Anda di halaman 1dari 33

Analisis Bank Umum Syariah dan BPR Syariah

Tahun 2019, 2020 dan 2021

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Ahmad Samlawi, S.E., M.Si


.

Disusun Oleh:

Salsabilla Azzahra

(20809334027)

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2023
Profile Usaha

1. Bank Umum Syariah

Didirikan pada tahun 1975, Dubai Islamic Bank (DIB) adalah bank
Islam terbesar di UEA berdasarkan aset dan perusahaan saham gabungan publik
yang terdaftar di Pasar Keuangan Dubai. Menjadi ujung tombak evolusi industri
keuangan Islam global, DIB juga merupakan bank Islam layanan penuh
pertama di dunia dan bank Islam terbesar kedua di dunia. Dengan aset Grup
lebih dari USD 75miliar dan kapitalisasi pasar lebih dari USD 10miliar, grup
ini beroperasi dengan tenaga kerja lebih dari 10.000 karyawan dan sekitar 500
cabang di jaringan globalnya yang luas di Timur Tengah, Asia, dan Afrika.
Melayani lebih dari 5 juta pelanggan di seluruh Grup, DIB menawarkan
berbagai produk dan layanan inovatif yang sesuai dengan Syariah kepada klien
ritel, korporat, dan institusional.

DIB didirikan pada tahun 1975 di saat terjadi oil boom yang
menyebabkan terjadinya peningkatan kekayaan yang belum pernah terjadi
sebelumnya pada negara-negara teluk. Peningkatan ini memicu munculnya
permintaan dari warga setempat akan sebuah bank yang dapat
menginvestasikan uang mereka dengan cara yang sesuai dengan syariat
Islam.[2] Tarek Bin Hilal Lootah, direktur dewan Bank Islam Dubai sekaligus
keponakan dari Saeed Lootah pendiri DIB, berucap bahwa saat itu banyak
orang berkata bahwa bank ini hanya akan bertahan selama 6 bulan dan akan
tutup setelahnya, namun ternyata DIB mampu bertahan hingga 22 tahun
lamanya

2. BPR Syariah
PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ATTAQWA (selanjutnya disebut
BPRS Attaqwa) telah beroperasi sejak tahun 1994 berdasarkan izin dan
keputusan Menteri Keuangan No. Kep-286/KM.17/1994 dan disahkan
Kemenkumham Nomor C2-12238 HT.01.01 Tahun 1994 dengan Akta
Pendirian No. 99 tanggal 10 Juni oleh Notaris Yudo Paripurno, S.H, dengan
nama pertamanya yaitu BPRS Attaqwa Garuda Utama. Saat itu beroperasi di
Kabupaten Tangerang dibawah pengawasan Bank Indonesia.
Pada tahun 2011, BPRS Attaqwa sudah tercatat resmi di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan selalu rutin melaporkan laporan keuangan setiap triwulan
di website Apollo OJK. BPRS Attaqwa merupakan peserta penjaminan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan nomor peserta LPS: 41300008
Bank Syariah Attaqwa Berfokus menyalurkan pembiayaan jenis
produktif dan konsumtif, dimana mendukung perkembangan UMKM dengan
plafon mulai dari satu juta rupiah sampai dengan satu miliar rupiah dengan
margin keuntungan atau ujrah atau bagi hasil yang ringan dan kompetitif
dibanding lembaga keuangan mikro syariah lainnya. BPRS Attaqwa juga
menyediakan jasa penyimpanan uang atau tabungan dengan akad wadiah dan
mudharabahmaupun deposito mudharabah dengan EQ Rate hingga tujuh persen
lebih. Hal ini berdasarkan kinerja keuangan yang terus tumbuh dengan baik
setiap waktu nya.
Selanjutnya pada tahun 2013 terjadi pengambilalihan saham oleh Tuan
Arie Indra Manurung dan merubah namanya menjadi BPRS Attaqwa, berkantor
pusat tetap di Ruko Pasar Modern Mutiara Karawaci. Hingga saat ini BPRS
Attaqwa telah memiliki aset tetap berupa kantor pusat dan gedung pelatihan di
wilayah tersebut serta Kantor Kas di daerah Cikupa Kab. Tangerang.
Di akhir tahun 2022, BPRS Attaqwa terus berinovasi dalam
memberikan pelayanan jasa yang terbaik kepada masyarakat. Diantara produk
dan jasa nya adalah Tabungan Wadiah, Tabungan Mudharabah, Deposito
Mudharabah, payment point online bank (PPOB), Pembiayaan modal kerja
proyek, usaha, multiguna dan konsumtif, pembiayaan berbasis referral maupun
channeling bekerjasama dengan koperasi dan fintech, dan produk lainnya yang
disesuaikan "taylor made" berdasarkan kebutuhan nasabah dengan tetap
mematuhi prinsip Syariah.
Analisis Rasio Keuangan Bank Umum Syariah & BPR Syariah

