Anda di halaman 1dari 27

“PEMBAYARAN LUAR NEGERI”

KELOMPOK 7 :
1. DARA MAHARANI (201514500328)
2. ERA PUTRI MAHARANI (201514500380)
3. NUR SITI PATIMAH (201514500401)
4. DAUD NURDIN (201514500428)
PENDAHULUAN
Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah
ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana
dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang hanya yang menjadi
perbedaan utama adalah lokasi orang-orang atau pengusaha yang
terlibat.

Cara pembayaran luar negeri adalah seperangkat unsur yang teratur


dan saling berkaitan dalam kegiatan mengeluarkan barang dari atau
ke daerah pabean Indonesia. Sistem pembayaran memiliki fungsi yang
kritikal dalam menunjang kegiatan perekonomian nasional maupun
internasional.
MACAM-MACAM
PEMBAYARAN LUAR NEGERI

1. Pembayaran di Muka (Advanced Payment)

Pembayaran di muka atau advanced payment adalah cara


pembayaran ekspor yakni importir (pembeli) diharuskan
melakukan pembayaran di muka sebelum barang ekspor
dikapalkan atau dikirimkan. Pembayaran dengan cara ini
sangat menguntungkan pihak eksportir (penjual) namun
sangat riskan bagi importir (pembeli).
MACAM-MACAM
PEMBAYARAN LUAR NEGERI

2. Pembayaran di Belakang (Open Account)

Pembayaran di belakang (Open Account) adalah cara


pembayaran ekspor yakni importir baru membayar pada
saat barang sudah diterima. Pembayaran jenis ini biasanya
terjadi pada ekspor impor yang melibatkan kantor cabang
atau perwakilan di luar negeri atau dengan mitra dagang
yang sudah dipercaya.
MACAM-MACAM
PEMBAYARAN LUAR NEGERI
3. Pembayaran Model Konsinyasi (Consignment)

Menurut Iswi Hariyani (2010:74), konsinyasi (consignment)


secara sederhana dapat diartikan sebagai cara pemasaran
yakni pihak pemilik barang (consigner) “menitipkan”
barangnya untuk dijualkan oleh pihak lain (consignee),
dan jika barang tersebut laku maka pihak consignee wajib
menyetorkan uang hasil penjualan kepada pemilik barang.
MACAM-MACAM
PEMBAYARAN LUAR NEGERI

4. Pembayaran dengan Wesel dan Promes

Wesel atau draft atau bill of exchange adalah surat


tagihan dari eksportir kepada importir yang dalam surat
tagihan tersebut penjual meminta pembeli untuk
membayar tagihan dengan cara pemindahbukuan (inkaso)
atau mentransfer uang sesuai jadwal waktu yang
ditentukan dalam wesel.
MACAM-MACAM
PEMBAYARAN LUAR NEGERI

5. Pembayaran dengan Kredit Berdokumen (Letter of Credit)

Menurut Iswi Hariyani(2010:78) Letter of Credit adalah


surat kredit berdokumen yang dikeluarkan oleh Bank
Devisa (Bank Pembuka) atas permintaan nasabah importir,
dan surat kredit tersebut ditujukan kepada eksportir
melalui perantara Bank penerus di negara eksportir.
PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DENGAN
LETTER OF CREDIT
1. Pembeli
2. Penjual
3. Bank Pembuka (Opening Bank)
4. Bank Penerus (Advising Bank)
5. Bank Penjamin (Confirming Bank)
6. Bank Pembayar (Paying Bank)
7. Bank Negosiasi (Negotiating Bank)
8. Bank Reinburse (Reimburse Bank)
PIHAK-PIHAK LAINNYA

1. Carrier

2. Bea dan Cukai

3. Perusahaan Asuransi

4. Badan Pemeriksa atau Sucofindo


TATA CARA PEMBAYARAN
LETTER OF CREDIT
1. Eksportir dan importir membuat dan menyepakati kontrak bisnis
ekspor impor.

2. Importir mengajukan pembukaan L/C via Bank Devisa di negaranya.


Bank Devisa tersebut bertindak selaku Bank Pembuka (Opening Bank).

