AKUNTANSI
MANAJAMEN
LANJUTAN
Productivity Measurement and Control
Abstract Kompetensi
Mempelajari Productivity Measurement Mahasiswa dapat menganalisis
and Control Productivity Measurement and Control
1
Productivity Measurement and Control
Productivity Management
Definisi produktivitas itu sederhana dan kompleks pada saat bersamaan. Hal ini dikarenakan
konsep ini merupakan konsep teknis dan manajerial (Thomas G., 2004). Produktivitas dapat
didefinisikan dan dianalisis dengan berbagai cara, dan tidak ada konsensus yang pasti
mengenai definisi tersebut. Berbagai profesional dari berbagai bidang studi, termasuk
ekonom, akuntan, ilmuwan perilaku, insinyur, manajer, dll., memberikan definisi istilah
tersebut dalam kaitannya dengan perspektif mereka sendiri (Mohanty & Rastogi, 1986).
Namun demikian, walaupun bahkan berada di dalam disiplin yang sama, ada banyak definisi
mengenai produktivitas itu sendiri. Holzer dan Seok-Hwan (2004) berpendapat bahwa
meskipun konsep produktivitas telah digunakan selama bertahun-tahun, sering kali salah
untuk disederhanakan, disalahtafsirkan, dan diterapkan. Menurut mereka, konsep kinerja
sebenarnya dapat mewakili jalur konseptual yang lebih menarik sebagai upaya untuk menuju
perbaikan manajemen. Produktivitas dan kinerja adalah fungsi dari banyak faktor - mulai dari
dukungan manajemen puncak, staf yang berkomitmen di semua tingkatan, sistem
pengukuran kinerja, pelatihan karyawan, struktur imbalan, keterlibatan masyarakat dan
umpan balik hingga koreksi keputusan manajemen anggaran.
Pritchard (1995) membedakan tiga kategori untuk definisi tentang produktivitas, yaitu:
1. Pendekatan tekno-ekonomi, yaitu, produktivitas sebagai ukuran efisiensi (output atau
input)
2. Produktivitas sebagai kombinasi efisiensi dan efektivitas (output = input dan output =
tujuan)
3. Pendekatan luas yang berisi segala sesuatu yang membuat fungsi organisasi lebih baik
Tangen (2005) juga memberikan penjelasan definisi istilah yang sering digunakan, yaitu
dengan dibagi menjadi efisiensi, efektivitas, produktivitas, profitabilitas, dan kinerja dengan
cara yang relatif. Definisi dari Tangen tersebut dijabarkan dengan model Triple-P seperti
yang dijelaskan berdasarkan gambar berikut.
Tangen (2005) menambahkan juga bahwa tidak ada pandangan tunggal yang diterima
tentang istilah, efisiensi dan efektivitas dalam literatur ilmiah karena kedua konsep tersebut
cenderung mirip satu sama lain. Menurut (Sink & Tuttle, 1989), istilah efektivitas dan efisiensi
didefinisikan dalam kata-kata sederhana sebagai sebuah aktivitas yang melakukan hal yang
benar dan melakukan hal-hal dengan benar secara teratur. Secara operasional, Tangen
(2005) mengatakan bahwa kegiatan ini memiliki hubungan yang terjalin antara jumlah output
(yaitu, produk yang diproduksi dengan benar yang memenuhi spesifikasi mereka) dengan
jumlah input (yaitu, semua jenis sumber daya yang dikonsumsi dalam proses transformasi).
Hubungan ini berada di bagian tengah dari model Triple P. Profitabilitas juga dilihat sebagai
hubungan antara output dan input, tetapi ini adalah hubungan moneter yang mencakup
faktor harga (misalnya pemulihan harga) di atas rentang produktivitas.
Pengukuran Produktivitas
Efisiensi Teknis
Jika aktivitas dipandang sebagai input maka kondisi pertama akan menghilangkan aktivitas
tidak bernilai tambah dan hanya melakukan aktivitas bernilai tambah dalam menghasilkan
output. Hal tersebut merupakan tindakan efisiensi. Upaya peningkatan produktivitas dapat
dicapai melalui tiga cara:
1. Menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih sedikit
2. Menghasilkan output yang lebih banyak dengan input yang sama
3. Menghasilkan output lebih banyak dengan input yang lebih sedikit
Efisiensi Pertukaran
Peningkatan efisiensi juga dapat dicapai dengan melakukan pertukaran antara input yang
lebih mahal dengan input yang lebih murah. Sebagai contoh, input tenaga kerja langsung
lebih mahal daripada input peralatan (modal) sehingga mengurangi input tenaga kerja dan
menambah input peralatan untuk menghasilkan output yang sama dapat meningkatkan
efisiensi.
Selain dengan menggunakan alat ukur kinerja yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk men
gukur kinerja suatu pusat pertanggungjawaban dapat pula digunakan ukuran produktivitas se
lama output nya dapat diukur secara kuantitatif.