1) Rasio Profitabilitas
• Rumus Return On Assets Ratio (ROA)
➢ ROA = (Net income : Total asset) x 100%
2) Rasio Solvabilitas
• Rumus Debt to Asset Ratio (DAR)
➢ DAR = Total debt : total asset
• Common Equity Tier 1
➢ CET1 = (core capital:Risk Weighted Asset) x 100%
• Rumus Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO)
➢ BOPO = (Biaya Operasional / Pendapatan Operasional) x
100%
• Non Performing Financing (NPF) Neto
➢ (JPB / JP) x 100%
3) Rasio Likuiditas
• Rumus Financing to Deposit Ratio (FDR)
➢ FDR = (Jumlah kredit yang diberikan : (total modal + Total
dana pihak ketiga)) x 100%
• Cash Ratio
➢ Cash ratio = (kas+setara kas)/ kewajiban lancer
• Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
➢ (Modal) / (ATMR) x 100%
4) Rasio Rentabilitas
• Rumus Net Profit Margin
➢ Net profit margin = Laba bersih setelah pajak/penjualan bersih
5) Rasio Aktivitas
• Rumus Kualitas Aset Produktif (KAP)
➢ (1 – (EAaR / EA)) x 100%
• Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP)
➢ 0,5% (lima permil) dari Aktiva Produktif yang memiliki
kualitas Lancar

1. Dubai Islamic Bank

2019 2020 2021

Return On Assets Ratio


2,2% 1,2% 1.5%
(ROA)
Return On Equity Ratio
17% 10,4% 11,8%
(ROE)

Cost to Income 26,9% 29,4% 26,8%

Debt to Asset Ratio


5,67 5,71 5,73
(DAR)
Common Equity Tier 1
12% 12% 12,4%
(CAT1)
Financing to Deposit
92% 96% 91%
Ratio (FDR)

Net Profit Margin 3.15% 2,6% 2,6%

2. BPRS Attaqwa

2019 2020 2021

Return On Assets Ratio


0,78% 1,61% 1,39%
(ROA)
Beban Operasional
terhadap Pendapatan 93,48% 65,78% 57,14%

Operasional (BOPO)
Financing to Deposit
76,59% 76,09% 80,23%
Ratio (FDR)

Cash Ratio 30,26% 118,56% 81,45%

Non Performing
11% 8,77% 4,61%
Financing (NPF) Neto
Penyisihan Penghapusan
42,66% 41,16% 100%
Aset Produksi (PPAP)
Kualitas Aset Produksi
11,52% 95,03% 97,02%
(KAP)
Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum 27% 50,67% 43,85%

(KPMM)
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian untuk penilaian kinerja dengan

menggunakan analisis rasio keuangan yaitu analisis rasio likuiditas, rasio

solvabilitas, dan rasio profitabilitas pada Dubai Islamic Bank dan BPR

Syariah Attaqwa yang merupakan sampel dalam penelitian, maka

kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Kinerja perusahaan berdasarkan hasil perhitungan analisis Rasio

Likuiditas dapat dikatakan baik karena perusahaan tidak akan

mengalami kesulitan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka

pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang besar dimiliki

perusahaan.

2. Kinerja perusahaan berdasarkan analisis rasio solvabilitas baik

walaupun terjadi penurunan dan peningkatan tetapi kondisi

keuangan masih menggambarkan komposisi total aktiva dan total

modal lebih besar daripada total kewajiban, sehingga perusahaan

mampu membiayai kewajiban.

3. Kinerja perusahaan berdasarkan analisis rasio profitabilitas sudah

baik. perusahaan mampu menurunkan biaya dan meningkatkan

pendapatan yang dan mampu dalam mengelola modal yang

diinvestasikan dalam seluruh aktiva untuk menghasilkan laba.

Peningkatan ini disebabkan oleh kemampuan untuk menggunakan


modal sendiri dengan baik sehingga mengalami peningkatan laba

yang dihasilkan perusahaan.

4. Secara umum dilihat dari ketiga rasio keuangan tersebut, perusahaan


dapat menjalankan tugasnya secara efektif dan efisiensi karena
rasio-rasio yang menunjukkan meningkatnya kinerja-kinerja
perusahaan dalam mengelola sumber dana yang dimilikinya.
LAMPIRAN BANK UMUM SYARIAH

1. Annual Report Dubai Islamic Bank 2019


2. Annual Report Dubai Islamic Bank 2020
3. Annual Report Dubai Islamic Bank 2021
LAMPIRAN BPR SYARIAH
1. Annual report BPR Syariah Attaqwa 2019
2. Annual Report BPR Syariah Attaqwa 2020
3. Annual Report BPR Syariah Attaqwa 2021

Anda mungkin juga menyukai