3. Bank pembuka memeriksa pengajuan L/C dari nasabah importir.

4. Jika Bank Pembuka sudah setuju maka importir wajib menyerahkan


jaminan.

5. Bank Pembuka meneruskan L/C kepada Bank Penerus (Advising Bank)


yang ada di negara eksportir.
TATA CARA PEMBAYARAN
LETTER OF CREDIT
6. Bank Penerus meneruskan L/C kepada eksportir.

7. Eksportir mengirimkan barang dan mengurus dokumen yang


dipersyaratkan.

8. Eksportir menyerahkan dokumen pengiriman barang dan dokumen


lain yang dipersyaratkan dalam L/C kepada Bank Penerus.

9. Bank Penerus tidak langsung membayar eksportir, tetapi meneruskan


atau mengirimkan dokumen kepada Bank pembuka.

10. Bank Pembuka meneliti keabsahan dokumen dan keseuaian dokumen


dengan isi kontrak bisnis ekspor.
TATA CARA PEMBAYARAN
LETTER OF CREDIT
11. Setelah dinyatakan sah maka Bank Pembuka melakukan pembayaran
melalui Bank Penerus.

12. Bank Penerus meneruskan pembayaran kepada eksportir.

13. Bank Pembuka menagih pembayaran kepada importir.

14. Importir membayar tagihan kepada Bank Pembuka.

15. Semua dokumen yang dipersyaratkan diserahkan kepada importir.

16. Importir kemudian mengambil dan mengurus barang di pelabuhan


yang ditunjuk.
DOKUMEN-DOKUMEN DALAM
LETTER OF CREDIT
DOKUMEN POKOK
1. Bukti pengangkutan (Bill of Lading)
2. Faktur perdagangan (Commercial Invoice)

DOKUMEN TAMBAHAN
1. Daftar pengepakan (Packing List)
2. Nota Timbangan (Weight Note)
3. Daftar Kubikasi (Measurement List)
4. Sertifikat Asuransi (Insurance Sertificate)
5. Faktur Konsulat (Consular Invoice)
6. Brosur
7. Laporan Surveyor (Surveyor Report)
8. Sertifikat Manufaktur (Manufacturer’s Certificate)
9. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin)
10. Petunjuk Pemakaian (Instruction Manual)
JENIS-JENIS LETTER OF CREDIT
MENURUT SIFATNYA :

1. Revocable L/C

2. Irrevocable L/C

3. Irrevocable dan Confirmed L/C

MENURUT PERSYARATANNYA :

1. Clean Letter of Credit

2. Documentary Letter of Credit

3. Documentary L/C dengan Red Clause

4. Revolving L/C
JENIS-JENIS LETTER OF CREDIT

MENURUT PENUNJUKKAN BANK:

1. Restricted L/C

2. Unrestricted L/C

3. Straight L/C

MENURUT JAMINAN PEMBAYARAN:

1. Unconfirm L/C

2. Confirm L/C
JENIS-JENIS LETTER OF CREDIT

MENURUT SYARAT PEMBAYARAN:

1. Sight L/C

2. Usance L/C

JENIS L/C LAINNYA:

