Anda di halaman 1dari 13

Opini: Teori Keagenan (Agency Theory) DEFINISI A theory explaining the relationship between principals, such as a shareholders, and

agents, such as a company's executives. In this relationship the principal delegates or hires an agent to perform work. The theory attempts to deal with two specific problems: first, that the goals of the principal and agent are not in conflict (agency problem), and second, that the principal and agent reconcile different tolerances for risk

PENDAHULUAN Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract.

Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan ataupun menyebabkan timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara Pemegang Saham (Stakeholders) dan organisasi.

Diskripsi bahwa manajer adalah agen bagi para pemegang saham atau dewan direksi adalah benar sesuai teori agensi.

PERMASALAHAN Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.

Karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan pengembalian yang sebesar2nya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang memadai dan sebesar2nya atas kinerjanya. Principal menilai prestasi Agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Makin tinggi laba, harga saham dan makin besar deviden, maka Agen dianggap berhasil/berkinerja baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi.

Sebaliknya Agen pun memenuhi tuntutan Principal agar mendapatkan kompensasi yang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang Agen dapat memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah2 target tercapai. Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif Agen sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan, misal: adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan; Capitalisasi expense yang tidak semestinya; Pengakuan penjualan yang tidak semestinya; yang kesemuanya berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam Neraca yang mempercantik laporan keuangan walaupun bukan nilai yang sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income smoothing (membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan perusahaan meraih keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba turun.

Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelolah perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan.

Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan karena pihak

agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan (discretionary power).

Contoh lain Agency theory sebenarnya juga dapat dipahami dalam lingkup lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang dipercayakan menjadi perpanjangan tangan keluarga mahasiswa untuk mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu mengakomodasi semua kepentingan keluarga. Namun, terkadang pengurus lembaga kemahasiswaan tak mampu menjalankan ini dengan baik. Kecenderungan pengurus lebih memilih melaksanakan kepengurusan sesuai dengan keinginannya. Kepentingan keluarga menjadi terabaikan.

Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah digunakannya Agency Theory dalam menjustifikasi akuntansi positif. Menurut Baiman (1990), terdapat 3 model hubungan agensi yaitu The Principal-Agent Model, The Transaction Cost Economics Model, The Rochester Model. Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan. Kesamaannya, pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, ketiganya menganalisa dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari hilangnya efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya, pertama, menekankan perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua, menekankan perbedaan aspek pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnyamasalah agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi; kelima, komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang dipakai dan menganalisanya.Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar dapat mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth (kekayaan). Bentuk

ekstrim (extreme ways) dari agency theory sendiri sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis untuk kepentingan legitimasi kepentingan mutualis insklusif.

Terdapat tiga masalah utama dalam hubungan agensi, yaitu : 1. Kontrol pemegang saham kepada manajer 2. Biaya yang menyertai hubungan agensi 3. Menghindari dan meminimalisasi biaya agensi

Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis, dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal. Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit dan sadar memasukkan beberapa penekanan seperti: 1. Kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan imbalan atau kompensasi keuangan 2. Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan 3. Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal 4. Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi global

SOLUSI & KESIMPULAN Ditegaskan oleh Watts (1992) bahwa hubungan agensi kaitannya dengan laporan keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepentingan pasar dan politik.

Hubungan agensi dengan demikian tidak dibangun dari akar self-interest, tetapi dengan cinta. Cinta akan tetap memberi kemanfaatan materi, saling berbagi dan kebermaknaan hidup. Mudahnya, bila konsep kekayaan hanya dipandang sebagai bentuk ekonomi semata, maka yang terjadi adalah konflik kepentingan di atas hubungan kooperatif. Tetapi bila konsep kekayaan dipandang sebagai bentuk trilogi, maka ada proses trust yang masuk dalam mekanisme hubungan, trust yang didasari oleh cinta dan saling berbagi. Gagasan ini memang mirip seperti model principal-agent yang lebih teoritis dan perlu diuji secara empiris, daripada mendekat pada model positivist yang lebih empiris tetapi akan mereduksi konsep teoritis yang sebenarnya

penting seperti juga ditegaskan oleh Eisenhardt (1989).

