Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

AKUNTANSI
MANAJAMEN
LANJUTAN
Productivity Measurement and Control

Fakultas Program Tatap Kode MK Disusun Oleh


Studi Muka
Fakultas Ekonomi ProgramStudi
dan Bisnis PPAk 14 Dr. Andry Arifian R., SE., M.Si., Ak.,
CA., ASEAN CPA

Abstract Kompetensi
Mempelajari Productivity Measurement Mahasiswa dapat menganalisis
and Control Productivity Measurement and Control

1
Productivity Measurement and Control
Productivity Management

Definisi produktivitas itu sederhana dan kompleks pada saat bersamaan. Hal ini dikarenakan
konsep ini merupakan konsep teknis dan manajerial (Thomas G., 2004). Produktivitas dapat
didefinisikan dan dianalisis dengan berbagai cara, dan tidak ada konsensus yang pasti
mengenai definisi tersebut. Berbagai profesional dari berbagai bidang studi, termasuk
ekonom, akuntan, ilmuwan perilaku, insinyur, manajer, dll., memberikan definisi istilah
tersebut dalam kaitannya dengan perspektif mereka sendiri (Mohanty & Rastogi, 1986).

Namun demikian, walaupun bahkan berada di dalam disiplin yang sama, ada banyak definisi
mengenai produktivitas itu sendiri. Holzer dan Seok-Hwan (2004) berpendapat bahwa
meskipun konsep produktivitas telah digunakan selama bertahun-tahun, sering kali salah
untuk disederhanakan, disalahtafsirkan, dan diterapkan. Menurut mereka, konsep kinerja
sebenarnya dapat mewakili jalur konseptual yang lebih menarik sebagai upaya untuk menuju
perbaikan manajemen. Produktivitas dan kinerja adalah fungsi dari banyak faktor - mulai dari
dukungan manajemen puncak, staf yang berkomitmen di semua tingkatan, sistem
pengukuran kinerja, pelatihan karyawan, struktur imbalan, keterlibatan masyarakat dan
umpan balik hingga koreksi keputusan manajemen anggaran.

Pritchard (1995) membedakan tiga kategori untuk definisi tentang produktivitas, yaitu:
1. Pendekatan tekno-ekonomi, yaitu, produktivitas sebagai ukuran efisiensi (output atau
input)
2. Produktivitas sebagai kombinasi efisiensi dan efektivitas (output = input dan output =
tujuan)
3. Pendekatan luas yang berisi segala sesuatu yang membuat fungsi organisasi lebih baik

Tangen (2005) juga memberikan penjelasan definisi istilah yang sering digunakan, yaitu
dengan dibagi menjadi efisiensi, efektivitas, produktivitas, profitabilitas, dan kinerja dengan
cara yang relatif. Definisi dari Tangen tersebut dijabarkan dengan model Triple-P seperti
yang dijelaskan berdasarkan gambar berikut.

2020 2 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
Gambar 14.1 Hubungan antara performance, profitability, dan productivity

Tangen (2005) menambahkan juga bahwa tidak ada pandangan tunggal yang diterima
tentang istilah, efisiensi dan efektivitas dalam literatur ilmiah karena kedua konsep tersebut
cenderung mirip satu sama lain. Menurut (Sink & Tuttle, 1989), istilah efektivitas dan efisiensi
didefinisikan dalam kata-kata sederhana sebagai sebuah aktivitas yang melakukan hal yang
benar dan melakukan hal-hal dengan benar secara teratur. Secara operasional, Tangen
(2005) mengatakan bahwa kegiatan ini memiliki hubungan yang terjalin antara jumlah output
(yaitu, produk yang diproduksi dengan benar yang memenuhi spesifikasi mereka) dengan
jumlah input (yaitu, semua jenis sumber daya yang dikonsumsi dalam proses transformasi).
Hubungan ini berada di bagian tengah dari model Triple P. Profitabilitas juga dilihat sebagai
hubungan antara output dan input, tetapi ini adalah hubungan moneter yang mencakup
faktor harga (misalnya pemulihan harga) di atas rentang produktivitas.