1. Red Clause L/C

2. Green Clause L/C

3. Transferable L/C

4. Revolving L/C
FUNGSI LETTER OF CREDIT
1. Merupakan perjanjian antara bank, eksportir, dan importir
dalam menyelesaikan transaksi perdagangan luar negeri.
2. Memberikan pengamanan bagi pihak-pihak yang terlibat
dalam transaksi perdagangan luar negeri.
3. Memastikan terjadinya pembayaran syarat-syarat L/C
terpenuhi.
4. Merupakan instrument yang didasarkan hanya atas
dokumen dan bukan atas barang dagang.
5. Membantu eksportir dan importir dalam hal pemberian
fasilitas pembiayaan perdagangan luar negeri.
KEUNTUNGAN LETTER OF CREDIT
BAGI EKSPORTIR :
1. Eksportir lebih terjamin mendapat pembayaran barang ekspornya karena
L/C tersebut ikut dijamin oleh pihak ketiga yaitu bank pembuka dan bank
penerus.
2. Reputasi bank pembukan dan bank penerus yang baik, secara tidak
langsung ikut mengangkat reputasi, nama baik, dan bonafititas
perusahaan eksportir.
3. Eksportir dapat menguangkan dokumens ecara langsung tanpa menunggu
pembayaran atau kiriman uang dari importir.
4. Bank penerus atau bank negosiasi tidak perlu ragu-ragu untuk membayar
eksportir karena L/C tersebut dijamin oleh bank pembuka yang bonafit.
5. Biaya negosiasi dokumen yang dipungut bank relatif lebih kecil.
6. Eksportir dapat terhindar dari resiko pembatasan transfer valuta asing.
7. Eksportir memiliki peluang untuk mendapatkan kredit tanpa agunan dan
kredit tanpa bunga yang berasal dari L/C berjenis “red clause L/C”.
KEUNTUNGAN LETTER OF CREDIT
BAGI IMPORTIR :
1. Importir lebih pasti mendapat jaminan menerima barang sesuai
keinginannya.
2. Importir secara tidak langsung juga ikut terangkat reputasinya karena
dengan L/C tersebut bank pembuka ikut mempertaruhkan nama baik dan
reputasinya.
3. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat dokumen pendukung dalam
L/C.
4. Importir dapat terhindar dari resiko pembatasan transfer valuta dalam
pembayaran.
5. Importir lebih mudah mengambil barang di pelabuhan sebab pihak bank
ikut membantu pengamanan dokumen dari eksportir yang dipakai oleh
importir untuk mengambil barang yang tiba di pelabuhan.
6. Importir tidak harus melakukan pembayaran di muka.
KELEMAHAN LETTER OF CREDIT
1. Proses pembukaan L/C hingga pengambilan dokumen masih
memakan waktu relatif lama sehingga seringkali dokumen asli
untuk pengambilan barang di pelabuhan belum tiba, padahal
barang yang dikirim sudah sampai di pelabuhan.
2. Biaya pembukaan L/C masih terhitung tergolong reletive mahal.
3. Proses pembayaran di bank tidak fleksibel.
4. L/C dapat diamandemen atau diubah berkali-kali, antara lain
akibat adanya kesalahan penulisan atau penetapa syarat-syarat
tertentu.
5. Dalam pengurusan pengelolaan L/C, bank-bank yang terkait
hanya berkewajiban meneliti kebenaran dokumen dari sisi
administratif semata sehingga apabila eksportir (penerima LC)
melakukan ingkar janji (wanprestasi) maka pihak importirlah yang
paling dirugikan akibat kejadian tersebut.
STUDI KASUS
Jonan Akan Surati Menteri
Perdagangan Minta
Pengecualian L/C di Migas
Penulis: Anggita Rezki Amelia
Editor: Arnold Sirait
25/9/2018, 16.02 WIB