Dalam rangka memotivasi para manajer dan pemegang saham agar berperilaku dalam sikap yang memajukan tujuan perusahaan, Burdett dapat memberikan rekomendasi kepada dewan direksi, yaitu : 1. Penilaian terhadap kinerja manajer dibuat dengan kontrak yang jelas sehingga memotivasi agen bekerja dengan kepentingan terbaik principal 2. Principal memberikan pilihan rencana insentif jangka pendek dan jangka panjang dan agen diberikan keleluasan dengan batasan yang menguntungkan kepentingan para pemegang saham

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya konflik2 tersebut, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya: 1. Penyusunan Standar yang jelas mengenai siapa saja yang pantas menjadi apa baik untuk jabatan fungsional maupun struktural ataupun untuk posisi2 tertentu yang dianggap strategis dan kritis. Hal ini harus diiringi dengan sosialisasi dan implementasi (enforcement) tanpa ada pengecualian2 yang tidak masuk akal 2. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan untuk mencapai suatu jabatan tertentu dengan adil dan terbuka. Siapapun yang telah memenuhi syarat mempunyai kesempatan yang sama dan adil untuk terpilih. Terpilih artinya walaupun pejabat lain diatasnya tidak berkenan dengan orang tersebut, tetapi karena ia yang terbaik maka tidak ada alasan logis untuk menolaknya ataupun memilih yang orang lain. Disinilah peran profesionalisme dikedepankan 3. Akuntabilitas dan Transparansi setiap proses bisnis dalam organisasi agar memungkinkan monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang dilakukan oknum2 dapat diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi. Oknum2 tersebut harus diumumkan pada publik dan tindakan apa yang telah diambil untuk menciptakan kontrol agar tidak terjadi permainan sehingga oknum2 tersebut bisa lolos dari sangsi yang berat. Oknum yang terbukti bersalah tidak berhak lagi mendapatkan penghargaan sehingga dapat menimbulkan efek kapok bagi yang lain agar tidak berani mencoba-coba. Hal yang sama juga diperlakukan pada pegawai/pejabat yang berprestasi, selain diberi reward, juga diumumkan untuk memberi efek IDOL sehingga ditiru oleh pegawai/pejabat lainnya.

Akhirnya, akuntansi menjadi alat yang powerfull untuk memberikan keuntungan yang sebesarbesarnya kepada pemilik modal di satu sisi, juga dapat memberikan manfaat injeksi modal dan investasi yang makin besar dan linier kepada agen dari pemilik modal, yaitu manajemen perusahaan, dalam mengelola perusahaan.

Agency Theory Agency Theory Agency Theory menunjukkan bahwa perusahaan dapat dilihat sebagai suatu hubungan kontrak (loosely defined) antara pemegang sumber daya. Suatu hubungan agency muncul ketika satu atau lebih individu, yang disebut pelaku (principals), mempekerjakan satu atau lebih individu lain, yang disebut agen, untuk melakukan layanan tertentu dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agen. Hubungan utama agency dalam bisnis adalah mereka (antara pemegang saham dan manajer dan) 1 (2) antara debtholders dan pemegang saham. Hubungan ini tidak selalu harmonis, memang, teori keagenan berkaitan dengan konflik agency, atau konflik kepentingan antara agen dan pelaku. Hal ini memiliki implikasi untuk, antara lain, tata kelola perusahaan dan etika bisnis. Ketika agency terjadi cenderung menimbulkan biaya agency, yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk mempertahankan hubungan agency yang efektif (misalnya, menawarkan bonus kinerja manajemen untuk mendorong manajer bertindak untuk kepentingan pemegang saham). Oleh karena itu, teori keagenan telah muncul sebagai model yang dominan dalam literatur ekonomi keuangan, dan secara luas dibahas dalam konteks etika bisnis. Agency Theory secara formal berasal pada awal tahun 1970, namun konsep di balik itu memiliki sejarah panjang dan beragam. Di antaranya adalah pengaruh teori properti-hak, ekonomi organisasi, hukum kontrak, dan filsafat politik, termasuk karya Locke dan Hobbes. Sebagian ilmuwan penting terlibat dalam periode formatif teori agensi di tahun 1970-an termasuk Armen Alchian, Harold Demsetz, Michael Jensen, William Meckling, dan S.A. Ross. KONFLIK ANTARA MANAJER DAN PEMEGANG SAHAM Agency Theory menimbulkan masalah mendasar dalam organisasi "perilaku mementingkan diri sendiri. Manajer Sebuah perusahaan mungkin memiliki tujuan-tujuan pribadi yang bersaing dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemilik pemegang saham. Karena manajer pemegang saham memiliki hak untuk mengelola aset perusahaan, sebuah potensi konflik kepentingan muncul antara dua kelompok. KEBIASAAN MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI Agency Theory menunjukkan bahwa, tenaga kerja tidak sempurna dan pasar modal, manajer akan berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka sendiri dengan mengorbankan para pemegang saham