Pengukuran Produktivitas

Produktivitas menekankan bagaimana menghasilkan output secara efisien, dan secara


khusus ditujukan pada hubungan antara output dengan input untuk menghasilkan output.
Beberapa kombinasi tingkat input dapat digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output
yang ditentukan. Efisiensi produktivitas total terjadi saat dua kondisi terpenuhi, yaitu:
1. Untuk semua pepaduan input yang akan menghasilkan output pada tingkat ditentukan,
tidak ada satu komponen input-pun yang digunakan melebihi yang ditentukan untuk
menghasilkan output tertentu
2. Pada berbagai perpaduan untuk memenuhi kondisi pertama yang dipilih adalah
perpaduan dengan tingkat biaya terendah.
Kondisi pertama disebut dengan efisiensi teknis (technical efficiency) karena dipicu oleh
hubungan teknis, sedangkan kondisi kedua disebut dengan efisiensi pertukaran (trade-off

2020 3 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
efficiency). Kondisi kedua dipicu oleh hubungan harga input secara relative. Pada kondisi
kedua, harga input ditentukan oleh proporsi relative dari setiap komponen input yang
digunakan untuk menghasilkan output.

Efisiensi Teknis
Jika aktivitas dipandang sebagai input maka kondisi pertama akan menghilangkan aktivitas
tidak bernilai tambah dan hanya melakukan aktivitas bernilai tambah dalam menghasilkan
output. Hal tersebut merupakan tindakan efisiensi. Upaya peningkatan produktivitas dapat
dicapai melalui tiga cara:
1. Menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih sedikit
2. Menghasilkan output yang lebih banyak dengan input yang sama
3. Menghasilkan output lebih banyak dengan input yang lebih sedikit

Efisiensi Pertukaran
Peningkatan efisiensi juga dapat dicapai dengan melakukan pertukaran antara input yang
lebih mahal dengan input yang lebih murah. Sebagai contoh, input tenaga kerja langsung
lebih mahal daripada input peralatan (modal) sehingga mengurangi input tenaga kerja dan
menambah input peralatan untuk menghasilkan output yang sama dapat meningkatkan
efisiensi.

Produktivitas Sebagai Pengukur Kinerja

Selain dengan menggunakan alat ukur kinerja yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk men
gukur kinerja suatu pusat pertanggungjawaban dapat pula digunakan ukuran produktivitas se
lama output nya dapat diukur secara kuantitatif.

Produktivitas (Mulyadi,2001) berhubungan dengan produksi output secara efisien dan teruta
ma ditujukan kepada hubungan antara output dengan input yang digunakan untuk menghasil
kan output tersebut. Produktivitas dapat diukur secara parsial (partial productivity) untuk suat
u input pada suatu saat. Sedangkan produktivitas untuk seluruh input disebut dengan produk
tivitas total (total productivity).

Ukuran produktivitas dapat mencakup seluruh faktor produksi atau fokus pada satu faktor
atau sebagian faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi. Ukuran
produktivitas yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau Sebagian faktor
input dan output yang dicapai disebut dengan ukuran produktivitas parsial, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Contoh produktivitas parsial:

2020 4 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
- Hasil bahan baku (output per unit bahan baku)
- Produktivitas tenaga kerja, seperti output per jam tenaga kerja atau output per pekerja
- Produktivitas proses (atau aktivitas), seperti output per jam mesin atau output per kwh.

Kelebihan Pengukuran Produktivitas Parsial

Pengukuran produktivitas parsial akan mengarahkan manajemen lebih focus pada input
tertentu. Selain itu, hasil pengukuran lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan sehingga
tingkat kinerja produktivitas personel operasional cepat diketahui. Contoh, tenaga kerja
langsung dapat dikaitkan dengan berapa banyak unit yang dihasilkan untuk setiap jam yang
digunakan atau berapa banyak unit yang dihasilkan untuk setiap satu unit bahan yang
digunakan.

Hasil pengukuran yang mudah dipahami menjadikan personel operasi dapat melihat dan
memahami keterkaitan antara input yang mereka kendalikan dengan output yang mereka
hasilkan. Dengan begitu, mereka dapat memahami dan termotivasi untuk meningkatkan
produktivitasnya. Apabila menggunakan suatu standar produktivitas tertentu maka tren
produktivitas akan dapat direkam perkembangannya. Pada tingkat operasional standar,
kinerja ditentukan untuk jangka pendek.

Kelemahan Pengukuran Produktivitas Parsial

Pengukuran parsial yang dilakukan dengan cara satu per satu input diukur secara terpisah
dapat memberikan suatu gambaran yang salah tentang produktivitas. Hal tersebut
disebabkan karena input dalam menghasilkan output tidak semuanya independent terhadap
input lain. Kinerja suatu input bisa jadi dipengaruhi oleh kinerja input yang lain. Contoh,
mengubah spesifikasi bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama
bisa jadi akan mengakibatkan peningkatan limbah dan bahan sisa, sedangkan jam tenaga
kerja tetap berkurang. Akibatnya kinerja produktivitas tenaga kerja meningkat sedangkan
kinerja produktivitas bahan baku menurun. Jika penghematan dari peningkatan kinerja
tenaga kerja lebih rendah daripada biaya akibat meningkatnya bahan sisa dan limbah, maka
hal ini akan merugikan perusahaan.

