KEPUTUSAN ETIS
Kelompok 4
Sebagai ilmu, pengambilan keputusan merupakan suatu aktivitas yang memiliki metode,
cara, dan pendekatan tertentu secara sistematis, teratur dan terarah.
Keputusan etis adalah keputusan tentangapa yang benar dan apa yang salah
Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan
Etis
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau tindakan
yang dibuat dengan melihat:
Konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya;
Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar secara moral jika dan
hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan
dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada
konsekuensi yang merugikan.
Dentologi berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan
atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan.
Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting
bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.
Etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh
pengambil keputusan.
Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham hanya ingin memaksimalkan keuntungan jangka
pendek yang mana ini merupakan fokus yang terlalu sempit.
1. kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari keputusan;
2. keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam keuntungan dan beban;
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang cukup komprehensif karena melibatkan berbagai
kelompok kepentingan. Pendekatan ini penting dilakukan untuk menghindari monopoli tujuan
aktivitas bisnis yang hanya memprioritaskan pada maksimalisasi keuntungan.
Sah dimata umum? Masyarakat luas-hak yang dapat ditegakan oleh hukum
Pendekatan ini memandu para pengambil keputusan untuk melakukan analisis yang lebih luas berdasarkan
keuntungan bersih. Pendekatan ini menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan keputusan
daripada kerangka kerja lima pertanyaan.
4. Pendekatan Pastin
Pastin (1986) menggunakan konsep etika aturan dasar untuk mengungkapkan gagasan bahwa individu dan organisasi memiliki nilai-
nilai fundamental yang mengatur perilaku mereka. Pendekatan Pastin dapat diilustrasikan sebagai berikut:
bertindak tanpa memahami dengan baik aturan dasar etika organisasi. Pastin mengusulkan agar dilakukan pemeriksaan terhadap keputusan
atau tindakan masa lalu.
Pendekatan Komperhensif Untuk EDM
Suatu analisis etika yang komperehensif harus melebihi pendekatan tradisional Tucker,
Velasques dan Pastin untuk menggabungkan penilaian tentang motivasi, kebajikan dan karakter
yang terlibat dalam perbandingan dengan apa yang diharapkan oleh para pemangku
kepentingan. Motivasi yang didasarkan pada kepentingan pribadi dapat menghasilkan keputusan
yang tidak etis ketika pedoman diri atau pengawasan eksternal tidak memadai. Pengawas
eksternal tidak mungkin menangkap semua keputusan perusahaan sebelum pelaksanaan
keputusan tersebut. Oleh karena itu penting bagi karyawan untuk memahami motivasi
pembuatan keputusan dari perspektif pemangku kepentingan.
Pertimbangan Uraian
Konsekuensialisme Keputusan yang diusulkan akan menghasilkan keuntungan lebih besar dari biaya
Kejujuran/ Kesetaraan dan Keadilan Disribusi manfaat dan beban harus adil
Harapan Kebijakan atau Etika Kebijakan Motivasi untuk keputusan harus mencerminkan ekspektasi kebajikan
Permasalahan Lainnya Dalam Pengambilan
Keputusan Etis
1. Masalah Bersama
Masalah bersama mengacu pada kesenjangan atau mengetahui penggunaan aset atau sumber daya
yang dimiliki bersama secara berlebihan.
2. Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis
Terkadang direktur, eksekutif atau akuntan professional akan mengalami kelumpuhan keputusan
akibat kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk menentukan pilihan maksimal karena
alasan ketidakpastian, kendala waktu dan sebab lainnya.
3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis
Diantaranya yaitu:
Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis
Salah menafsirkan harapan masyarakat. Banyak eksekutif salah mengira bahwa tindakan tidak etis
dapat diterima karena:
Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan dampak pada pemegang saham
Berfokus hanya pada legalitas
Langkah-langkah menuju sebuah keputusan
Etis
Identifikasi fakta dan semua kelompok pemangku kepentingan serta kepentingan yang
mungkin akan terpengaruh.