perusahaan. Agen memiliki kemampuan untuk beroperasi sendiri dan mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan terbaik dari perusahaan hal ini disebabkan oleh informasi yang bersifat asimetris (misalnya, manajer tahu lebih baik dari pemegang saham apakah mereka mampu memenuhi tujuan pemegang saham) dan ketidakpastian (misalnya, berbagai faktor memberikan kontribusi pada hasil-hasil akhir, dan mungkin tidak jelas apakah agen langsung menyebabkan hasil yang diberikan, positif atau negatif). Bukti perilaku manajerial mementingkan diri sendiri termasuk konsumsi beberapa sumber daya perusahaan dalam bentuk perquisites dan menghindari risiko posisi yang optimal, dimana manajer menghindari risiko bypass peluang yang menguntungkan di mana pemegang saham perusahaan akan lebih memilih untuk berinvestasi. Di luar investor menyadari bahwa perusahaan akan membuat keputusan yang bertentangan dengan kepentingan terbaik mereka. Oleh karena itu, investor memberikan potongan harga dan mereka bersedia membayar perusahaan sekuritas. Potensi konflik keagenan muncul setiap kali manajer perusahaan memiliki kurang dari 100 persen dari saham biasa perusahaan. Jika suatu perusahaan adalah kepemilikan tunggal yang dikelola oleh pemilik, manager pemilik akan melakukan tindakan untuk memaksimalkan kesejahteraan sendiri. Manajerpemilik mungkin akan mengukur utilitas oleh kekayaan pribadi, tetapi mungkin memikirkan pertimbangan lainnya, seperti hiburan dan perquisites, terhadap kekayaan pribadi. Jika pemilik-manajer meninggalkan sebagian kepemilikan-nya dengan menjual sebagian saham perusahaan kepada investor luar, maka akan muncul potensi konflik kepentingan, yang disebut konflik keagenan. Sebagai contoh, pemilik-manajer lebih memilih gaya hidup yang lebih santai dan tidak bekerja keras untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, karena kurangnya kekayaan yang akan ditambahkan ke manajer-pemilik. Selain itu, manajer-pemilik lebih memutuskan untuk mengkonsumsi perquisites, karena beberapa manfaat dari biaya konsumsi akan ditanggung oleh para pemegang saham external. Pada sebagian besar perusahaan publik bersekala besar, konflik kantor berpotensi cukup signifikan karena para manajer perusahaan sendiri umumnya hanya sebagian kecil dari saham biasa. Oleh karena itu, maksimalisasi kekayaan pemegang saham dapat disubordinasi untuk berbagai macam tujuan manajerial lainnya. Misalnya, manajer mungkin memiliki tujuan yang mendasar untuk memaksimalkan ukuran perusahaan. Dengan membuat sebuah, perusahaan besar cepat berkembang, eksekutif meningkatkan status mereka sendiri, menciptakan lebih banyak kesempatan untuk manajer tingkat rendah sampai menengah dan gaji, dan meningkatkan keamanan kerja mereka karena suatu pengambilalihan cenderung tidak ramah. Akibatnya, manajemen incumbent dapat melakukan diversifikasi dengan mengorbankan para pemegang saham yang dapat dengan mudah mendiversifikasi masing-masing portofolio hanya dengan membeli saham di perusahaan lain. Manajer dapat didorong untuk melakukan tindakan terbaik demi kepentingan pemegang saham melalui insentif, hambatan, dan hukuman. Bagaimanapun juga metode ini efektif hanya jika pemegang saham dapat mengamati semua tindakan yang diambil oleh manajer. Masalah moral mengambil untung semata, dimana agen mengambil tindakan tidak teramati dalam diri mereka untuk kepentingan-pribadi, yang berasal dari kelayakan bagi pemegang saham untuk memantau semua tindakan manajerial. Untuk mengurangi masalah moral mengambil untung semata, pemegang saham harus menanggung biaya agen.