Pengukuran Produktivitas Total

Produktivitas total didapatkan dengan cara mengukur produktivitas semua input yang
digunakan untuk menghasilkan output. Praktiknya, pengukuran semua input dapat menjadi
sangat sulit dan mahal. Oleh karena itu yang diukur hanyalah factor-faktor yang relevan

2020 5 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
untuk menjadi indicator kinerja dan keberhasilan organisasi saja. Jadi, hanya input tertentu
saja yang diukur kinerjanya. Terdapat dua pendekatan pengukuran yang dapat
dipergunakan, yaitu pengukuran profil dan pengukuran profit-linked-productivity.

Produktivitas dapat diukur dengan menggunakan rumus:

Output
Rasio Produktivitas=
Input

Rasio produktivitas dapat berupa :


ukuran produktivitas operasional (operational productivity measure), jika output dan inputnya
dalam satuan kuantitas fisik. Ukuran produktivitas keuangan (financial productivity measure) ,
jika output dan inputnya dalam satuan nominal.

Contoh:
Tahun 2001, divisi X memproduksi 11.000 unit produk dengan mengkonsumsi 1.100 jam kerj
a. Harga jual produk sebesar Rp. 25,- per unit dan upah tenaga kerja sebesar Rp. 10,- per ja
m.

Maka :
Besarnya produktivitas operasional :
11.000 unit
Produktivitas Operasional= =10 unit / jam
1.100 jam

Besarnya produktivitas keuangan :


11.000 unit x Rp .25
Produktivitas Keuangan= =25
1.100 jam x Rp.10

Agar bermakna, maka pengukuran produktivitas dapat dilakukan untuk beberapa periode, di
mana produktivitas pada periode awal merupakan produktivitas pada periode dasar (base pe
riod productivity), hal ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya kenaikan/penurunan produkti
vitas.
Pengukuran produktivitas total dapat dilakukan dengan dua kondisi :
1. Tanpa adanya pertukaran (trade-off) produktivitas antar input

2020 6 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
Suatu produk sangat mungkin dihasilkan dengan menggunakan lebih dari satu input. Uku
ran produktivias total memperhitungkan semua jenis input yang digunakan untuk mengha
silkan output tertentu.

Contoh:
Manajer Divisi X melakukan analisis perubahan produktivitas yang terjadi tahun 2001 dan
2002 yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program penyempurnaan proses pr
oduksi yang dilakukan sejak tahun 2001, berikut data yang dikumpulkan:

Keterangan 2001 2002


Produk dihasilkan (unit) 220.000 220.000
Jam TK yang digunakan (jam) 22.000 20.000
Bahan baku dipakai (kg) 220.000 176.000
Harga jual produk (Rp./unit) 25 25
Upah TK (Rp./jam) 10 10
Harga pokok bahan baku (Rp./kg) 5 5

Maka, produktivitas tahun 2001 dan 2002 adalah sbb.:


Rasio 2001 2002
220.000 220.000
Produktivitas tenaga kerja =10 =11
22.000 20.000
220.000 220.000
Produktivitas bahan baku =1 =1,25
220.000 176.000

Untuk menghitung perubahan produktivitas dapat menggunakan perhitungan dampak peruba


han produktivitas terhadap laba pada tahun sedang berjalan yang disebut dengan Profit-link
ed-productivity. Ukuran ini menginformasikan pentingnya perubahan produktivitas secara ek
onomi yang penting untuk dipahami oleh manajemen.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :

a. Hitung kuantitas input tahun berjalan jika tidak ada perubahan produktivitas yang terjadi,
atau disebut dengan kuantitas bebas perubahan produktivitas (productivity neutral quanti
ty of input);
b. Hitung kuantitas input (langkah a) dikalikan dengan harga per satuan input; dan
c. Bandingkan hasil perhitungan pada langkah b dengan hasil kali kuantitas input sesunggu
hnya tahun berjalan dengan harga per satuan input sesungguhnya untuk menghitung pro
duktivitas yang dihubungkan dengan laba.

2020 7 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
Contoh, dengan menggunakan contoh sebelumnya.

