Anda di halaman 1dari 17

1

SUB BUDAYA, KELAS SOSIAL, KELOMPOK RUJUKAN DAN


KELUARGA

Makalah : Perilaku Komsumen


Dosen pengampu: Array Verdian, M.TI

Di Susun Oleh Kelompok 6:


Murni Diadarma Sapitri 1741030171
Rani Juni Yati 1741030195

Kelas: E
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
TAHUN AKADEMIK 2020/1441H
2

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kita bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehinga kami dapat menyelesaikan makalah
Perilaku Konsumen. Dalam makalah ini memuat informasi tentang “Sub Budaya,
Kelas Sosial, Kelompok Rujukan dan Keluarga”. Makalah ini membahas tentang
perilaku konsumen dalam memilih pilihan yang bervariasi dengan kebutuhan atau
keinginan. Untuk perlu dicermati dan perlu mendapat perhatian dari semua pihak
yang menyangkut perilaku konsumen itu sendiri. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat mengetahui bagaimana proses perilaku konsumen menanggapi dan
dapat memahami tentang sub budaya, kelas sosial, kelompok rujukan dan
keluarga.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh yang telah
memberikan tugas makalah Perilaku Konsumen. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca.

Hormat Kami
Penulis
3

Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 4
1.3 Tujuan................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sub Budaya....................................................................................... 5
a. Pengertian Sub Budaya............................................................... 5
b. Analisis........................................................................................ 5
c. Jenis Jenis Sub Budaya............................................................... 6
2.2 Kelas Sosial...................................................................................... 8
2.3 Kelompok Referensi......................................................................... 10
2.4 Keluarga .......................................................................................... 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................ 16

Daftar Pustaka....................................................................................... 17
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perilaku konsumen dalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan


organisasi memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide, atau
pengalaman, untuk memasukkan kebutuhan dan keinginan mereka. Konsumen
adalah bagian penting dalam keberlangsungan sebuah perusahaan, maka hal
tersebut mengharuskan perusahaan untuk lebih mengerti dan mengetahui perilaku
konsumen mereka, dan bagaimana perusahaan memberikan produk yang
berkualitas kepada konsumen.

Di dalam makalah ini penulis membahas tentang bagian bagaian konsumen


yang terbagi, yaitu segmentasi pasar. Segmentasi pasar ialah pengelompokan
konsumen. Konsumen banyak tipenya dan banyak jenisnya. Mulai dari kalangan
atas, menengah kebawah dan dari golongan yang bawah sekalipun. Adapun jenis
jenisnya yakni sub budaya etnis, dan sub budaya geografis. Di makalah ini pula
penulis membahas tentang kelompok social, kelompok referensi dan keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud Sub Budaya ?
b. Apa itu kelompok Sosial ?
c. Apa itu kelompok referensi ?
d. Apa itu kelompok keluarga ?

1.3 Tujuna
a. Mengetahui maksud dari Sub Budaya
b. Mengetahui maksud dari Kelompok Sosial
c. Dapat memahami Kelompok Referensi
d. Dapat mengetahui Kelompok Keluarga
5

BABII
PEMBAHASAN

2.1 Sub Budaya

a. Pengertian Sub Budaya


Subbudaya adalah grup budaya dalam cakupan berbeda, yang
menggambarkan segmen yang teridentifikasi dalam masyarakat yang lebih besar
atau sebuah kelompok budaya tertentu yang berbeda yang hadir sebagai sebuah
segmen dalam sebuah masyarakat yang lebih besar dan kompleks.

b. Analisis
Analisa subbudaya memungkinkan manajer pemasaran untuk fokus dalam
menentukan ukuran segmen pasar dan segmen pasar yang lebih natural.
Subbudaya yang penting untuk diperhatikan adalah subbudaya kewarganegaraan,
agama, lokasi geografis, ras, usia dan jenis kelamin (Schiffman dan Kanuk, 2004).
Selain ketujuh hal tersebut, kelas sosial juga tergolong sebagai subbudaya karena
kelas sosial akan mempengaruhi perilaku sebagai akibat dari keanggotaan pada
kelas sosial tertentu, termasuk perilaku pada setiap kelas sosial masyarakat
seluruh dunia.
 