BIAYA DARI KONFLIK PEMEGANG SAHAM-MANAJEMEN Biaya Agency didefinisikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham daripada berperilaku mementingkan diri sendiri. Gagasan biaya agen mungkin dihubungkan dengan Jurnal pada makalah yang berjudul Journal of Finance pada tahun 1976 oleh Michael Jensen dan William Meckling, yang menyarankan bahwa tingkat utang perusahaan dan tingkat manajemen ekuitas baik dipengaruhi oleh keinginan untuk mengendalikan biaya kantor. Ada tiga jenis utama dari biaya agen: (1) pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit; (2) pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara yang membatasi perilaku manajerial yang tidak diinginkan, seperti menunjuk anggota luar dewan direksi atau restrukturisasi bisnis perusahaan unit dan hirarki manajemen, dan (3) biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham-dikenakan pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada permasalahan tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang saham. Dengan tidak adanya upaya pemegang saham untuk mengubah perilaku manajerial, biasanya akan ada kehilangan sebagian kekayaan pemegang saham karena tindakan manajerial tidak pantas. Di sisi lain, biaya agen akan berlebihan jika pemegang saham berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan manajerial sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, jumlah optimal biaya agen yang harus ditanggung oleh pemegang saham ditentukan dalam "konteks biaya biaya-manfaat agen harus ditingkatkan selama setiap dolar yang dihabiskan meningkatkan hasil setidaknya kenaikan dolar dalam kekayaan pemegang saham. MEKANISME UNTUK MENGHADAPI KONFLIK ANTARA MANAJER DAN PEMEGANG SAHAM Ada dua posisi kunci untuk menghadapi konflik-konflik agency pemegang saham dan manager. Pada keadaan ekstrim, manajer perusahaan bertindak sepenuhnya berdasarkan perubahan harga saham. Dalam hal ini, biaya agen akan rendah karena manajer memiliki insentif besar untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham hal tersebut tentu akan sangat sulit, olehkarena itu, dalam keadaan tersebut menyewa manajer berbakat di bawah ikatan kontrak karena pendapatan perusahaan akan dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi yang tidak berada di bawah kendali manajerial. Pada keadaan ekstrim lainnya, pemegang saham dapat memonitor setiap tindakan manajerial, tapi ini akan sangat mahal dan tidak efisien. Solusi optimal terletak di antara ekstrim, di mana kompensasi eksekutif terkait dengan kinerja, tetapi beberapa pemantauan juga dilakukan. Selain pemantauan, mekanisme berikut ini mendorong para manajer untuk bertindak dalam kepentingan pemegang saham : (1) insentif berbasis kinerja rencana, (2) intervensi langsung oleh pemegang saham, (3) ancaman penembakan, dan (4), ancaman pengambilan alihan. Sebagian besar perusahaan publik kini memberlakukan kinerja saham, dimana saham yang diberikan kepada eksekutif berdasarkan kinerja seperti yang didefinisikan oleh tindakan keuangan seperti laba per saham, imbal hasil aset, imbal hasil ekuitas, dan perubahan harga saham. Jika kinerja perusahaan berada di atas target kinerja, manajer perusahaan mendapatkan lebih banyak saham. Jika kinerja di bawah

target, mereka menerima lebih sedikit dari 100 persen saham. rencana kompensasi insentif berbasis kinerja seperti saham, dirancang untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, mereka menawarkan insentif eksekutif untuk mengambil tindakan yang akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Kedua, rencana ini membantu perusahaan menarik dan mempertahankan manajer yang memiliki kepercayaan diri untuk risiko masa depan keuangan mereka pada kemampuan mereka sendiri yang harus mengarah pada kinerja yang lebih baik. Peningkatan persentase saham biasa di perusahaan Amerika dimiliki oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan reksadana. Manajer keuangan institusional memiliki pengaruh, jika mereka memilih, untuk menggunakan pengaruh yang cukup besar atas operasi perusahaan. Kelembagaan investor dapat mempengaruhi manajer sebuah perusahaan dalam dua cara utama. Pertama, mereka dapat bertemu dengan manajemen perusahaan dan menawarkan saran-saran mengenai operasi perusahaan. Kedua, pemegang saham institusional dapat mensponsori proposal untuk dipilih di dalam rapat umum pemegang saham tahunan, bahkan jika proposal ini ditentang oleh manajemen. Meskipun proposal pemegang saham yang disponsori tersebut nonbinding dan melibatkan isu-isu di luar operasi sehari-hari, hasil suara ini jelas mempengaruhi pendapat manajemen. Di masa lalu, kemungkinan manajemen sebuah perusahaan besar digulingkan oleh pemegang saham yang begitu jauh merupakan ancaman kecil. Ini benar karena kepemilikan sebagian besar perusahaan sangat luas, dan kontrol manajemen mengenai mekanisme suara begitu kuat, sehingga hampir tidak mungkin bagi pemegang saham pembangkang untuk mendapatkan suara yang diperlukan untuk menghapus manajer. Dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, kepala petugas eksekutif di American Express Co, General Motors Corp, IBM, dan Kmart semua mengundurkan diri di tengah-tengah oposisi institusional dan spekulasi bahwa keberangkatan mereka terkait dengan kinerja operasi perusahaan mereka yang rendah. Pengambilalihan secara tidak baik, yang terjadi ketika manajemen tidak ingin menjual perusahaan, yang paling mungkin untuk mengembangkan saat saham suatu perusahaan adalah dibawah nilai relatif terhadap potensi karena pengelolaan yang tidak memadai. Dalam pengambilalihan secara tidak baik, para manajer senior dari perusahaan yang diakuisisi biasanya diberhentikan, dan mereka yang ditahan kehilangan kemerdekaan mereka sebelum terjadi akuisisi. Ancaman dari disiplin pengambilalihan secara tidak baik mengubah perilaku manajerial dan mendorong manajer berusaha untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. PERUSAHAAN VERSUS KREDITOR: KONFLIK AGENCY BAGIAN KEDUA Selain konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer, ada konflik lembaga jenis kedua antara kreditur dan pemegang saham. Kreditor memiliki klaim utama pada bagian laba perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga dan pokok utang serta klaim atas aset perusahaan dalam hal kepailitan. Para pemegang saham, bagaimanapun, mempertahankan kontrol keputusan operasi (melalui manajer perusahaan) yang mempengaruhi kas perusahaan arus dan risiko yang berhubungan. Kreditor meminjamkan modal untuk perusahaan dengan harga yang didasarkan pada keberisikoan aset yang ada

perusahaan dan terhadap struktur modal perusahaan ada hutang dan pendanaan ekuitas, serta pada ekspektasi tentang perubahan keberisikoan kedua variabel. Pemegang saham, bertindak melalui manajemen, memiliki insentif untuk mendorong perusahaan untuk mengambil proyek-proyek baru yang memiliki risiko yang lebih besar daripada yang diantisipasi oleh kreditur perusahaan. Risiko yang meningkat akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diperlukan utang perusahaan, yang pada gilirannya akan menyebabkan nilai obligasi jatuh. Jika proyek investasi modal berisiko berhasil, semua manfaat akan pergi ke pemegang saham perusahaan, karena imbal hasil pemegang obligasi adalah tetap pada tingkat yang berisiko rendah yang asli. Jika proyek gagal, namun pemegang obligasi dipaksa untuk berbagi dalam kerugian. Di sisi lain, pemegang saham mungkin enggan untuk membiayai proyek-proyek investasi yang menguntungkan. Pemegang Saham perusahaan mengalami kesulitan keuangan tidak bersedia untuk mengumpulkan dana tambahan untuk membiayai proyek-proyek yang bernilai positif sekarang bersih karena tindakan ini akan menguntungkan pemegang obligasi lebih dari pemegang saham dengan menyediakan keamanan tambahan untuk klaim para kreditur. Manajer juga dapat meningkatkan tingkat hutang perusahaan, tanpa mengubah aktiva, dalam upaya untuk meningkatkan kembali leverage pemegang saham pada ekuitas. Jika utang lama tidak sebanding dengan utang yang baru dikeluarkan, maka nilainya akan berkurang, karena jumlah yang lebih besar dari kreditur akan memiliki klaim terhadap arus kas perusahaan dan aset. Kedua aset berisiko dan transaksi leverage meningkat memiliki efek mentransfer kekayaan dari pemegang obligasi perusahaan kepada pemegang saham. Pemegang Saham dan kreditor dapat mengakibatkan konflik dalam situasi di mana nilai total perusahaan menurun tapi harga sahamnya mengalami kenaikan. Hal ini terjadi jika nilai hutang perusahaan turun lebih dari peningkatan nilai saham biasa perusahaan. Jika pemegang saham mencoba mengambil alih kekayaan dari kreditur perusahaan, pemegang obligasi akan melindungi diri dengan menempatkan persyaratan dalam perjanjian hutang masa depan. Selain itu, jika kreditur percaya bahwa manajer sebuah perusahaan yang mencoba mengambil keuntungan dari mereka, mereka akan menolak untuk menyediakan dana tambahan untuk perusahaan atau akan mengenakan tingkat bunga di ataspasar untuk mengkompensasi risiko pengambilalihan kemungkinan klaim mereka. Dengan demikian, perusahaan yang berurusan dengan kreditur secara tidak adil dan juga kehilangan akses ke pasar utang atau menghadapi tingkat bunga yang tinggi dan adanya pembatasan, keduanya merugikan pemegang saham. Manajemen tindakan yang berusaha merebut kekayaan dari salah satu pemangku kepentingan perusahaan lainnya, termasuk karyawan, pelanggan, atau pemasok, akan ditangani melalui kendala yang sama dan sanksi. Misalnya, jika karyawan percaya bahwa mereka akan diperlakukan secara tidak adil, mereka akan menuntut tingkat upah di atas-pasar untuk mengimbangi kemungkinan tidak masuk akal kehilangan pekerjaan yang tinggi. AGENCY VERSUS KONTRAK