Kuantitas input tahun berjalan jika tidak ada perubahan produktivitas adalah :
Q Produk thn Rasio Produktivitas
Keterangan KBPP*
Berjalan (2002) tahun lalu (2001)
Tenaga kerja 220.000 10 22.000
Bahan Baku 220.000 1 220.000

*KBPP = Kuantitas Bebas Perubahan Produktivitas

Perhitungan Profit Linked Productivity (PLP) adalah :


Keteranga Harga Kuantitas Harga
KBPP* Jumlah Jumlah PLP
n Input Ses** Input
Tenaga 22.000 10 220.000 20.000 10 200.000 20.000
kerja
Bahan Baku 220.000 5 1.100.000 176.000 5 880.000 220.000
Jumlah 1.320.000 1.080.000 240.000

**merupakan kuantitas sesungguhnya yang digunakan untuk menghasilkan output tahun berj
alan

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pengaruh perbaikan produktivitas tenaga kerja dan b
ahan baku terhadap laba Divisi X dalam dua tahun terakhir menyebabkan kenaikan laba seb
esar Rp. 240.000,-. Dengan demikian Profit Linked Productivity (PLP) mengukur dampak pe
rubahan laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas input.

2. Dengan pertukaran (trade-off) produktivitas antar input

Jika produktivitas suatu input dinaikkan yang berakibat turunnya produktivitas input lain, mak
a manajemen memerlukan ukuran nilai produktivitas total yang berupa PLP.

Contoh:

Divisi A memproduksi berbagai macam produk. Data berikut ini mencerminkan hasil perbaik
an produktivitas proses produksi untuk menghasilkan produknya. Pertukaran (trade-off) yang
terjadi dalam dua tahun menunjukkan kenaikan produktivitas tenaga kerja dan enerji, sement
ara itu terjadi penurunan produktivitas bahan baku.
Keterangan 2001 2002
Produk dihasilkan (unit) 110.000 120.000
Jam TK yang digunakan (jam) 11.000 10.000
Bahan baku dipakai (kg) 110.000 125.000
Enerji (kwh) 200.000 200.000

2020 8 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
Keterangan 2001 2002
110.000 120.000
Produktivitas tenaga kerja =10 =12
11.000 10.000
110.000 120.000
Produktivitas bahan baku =1 =0,96
110.000 125.000
110.000 120.000
Produktivitas enerji =0,55 =0,60
200.000 200.000
Harga jual produk (Rp./unit) 25 25
Upah TK (Rp./jam) 10 10
Harga pokok bahan baku 5 5
(Rp./kg)
Biaya enerji dan lainnya 6 6
(Rp./jam)
Untuk menghitung pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba, maka dihitung KBPP, s
bb.:

Q Produk thn Rasio Produktivitas


Keterangan KBPP*
Berjalan (2002) tahun lalu (2001)
Tenaga kerja 120.000 10 12.000
Bahan Baku 120.000 1 120.000
Enerji 120.000 0,55 218.182

Perhitungan Profit Linked Productivity (PLP) adalah :

Ukuran PLP mencerminkan jumlah perubahan laba yang terjadi dalam tahun berjalan dibandi
ngkan dengan tahun dasar yang disebabkan oleh perubahan produktivitas. Perubahan laba i
ni umumnya tidak sama dengan total perubahan laba diantara dua periode yang dibandingka
n tersebut. Perbedaan antara total perubahan laba dengan PLP disebut Price Recovery Co
mponent (PRC).

Komponen perubahan ini merupakan perubahan pendapatan dikurangi dengan perubahan bi


aya input, jika tidak terdapat perubahan produktivitas. Oleh karena itu, PRC mengukur kema
mpuan perubahan pendapatan dalam menutup perubahan biaya input, jika seandainya tidak
ada perubahan produktivitas.

Keterangan 2001 2002


Pendapatan penjualan :
(110.000; 120.000) @ Rp. 25 per unit 2.750.000 3.000.000
Biaya-biaya input :
Tenaga kerja : (11.000; 10.000) @ Rp. 10 per jam 110.000 100.000
Bahan baku : (110.000; 125.000) @ Rp. 5 per unit 550.000 625.000
Enerji : (200.000; 200.000) @ Rp. 6 per jam 1.200.000 1.200.000
Total Biaya Input 1.860.000 1.925.000
Total Perubahan Laba 890.000 1.075.000

2020 9 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
Maka, Price Recovery Component dapat dihitung :

Total perubahan laba (1.075.000 - 185.000


890.000)
Profit Linked Productivity (PLP) 104.092
Price Recovery Component 80.908