Kementerian ESDM menilai penerapan L/C pada sektor migas berdampak


negatif pada investasi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
tengah menyiapkan surat resmi untuk Kementerian Perdagangan. Isi surat itu
meminta agar kegiatan ekspor sektor minyak dan gas bumi (migas) dikecualikan
dari penggunaan surat kredit berdokumen dalam negeri (Letter of Credit/LC).
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan
dirinya sudah memberikan paraf untuk surat tersebut. Setelah Menteri ESDM
Ignasius Jonan menekennya, surat tersebut selanjutnya dikirim ke Menteri
Perdagangan. "Nanti ada surat dari Menteri ESDM ke Menteri Perdagangan untuk
dikecualikan," kata dia di Jakarta, Selasa, (25/9).
Menurut Djoko, penerapan L/C pada ekspor migas bisa berpengaruh
terhadap iklim investasi migas. Jadi, pihaknya meminta agar Menteri Perdagangan
bisa mengecualikan komoditas migas seperti yang sudah berlaku sebelumnya.
STUDI KASUS
Adapun penerapan L/C itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdangangan
Nomor 94 tahun 2018 tentang ketentuan ekspor barang tertentu. Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyatakan
aturan mewajibkan penggunaan ekspor migas dengan batu bara, mineral, dan
kelapa sawit. “Itu arahan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas),” kata dia kepada
Katadata.co.id, Kamis (20/9).
Pasal 2 ayat 1 aturan tersebut menyatakan pembayaran barang untuk ekspor
barang tertentu wajib menggunakan cara pembayaran L/C. Komoditas yang
diwajibkan di antaranya minyak petroleum mentah, kondensat, gas alam, propana,
butana, campuran propana dan butana, gas alam, jenis yang digunakan sebagai
bahan bakar motor, serta yang lain-lain.
Cara pembayaran L/ C wajib diterima melalui bank devisa di dalam negeri.
Selain melalui bank devisa, cara pembayaran L/ C dapat diterima melalui lembaga
pembiayaan ekspor yang dibentuk Pemerintah. Lembaga pembiayaan ekspor ini
dalam menerima cara pembayaran L/C mengikuti ketentuan Peraturan Bank
Indonesia mengenai Devisa Hasil Ekspor. Namun, dalam pasal 11 menetapkan
eksportir yang belum bisa menggunakan L/C bisa mendapatkan pertimbangan.
Pertimbangan itu diberikan jika sudah ada kontrak dengan cara pembayaran lain
sebelum aturan terbit. Selain itu, pasal 14 mengatur mengenai sanksi. Sanksi berupa
peringatan tertulis hingga pencabutan izin ekspor.
STUDI KASUS
Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong mengatakan sudah mengevaluasi
kebijakan tersebut. Hasilnya, kebijakan ini dapat berimplikasi negatif terhadap
tingkat produksi siap jual (lifting) migas yang berhubungan dengan ekspor. Alhasil,
dapat berujung negatif pada penerimaan negara dari sektor hulu migas.Kebijakan
tersebut dapat berdampak negatif karena sudah ada kontrak jangka panjang yang
tidak harus menggunakan L/C. Banyak juga pembeli migas yang tidak bersedia atau
keberatan menggunakan LC. Jadi, dengan terbitnya aturan ini, perjanjian jual beli
harus diubah. “Hal itu menyulitkan, sehingga bisa mengakibatkan penundaan
lifting,” kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (21/9).
PEMBAHASAN
Dampak negatif penerapan L/C sektor migas menurut investor
1. Kebijakan ini dinilai bisa berdampak negatif bagi industri hulu
migas.
2. Kebijakan ini dapat berimplikasi negatif terhadap tingkat
produksi siap jual (lifting) migas yang berhubungan dengan
ekspor.
3. Dapat berimplikasi negatif pada penerimaan negara dari sektor
hulu migas.
4. Banyak pembeli migas yang tidak bersedia atau keberatan
menggunakan LC.
5. Harus merubah perjanjian kontrak bisnis.
6. Menambah biaya yang signifikan.
PENYELESAIAN
Dalam aturan sebelumnya, yakni Permendag 94/2018 disebutkan ada empat
sektor usaha yang diwajibkan menggunakan L/C, yaitu mineral, batu bara, kelapa
sawit, minyak dan gas bumi. Kemudian, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita
menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.102 Tahun 2018 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No.94 Tahun 2018 tentang Ketentuan
Penggunaan Letter of Credit (L/C) untuk Ekspor Barang Tertentu.

Permendag ini diundangkan pada 28 September 2018 dan akan berlaku pada 7
Oktober 2018. "Pada Permendag No.102 Tahun 2018, minyak dan gas bumi dikeluarkan
dari lampiran daftar barang tertentu yang wajib L/C," jelas Direktur Jenderal
Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan, dalam siaran pers Kementerian Perdagangan
yang dikutip hukumonline, Kamis (11/10). Menurut Oke, Permendag ini dibuat dengan
mempertimbangkan Surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
No.3034/12/MEM.M/2018 tanggal 26 September 2018 tentang Penggunaan L/C untuk
Ekspor Minyak dan Gas Bumi.
KESIMPULAN

Dalam melakukan transaksi pembayaran dalam perdagangan


internasional tedapat beberapa resiko yang dapat merugikan eksportir
maupun importir. Untuk itu baik eksportir maupun importir harus pandai
memilih cara pembayaran seperti apa yang paling cocok dengan transaksi
yang dilakukan. Resiko-resiko tersebut juga dapat di antisipasi dengan
cara ketelitian dan kecermatan dalam memilih rekan transaksi maupun
pihak ketiga yang menjembatani transaksi perdagangan tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai