Anda di halaman 1dari 2

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai


prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a
contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to
perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to
the agent”.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini
agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.

Contoh sederhana teori agensi adalah seorang pengusaha warnet yang tidak bisa mengelola dan
menjaga warnet yang dimiliki karena kesibukannya. Pemilik warnet (disebut prinsipal) kemudian
menyuruh orang lain untuk mengelola dan menjaganya. Orang yang ditunjuk adalah bertindak
sebagai AGEN dari pemiilik warnet.Agen mempunyai wewenang untuk mengelola warnet. Agen akan
mendapatkan imbalan (gaji) dan bertanggung jawab kepada pemilik.

Teori Sinyal (Signalling Teory)

Signalling Theoryatau teori sinyal dikembangkan oleh (Ross, 1977), menyatakan bahwa pihak
eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai perusahaannya akan terdorong untuk
menyampaikan informasi tersebut kepada calon investor agar harga saham perusahaannya
meningkat.Hal positif dalam signalling theory dimana perusahaan yang memberikan informasi yang
bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan
menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa
depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan
dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney dalam Dwiyanti, 2010).

Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai
perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers. Namun pihak diluar
perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat
memberi sinyal yang meyakinkan, maka publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga
sekuritas. Jadi dapat disimpulkan karena adanya asymetric information, pemberian sinyal kepada
investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting (Atmaja,
2008:14). Signal adalah proses yang memakan biaya berupa deadweight costing, bertujuan untuk
menyakinkan investor tentang nilai peruahaan. Signal yang baik adalah yang tidak dapat ditiru oleh
perusahaan lain yang memeiliki nilai lebih redah, karena faktor biaya.

Contoh Kasus Signalling Theory adalah Salah satu contoh yang diberikan oleh Ross adalah tingkat
laveragge perusahaan, yaitu perusahaan yang besar akan membuat insentif yang mendorong
mereka mengambil laveragge tinggi. Hal ini tidak akan dapat diikuti oleh perusahaaan yang lebih
kecil, karena mereka akan lebih rentan mengalami kebangkrutan. Hal ini akan menciptakan
separating equilibrium yaitu dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahan yang lebih tinggi akan
menggunakan lebih banyak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai yang lebih rendah akan lebih
banyak menggunakan equity.

Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan yang
memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan mengobservasi
kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly
levered. Ekuilibrium stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang
lebih tinggi.

Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga
saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial leverage. Kelemahan dari model ini adalah
ketidakmampuan dalam menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan laveragge.
Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi
pertumbuhan dan nilai intangible asset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari pada
perusahaan yang mature (tangible asset tinngi) yang tidak menggunakan hutang, akan tetapi
didalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.

Anda mungkin juga menyukai