PRC menunjukkan bahwa laba tahun 2002 hanya akan naik sebesar Rp. 80.908,- , jika tidak
terjadi perbaikan produktivitas dalam tahun tsb. Jika seandainya tidak ada perbaikan produkti
vitas, biaya input akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 169.092,- (Rp. 2.029.092 - Rp. 1.8
60.000), sehingga kenaikan pendapatan sebesar Rp. 250.000,- (Rp. 3.000.000 - Rp. 2.750.0
00) digunakan untuk menutup kenaikan biaya input dan akan menyebabkan kenaikan laba h
anya sebesar Rp. 80.908,- (Rp. 250.000 - Rp. 169.092). Namun demikian karena pada 1992
terdapat perbaikan produktivitas tenaga kerja dan enerji, yang menyebabkan kenaikan laba s
ebesar Rp. 104.092,- (PLP), maka total perubahan laba pada 2002 adalah sebesar Rp. 185.
000,- (Rp. 104.092 + Rp. 80.908).

Salah satu model produktivitas yang terkenal adalah Multifactor Productivity Measurement M
odel (MFPMM). Model ini terdiri dari sembilan komponen yang dikembangkan oleh America
Centre of Quality and Productivity dan direkomendasikan untuk menjadi model yang kompre
hensif dan analitis untuk mengukur perubahan produktivitas (Wazed & Ahmed, 2008). Sembil
an komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

Gambar 14.2 Sembilan Komponen Dasar dari MFPMM

2020 10 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
Model pengukuran produktivitas dapat diklasifikasikan dalam banyak cara. (Singh, Motwani,
& Kumar, 2000) mengklasifikasikannya sebagai model pengukuran indeks, model
produktivitas berbasis pemrograman linier, dan model produktivitas ekonometrik. (Sink &
Tuttle, 1989) mengklasifikasikannya sebagai: faktor-faktor parsial, faktor total dan pengganti,
yang digunakan oleh organisasi publik atau swasta (Wazed & Ahmed, 2008). Sebuah
tinjauan literatur yang dilakukan oleh (Muthiah & Huang, 2006) tentang pengukuran dan
peningkatan produktivitas sistem manufaktur juga mengusulkan bahwa model dapat
diklasifikasikan berdasarkan penelitian operasi, teori kontrol, dan analisis sistem.

Dalam mengukur produktivitas layanan, masalah konseptual, teknis dan strategis dapat
dibedakan sebagai berikut (McLaughlin and Coffey, 1992; Klassen et al., 1998).
1. Pertama, seseorang perlu mengidentifikasi input yang pengukurannya paling penting
dalam proses yang dimaksud.
2. Kedua, karakteristik yang tidak berwujud terkait dengan input, perlu dipecahkan
bagaimana input dapat diukur pada tingkat yang cukup akurat - atau bahkan pada tingkat
kasar.
3. Ketiga, layanan adalah kombinasi dari banyak komponen yang berbeda, sehingga perlu
dipecahkan dalam seberapa rinci tingkat produktivitas diselidiki.
4. Keempat, perlu ditentukan di mana tingkat pengukuran dan pemantauan produktivitas
paling efisien dengan memperhatikan tujuan.

2020 11 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman
Daftar Pustaka

Atkinson, Anthony A., Robert S. Kaplan, Ella Mae Matsumura, and S. Mark Young. 2012.
Management Accounting Information for Decision Making. Pearson
Blocher, Ed., Kung Chen, Gary Cokins, dan Tom Lin.Manajemen Biaya Penekanan
Strategis. Buku 2. Edisi 3. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Don R. Hansen and Maryanne M. Mowen, Cost Management Accounting and Control, 5th.
Ed., Thomson-Southwestern (2006)
Gaspersz, V. 2006.Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balance Scorecard dengan Six S
igma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utam
a. Jakarta
Hilton, Ronald W and David E. Platt. 2014. Management Accounting, Creating Value in a
Dynamic Business Environment. 10th ed. for Decision Making. Pearson.
Jackson, Steven R. Roby B. Sawyer, and J. Gregory Jenkins. 2009. Managerial Accounting
A Focus on Ethical Decision Making. 5th Ed. South-Western. Cencage Learning.
Krismiaji.2002.Dasar-dasar Akuntansi Manajemen.UPP AMP YKPN.Yogyakarta.
Siregar, Baldric, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, dan Frasto Biyanto. 2
013.Akuntansi Manajemen. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

2020 12 Akuntansi Manajemen Lanjutan Biro Akademik dan Pembelajaran


http://www.widyatama.ac.id
Dr. Andry Arifian Rachman

Anda mungkin juga menyukai