Produktivitas (Mulyadi,2001) berhubungan dengan produksi output secara efisien dan teruta
ma ditujukan kepada hubungan antara output dengan input yang digunakan untuk menghasil
kan output tersebut. Produktivitas dapat diukur secara parsial (partial productivity) untuk suat
u input pada suatu saat. Sedangkan produktivitas untuk seluruh input disebut dengan produk
tivitas total (total productivity).
Ukuran produktivitas dapat mencakup seluruh faktor produksi atau fokus pada satu faktor
atau sebagian faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi. Ukuran
produktivitas yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau Sebagian faktor
input dan output yang dicapai disebut dengan ukuran produktivitas parsial, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Contoh produktivitas parsial:
Pengukuran produktivitas parsial akan mengarahkan manajemen lebih focus pada input
tertentu. Selain itu, hasil pengukuran lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan sehingga
tingkat kinerja produktivitas personel operasional cepat diketahui. Contoh, tenaga kerja
langsung dapat dikaitkan dengan berapa banyak unit yang dihasilkan untuk setiap jam yang
digunakan atau berapa banyak unit yang dihasilkan untuk setiap satu unit bahan yang
digunakan.
Hasil pengukuran yang mudah dipahami menjadikan personel operasi dapat melihat dan
memahami keterkaitan antara input yang mereka kendalikan dengan output yang mereka
hasilkan. Dengan begitu, mereka dapat memahami dan termotivasi untuk meningkatkan
produktivitasnya. Apabila menggunakan suatu standar produktivitas tertentu maka tren
produktivitas akan dapat direkam perkembangannya. Pada tingkat operasional standar,
kinerja ditentukan untuk jangka pendek.
Pengukuran parsial yang dilakukan dengan cara satu per satu input diukur secara terpisah
dapat memberikan suatu gambaran yang salah tentang produktivitas. Hal tersebut
disebabkan karena input dalam menghasilkan output tidak semuanya independent terhadap
input lain. Kinerja suatu input bisa jadi dipengaruhi oleh kinerja input yang lain. Contoh,
mengubah spesifikasi bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama
bisa jadi akan mengakibatkan peningkatan limbah dan bahan sisa, sedangkan jam tenaga
kerja tetap berkurang. Akibatnya kinerja produktivitas tenaga kerja meningkat sedangkan
kinerja produktivitas bahan baku menurun. Jika penghematan dari peningkatan kinerja
tenaga kerja lebih rendah daripada biaya akibat meningkatnya bahan sisa dan limbah, maka
hal ini akan merugikan perusahaan.
Produktivitas total didapatkan dengan cara mengukur produktivitas semua input yang
digunakan untuk menghasilkan output. Praktiknya, pengukuran semua input dapat menjadi
sangat sulit dan mahal. Oleh karena itu yang diukur hanyalah factor-faktor yang relevan
Output
Rasio Produktivitas=
Input
Contoh:
Tahun 2001, divisi X memproduksi 11.000 unit produk dengan mengkonsumsi 1.100 jam kerj
a. Harga jual produk sebesar Rp. 25,- per unit dan upah tenaga kerja sebesar Rp. 10,- per ja
m.
Maka :
Besarnya produktivitas operasional :
11.000 unit
Produktivitas Operasional= =10 unit / jam
1.100 jam
Agar bermakna, maka pengukuran produktivitas dapat dilakukan untuk beberapa periode, di
mana produktivitas pada periode awal merupakan produktivitas pada periode dasar (base pe
riod productivity), hal ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya kenaikan/penurunan produkti
vitas.
Pengukuran produktivitas total dapat dilakukan dengan dua kondisi :
1. Tanpa adanya pertukaran (trade-off) produktivitas antar input
Contoh:
Manajer Divisi X melakukan analisis perubahan produktivitas yang terjadi tahun 2001 dan
2002 yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan program penyempurnaan proses pr
oduksi yang dilakukan sejak tahun 2001, berikut data yang dikumpulkan:
a. Hitung kuantitas input tahun berjalan jika tidak ada perubahan produktivitas yang terjadi,
atau disebut dengan kuantitas bebas perubahan produktivitas (productivity neutral quanti
ty of input);
b. Hitung kuantitas input (langkah a) dikalikan dengan harga per satuan input; dan
c. Bandingkan hasil perhitungan pada langkah b dengan hasil kali kuantitas input sesunggu
hnya tahun berjalan dengan harga per satuan input sesungguhnya untuk menghitung pro
duktivitas yang dihubungkan dengan laba.
Kuantitas input tahun berjalan jika tidak ada perubahan produktivitas adalah :
Q Produk thn Rasio Produktivitas
Keterangan KBPP*
Berjalan (2002) tahun lalu (2001)
Tenaga kerja 220.000 10 22.000
Bahan Baku 220.000 1 220.000
**merupakan kuantitas sesungguhnya yang digunakan untuk menghasilkan output tahun berj
alan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pengaruh perbaikan produktivitas tenaga kerja dan b
ahan baku terhadap laba Divisi X dalam dua tahun terakhir menyebabkan kenaikan laba seb
esar Rp. 240.000,-. Dengan demikian Profit Linked Productivity (PLP) mengukur dampak pe
rubahan laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas input.
