Anda di halaman 1dari 20

PENGUNGKAPAN: LAPORAN KEUANGAN INTERIM, PELAPORAN EMITEN

BEPROSES IPO, LAPORAN YANG HARUS DISIAPKAN UNTUK IPO, RIGHT


ISSUES. PERATURAN BAPEPEM UNTUK IPO ADALAH SERI PERATURAN
BAPEPEM IX.A. 1-14 DAN IX.C1-11, UNTUK RIGHT ISSIUES, IX.D.1-5

A. PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM


1. Laporan Keuangan Interim
Di Indonesia, laporan keuangan interim dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 03 tentang Laporan Keuangan Interim yang terdapat dalam
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan
yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim: (1)
harus dipandang sebagai bagian yang integral dari periode tahuan; dan (2) dapat disusun
secara bulanan, triwulanan, atau periode lain yang kurang dari setahun dan mencakupi
seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan.
Selain itu, Laporan Keuangan Interim adalah interim statement yaitu laporan
keuangan bersifat antar waktu untuk kepentingan masyarakat pengguna jasa bank dan
pihak lain yang terkait, yang meliputi periode bulanan atau triwulanan yang merupakan
bagian integral dari laporan tahunan, laporan keuangan interim wajib disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang sama dengan laporan keuangan tahunan yang
sekurang-kurangnya terdiri atas neraca, perhitungan laba rugi, laporan ikat
janji/komitmen dan kontingensi, jika terjadi perubahan dalam prinsip akuntansi,
pelaporan pada periode interim harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan terakhir.
Menurut IAI, laporan keuangan interim harus dipandang sebagai bagian yang integral
dari periode tahunan yang dapat disusun baik secara bulanan, kwartalan atau semesteran
dan didalamnya harus mencakup semua komponen laporan keuangan sesuai standar
akuntansi keuangan.
Periode interim adalah suatu periode laporan keuangan yang lebih pendek dari satu
tahun buku penuh.
PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan menetapkan laporan keuangan
lengkap meliputi:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
d. Laporan arus kas selama periode
e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan
informasi penjelasan lain, dan
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali secara retrospektif dari pos-pos dalam laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2. Komponen Minimal Laporan Keuangan Interim
Laporan keuangan interim minimal mencakup komponen berikut:
a. Laporan posisi keuangan ringkas
b. Laporan laba rugi komprehensif ringkas, yang disajikan:
1) Dalam satu laporan laba rugi komprehensif ringkas,atau
2) Dalam satu laporan laba rugi ringkas terpisah dan satu laporan laba rugi
komprehensif ringkas.
3. Pandangan tentang Laporan Interim
Terdapat dua pandangan mengenai laporan keuangan interim:
a. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai dasar periode akuntansi dan
menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap priode ditentukan dengan cara yang sama
sperti pada priode tahunan.
b. Pandangan yang menganggap priode interim sebagai bagian yang intergral dengan
priode tahunan.
4. Sifat Laporan Keuangan Interim
Secara konseptual, laporan keuangan interim (interim report) menyediakan informasi
yang lebih tepat waktu, tetapi kurang lengkap dibandingkan dengan laporan keuangan
tahunan (annual report). Laporan keuangan interim menunjukkan adanya trade-off antara
ketepatan waktu dan kehandalan data-data keuangan, karena memerlukan adanya
estimasi untuk melakukan review piutang, utang dagang/usaha, persediaan, dan informasi
lainnya yang mendukung pengukuran yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan.
Kebutuhan minimum pengungkapan sebagaimana diatur dalam APB Opinion Nomor 28
tidak mewajibkan penyajian keuangan yang wajar hasil operasi dan posisi keuangan
sesuai dengan PABU.
Berdasarkan APB Opinion Nomor 28, masing-masing periode interim merupakan
bagian integral dari laporan tahunan (annual report). Hasil perhitungan periode interim
harus didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik yang digunakan dalam tahun terakhir
penyusunan laporan keuangan. Meskipun demikian, modifikasi tetap diperbolehkan
untuk menyesuaikan periode interim dengan periode tahunan supaya memiliki informasi
yang berarti. Sebagai contoh, laporan interim memodifikasi prosedur yang digunakan
untuk penghitungan biaya produksi dan biaya-biaya yang lain yang biasanya digunakan
dalam laporan tahunan.