Menilai dampak dari tindakan yang diusulkan pada setiap kepentingan pihak yang
berkepentingan
Tujuh langkah menuju sebuah keputusan etis
menurut American Accounting Association
(1993) yaitu:
Tentukan fakta-apa, siapa, dimana, kapan dan bagaimana
Tentukan alternative
Bandingkan nilai-nilai dan alternatif, serta melihat apakah muncul keputusan yang jelas
Menilai konsekuensi
Fenomena Penelitian:
Keputusan etis memiliki dampak yang signifikan bagi sebuah bisnis pada berbagai konstituennya
(misalnya: pelanggan, karyawan, pemegang saham, pesaing, dan pemasok). Keputusan yang tidak etis
akan merugikan pembuat keputusan itu sendiri maupun orang lain, sedangkan keputusan etis memiliki
efek sebaliknya.
Gap Penelitian:
Bagaimana para pemimpin bisnis membuat keputusan etis? Berdasarkan data dari studi pengambilan
keputusan strategis oleh 16 CEO yang efektif (dan tiga yang tidak begitu efektif sebagai kontras),
penulis mengusulkan model pengambilan keputusan etis dalam bisnis di mana penalaran (pemrosesan
sadar) dan intuisi (pemrosesan bawah sadar) berinteraksi melalui membentuk, mengingat, dan
menerapkan prinsip-prinsip moral yang diperlukan untuk kesuksesan jangka panjang dalam bisnis.
Tujuan Penelitian:
Untuk mengidentifikasi model proses pengambilan keputusan etis, khususnya jika ditinjau
dengan menggunakan teori egoism rasional.
Kontribusi Penelitian:
Untuk menambah wawasan terkait pengambilan keputusan bagi Pemimpin/Manajer dengan
menggunakan teori Egoisme Rasional.
Metode Penelitian:
Kualitatif deskriptif, melalui studi empiris terhadap keputusan strategis yang diambil oleh 16
CEO (baik keputusan efektif maupun yang tidak efektif, sebagai kontras)
Hasil Penelitian:
Model pengambilan keputusan etis identik/hampir sama dengan pengambilan keputusan umum
yaitu dengan menggunakan pemrosesan ganda yang menggunakan penalaran sadar maupun
bawah sadar. Pembuat keputusan berputar bolak-balik antara dua tingkat pemrosesan tersebut
Ketika mengidentifikasi dilema moral dan menerapkan prinsip-prinsip moral atau lebih
dikenal dengan sebutan interaksi spiral. Efektivitas interaksi spiral dan pengambilan
keputusan secara keseluruhan didasarkan pada proses utama yaitu integrasi dari hal-hal
penting.
Selain model pengambilan keputusan etis tersebut, penulis juga berpendapat bahwa egoisme
rasional adalah kode moral yang dicapai oleh CEO dalam upaya mengejar kesuksesan jangka
panjang bagi perusahaan mereka ketika sedang menjalankan proses interaksi spiral dengan
mengintegrasikan hal-hal penting.
Kelebihan:
Teori terkait Keputusan Etis dan Egoisme Rasional telah dikupas secara komprehensif dan dibuktikan
melalui studi empiris dengan cara melakukan pengamatan melalui studi literatur atas berbagai keputusan
CEO yang efektif. Sehingga diperoleh hasil penelitian yang bermanfaat bagi pihak-pihak pengambil
keputusan dikemudian hari.
Kekurangan:
Model penelitian yang digunakan hanya CEO, dimana CEO belum merepresentasikan seluruh pihak
pembuat keputusan bisnis.
Teori yang digunakan hanya menggunakan egoisme rasional.
Saran:
Digunakan model penelitian yang lebih luas/tidak hanya CEO saja. Misalnya top manajer hingga
manajer lini.
Mengembangkan penelitian dengan menggunakan teori lainnya (selain teori egoism rasional). Misalnya:
pragmatisme,utilitarianisme, dan sebagainya.
SELESAI