Jika produktivitas suatu input dinaikkan yang berakibat turunnya produktivitas input lain, mak
a manajemen memerlukan ukuran nilai produktivitas total yang berupa PLP.
Contoh:
Divisi A memproduksi berbagai macam produk. Data berikut ini mencerminkan hasil perbaik
an produktivitas proses produksi untuk menghasilkan produknya. Pertukaran (trade-off) yang
terjadi dalam dua tahun menunjukkan kenaikan produktivitas tenaga kerja dan enerji, sement
ara itu terjadi penurunan produktivitas bahan baku.
Keterangan 2001 2002
Produk dihasilkan (unit) 110.000 120.000
Jam TK yang digunakan (jam) 11.000 10.000
Bahan baku dipakai (kg) 110.000 125.000
Enerji (kwh) 200.000 200.000
Ukuran PLP mencerminkan jumlah perubahan laba yang terjadi dalam tahun berjalan dibandi
ngkan dengan tahun dasar yang disebabkan oleh perubahan produktivitas. Perubahan laba i
ni umumnya tidak sama dengan total perubahan laba diantara dua periode yang dibandingka
n tersebut. Perbedaan antara total perubahan laba dengan PLP disebut Price Recovery Co
mponent (PRC).
PRC menunjukkan bahwa laba tahun 2002 hanya akan naik sebesar Rp. 80.908,- , jika tidak
terjadi perbaikan produktivitas dalam tahun tsb. Jika seandainya tidak ada perbaikan produkti
vitas, biaya input akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 169.092,- (Rp. 2.029.092 - Rp. 1.8
60.000), sehingga kenaikan pendapatan sebesar Rp. 250.000,- (Rp. 3.000.000 - Rp. 2.750.0
00) digunakan untuk menutup kenaikan biaya input dan akan menyebabkan kenaikan laba h
anya sebesar Rp. 80.908,- (Rp. 250.000 - Rp. 169.092). Namun demikian karena pada 1992
terdapat perbaikan produktivitas tenaga kerja dan enerji, yang menyebabkan kenaikan laba s
ebesar Rp. 104.092,- (PLP), maka total perubahan laba pada 2002 adalah sebesar Rp. 185.
000,- (Rp. 104.092 + Rp. 80.908).
Salah satu model produktivitas yang terkenal adalah Multifactor Productivity Measurement M
odel (MFPMM). Model ini terdiri dari sembilan komponen yang dikembangkan oleh America
Centre of Quality and Productivity dan direkomendasikan untuk menjadi model yang kompre
hensif dan analitis untuk mengukur perubahan produktivitas (Wazed & Ahmed, 2008). Sembil
an komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
Dalam mengukur produktivitas layanan, masalah konseptual, teknis dan strategis dapat
dibedakan sebagai berikut (McLaughlin and Coffey, 1992; Klassen et al., 1998).
1. Pertama, seseorang perlu mengidentifikasi input yang pengukurannya paling penting
dalam proses yang dimaksud.
2. Kedua, karakteristik yang tidak berwujud terkait dengan input, perlu dipecahkan
bagaimana input dapat diukur pada tingkat yang cukup akurat - atau bahkan pada tingkat
kasar.
3. Ketiga, layanan adalah kombinasi dari banyak komponen yang berbeda, sehingga perlu
dipecahkan dalam seberapa rinci tingkat produktivitas diselidiki.
4. Keempat, perlu ditentukan di mana tingkat pengukuran dan pemantauan produktivitas
paling efisien dengan memperhatikan tujuan.
Atkinson, Anthony A., Robert S. Kaplan, Ella Mae Matsumura, and S. Mark Young. 2012.
Management Accounting Information for Decision Making. Pearson
Blocher, Ed., Kung Chen, Gary Cokins, dan Tom Lin.Manajemen Biaya Penekanan
Strategis. Buku 2. Edisi 3. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Don R. Hansen and Maryanne M. Mowen, Cost Management Accounting and Control, 5th.
Ed., Thomson-Southwestern (2006)
Gaspersz, V. 2006.Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balance Scorecard dengan Six S
igma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utam
a. Jakarta
Hilton, Ronald W and David E. Platt. 2014. Management Accounting, Creating Value in a
Dynamic Business Environment. 10th ed. for Decision Making. Pearson.
Jackson, Steven R. Roby B. Sawyer, and J. Gregory Jenkins. 2009. Managerial Accounting
A Focus on Ethical Decision Making. 5th Ed. South-Western. Cencage Learning.
Krismiaji.2002.Dasar-dasar Akuntansi Manajemen.UPP AMP YKPN.Yogyakarta.
Siregar, Baldric, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, dan Frasto Biyanto. 2
013.Akuntansi Manajemen. Penerbit Salemba Empat. Jakarta