Cabang budaya suatu masyarakat bisa ditunjukkan oleh kelas sosial yang ada
dalam masyarakat. Kelas sosial menunjukkan adanya kelompok-kelompok yang
secara umum mempunyai perbedaan dalam hal pendapatan, gaya hidup dan
kecenderungan konsumsi.
Kelas Sosial dapat ditentukan dari :
 Keluarga
 Pekerjaan, pekerjaan sangat mempengaruhi gaya hidup dan merupakan
basis penting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek.
 Pemilikan, adalah symbol keanggotaan kelas, tidak hanya jumlah
pemilikan, tetapi sifat pilihan yang dibuat. Keputusan pemilikan yang
mencerminkan kelas sosial suatu keluarga adalah pilihan dimana untuk
tinggal. Pemilikan lainnya yang berfungsi sebagai indicator status sosial
mencakup keanggotaan dalam club, gaya perabot, jenis liburan, busana.
 Orientasi Nilai. Nilai- kepercayaan bersama mengenai bagaimana orang
harus berperilaku- menunjukkan kelas sosial dimana seseorang termasuk di
dalamnya.
 
Setiap kelas sosial akan berbeda dalam hal :
 Perilaku pengeluaran ( spending behaviour )
 Penggunaan produk ( produk usage ) : Jenis makanan, jenis pakaian,
 Pemilihan Merk ( Brand choice ) : memiliki preferensi pada merek tertentu
atau tidak
6

 Perilaku Berbelanja ( shopping behaviour ): tempat berbelanja, cara


berbelanja
 Ekspos Media (Media ekspose): media yang dikonsumsi (jenis dan
banyaknya)
Masing-masing kelompok memperlihatkan nilai dan perilaku karakteristik yang
berguna untuk analisis konsumen dalam mendesain program pemasaran. Adalah
perlu untuk menganalisis pengenalan kebutuhan, proses pencarian, criteria
evaluasi dan pola pembelian dari berbagai kelas sosial untuk mencocokan produk
dan komunikasi secara tepat dengan kelas sosial.

c. Jenis-jeniaSub-Budaya

a. Sub-Budaya Etnis

            Etnis umumnya mengacu pada kelompok yang disakutakan oleh ikatan-


ikatan kebudayaan. Etnis erat hubungannya dengan kebangsaan atau daerah asal 1.
Tiap Etnis memiliki latar belakang, sejarah, norma, dan keunikan tersendiri.
Beberapa di antaranya ialah:
a. Suku Bangsa Aceh
b.  Suku Bangsa Batak
c.  Suku Bangsa Minangkabau
d.  Suku Bangsa Jawa
e.  Suku Bangsa Sunda
f.  Suku Bangsa Bali
g.  Suku Bangsa Dayak
h. Suku Bangsa Bugis dan Makasar
i.   Suku Bangsa Halmahera
j.   Suku Bangsa Asmat dan Dani
Apabila kita memahaman keragaman yang ada di dalam setiap etnis
seperti halnya, norma yang dianut, kebiasaannya, sejarahnya dan lain-lain, maka
kita akan dapat merancang suatu strategi pemasaran yang tepat yang tidak
melanggar nilai-nilai dan norma yang dianut oleh Etnis tertentu.
Di Indonesia biasanya untuk sub-budaya Etnis pemasar melakukan strategi
yang pada umumnya berhubungan dengan produk makanan misalnya seperti yang
dilakukan oleh indomie dengan memasarkan produk mie instan selera nusantara.

1
C. Mowen Jhon, Michael Minor, Prilaku Konsumen jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2002, hlm 315.
7

Selain itu beberapa kota besar di jawa banyak sekali terdapat tempat-tempat
makanan/ restoran yang mengkhususkan produk makanan/ masakan dari etnis
tertentu misalnya: Rumah Makan Padang, Rumah Makan Sunda, Rumah Makan
Betawi dan lain-lain, dengan harapan orang-orang dari etnis tertentu tertarik untuk
makan di tempat tersebut.

b. Sub-Budaya Geografis
Daerah
geografis suatu negara kadang mengembangkan budayanya sendiri. Daerah barat
daya merika Serikat dikenal karena gaya hidup kasual yang meninjolkan busana
yang nyaman, hiburan luar rumah, dan olahraga yang aktif dan juga tampak lebih
inovatif ke arah produk baru sperti bedak kosmetisbila dibandingkan dengan sifat
konservatif dan malu-malu yang mencirikan beberapa daerah negara tersebut.