5. PSAK Yang Mengatur Laporan Keuangan Interim
PSAK 3 mengatur mengenai standar penyusunan laporan keuangan interim untuk
entitas yang diwajibkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
misalnya pasar modal dan bursa efek. Sedangkan untuk jenis usaha tertentu, seringkali
diatur cara penyusunandan pelaporan laporan interim tersendiri oleh regulator dibidang
usaha tertentu, misalnya perbankan yang harus tunduk pada peraturan yang ditentukan
oleh Bank Indonesia selaku bank sentral di Indonesia
6. Penyajian Laporan Keuangan Interim
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 03 tentang Laporan
Keuangan Interim berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan laporan
keuangan interim oleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya: pasar modal, dan
lain-lain. Untuk industri yang telah diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
industri yang bersangkutan secara khusus, misalnya perbankan, maka harus mengikuti
standar khusus tersebut.
Laporan keuangan interim meliputi: (1) neraca; (2) laporan laba/rugi; (3) saldo laba
interim; (4) laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan
interim harus menyajikan secara komparatif dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Perhitungan laba/rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun
buku sampai dengan periode interim terakhir yang dilaporkan (year-to-date).
Laporan keuangan interim harus menggolongkan aktiva sebagai kelompok lancar dan
tidak lancar, dan kewajiban sebagai kelompok jangka pendek dan jangka panjang sesuai
laporan keuangan tahunan. Kalau suatu aktiva dan kewajiban dapat atau harus
direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca interim, maka aktiva
tersebut digolongkan sebagai lancar; atau kewajiban tersebut digolongkan sebagai jangka
pendek; kalau tidak aktiva tersebut digolongkan sebagai tidak lancar atau kewajiban
tersebut digolongkan sebagai jangka panjang.
Khusus untuk perusahan tertentu, antara lain bank dan asuransi, yang mempunyai
metode khusus dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan aktiva harus dilakukan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
7. Pelaporan Keuangan Interim Dengan Pelaporan Keuangan Tahunan
Unsur yang sama antara pelaporan keuangan intrim dengan pelaporan keuangan
tahunan adalah :
a. Dasar pengakuan pendapatan
b. Kebijakan akuntansi dasar pelaporan pada periode interim, kecuali jika ada perubahan
dalam standar akuntansi.
c. Penyajian penggolongan aktiva sebagai lancar dan tidak lancar, dan kewajiban
sebagai jangka pendek dan jangka panjang.
8. Pengakuan Dan Pengukuran
PSAK 3 mensyaratkan suatu perusahaan untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dalam laporan keuangan interimnya sebagaimana kebijakan yang diterapkan dalam
laporan keuangan tahunannya. Namun, untuk perubahan kebijakan akuntansi yang
dilakukan setelah tanggal laporan keuangan terkini yang akan tercemin dalam laporan
keuangan tahunan berikutnya, maka kebijakan akuntansi yang baru tersebut harus
diterapkan untuk laporan interim di tahun berjalan. Hal ini demi untuk menjaga
konsistensi antara laporan keuangan interim tahun berjalan dengan laporan keuangan
tahun berikutnya.
PSAK 3 mensyaratkan bahwa pengukuran untuk tujuan laporan keuangan interim
harus dilakukan dengan dasar periode awal tahun buku sampai dengan periode interim
terakhir yang dilaporkan, karena laporan keuangan interim adalah bagian dari laporan
keuangan tahunannya yang lebih luas dan juga agar frekuensi pelaporan interim suatu
perusahaan (semesteran atau triwulanan) tidak memengaruhi pengukuran hasil
tahunannya.
Selanjutnya menetapkan bahwa pendapatan yang diterima secara musiman, berulang,
atau berkala dalam satu tahun buku tidak diantisipasi atau ditangguhkan pada tanggal
interim jika antisipasi atau penangguhan tidak akan sesuai pada akhir tahun buku
perusahaan tersebut, sedangkan beban yang terjadi secara tidak beraturan selama tahun
buku harus diantisipasi atau ditangguhkan untuk tujuan pelaporan interim, jika hanya
jika, hal tersebut adalah tepat untuk mengantisipasi atau menangguhkan jenis beban
tersebut pada akhir tahun buku.
Dalam laporan interim harus mengakui perubahan estimasi year to date dan bisa saja
estimasi itu berbeda dengan laporan keuangan interim sebelumnya tahun tersebut.Namun
prinsip pengakuan asset, liabilities, pendapatan, beban harus sesuai dengan laporan
keuangan tahunan.