Meskipun pengertian agency dan kontrak berhubungan erat, beberapa akademisi bristle yang ada di pikiran mereka pada dasarnya sama. Secara khusus, mereka menunjukkan sejumlah fitur unik dari agen versus hubungan kontrak. Ada dua set perbedaan utama. Pertama, agen biasanya disimpan bukan untuk setiap himpunan tertentu atau diskrit tugas, tetapi untuk berbagai kegiatan, yang dapat berubah dari waktu ke waktu, yang konsisten dengan tujuan dasar dan kepentingan yang ditetapkan oleh pelaku. Dalam contoh ini pelaku harus prihatin dengan beberapa derajat tentang sikap pribadi agen, disposisi, dan karakteristik lain yang biasanya tidak menjadi perhatian dalam perjanjian kontrak. Pelaku menyewakan tujuan yang luas yang harus dipenuhi bukan tugas tertentu. Kedua, dalam hubungan agency memiliki kemerdekaan biasanya jauh lebih kecil antara agen dan pelaku diantara pihak kontraktor. Biasanya ini juga berarti bahwa hubungan pelaku-agent lebih hirarkis dan pengendalian kekuasaan daripada hubungan kontrak, dan termasuk dalam kekuatan yang lebih besar adalah untuk memberikan hadiah, menghukum, dan kontrol agen. Pandangan konvensional memiliki kartu yang merupakan aplikasi khusus teori kontrak. Namun, beberapa berpendapat bahwa kebalikannya adalah benar: kontrak adalah versi resmi, terstruktur, dan terbatas dari agen, tetapi lembaga itu sendiri tidak berdasarkan kontrak. AGENCY DAN ETIKA Karena hubungan agency biasanya lebih kompleks dan ambigu (dalam hal khusus apa agen diperlukan untuk melakukan tugas untuk pelaku) dari ikatan kontrak, agency disertai dengan isu-isu etis khusus dan masalah, baik mengenai agen dan pelaku. Ahli etika menunjukkan bahwa versi klasik dari teori keagenan mengasumsikan bahwa agen (misalnya, manajer) harus selalu bertindak dalam pelaku 'pemilik' kepentingan. Namun, jika diambil secara literal, ini memerlukan sebuah asumsi lebih lanjut bahwa (a) kepentingan pelaku selalu diterima secara moral yang atau (b) manajer harus bertindak tidak etis untuk memenuhi "kontrak" mereka dalam hubungan keagenan. Jelas, sikap ini tidak sesuai dengan setiap model praktis etika bisnis. Sebuah contoh kehidupan nyata dan akrab didengar adalah dilema PHK oleh perusahaan besar. kebijaksanaan konvensional menyatakan bahwa investor dihargai ketika perusahaan mengurangi pekerja mereka karena biaya operasi diturunkan, dalam teori terkemuka untuk keuntungan lebih besar. Harapan ini sering dibuat eksplisit dalam pelaporan berita yang mengelilingi sebuah episode perampingan; laporan menyoroti apakah investor tampaknya senang atau tidak senang dengan pengumuman tentang PHK massal, dan asumsi yang sering adalah bahwa manajemen perusahaan telah melakukan PHK sebagian, jika tidak secara keseluruhan, untuk menyenangkan pemegang saham dan meningkatkan kekayaan mereka. Dalam hal ini jelas bahwa kepentingan para pemegang saham dapat maju dengan mengorbankan setidaknya satu konstituen lain, yaitu karyawan. Dalam kasus tersebut, pertanyaan pengamat apakah etis untuk melayani kepentingan para pelaku tindakan tersebut ketika merugikan sejumlah besar orang, dan apakah para pemegang saham menerima manfaat yang sepadan dengan kerugian yang diderita pada karyawan yang diberhentikan. Sepanjang baris yang sama, yang lain telah mencatat bahwa sedikit teori keagenan tradisional

