Anda di halaman 1dari 19

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN ETIS

Kelompok 4

Suci Rahayu 21105360595


Priska Yuliani 21105360596
Sendy Yulianto Permono 21105360597
 Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan
memilih alternatif solusi yang ada

 Sebagai ilmu, pengambilan keputusan merupakan suatu aktivitas yang memiliki metode,
cara, dan pendekatan tertentu secara sistematis, teratur dan terarah.

 Keputusan etis adalah keputusan tentangapa yang benar dan apa yang salah
Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan
Etis
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau tindakan
yang dibuat dengan melihat:

 Konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya;

 Hak dan kewajiban yang terkena dampak;

 Keadilan yang terlibat;

 Motivasi atau kebajikan yang diharapkan.


1. Pendekatan Filosofi
 Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi

Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar secara moral jika dan
hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan
dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada
konsekuensi yang merugikan.

Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian,


oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks
bisnis, profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada
hasil atau akhir dari tindakan, maka disebut juga Teleological.
 Dentologi

Dentologi berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan
atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan.

Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting
bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.

Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan


yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan
konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal
atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
 Virtue Ethics (Etika Kebajikan)

Etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh
pengambil keputusan.

Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham hanya ingin memaksimalkan keuntungan jangka
pendek yang mana ini merupakan fokus yang terlalu sempit.

Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok nonpemegang saham harus menjadi pertimbangan


dalam pengambilan keputusan perusahaan. Pengambilan keputusan harus dapat mengonsolidasikan
kepentingan para pihak ke dalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu:

1. kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari keputusan;

2. keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam keuntungan dan beban;

3. keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku kepentingan.


2. Pendekatan Lima Pertanyaan
Pendekatan lima pertanyaan merupakan pendekatan etis komprehensif yang dikembangkan
oleh Graham Tucker dalam pengambilan keputusan.

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang cukup komprehensif karena melibatkan berbagai
kelompok kepentingan. Pendekatan ini penting dilakukan untuk menghindari monopoli tujuan
aktivitas bisnis yang hanya memprioritaskan pada maksimalisasi keuntungan.

Apakah Keputusan Itu? Interes Pemangku Kepentingan Yang Diperiksa

Menguntungkan? Pemegang Saham- Jangka Pendek

Sah dimata umum? Masyarakat luas-hak yang dapat ditegakan oleh hukum

Adil? Keadilan Bagi semua

Benar? Hak-hak lain Bagi semua

Mendukung Pembangunan Berkelanjutan Lebih Lanjut? Hak Khusus


3. Pendekatan Standar Moral
Pendekatan standar moral dibangun oleh Velasquez untuk menganalisis dampak stakeholder yang dibangun langsung
pada tiga kepentingan mendasar dari stakeholder itu sendiri. Ilustrasi dari pendekatan ini dapat dilihat dalam diagram
berikut ini:
Satandar Moral Pertanyaan Dari Keputusan Yang Diusulkan
Utilitarian: Apakah tindakan tersebut memaksimalkan
Memaksimalkan keuntungan bersih bagi masyarakat manfaat sosial dan meminimalkan luka
sosial?

Hak-Hak Individu: Dihormati dan dilindungi Apakah tindakan tersebut konsisten


dengan hak setiap orang?

Keadilan: Apakah tindakan tersebut membawa kita


Distribusi manfaat dan beban yang adil pada sebuah distribusi yang adil dari
  manfaat dan beban?