Contoh : PT. A dengan tahun buku yang berakhir pada 31 Desember, menyusun
laporan keuangan interim triwulanan. Kontrak kerja antara perusahaan dan karyawan
mendapatkan gaji ke-13, dan bonus tambahan diskresioner yang bergantung pada laba
perusahaan untuk tahun tertentu.Dalam contoh ini, perusahaan harus mengakui (accured)
jumlah proposional gaji ke-13, tetapi tidak bonus diskresionernya dalam setiap laporan
keuangan triwulan.
PSAK 3 menyarankan berkenaan dengan valuasi persediaan dan biaya litbang agar
pengukuran periode interim dilakukan seolah-olah setiap periode interim berdiri sendiri
sebagai periode pelaporan independen.
Contoh : PT. B dengan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember,
menyajikan laporan keuangan interim triwulanan. Pada tanggal 30 September 2012,
perusahaan mengestimasi bahwa nilai realisasi neto dari sejumlah persediaan adalah lebih
rendah dari harga perolehannya. Dalam contoh ini, bahkan jika perusahaan tersebut
mengestimasi realisasi neto persediaaan diatas biaya perolehan pada akhir tahun,
perusahaan ini diwajibkan untuk melakukan penurunan nilai persediaan tersebut ke nilai
realisasi bersihnya dan mengakui kerugian pada laporan interim triwulan ke tiganya.
Namun yang perlu diperhatikan bahwa perlakuan diatas tidak sejalan dengan teori
integral. Diasumsikan bahwa persediaan itu masih dimiliki sampai 31 Desember 2012,
dan hingga pada tanggal tersebut, nilai realisasi neto persediaan diestimasi lebih tinggi
dari biaya perolehannya. Dalam contoh ini, kerugian yang dihapus bukukan dalam
laporan keuangan interim triwulan ketiga harus dibalikkan dan persediaan tersebut
disajikan pada harga aslinya dalam laporan keuangan tahunan ditahun 2012.
PSAK 3 menetapkan bahwa prosedur pengukuran yang digunakan dalan laporan
keuangan interim harus dibuat untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan adalah
andal serta pengungkapan yang sesuai untuk informasi keuangan material yang relevan
untuk memahami posisi atau kinerja keuangan perusahaan diungkapkan secara memadai.
Contoh: guna menyusun laporan keuangan interim, tidaklah perlu untuk melakuakan
perhitungan fisik perseediaan secara keseluruhan, jika nilai persediaan dapat
diestimasikan secara andal dengan menggunakan teknik (metode) estimasi.
PSAK 3 juga menetapkan bahwa jika estimasi jumlah yang dilaporkan dalam satu
periode interim diubah secara signifikan selama periode interim terakhir, sifat dan jumlah
perubahan tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tahunan
untuk tahun buku tersebut.
PSAK 3 menetapkan perubahan dalam kebijakan akuntansi harus dijelaskan dengan
menyatakan kembali laporan keuangan periode interim sebelumnya dari tahun buku
berjalan dan periode interim komparatif dari tahun buku sebelumnya. Hal ini untuk
menjamin bahwa kebijakan akuntansi tertentu diterapkan pada kelompok transaksi
tertentu untuk keseluruh tahun buku yang bersangkutan. Dalam permasalahan
materialitas PSAK 3 menetapkan bahwa dalam memutuskan bagaimana cara mengakui,
mengukur, mengklasifikasi, atau mengungkapkan unsur untuk tujuan pelaporan keuangan
interim, maka materialitas harus dinilai terkait dengan data keuangan periode interim.
9. Pengungkapan Ringkasan Data Keuangan Interim
Apabila perusahaan melaporkan ringkasan informasi keuangan pada tanggal laporan
keuangan interim, maka data berikut merupakan data minimum yang harus dilaporkan:
a. Pendapatan atau penjualan kotor, beban, estimasi pajak penghasilan, pos luar biasa
(termasuk pengaruh terhadap pajak penghasilan yang terkait), pengaruh kumulatif
perubahan akuntansi, perubahan akuntansi, dan laba bersih.
b. Data laba bersih per saham untuk setiap periode interim yang disajikan.
c. Pendapatan dan beban musiman.
d. Perubahan yang penting dalam taksiran pajak penghasilan.
e. Pelepasan suatu segmen usaha, pos luar biasa, transaksi tidak biasa, dan tidak sering
terjadi.
f. Kewajiban kontinjen.
g. Perubahan akuntansi.
h. Perubahan yang material pada unsur laporan arus kas.
Laporan keuangan interim terakhir, misalnya laporan keuangan interim triwulan
keempat, tidak perlu disusun karena pada dasarnya laporan keuangan tersebut dapat
digantikan dengan laporan keuangan tahunan. Dalam hal laporan keuangan interim
triwulan keempat hendak diterbitkan, maka penerbitannya dilakukan bersamaan dengan
penerbitan laporan keuangan tahunan. Di samping itu, isi dari laporan keuangan interim
triwulan keempat harus merupakan selisih dari laporan keuangan tahunan dan laporan