menyebutkan tentang apa kewajiban, moral atau sebaliknya, pelaku agen. Penekanannya terletak hampir secara eksklusif pada agen apa yang seharusnya atau harus dilakukan untuk para pelaku, mengandalkan, pada gilirannya, pada asumsi yang jelas bahwa pelaku akan mencukupi kompensasi agen "bahkan lebih daripada mencukupi untuk layanan mereka. Beberapa ilmuwan etika berpendapat bahwa pelaku memiliki kewajiban juga. Dalam contoh di atas, sebagian orang akan berpendapat bahwa tidak hanya itu tidak etis menyakiti karyawan untuk mendapatkan perbaikan (sering marjinal) di kekayaan pemilik saham, tetapi juga bahwa para pemegang saham memiliki kewajiban moral secara langsung kepada karyawan sebagai perluasan dari etika hubungan majikan / karyawan (yakni, tidak untuk menyakiti mereka sewenang-wenang, antara kewajiban lainnya). Ini masalah etika hanya rumit oleh kenyataan bahwa, seperti disebutkan di atas, pelaku sering kali lembaga daripada individu. Sementara itu, konsisten dengan perumusan teori konvensional, agen dianggap sebagai memiliki tugas etis terhadap para pelaku. Jika manajer bertindak dalam mementingkan diri sendiri "sebuah asumsi agak negatif " dan gagal untuk melayani kepentingan pemegang saham, mereka mungkin, menurut beberapa pandangan, telah jatuh dalam tanggung jawab etis mereka. Dalam arti yang lebih luas, sebagian melihat model lembaga tradisional sebagai pembenaran, sederhana bahkan menipu, untuk tradisional hubungan kekuasaan ekonomi, khususnya pemegang kekayaan yang besar dapat mengambil konsesi dari makhluk ekonomi lemah. Beberapa sarjana berpendapat bahwa dari sudut pandang sosial yang lebih luas, ada banyak jenis hubungan pelaku-agent, dan termasuk di antaranya adalah kenyataan bahwa para pemegang saham dapat dilihat sebagai agen untuk manajer, karyawan, dan masyarakat luas. [Robert T. Kleiman] Apr 6, 2010 Encyclopedia of Business | Agency Theory Source : http://www.enotes.com/biz-encyclopedia/agency-theory/print FURTHER READING: Bamberg, Giinter, and Klaus Spremann, eds. Agency Theory, Information, and Incentives. Berlin: Springer-Verlag, 1987. Bowie, Norman E., and R. Edward Freeman. Ethics and Agency Theory: An Introduction. New York: Oxford University Press, 1992. Fama, Eugene, and Michael Jensen. "Agency Problems and Residual Claims." Journal of Law and Economics 26 (1983), 327-349. Hayne, Leland E. "Agency Costs, Risk Management, and Capital Structure." Journal of Finance, August 1998. Jensen, Michael C., and William H. Meckling. "Theory of the Firm, Managerial Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure." Journal of Financial Economics 3 (October 1976), 305-360.

Myers, Stewart, and Nicholas Majluf. "Corporate Financing and Investment Decisions When Firms Have Information That Investors Do Not Have." Journal of Financial Economics 13 (June 1984), 187-221. Shankman, Neil A. "Reframing the Debate between Agency and Stakeholder Theories of the Firm." Journal of Business Ethics, May 1999.

Anda mungkin juga menyukai