Di Indonesia masyarakat perkotaan/ kota besar pada umumnya menyukai


jenis hiburan yang berhubungan dengan alam, lain halnya dengan masyarakat
yang tinggal di daerah kabupaten atau kota kecil yang lebih memilih berlibur ke
kota. Selain gaya hidup iklim juga menghasilkan suatu inti dari nilai-nilai di
dalam suatu daerah geografis.
Contohnya, Indonesia ada daerah-daerah tertentu yang iklimnya agak
dingin, seperti daerah Jawa barat (lembang), perusahaan juga harus menyesuaikan
produk apa yang sesuai untuk di pasarkan di daerah tersebut, misalnya baju/
pakaian hangat(sweater). 

c. Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen


            Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam
mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya.
Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian
dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual),
pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual), dan pembuangan
(divestment ritual). Contoh:Pakaian menggambarkan suatu budaya dan bangsa.
Konsumen selalu membutuhkan pakaian dan asesoris berbeda untuk tujuan yang
berbeda. Kebutuhan pakaian dan asesoris yang berbeda antar waktu dan situasi ini
yang menyebabkan permintaan selalu meningkat.
8

2.2 Kelas Sosial 


Kelas Sosial adalah penggolongan atau pengelompokan sosial (stratifikasi
sosial) yang biasanya dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial seseorang
berdasarkan kriteria ekonomi (kekayaan, pendidikan, dan pekerjaan).

Klasifikasi Kelas Sosial Berdasarkan Status Ekonomi


Berdasarkan kepemilikan harta, pada umumnya masyarakat dapat
dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu:
1)      Kelas Atas
Terdiri dari kelompok orang-orang kaya  yang dengan leluasa dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan secara berlebihan.
2)      Kelas Menengah
Terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan, yang sudah dapat
memenuhi kebutuhan pokok (primer).
3)      Kelas Bawah
Terdiri dari kelompok orang-orang miskin yang masih belum dapat
memenuhi kebutuhan pokok (primer).

 Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi 3 kelas


(golongan), yaitu:
1)      Golongan Pertama (Golongan Sangat Kaya)
Merupakan golongan dengan jumlah yang terkecil (sedikit) di dalam
masyarakat. Golongan ini terdiri dari para pengusaha, tuan tanah, dan
bangsawan.
2)      Golongan Kedua (Golongan Kaya)
Merupakan golongan dengan jumlah yang cukup banyak di dalam
masyarakat. Golongan ini terdiri dari para pedagang, dsbnya.
3)      Golongan Ketiga (Golongan Miskin)
Merupakan golongan dengan jumlah terbanyak di dalam masyarakat.
Golongan ini terdiri dari rakyat-rakyat biasa.

 Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi 3 kelas (golongan), yaitu:


1). Golongan Kapitalis (BorjuiMerupakan golongan yang terdiri dari para
penguasa tanah dan alat produksi.
2)   Golongan Menengah
Merupakan golongan yang terdiri dari para pegawai pemerintah. Golongan
menengah cenderung dimasukkan ke dalam golongan kapitalis, karena dalam
kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis.
3)      Golongan Proletar
Merupakan golongan yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk
kaum buruh dan pekerja pabrik.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Kelas Sosial


Menurut Engel, Blackwell dan miniard (1995) mengemukakan pendapat
Gilbert dan Kahl yang menyebutkan bahwa ada sembilan variabel yang
9

menentukan status atau kelas sosial seseorang, kesembilan variabel tersebut


digolongkan ke dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut :
1)      Variabel Ekonomi
a.       Status Pekerjaan
b.      Pendapatan
c.       Harta benda

2)      Variabel Interaksi


a.       Prestis individu
b.      Asosiasi
c.       Sosialisasi

3)      Variabel Politik


a.       Kekuasaan
b.      Kesadaran Kelas
c.       Mobilitas

Pengaruh Kelas Sosial Terhadap Perilaku Konsumen


Pengaruh dari adanya kelas sosial terhadap perilaku konsumen begitu
tampak dari pembelian akan kebutuhan untuk sehari-hari, bagaimana seseorang
dalam membeli akan barang kebutuhan sehari-hari baik yang primer ataupun
hanya sebagai penghias dalam kelas sosial begitu berbeda.
Untuk kelas sosial dari status yang lebih tinggi akan membeli barang
kebutuhan yang bermerek terkenal, ditempat yang khusus dan memiliki harga
yang cukup mahal. Sedangkan untuk kelas sosial dari status yang lebih rendah
akan membeli barang kebutuhan yang sesuai dengan kemampuannya dan ditempat
yang biasa saja.
Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen
membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota
kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen
mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk
tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”.
Adapun yang merupakan ukuran kelas sosial dari konsumen yang dapat
diterima secara luas dan mungkin merupakan ukuran kelas sosial terbaik terlihat
dari pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial,
ada factor-faktor gaya hidup tertentu (kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku
bersama) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas
sosial lainnya.
Dengan mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup
dan barang-barang yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi
maka para pemasaan sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang
lebih tinggi, baik sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan yang
ditargetkan pada audiens kelas sosial yang lebih rendah.Para individu dapat
berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial dari
kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum
10

dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan


bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan memajukan 

Kelas social atau merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau stratifikasi)


antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya
kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, tetapi tidak semua masyarakat
memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan
karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau
golongan dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu-
pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan seringkali tidak memiliki
pemimpin tetap pula. Oleh karena itu masyarakt seperti ini menghindari
stratifikasi sosial.
Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya mengerjakan aktivitas
yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.Atau dengan kata lain adalah
stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini
cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan
dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan /
perekonomian individu.

2.3 Kelompok Referensi


Kelompok Referensi (Reference Group) atau Kelompok Rujukan atau
Kelompok Acuan merupakan sekelompok orang yang dianggap memiliki
pengaruh evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain secara langsung
ataupun tidak langsung, dan dianggap sebagai pembandingan bagi seseorang
dalam membentuk nilai dan sikap umum/khusus atau pedoman khusus bagi
perilaku .
Kelompok referensi memberikan standar (norma atau nilai) yang dapat menjadi
perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau berperilaku, dan
kelompok ini berguna sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusan.
 Klasifikasi Kelompok Referensi
Berikut ini adalah pengklasifikasian kelompok referensi, yaitu:
1)      Menurut Intensitas Interaksi dan Kedekatannya
a.       Kelompok Primer (Primary)
Kelompok referensi primer melibatkan seringnya interaksi langsung dan
tatap muka. Contohnya: keluarga dan sanak-saudara.
b.      Kelompok Sekunder (Secondary)
Kelompok referensi sekunder, tidak terlalu sering ber-interaksi dan tatap
muka. Contohnya: tetangga.

2)      Menurut Legalitas Keberadaannya


11

a.       Kelompok Formal


Kelompok referensi formal memiliki struktur yang dirinci dengan jelas.
Contohnya: kelomp ok kerja di
kantor atau tim per divisi.
b.      Kelompok Informal
Kelompok referensi informal tidak dirinci secara jelas. Contohnya:
kelompok persahabatan, teman sekolah atau kuliah.

3)      Menurut Status Keanggotaan dan Pengaruhnya


a.       Kelompok Aspirasi (Aspirational)
Seorang bercita-cita untuk bergabung atau menandingi kelompok referensi
aspirasi.
b.      Kelompok Disosiasi (Dissociative)
Seseorang berupaya menghindari kelompok referensi disosiasi.
c.       Kelompok Membership
Seseorang menjadi anggota formal dari suatu kelompok referensi.
Contohnya: kelompok pecinta alam.

 Pengaruh Kelompok Referensi Dalam Pemasaran


Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang  dalam pembelian
dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Anggota
kelompok referensi sering menjadi penyebar pengaruh dalam hal selera. Oleh
karena itu konsumen selalu mengawasi kelompok tersebut baik prilaku fisik
maupun mentalnya.
Kelompok referensi (yang paling berpengaruh terhadap konsumen)
mempengaruhi orang lain melalui norma, informasi dan kebutuhan nilai ekspresif
konsumen. Berikut ini penjelasan dari macam-macam pengaruh tersebut:
1)      Pengaruh Normatif
Ketika seorang individu memenuhi harapan kelompok untuk mendapatkan
hadiah langsung atau menghindari hukuman
2)      Pengaruh Informasi
Perilaku dan pendapat kelompok referensi digunakan sebagai berguna
potongan informasi yang berpotensi
3)      Pengaruh Ekspresi Nilai
Ketika seorang individu kelompok menggunakan norma dan nilai-nilai
dianggap sebagai panduan bagi sikap mereka sendiri atau nilai-nilai
Para pemasar tertarik pada kemampuan kelompok referensi untuk
mengubah sikap dan perilaku konsumen dengan mendorong timbulnya
kesesuaian. Untuk dapat mempunyai pengaruh tersebut.
kelompok referensi harus melakukan hal – hal berikut ini:
1)      Memberitahukan  atau  mengusahakan agar orang menyadari adanya suatu
produk menarik / merk khusus.
12

2)      Memberikan  kesempatan pada individu untuk membandingkan


pemikirannya sendiri dengan sikap dan perilaku kelompok.
3)      Mempengaruhi  individu untuk mengambil sikap dan perilaku yang sesuai
dengan norma-norma kelompok.

4)      Membenarkan  keputusan untuk memakai produk-produk yang sama dengan


kelompok.
Pemasar harus dapat mengidentifikasi peran seseorang di dalam
kelompoknya dalam pengambilan keputusan, dan harus menekankan pada si
pengambil keputusan. Penyesuaian dilakukan hanya untuk sekadar menyesuaikan
diri agar diterima oleh kelompok atau penyesuaian yang mengubah kepercayaan.
Orang butuh untuk menilai opini dan kemampuan mereka dengan
membandingkannya dengan opini dan kemampuan orang lain.

2.4 Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari
dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan.
Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau
suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya
(janda).
Jenis.
Ada beberapa jenis keluarga, yakni:
 Keluarga inti
Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah yang terdiri atas ayah,
ibu, dan anak. Keluarga inti merupakan bagian dari lembaga sosial yang ada pada
masyarakat. Bagi masyarakat primitif yang mata pencahariaannya adalah berburu
dan bertani, keluarga sudah merupakan struktur yang cukup memadai untuk
menangani produksi dan konsumsi. Keluarga merupakan lembaga sosial dasar
dari mana semua lembaga lainnya berkembang karena kebudayaan yang makin
kompleks menjadikan lembaga-lembaga itu penting2

Paul B. Horton. 1987.Sosiologi. Jakarta:Erlangga. Hal 266


2
13

 Peranan
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.[5]

 Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:


Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak,
fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik.Fungsi Perlindungan dilihat dari
bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa
terlindung dan merasa aman.Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga
secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling
pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan
keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah
dunia.Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi
rkebutuhan-kebutuhan keluarga.Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton
TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan
lainnya.Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan
sebagai generasi selanjutnya.Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman
di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.3

Richard R Clayton. 2003. The Family, Mariage and Social Change. hal. 58
3
14

 Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan
diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas 
- Berdasarkan lokasi
Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami
ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;
Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan
menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;
Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus
tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar
pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum
kerabat suami maupun istri;
Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak
suami;
Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing
hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum
kerabatnya sendiri .
 Berdasarkan pola otoritas
1. Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-
laki tertua, umumnya ayah
2. Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan
(perempuan tertua, umumnya ibu)
3. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

 Subsistem sosial
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri,
subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik).Subsistem suami-
istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan
tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.Pasangan ini menyediakan dukungan
mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi
subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun
kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.Subsistem orang tua-anak terbentuk
sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai
dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang
tua dan anak.
15

 Keluarga Sejahtera
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat terdiri atas suami-istri atau suami-
istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga
sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu
memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada
tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara
anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

1. Aktif melakukan komunikasi dengan anak


2. Memberikan teladan
3. Melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri
4. Mengejar prestasi
5. Mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain
6. Mampu berpikir
7. Kreatif dan penuh inisiatif
8. Mampu mengatasi masalah yang dihadapi
9. Mampu mengendalikan tindakan-tindakan
10. Mampu mempengaruhi lingkungan
11. Percaya kepada diri sendiri
12. Menghargai keadaan dirinya
13. Memperoleh kepuasan dari usahanya.
Selain itu agar anak dapat bertanggung jawab moral, maka orang tua dapat
melakukan :
1. Biarkan anak-anak membuat pilihan-pilihan masukan sendiri
2. Tunjukkan rasa hormat terhadap upaya anak
3. Jangan mengajukan terlalu banyak pertanyaan
4. Jangan langsung menjawab pertanyaan anak
5. Dorong anak-anak menggunakan sesuatu/bahan dari luar rumah
6. Jangan menyirnakan harapan anak.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
16

Analisa subbudaya memungkinkan manajer pemasaran untuk fokus dalam


menentukan ukuran segmen pasar dan segmen pasar yang lebih natural.
Subbudaya yang penting untuk diperhatikan adalah subbudaya kewarganegaraan,
agama, lokasi geografis, ras, usia dan jenis kelamin (Schiffman dan Kanuk, 2004).
Selain ketujuh hal tersebut, kelas sosial juga tergolong sebagai subbudaya karena
kelas sosial akan mempengaruhi perilaku sebagai akibat dari keanggotaan pada
kelas sosial tertentu, termasuk perilaku pada setiap kelas sosial masyarakat
seluruh dunia.
 

Daftar Pustaka

1. C. Mowen Jhon, Michael Minor, Prilaku Konsumen jilid 2, Jakarta:


Erlangga, 2002.
17

2. Paul B. Horton. 1987.Sosiologi. Jakarta:Erlangga.


3. Richard R Clayton. 2003. The Family, Mariage and Social Change.

Anda mungkin juga menyukai