keuangan interim sebelumnya tahun yang bersangkutan.
10. Format Dan Isi Laporan Keuangan Interim
Terdapat dua pilihan bagi entitas dalam menyajikan laporan keuangan interim yaitu
a. Laporan Keuangan Interim Lengkap
Jika entitas menerbitkan laporan keuangan interim lengkap, maka format dan isi
laporan keuangan interim harus disusun sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 1.
Peraturan Bapepam dan LK X.K.2 menetapkan bahwa dalam menyajikan LKTT
emiten wajib menyajikan laporan keuangan interim secara lengkap. Dengan demikian
format dan isi laporan keuangan interim tersebut harus sesuai dengan pengaturan
dalam dalam PSAK 1, kecuali terkait dengan periode perbandingan mengikuti
pengaturan dalam PSAK 3.
b. Laporan keuangan interim ringkas
Jika entitas memilih menerbitkan laporan keuangan interim ringkas, maka PSAK 3
mengatur komponen minimum laporan keuangan interim sebagai berikut:
1) Laporan posisi keuangan (neraca) ringkas
2) Laporan laba rugi komprehensif ringkas
3) Laporan perubahan ekuitas ringkas
4) Laporan arus kas ringkas
5) Catatan atas laporan keuangan pilihan atau tertentu.
B. PELAPORAN EMITEN BEproses IPO
1. Pengertian Initial Public Offering (IPO)
Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) merupakan salah satu
tahapan terpenting dalam proses perusahaan untuk menuju pasar modal atau go public.
IPO merupakan Pasar Perdana bagi suatu perusahaan untuk menawarkan efeknya (saham,
obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) kepada publik. Bagi suatu perusahaan
(Emiten) IPO secara financial merupakan saran untuk memproleh modal untuk
pengembangan bisnis perusahaan dan sarana lainnya sebagai parameter bahwa
perusahaan tersebut telah menjalankan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan
perusahaan yang dampaknya dapat memperoleh citra perusahaan. Pengaturan IPO sendiri
diatur dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 mengenai Penanaman Modal yang
ditetapkan pada tanggal 26 April 2007 (Sebagai pengganti Undang-Undang No. 8 tahun
1985 tentang Pasar Modal) dan Keputusan Menteri Keuangan serta peraturan-peraturan
yang di keluarkan oleh BAPEPAM dan Bursa Efek.
Keutungan dalam melakukan IPO antara lain adalah signifikan akses untuk
mendapatkan modal investasi yang lebih besar; kredibilitas sebagai hasil dari dukungan
dan sponsor dari sebuah perusahaan investasi perbankan; beberapa harga saham yang
mendukung setelah perusahaan private terdaftar secara publik; serta cakupan analisis dan
laporan penelitian membantu masyarakat tetap dapat mendapatkan informasi.
Sementara kerugian dari Penawaran Umum Perdana antara lain mencakup kesuksesan
IPO yang bergantung pada bankir investasi dan kondisi pasar; IPO membutuhkan biaya
yang lebih besar dari penawaran umum langsung dan seringkali juga lebih besar dari
penggabungan reverse, tidak termasuk biaya komisi; serta signifikan persyaratan dari
manajemen untuk mengadakan rapat, panggilan konferensi dan roadshow.
2. Proses IPO (Penawaran Umum Perdana)
Dalam proses IPO (Proses Emisi), Emiten harus menempuh serangkaian tahap yang
cukup panjang. Secara garis bedar peruses IPO dapat dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:
sebelum emisi, selama emisi dan sesudah emisi
a. Sebelum Emisi
1. Persiapan emisi efek
Sebelum emisi, rencana manajemen perusahaan mencari dana melalui go
public mesti dibawa ke rapat umum pemegang saham (RUPS) atau rapat umum
pemegang saham luar biasa (RUPS-LB) untuk dimintakan persetujuan. Setelah
persetujuan diperoleh, emiten kemudian harus mencari dan menunjuk pihak-pihak
tertentu untuk menjamin emisi dan membantu menyiapkan kelengkapan dokumen
emisi.
Pihak-pihak yang terlibat tersebut meliputi perusahaan efek, profesi
penunjang dan lembaga penunjang. Perusahaan efek dapat pula berfungsi sebagai
penjamin pelaksana emisi, penjamin emisi, sekaligus agen penjual.
Profesi penunjang yang diperlukan mencakup :
a) Akuntan publik (Auditor Independen) untuk melakukan audit atas laporan
keuangan 2 tahun terakhir.
b) Notaris untuk melakukan perubahan atas Anggaran Dasar, membuat akta-akta
perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.
c) Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum.
d) Lembaga-lembaga penunjang yang berperan antara lain.
e) Wali amanat sebagai wali dari kepentingan investor (untuk emisi obligasi).
f) Penanggung (Guarator).
g) Biro Administrasi efek.
h) Kustodian untuk tempat penitipan harta.
Persiapan dokumen emisi sendiri teridiri dari surat pengantar pernyataan
terdaftar; prospektus lengkap, iklan, brosur, edaran; dokumen lain yang
diwajibkan; rencana jadwal emisi; konsep surat efek; laporan keuangan; rencana
penggunaan dana yang dirinci per tahun; proyeksi jika dicantumkan dalam
prospektus; legal audit; legal opinion; riwayat hidup komisaris dan direksi;
perjanjian penjamin emisi; perjanjian agen penjualan; perjanjian penanggungan
(untuk emisi obligasi); perjanjian perwaliamanatan (untuk emisi obligasi);
perjanjian dengan bursa efek; kontrak pengelolaan saham; kesanggupan emiten
untuk menyerahkan semua laporan yang diwajibkan perundang-undangan pasar
modal, dan informasi lainnya yang bukan bagian dari pernyataan pendaftaran
yang diminta BAPEPAM.
2. Pendaftaran Pernyataan Emisi
Setelah semua dokumen yang diperlukan untuk emisi telah lengkap,
emiten mengadakan kontrak pendahuluan dengan bursa efek dan menandatangani
perjanjian-perjanjian emisi. Khusus penawaran obligasi atau efek hutang lainnya
emiten harus mendapatkan terlebih dahulu peringkat dari lembaga pemeringkat
efek. Barulah kemudian emiten bersama penjamin emisi menyampaikan
pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumen kepada Bapepam, sekaligus
melakukan ekspose terbatas di Bapepam.
Di Bapepam semua dokumen emisi yang telah diterima diperiksa
kelengkapannya dan juga dievaluasi, baik dari segi kelengkapannya, kecukupan,
kejelasan informasi, keterbukaan, maupun aspek hukum, akuntansi, keuangan dan
manajemen. Dalam waktu maksimum 45 hari kerja jika Bapepam tidak
menyampaikan komentar, permintaan perubahan/tambahan informasi maka
pernyataan pendaftaran emiten dianggap efektif
b. Selama Emisi
1. Selama masa penawaran efek
Pada tahap ini, emiten melakukan aktivitas penawaran efek pada pasar
perdana yang sering disebut IPO (Initial Public Offering), melaksanakan
penjualan saham perdana, sampai mencatat efek yang di lepas ke public ke Bursa
Efek sehingga Investor dapat memperjualbelikan efek yang dimilikinya. Selama
masa periode emisi dibedakan menjadi periode pasar perdana dan pasar sekunder
2. Penawaran umum efek
Periode pasar perdana, mencakup periode mulai dari efek ditawarkan
kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi melalui para agen penjual yang
ditunjuk, penjatahan oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten, hingga
penyerahan efek kepada investor. Jadi sesudah Bapepam menyatakan pernyataan
pendaftaran efektif, emiten mulai menyediakan prospectus lengkap untuk publik
dan calon pembeli dan memuat prospectus ringkas tersebut dalam sebuah surat
kabar harian atau lebih yang berbahasa Indonesia dan tersebar secara nasional.
Pemasangan prospectus ringkas tersebut dilakukan tiga hari kerja sebelum masa
penawaran umum agar calon pembeli dapat mempelajari terlebih dahulu
penawaran emiten.
Pada masa penawaran umum, calon investor yang tertarik dapat mulai
mengajukan pesanan kepada penjamin emisi melalui agen penjualan yang
ditunjuknya. Masa ini berlangsung tiga hari kerja dan selesai 60 hari setelah
efektifnya pernyataan pendaftaran. Berakhirnya masa penawaran disusul dengan
penjatahan efek. Penjatahan efek adalah pengalokasian efek para investor sesuai
dengan jumlah yang tersedia. Jika kemudian ternyata jumlah permintaan efek
selama masa penawaran umum melebihi jumlah efek yang ditawarkan, diadakan
penjatahan khusus oleh manajer penjatahan.
Masa penjatahan berjalan hingga 6 hari kerja setelah berakhirnya masa
penawaran. Efek yang sudah dialokasikan kemudian diserahkan kepada investor
dala bentuk surat saham kolektif. Dimana sertifikat tersebut sudah harus tersedia
paling lambat 3 hari kerja sebelum pencatatan.
3. Pencatatan efek di bursa
Periode pasar sekunder yaitu periode pencatatan efek di bursa sampai
perdagangan sekunder dimulai. Bapepam mensyaratkan bahwa pencatatan harus
dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah dimulainya masa penawaran
umum atau 30 hari sesudah ditutupnya masa penawaran umum tersebut,
tergantung mana yang lebih dahulu.
4. Persyaratan pencatatan saham
a) Laporan keuangan diaudit akuntan terdaftar di Bapepam dengan pendapat
Wajar Tanpa Kualifikasi (WTK) untuk tahun buku terakhir.
b) Minimal jumlah saham yang dicatatkan sebanyak 1 juta saham
c) Jumlah pemegang saham minimal 200 pemodal
d) Emiten wajib mencatatkan seluruh sahamnya yang telah ditempatkan dan
distor penuh sepanjang tidak bertentangan dengan kepemilikan asing
(maksimal 49% dari jumlah saham yang tercatat di bursa)
c. Sesudah Emisi
1. Pelaporan emisi efek
Sesudah efek diperdagangkan di pasar sekunder, emiten diwajibkan
memberikan pelaporan kepada BEI dan BAPEPAM. Pelaporan kepada kedua
Institusi ini terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a) Laporan rutin yaitu berupa laporan keuangan tahunan, laporan keuangan
tengah tahunan atau laporan triwulanan (laporan keuangan interim). Laporan
rutin kepda BAPEPAM tidak hanya meliputi laporan keuangan saja tetapi juga
mencakup beberapa laporan lainnya, seperti laporan penggunaan dana hasil
emisi.
b) Laporan berkala yaitu laporan mengenai terjadinya setiap kejadian penting dan
relevan.
c) Laporan lainnya, yaitu mencakup laporan mengenai perubahan anggaran dasar,
rencana RUPS/RUPSLB, perubahan susunan direksi dan komisaris, dan
mengenai penyimpangan proyeksi yang dipublikasikan lebih dari 10%.
Seluruh laporan yang disampaikan emiten kepada bursa akan
dipublikasikan kepada para investor melalui pengumuman di lantai bursa maupun
melalui papan informasi. Dengan demikian investor, terutama investor publik,
sebagai pihak yang tidak memiliki akses langsung kepada emiten, dapat
mengetahui perkembangan performa emiten sehingga dapat mengambil tindakan
yang menguntungkan bagi kegiata investasinya.
3. Peraturan BAPEPAM LK untuk IPO
Peraturan-Peraturan Bapepam LK yang Mengatur Mengenai IPO yaitu IX. A. 1-
14 dan IX.C.1-11 yaitu:
a. Peraturan Nomor IX.A.1 mengenai ketentuan umum pengajuan pernyataan
pendaftaran persyaratan penyampaian pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum
(IPO) oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
b. Peraturan Nomor IX.A.2 mengenai tata cara pendaftaran dalam rangka penawaran
umum (IPO).
c. Peraturan Nomor IX.A.3 mengenai Tata cara untuk meminta perubahan dan atau
tambahan informasi atas pernyataan pendaftaran (IPO).
d. Peraturan Nomor IX.A.4 mengenai Prosedur penangguhan penawaran umum.
e. Peraturan Nomor IX.A.5 mengenai Penawaran yang bukan merupakan penawaran
umum.
f. Peraturan Nomor IX.A.6 mengenai Pembatasan atas saham yang diterbitkan
sebelum penawaran umum.
g. Peraturan Nomor IX.A.7 mengenai Tanggung jawab manajer penjatahan dalam
rangka pemesanan dan penjatahan efek dalam penawaran umum.
h. Peraturan Nomor IX. A.8 mengenai Prospektus awal dan info memo.
i. Peraturan Nomor IX.A.9 mengenai Promosi pemasaran efek termasuk iklan, brosur,
atau komunikasi lainnya kepada publik.
j. Peraturan Nomor IX. A.10 mengenai Penawaran umum sertifikat penitipan efek
Indonesia (Indonesian Depositary Receipt).
k. Peraturan Nomor IX. A. 11 mengenai Penawaran umum efek bersifat utang dalam
denominasi mata uang selain rupiah.
l. Peraturan Nomor IX.A.12 mengenai penawaran umum oleh pemegang saham.
m. Peraturan Nomor IX.A.13 mengenai penerbitan efek syariah.
n. Peraturan Nomor IX.A.14 mengenai akad-akad yang digunakan dalam penerbitan
efek syariah di pasar modal.
o. Peraturan Nomor IX.C.1 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan
pendaftaran dalam rangka penawaran umum.
p. Peraturan Nomor IX.C. 2 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi prospectus
ringkas dalam penawaran umum.
q. Peraturan Nomor IX.C. 3 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi prospectus
ringkas dalam penawaran umum (peraturan revisi tahun 2000).
r. Peraturan Nomor IX.C. 4 mengenai pernyataan pendaftaran dalam rangka
penawaran umum reksa dana berbentuk persero.
s. Peraturan Nomor IX.C. 5 mengenai pernyataan pendaftaran dalam rangka
penawaran umum reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif.
t. Peraturan Nomor IX.C. 6 merupakan pedoman bentuk dan isi prospektus dalam
rangka penawaran umum reksa dana.
u. Peraturan Nomor IX.C. 7 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan
pendaftaran dalam rangka penawaran umum oleh perusahaan menengah atau kecil.
v. Peraturan Nomor IX.C. 8 merupakan pedoman bentuk dan isi prospektus dalam
rangka penawaran umum oleh perusahaan menengah atau kecil.
w. Peraturan Nomor IX.C. 9 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan
pendaftaran dalam rangka penawaran umum efek beragun asset (Asset Backed
Securities).
x. Peraturan Nomor IX.C. 10 merupakan pedoman bentuk dan isi prospektus dalam
rangka penawaran umum efek beragun asset (Asset Backed Securities).
y. Peraturan Nomor IX.C. 11 mengenai pemeringkatan efek bersifat utang dan/atau
sukuk

C. LAPORAN YANG HARUS DISIAPKAN UNTUK RIGHT ISSUES


Right issue merupakan hak pembeli saham tambahan yang dilakukan oleh perusahaan
dengan cara memesan terlebih dahulu dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya untuk
tanggal tertentu. Istilah right issue di Indonesia dikenal pula dengan istilah Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD), karena emiten mengeluarkan saham baru dalam rangka
penambahan modal perusahaan dengan terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham
saat ini. Dengan demikian, pemegang saham memiliki preemptive right atau hak memesan
efek terlebih dahulu atas saham-saham baru tersebut.
1. Bapepam LK menerbitkan lima peraturan untuk right issues yaitu peraturan
nomor IX.D.1-IXD5
a. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.1
Dalam peraturan ini dijelaskan pengertian Right Issues (Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu) yaitu hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para
pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru, termasuk saham, Efek yang
dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada Pihak
lain. Hak tersebut wajib dapat dialihkan. Selain itu pengertian Waran yaitu Efek yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang Efek untuk
memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk jangka waktu 6
(enam) bulan atau lebih sejak diterbitkannya Waran tersebut
Apabila suatu perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum saham
atau Perusahaan Publik bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk
melalui penerbitan Waran atau Efek konversi, maka setiap pemegang saham wajib
diberi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas Efek baru dimaksud sebanding
dengan persentase pemilikan mereka.
Jika perusahaan tersebut mempunyai lebih dari satu jenis saham, dan jika
jumlah saham dalam setiap jenis ditambah secara proporsional, maka para pemegang
saham yang ada wajib mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding
dengan persentase pemilikan mereka dalam masing-masing jenis saham.
Persyaratan untuk memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu ini tidak
berlaku jika perusahaan mengeluarkan saham sebagai hasil kapitalisasi dari laba yang
ditahan dan atau modal disetor lainnya seperti dividen saham atau saham bonus.
b. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.2
Peraturan ini berisi pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran
dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (Right Issues).
Dokumen-dokumen yang harus disiapkan untuk Right Issues sekurang-kurangnya
terdiri dari:
1) Surat pengantar Pernyataan Pendaftaran
2) Prospektus; dan
3) Dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari Pernyataan Pendaftaran
dalam rangka penerbitan hak memesan saham terlebih dahulu.
4) Surat dari Akuntan (comfort letter) sehubungan dengan perubahan keadaan
keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan yang diaudit oleh Akuntan
5) Surat pernyataan dari Emiten atau Perusahaan Publik di bidang akuntansi
6) Keterangan lebih lanjut tentang prakiraan dan atau proyeksi, jika dicantumkan
dalam Prospektus
7) Kebijakan dividen serta riwayat pembayaran dividen
8) Laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum (sehubungan dengan
perubahan yang terjadi setelah tanggal dikeluarkannya pendapat hukum
sebelumnya dan hal yang berkaitan dengan penggunaan dana hasil Penawaran
Umum)
9) Surat pencabutan pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang dapat
merugikan kepentingan pemegang saham publik dari kreditur. Dll
c. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.3
Peraturan ini berisi pedoman mengenai bentuk dan isi prospectus dalam rangka
penerbitan hak memesan efek terlebih :
1) Suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan Informasi atau Fakta
Material mengenai Penawaran Umum dari Emiten atau Perusahaan Publik, yang
dapat mempengaruhi keputusan pemodal, yang diketahui atau layak diketahui
oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
2) Emiten atau Perusahaan Publik harus berhati-hati apabila menggunakan foto,
diagram, atau tabel pada Prospektus, karena bahan-bahan tersebut dapat
memberikan kesan yang menyesatkan kepada masyarakat.
3) Emiten atau Perusahaan Publik dapat melakukan penyesuaian atas
pengungkapan Informasi atau Fakta Material tidak terbatas hanya pada
Informasi atau Fakta Material yang telah diatur dalam ketentuan ini.
d. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.4
Peraturan ini mengatur mengenai penambahan modal tanpa hak memesan efek
terlebih Emiten atau Perusahaan Publik dapat menambah modal tanpa memberikan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada pemegang saham, sepanjang ditentukan
dalam anggaran dasar.
e. Peraturan Bapepam LK No. IX.D.5
Peraturan ini memuat mengenai saham bonus.Saham Bonus adalah saham
yang dibagikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham berdasarkan jumlah
saham yang dimiliki, pembagian Saham Bonus harus proporsional dengan
kepemilikan saham dari setiap pemegang saham. Pelaksanaan pembagian Saham
Bonus harus telah selesai dilakukan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari
setelah pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham yang menyetujui pembagian
Saham Bonus tersebut.
2. Peraturan PSAK 56 Laba Per Saham (LPS)
a. Saham Bonus. Ketika suatu entitas menerbitkan saham tambahan selam tahun
bersangkutan dalam bentuk saham bonus, jumlah saham beredar untuk perhitungan
laba per saham disesuaikan secara retroaktif untuk penerbitan saham bonus tersebut,
jika LPS (Laba Per Saham) tahun sebelumnya ditunjukkan sebagai angka
perbandingan jumlah saham yang beredar juga disesuaikan seolah-olah penerbitan
bonus dilakukan di hari pertama tahun sebelumnya.
b. Hak Beli Saham (Right Issues).Ketika suatu entitas menerbitkan hak untuk mebeli
saham pada angka yang kurang dari harga pasar penuh, hak beli saham ini setara
dengan penawaran publik pada harga pasar plus terbitan bonus. Unsur bonus dalam
hak beli saham dapat dihitung setara dengan selisih antara harga pasar dengan hak
dan harga pasar tanpa hak. Harga dengan hak adalah harga pasar dari saham pada
hari terakhir saham tersebut diperjual belikan dengan hak. Harga tanpa hak adalah
harga teoritis yang dapat ditentukan dengan (Jumlah saham sebelum hak beli saham
x harga dengan hak) + (jumlah saham yang diterbitkan berdasarkan hak beli saham x
harga pelaksana): jumlah saham setelah hak beli saham

Jika LPS tahun-tahun sebelumnya disajikan sebagai angka pebanding dalam laporan
keuangan tahun berjalan, LPS-LPS tersebut juga harus disesuaikan untuk unsure bonus
dalam hak beli saham tahun berjalan.LPS-LPS tahun sebelumnya dapat disesuaikan
dengan menghitung kembali jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar.

D. Kasus Pengungkapan Informasi Material-Perusahaan Gas Negara (PT. PGN)


Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk di indikasi bermula dari
jatuhnya penjualan saham perusahaan tersebut dibursa efek dimana terjadi penurunan secara
signifikan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek Jakarta, yaitu dari Rp
9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11 januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per lembar
saham pada tanggal 12 januari 2007. Adanya dugaan insider trading pada kasus ini karena
Jatuhnya harga saham tersebut dilihat tidak wajar, karena merujuk pada harga sebelumnya Rp
9.650,00 berarti telah jatuh sebanyak 23,36%. Melihat dengan jatuhnya harga saham dalam
penjualan dibursa efek, patut diduga bahwa adanya kesalahan atau pun kesengajaan dalam
hal transaksi yang dilakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Kala itu, saham PGN
merosot hingga 23,36% atau Rp 2.250 menjadi Rp 7.400 dibandingkan posisi sebelumnya di
Rp 9.650. sebanyak 186,2 juta saham ditransaksikan.
Selain itu pada masa periode tersebut, yaitu 12 September 2006 sampai dengan 11
Januari 2007 terdapat adanya perdagangan saham yang dilakukan oleh para pihak orang
dalam perusahaan. Selain dugaan terjadinya praktek haram insider trading pada transaksi
saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk, terdapat juga indikasi terjadinya pelanggaran prinsip
keterbukaan informasi.PT. Gas Negara Tbk pada saat penjualan dibursa efek.Penurunan
harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan siaran pers yang
dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum (11 januari 2007).
Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume
gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30
MMSCFD. Dan terdapat Pernyataan bahwa tertundanya gas in yang semula akan dilakukan
pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.
Penundaan proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN)
dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat dan yang membuat informasi ini berhubungan erat
dengan kasus anjloknya harga saham PGN, yaitu manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk
baru menjelaskan penundaan komersialisasi gas pada 11 Januari 2007, padahal informasi
tentang adanya penundaan tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PT
Perusahaan Gas Negara Tbk sejak tanggal 12 September 2006 (informasi tentang penurunan
volume gas) dan sejak tanggal 18 Desember 2006 (informasi tentang tertundanya gas in).
Ada dugaan bahwa beberapa pelaku pasar telah mengetahui informasi penting mengenai
penundaan komersialisasi gas tersebut sebelum diumumkan secara resmi oleh manajemen PT
Perusahaan Gas negara Tbk.
Dalam arti lain, tidak semua pelaku pasar mengetahui informasi penting tersebut.
Sehingga bagi mereka yang mengetahui informasi penting tersebut, langsung mengambil
langkah yang dapat menguntungkan mereka sendiri, dengan menjual saham PGN lebih dulu
dibanding investor lainnya. Puncaknya pada tanggal 12 Januari 2007, para investor lainnya
ikut-ikutan menjual saham PGN secara besar-besaran, yang mengakibatkan jatuhnya harga
saham PGN 23,36% dari harga Rp 9.650,00 menjadi Rp 7.400,00.
Badan Pengawas Pasar Modal dan lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengumumkan
hasil pemeriksaan terhadap pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang Pasar
Modal yang di lakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk. (PT PGN), sebagai
berikut:
1. Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan pihakpihak terkait
dengan pelanggaran pasal 86 undang-undang pasar modal dan Peraturan Nomor X.K.1
tentang Keterbukaan Informasi yang harus segera diumumkan kepada publik yang
dilakukan oleh PT PGN dan tentang pemberian keterangan yang secara material tidak
benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.
2. Atas pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal dan Peraturan Nomor X.K.1 dan
pelanggaran Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal yang dilakukan oleh PT PGN
ditemukan bukti-bukti sebagai berikut :
a. Terdapat keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi atas penundaan proyek
pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN sebanyak 35 hari
b. Terdapat pemberian keterangan yang secara material tidak benar, yakni memberikan
keterangan tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ
yang tidak sesuai dengan fakta bahwa telah terjadi perubahan awal tersebut. Fakta
tersebut telah diketahui atau sepatutnya diketahui oleh direksi yang seharusnya
disampaikan saat keterangan itu diberikan kepada publik
3. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Bapepam-LK menetapkan:
a. Sanksi denda sebesar Rp 35.000.000,00 kepada PT Perusahaan Gas Negara Tbk atas
pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal dan Peraturan Nomor X.K.1 ;
b. Sanksi denda sebesar Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) kepada Direksi PT
PGN yang menjabat pada periode bulan juli 2006 atas pelanggaran pemberian
keterangan yang secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 93
Undang-undang Pasar Modal.
KESIMPULAN

Dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual surat berharga di pasar modal,
laporan keuangan interim menjadi semakin diperlukan pemakai laporan keuangan membutuhkan
laporan keuangan perusahaan secepat mungkin untuk memberikan gambaran tentang kegiatan
perusahaan. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua
laporan keuangan tahunan.

Tuntutan pengungkapan untuk laporan interim ditemukan dalam APB Opinion Nomor 28 dan
diamandemen dalam FASB Statement Nomor 3 dan FASB Interpretation Nomor 18. Laporan
interim menyediakan informasi yang tepat waktu. Meskipun demikian, sebagian besar
informasinya didasarkan pada estimasi dan laporan yang tidak diaudit. Setiap laporan interim
merupakan bagian integral dari laporan tahunan. Laporan interim ditentukan berdasarkan prinsip
akuntansi yang digunakan dalam laporan tahunan tahun sebelumnya. Meskipun demikian,
beberapa modifikasi mungkin diperlukan untuk menyusun laporan interim sebagai pelengkap
laporan tahunan.

DAFTAR PUSTAKA

http://irmajhe.blogspot.co.id/2017/01/makalah-pengungkapan-laporan-keuangan.html
http://kuliahnurinfo.wordpress.com/2010/10/01/laporan-interim/
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-right-issue.html
http://www.scrib.com
http://www.scribd.com/doc/138657268/Pengungkapan-Laporan-Keuangan-Interim

Anda mungkin juga menyukai