP diberikan imbalan bunga sebesar
2% perbulan untuk paling lama 24 bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 bulan
sampai dengan saat diterbitkannya SKPLB.
Wajib Pajak dapat mengajukan imbalan bunga akibat tindakan fiskus dengan melakukan tindakan
pemeriksaan bukti permulaan yang tetap menerbitkan SKPLB.
Untuk SKPKB dan SKPKBT sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan.
Untuk SKPN dan SKPLB sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Pembetulan.
Untuk STP sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak
sampai dengan diterbitkanya Surat Keputusan Pembetulan.
xxi
Seperti pada awal pembahasan ini, imbalan bunga yang akan diperoleh wajib pajak tidak akan
diberikan kalau wajib pajak tidak mengajukan permohonan untuk diberikan imbalan bunga.
Dengan demikian inisiatif permintaan imbalan bunga harus datang dari wajib pajak
Tindakan lain yang perlu dilakukan wajib pajak berkaitan dengan imbalan bunga dapat diuraikan
sesuai sebab terjadinya masalah yaitu sebagai berikut :
Tindakan Wajib Pajak atas Permohonan Bunga Berkaitan Keputusan Banding dan
Peninjauan Kembali
Wajib Pajak mendapatkan surat keputusan hasil keberatan, banding atau peninjauan kembali,
yang dikabulkan sebagian atau seluruhnya, dan setelah diperhitungkan dengan yang telah dibayar
berdasarkan SKPKB/T sesuai yang diajukan keberatan, banding atau peninjauan kembali
menunjukan adanya kelebihan pembayaran. Wajib Pajak segera membuat dua surat permohonan,
yaitu seperti berikut.
Permohonan meminta kembalian kelebihan pajak akan dibahas pada restitusi. Sedangkan surat
hpermohonan imbalan bunga dapat diajukan bersamaan dengan surat permohonan restitusi
tersebut. Namun demikian dapat juga surat permohonan imbalan bunga inidiajukan setelah
restitusi selesai.
Tindakan Wajib Pajak atas Permohonan Bunga Berkaitan Pengurangan dan Penghapusan
Sanksi Administrasi
Permohonan meminta kembalian kelebihan pajak akan dibahas pada restitusi. Sedangkan surat
permohonan imbalan bunga dapat diajukan bersamaan dengan surat permohonan restitusi
tersebut.
xxii
Tindakan Wajib Pajak atas Permohonan Bunga Berkaitan Jangka Waktu Proses SKPLB
Terlampaui
Apabila permohonan restitusi wajib pajak baik PPh maupun PPN belum diselesaikan oleh kantor
pajak setelah jangka waktu 1 tahun sejak diajukan oleh wajb pajak, maka wajib pajak
memberikan surat teguran kepada fiskus atas keterlambatan penyelesaian permohonan restitusi
tersebut. Selain surat teguran atas keterlambatan penyelesaian restitusi tersebut wajib pajak dapat
mengajukan imbalan bunga berkaitan dengan keterlambatan penyelesaian restitusi dimaksud.
Tindakan Wajib Pajak atas Permohonan Bunga Berkaitan Jangka Waktu Proses SPMKP
Terlampaui
Apabila penyeleaian SKPLB menjadi SPMKP terlambat diselesaikan oleh fiskus maka wajib
pajak harus membuat surat terguran sekaligus mengajukan imbalan bunga berkaitan dengan
keterlambatan pembuatan SPMKP tersebut.
Tindakan Wajib Pajak atas Permohonan Bunga Berkaitan Diterbitkanya SKPLB Dari
Hasil Pemeriksaan Bukti
Apabila setelah pemeriksaan bukti permulaan selesai dilakukan oleh penyidik pajak dan ternyata
oleh penyidik tetap diterbitkan SKPLB. Maka Wajib Pajak segera membuat surat permohonan
seperti berikut:
Permohonan untuk meminta kembali kelebihan pajak akan dibahas pada bagian restitusi. Surat
permohonan imbalan bunga diajukan bersamaan dengan surat permohonan restitusi tersebut.
Wajib pajak mendapatkan surat keputusan pembetulan berkaitan surat ketetapan pajak yang
mengakibatkan adanya kelebihan pajak. Maka Wajib Pajak segera membuat dua surat
permohonan seperti berikut:
Permohonan meminta kembalian kelebihan pajak dibahas pada bagian restitusi. Surat
permohonan imbalan bunga diajukan bersamaan dengan surat permohonan restitusi itu.
G. CONTOH KASUS
1. PT TON telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2000 pada tanggal 31
Maret 2002 yang menyatakan lebih bayar sebesar Rp25.000.000,00. Setelah diadakan
pemeriksaan menghasilkan lebih bayar sebesar Rp20.000.000,00. SKPLB terbit tanggal
10 Oktober 2002 dan SPMKP diterbitkan pada tanggal 17 Desember 2002 yang
xxiii
seharusnya terbit paling lambat tanggal 9 November 2002.
Perhitungan imbalan bunga adalah sebagai berikut:
2. PT SUL telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2001 pada tanggal 27
Maret 2002 yang menyatakan lebih besar sebesar Rp.100.000.000,00. Setelah diadakan
pemeriksaan ternyata sampai dengan batas waktu 12 (dua belas) bulan (tanggal 26 Maret
2003) belum diterbitkan surat ketetapan pajak. Atas keterlambatan ini permohonan Wajib
Pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB sebesar Rp100.000.000,00 (sama dengan SPT
Wajib Pajak) diterbitkan tanggal 2 Mei 2003 yang seharusnya paling lambat tanggal 26
April 2003.
xxiv
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita khususnya tentang
materi Restitusi Pajak & Imbalan Bunga. Kami berharap dengan makalah ini kita sebagai orang
yang terpelajar sekaligus mahasiswa jurusan manajemen perpajakan, tidak hanya lihai dalam
berinteraksi dan mencari relasi tetapi juga mampu menguasai konsep sedetail mungkin untuk
menunjang perjalanan karir kita kedepannya dalam suasana yang tentunya semakin hari semakin
berkembang.
xxv
DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/restitusi-pajak
https://id.scribd.com/document/391652958/Makalah-Restitusi-Pajak
http://www.nusahati.com/2013/05/sekilas-tentang-imbalan-bunga/
https://ortax.org/files/lampiran/02PJ3_SE01.htm
https://books.google.co.id/books?
id=9nAeg3xbW48C&pg=PR8&lpg=PR8&dq=tindakan+wajib+pajak+berkaitan+imbalan+bunga&s
ource=bl&ots=Q6TaQlULR5&sig=ACfU3U13WWHB9A2lHh5oVPOnYKs05Bftnw&hl=id&sa=X&ved
=2ahUKEwi0hKazxp7mAhWJYisKHQnhC084ChDoATACegQICRAB#v=onepage&q=tindakan
%20wajib%20pajak%20berkaitan%20imbalan%20bunga&f=false
xxvi