Pendekatan ini memandu para pengambil keputusan untuk melakukan analisis yang lebih luas berdasarkan
keuntungan bersih. Pendekatan ini menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan keputusan
daripada kerangka kerja lima pertanyaan.
4. Pendekatan Pastin
Pastin (1986) menggunakan konsep etika aturan dasar untuk mengungkapkan gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki nilai-
nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka. Pendekatan Pastin dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Aspek Kunci Tujuan Pemeriksaan Untuk:


Etika aturan dasar Menjelaskan sebuah organisasi atau aturan dan nilai-nilai individu
Etika titik akhir Menentukan manfaat bersih yang paling baik untuk semua pihak
Menetukan batasan-batasan yang harus dipertimbangkan seseorang atau organisasi sesuai
Etika peraturan dengan prinsip-prinsip etis
Menentukan cara bagaimana memindahkan batasan-batasan demi menghapuskan
Etika kontrak sosial kekhawatiran atau konflik
 Pendekatan Pastin Tradisional, yaitu: Etika aturan dasar yang digunakan untuk menangkap gagasan bahwa individu dan organisasi
memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka atau perilaku yang diharapkan. Jika keputusan
dianggap menyinggung nilai-nilai ini, kemungkinan akan terjadi kekecewaan atau balas dendam. Namun, hal ini dapat menyebabkan
pemberhentian atau pemutusan kerja seorang pegawai yang

 bertindak tanpa memahami dengan baik aturan dasar etika organisasi. Pastin mengusulkan agar dilakukan pemeriksaan terhadap keputusan
atau tindakan masa lalu.
Pendekatan Komperhensif Untuk EDM
Suatu analisis etika yang komperehensif harus melebihi pendekatan tradisional Tucker,
Velasques dan Pastin untuk menggabungkan penilaian tentang motivasi, kebajikan dan karakter
yang terlibat dalam perbandingan dengan apa yang diharapkan oleh para pemangku
kepentingan. Motivasi yang didasarkan pada kepentingan pribadi dapat menghasilkan keputusan
yang tidak etis ketika pedoman diri atau pengawasan eksternal tidak memadai. Pengawas
eksternal tidak mungkin menangkap semua keputusan perusahaan sebelum pelaksanaan
keputusan tersebut. Oleh karena itu penting bagi karyawan untuk memahami motivasi
pembuatan keputusan dari perspektif pemangku kepentingan.

Pertimbangan Uraian

Konsekuensialisme Keputusan yang diusulkan akan menghasilkan keuntungan lebih besar dari biaya

Keputusan yang diusulkan tidak menyinggung hak para pemangku kepentingan,


Hak-hak, Tugas atau Deontologi
termasuk pengambil keputusan

Kejujuran/ Kesetaraan dan Keadilan Disribusi manfaat dan beban harus adil
Harapan Kebijakan atau Etika Kebijakan Motivasi untuk keputusan harus mencerminkan ekspektasi kebajikan
Permasalahan Lainnya Dalam Pengambilan
Keputusan Etis
1. Masalah Bersama
 Masalah bersama mengacu pada kesenjangan atau mengetahui penggunaan aset atau sumber daya
yang dimiliki bersama secara berlebihan.
2. Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis
 Terkadang direktur, eksekutif atau akuntan professional akan mengalami kelumpuhan keputusan
akibat kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk menentukan pilihan maksimal karena
alasan ketidakpastian, kendala waktu dan sebab lainnya.
3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis
Diantaranya yaitu:
 Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis
 Salah menafsirkan harapan masyarakat. Banyak eksekutif salah mengira bahwa tindakan tidak etis
dapat diterima karena:
 Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan dampak pada pemegang saham
 Berfokus hanya pada legalitas
Langkah-langkah menuju sebuah keputusan
Etis
 Identifikasi fakta dan semua kelompok pemangku kepentingan serta kepentingan yang
mungkin akan terpengaruh.

 Membuat peringkat para pemangku kepentingan serta kepentingan mereka.

 Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan pada setiap kepentingan pihak yang
berkepentingan
Tujuh langkah menuju sebuah keputusan etis
menurut American Accounting Association
(1993) yaitu:
 Tentukan fakta-apa, siapa, dimana, kapan dan bagaimana

 Menetapkan isu etis

 Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama, aturan dan nilai- nilai

 Tentukan alternative

 Bandingkan nilai-nilai dan alternatif, serta melihat apakah muncul keputusan yang jelas

 Menilai konsekuensi

 Membuat keputusan anda


REVIEW ARTIKEL
Judul Artikel:
Model Pengambilan Keputusan Etis dalam Bisnis: Penalaran, Intuisi, dan Prinsip Moral Rasional
Penulis: Jaana Woiceshyn, Diterbitkan online: 28 Mei 2011

Fenomena Penelitian:
Keputusan etis memiliki dampak yang signifikan bagi sebuah bisnis pada berbagai konstituennya
(misalnya: pelanggan, karyawan, pemegang saham, pesaing, dan pemasok). Keputusan yang tidak etis
akan merugikan pembuat keputusan itu sendiri maupun orang lain, sedangkan keputusan etis memiliki
efek sebaliknya.

Gap Penelitian:
Bagaimana para pemimpin bisnis membuat keputusan etis? Berdasarkan data dari studi pengambilan
keputusan strategis oleh 16 CEO yang efektif (dan tiga yang tidak begitu efektif sebagai kontras),
penulis mengusulkan model pengambilan keputusan etis dalam bisnis di mana penalaran (pemrosesan
sadar) dan intuisi (pemrosesan bawah sadar) berinteraksi melalui membentuk, mengingat, dan
menerapkan prinsip-prinsip moral yang diperlukan untuk kesuksesan jangka panjang dalam bisnis.
Tujuan Penelitian:
Untuk mengidentifikasi model proses pengambilan keputusan etis, khususnya jika ditinjau
dengan menggunakan teori egoism rasional.

Kontribusi Penelitian:
Untuk menambah wawasan terkait pengambilan keputusan bagi Pemimpin/Manajer dengan
menggunakan teori Egoisme Rasional.

Teori yang digunakan:


Keputusan Etis, Egoisme Rasional

Metode Penelitian:
Kualitatif deskriptif, melalui studi empiris terhadap keputusan strategis yang diambil oleh 16
CEO (baik keputusan efektif maupun yang tidak efektif, sebagai kontras)
Hasil Penelitian:
Model pengambilan keputusan etis identik/hampir sama dengan pengambilan keputusan umum
yaitu dengan menggunakan pemrosesan ganda yang menggunakan penalaran sadar maupun
bawah sadar. Pembuat keputusan berputar bolak-balik antara dua tingkat pemrosesan tersebut
Ketika mengidentifikasi dilema moral dan menerapkan prinsip-prinsip moral atau lebih
dikenal dengan sebutan interaksi spiral. Efektivitas interaksi spiral dan pengambilan
keputusan secara keseluruhan didasarkan pada proses utama yaitu integrasi dari hal-hal
penting.
Selain model pengambilan keputusan etis tersebut, penulis juga berpendapat bahwa egoisme
rasional adalah kode moral yang dicapai oleh CEO dalam upaya mengejar kesuksesan jangka
panjang bagi perusahaan mereka ketika sedang menjalankan proses interaksi spiral dengan
mengintegrasikan hal-hal penting.
Kelebihan:
Teori terkait Keputusan Etis dan Egoisme Rasional telah dikupas secara komprehensif dan dibuktikan
melalui studi empiris dengan cara melakukan pengamatan melalui studi literatur atas berbagai keputusan
CEO yang efektif. Sehingga diperoleh hasil penelitian yang bermanfaat bagi pihak-pihak pengambil
keputusan dikemudian hari.

Kekurangan:
 Model penelitian yang digunakan hanya CEO, dimana CEO belum merepresentasikan seluruh pihak
pembuat keputusan bisnis.
 Teori yang digunakan hanya menggunakan egoisme rasional.

Saran:
 Digunakan model penelitian yang lebih luas/tidak hanya CEO saja. Misalnya top manajer hingga
manajer lini.
 Mengembangkan penelitian dengan menggunakan teori lainnya (selain teori egoism rasional). Misalnya:
pragmatisme,utilitarianisme, dan sebagainya.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai