Andri (1252236)
MG-R
Pendahuluan
Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari datadata keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi
keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara
mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat
dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari
peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap
rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan
diambil.Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)
dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan
(implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari
luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan.
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
kekurangan perusahaan.
Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
apa
saja
yang
menjadi
ini.
Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
Menurut Munawir (2010:36), ada dua metode analisis yang digunakan oleh
setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis vertikal dan analisis
horisontal.
Analisis Vertikal membandingkan masing-masing pos dalam periode berjalan
dengan jumlah total pada laporan yang sama dapat bermanfaat untuk
menyoroti hubungan yang signifikan dalam laporan keuangan. Analisis vertikal
(vertical analisys) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
perbandingan semacam itu. Dalam analisis vertikal terhadap neraca, masingmasing pos aktiva dinyatakan sebagai persen dari total aktiva. Masing-masing
pos kewajiban dan ekuitas pemilik dinyatakan sebagai persen dari total
kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam analisis vertikal terhadap laporan labarugi, masing-masing pos dinyatakan sebagai persen dari total pendapatan atau
penghasilan. Analisis vertikal juga bisa diterapkan untuk beberapa periode
guna menyoroti perubahan hubungan sepanjang waktu.
Dalam komponen aktiva tetap, komponen merupakan yang terbesar, yaitu asset
tetap ; 36.15%, kemudiaan diikuti oleh komponen Tagihan pajak sebesar 3%.
Pada struktur Liabilitas dan Ekuitas PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk,
terlihat bahwa 30.05% perusahaan di biayai dengan Hutang, dan 69.95% di
biayai dengan Ekuitas. Dari komponen hutang, maka Utang bank jangka
panjang merupakan komponen terbesar, yaitu sebesar 8.66%, diikuti oleh Utang
usaha pihak ketiga sebesar 6.77%
Dari struktur Ekuitas, komponen Saldo laba lainnya sebesar 66%, dan sisanya
dalam bentuk modal saham, yaitu sebesar 1.85%.
Pada komponen laporan Laba Rugi, dari total penjualan PT Charoen Pokphan
Indonesia, 75.1 % merupakan komponen harga pokok penjualan, dan 24.9%
merupakan laba kotor. Berturut turut, biaya penjualan sebesar 1.6% dari
penjualan bersih, biaya umum dan administrasi 4.9%, beban operasi lain 0.2%,
biaya keuangan 0.36%, laba sebelum pajak 18.7%, beban pajak sebesar 3.9%,
dan terakhir jumlah pendapatan komprehensif 14.72% dari penjualan yang
diperoleh PT Charoen Pokphan Indonesia.
2. Analisa Common Size Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi
PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk tahun 2011
Pada tahun 2011, proporsi komponen komponen yang ada pada laporan laba
rugi terhadap penjualan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan bila
di bandingkan dengan tahun sebelumnya, terutama pada komponen harga
pokok penjualan, dari 75.1% menjadi 78.15 %, laba kotor dari 24.9% menjadi
21.85%.
Komponan biaya biaya operasi tidak terlampau berubah bila di bandingkan
dengan tahun sebelumnya. Laba operasi juga tidak mengalami penurunan
signifikan, hanya sebesar 2%, pajak juga hanya mengalami penurunan 0.5%
dan laba bersih turun 1% dari tahun 2010.
3. Analisa Common Size Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi
PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk tahun 2012
Pada tahun 2012, proporsi komponen komponen yang ada pada laporan laba
rugi terhadap penjualan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan bila
di bandingkan dengan tahun sebelumnya, terutama pada komponen harga
pokok penjualan, dari 78.15% menjadi 78.9%, laba kotor dari 21.85% menjadi
21.1%.
Komponan biaya biaya operasi tidak terlampau berubah bila di bandingkan
dengan tahun sebelumnya. Laba operasi juga tidak mengalami penurunan
signifikan, hanya kurang dari 0.5%, pajak juga hanya mengalami penurunan
0.2% dan laba bersih turun sebesar 0.5% dari tahun 2011.
4. Analisa Common Size Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi
PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk tahun 2013
Pada tahun 2013, proporsi komponen komponen yang ada pada laporan laba
rugi terhadap penjualan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan bila
di bandingkan dengan tahun sebelumnya, terutama pada komponen harga
pokok penjualan, dari 78.9% menjadi 79.9%, laba kotor dari 21.1% menjadi
20.1%.
Komponan biaya biaya operasi tidak terlampau berubah bila di bandingkan
dengan tahun sebelumnya. Laba operasi juga tidak mengalami penurunan
signifikan, hanya kurang dari 2.4%, pajak juga hanya mengalami penurunan
0.4% dan laba bersih turun cukup banyak sebesar 2.73% dari tahun 2012.
5. Analisa Common Size Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi
PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk tahun 2014
Pada tahun 2014, proporsi komponen komponen yang ada pada laporan laba
rugi terhadap penjualan mengalami perubahan yang cukup signifikan bila di
bandingkan dengan tahun sebelumnya, terutama pada komponen harga pokok
penjualan, dari 79.9% menjadi 85.8%, laba kotor dari 20.1% menjadi 14.2%. Ini
diakibatkan oleh nilai rupiah yang terus anjlok terhadap USD dan inflasi yg
tinggi sekitar 8% lebih
Komponan biaya biaya operasi tidak terlampau berubah bila di bandingkan
dengan tahun sebelumnya. Laba operasi juga juga mengalami penurunan
signifikan, turun nyaris 5%, pajak juga mengalami penurunan 2% dan laba
bersih turun cukup banyak sebesar 4% dari tahun 2013.
Delta dan Sub Delta postif terbesar dan sub delta positif terkecil
Delta dan Sub Delta negative terbesar dan sub delta negative terkecil
Tiap pos yang dianalisis berbeda-beda, ketika Delta dan Sub Delta postif berada
di pos-pos asset dan ekuitas, maka terjadi punurunan asset serta ekuitas yang
berarti negative terhadap Laporan keuangan . Pada Delta dan Sub Delta positif
berada di pos liabilitas, maka terjadi penurunan terhadap utang dan liabiltas
yang berarti positif terhadap laporan keuangan.
Sedangkan tiap pos yang dianlisis dengan Delta dan Sub Delta negative, maka,
setiap pos asset dan ekuitas akan terjadi kenaikan yang berarti positif terhadap
Laporan keuangan. Dan pada Delta dan Sub Delta negative yang berada di pos
liabilitas, maka terjadi kenaikan yang berimbas negative terhadap laporan
keuangan.
Pada pos
(positif)
Pada pos
(positif)
Pada pos
Pada pos
Pada pos Utang pihak berelasi non usaha terjadi penurunan sebesar
9.09% (positif)
Pada pos Utang bank jangka panjang jatuh tempo terjadi penurunan
sebesar 7.37% (positif)
Pada pos Liabilitas imbalan kerja terjadi penurunan sebesar 6.64% (positif)
Pada pos Tagihan pajak terjadi penurunan sebesar 3.04% (positif)