Anda di halaman 1dari 9

TEORI AKUNTANSI

Agency Theory and Signaling Theory

RIRIN TAMALA
17.1.01.10356
 
SEMESTER 7 / SA1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)


SURABAYA
2020
Agency Theory

Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan
yang dipakai selama ini. Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan
riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan
dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. agency theory
mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer.
Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena
adanya kepentingan yang saling bertentangan (Conflict of Interest).
Agency theory mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka
sendiri. pihak agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak principal (keunggulan
informasi), sedangkan dari pihak principal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau
golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA


Lanjutan
Terdapat dua tipe hubungan antara agent dan principal, yaitu (1) pertama, hubungan antara
pemilik perusahaan atau shareholder (the principal) dengan top management (the agent), (2)
kedua, hubungan antara top management yang bertindak sebagai principal dengan manager unit
sebagai agents. Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara principal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai Asymmetric Information
(AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang
tidak sama antara principal dan agen. Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak
berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian yang
sebesarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi
deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan
pemberian kompensasi/ bonus/insentif/remunerasi yang “memadai” dan sebesarnya atas
kinerjanya. Principal menilai prestasi Agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk
dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar deviden,
maka Agen dianggap berhasil/berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA


Contoh Kasus Keagenan
      ENRON adalah perusahaan di Amerika Serikat yang bergerak di bidang energi. Dengan cakupan bisnis di antaranya adalah
listrik, gas alam, pulp, kertas, komunikasi, dan lain-lain. Enron mengumumkan kebangkrutannya pada akhir tahun 2002. Dalam
kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan
600 juta dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian.
Kajian agency theory:
 Pihak stockholder (principal)
 Pihak manajemen ENRON (agent)
 Pihak independen akuntan publik, KAP Arthur Andersen (AA).
AA sebagai KAP telah mencelakai kepercayaan dari pihak stockholder atau principal untuk memberikan suatu fairness
information mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal.
     Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented)
dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dihadapi oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah
ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yaitu hutang dan sebuah kehancuran.
     Menurut Socrates bahwa yang dimaksud dengan tindakan etis adalah tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai kebenaran.
Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun dari sisi tujuan yang akan dicapai.
        Prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti
bertanggungjawab (responsibilities), berintegritas (integrity), bertindak objektif (objectivity) dan menjaga independensinya
terhadap kepentingan berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due care), tidaklah berjalan
sebagaimana mestinya.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA


Kesimpulan

        Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi
dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Maka dengan informasi asimetri yang
dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak
diketahui principal. Sehingga dengan adanya asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik
(principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(earnings management) dalam rangka memaksimumkan utilitynya.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA


Signaling Theory
Signaling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi
investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan
atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang
lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai
alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak
di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang
diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang
berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak
berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna
laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk
mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio
dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA


Contoh Kasus Signaling Theory
      Salah satu contoh yang diberikan oleh Ross adalah tingkat laveragge perusahaan, yaitu
perusahaan yang besar akan membuat insentif yang mendorong mereka mengambil laveragge
tinggi. Hal ini tidak akan dapat diikuti oleh perusahaaan yang lebih kecil, karena mereka akan
lebih rentan mengalami kebangkrutan. Hal ini akan menciptakan separating equilibrium yaitu
dimana perusahaan yang memiliki nilai perusahan yang lebih tinggi akan menggunakan lebih
banyak hutang dan perusahaan yang memiliki nilai yang lebih rendah akan lebih banyak
menggunakan equity.
Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara perusahaan
yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai rendah dengan mengobservasi
kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly
levered. Ekuilibrium stabil karena perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan
yang lebih tinggi.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA


Kelebihan Signaling Theory
        Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan harga
saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial leverage. Kelemahan dari model ini
adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan hubungan kebalikan antara profitabilitas dan
laveragge. Kelemahan lain adalah tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki
potensi pertumbuhan dan nilai intangible asset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang
dari pada perusahaan yang mature (tangible asset tinngi) yang tidak menggunakan hutang, akan
tetapi didalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan informasi.

Perbedaan Agency Theory dan Signaling Theory


     Perbedaan antara kedua teori tersebut adalah berkenaan dengan informasi atau sinyal yang
dikeluarkan atau yang diperoleh. Pada agensi teori, adanya perbedaan kepentingan dan
informasi yang dimiliki dapat menimbulkan adanya asimetri informasi. Salah satu pihak bisa
mendapatkan atau memperoleh informasi yang lebih banyak atau lebih sedikit dari pihak lainnya.
Teori keagenan berasal dari kenyataan bahwa keputusan dilakukan para manajer sebagai agen
yang adakalanya diliuar keinginan shareholders (principals) untuk meningkatkan kesejahteraan
pesaham (ada konflik interest).
Pada teori signaling dinyatakan bahwa apapun informasi (sinyal) yang dikeluarkan oleh
perusahaan, investor berhak untuk tau. Investor pada akhirnya akan menilai apakah informasi
tersebut merupakan sinyal positif (good news) ataukah sinyal negatif (bad news). Teori signal
juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (prinsipal), dan pihak luar perusahaan
mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan
keuangan.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA


SELESAI
DAN
TERIMAKASIH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA) SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai