(BANK PANIN)
SKRIPSI
Oleh:
No Pokok : 2010.02.2333
Jurusan : S.1.Manajemen
2013
iv
ABSTRAK
Nur Indah Listiya Rini, 2010.02.2333, Evaluasi Kinerja Keuangan Diukur Dari Rasio Likuiditas,
Rentabilitas, dan Permodalan pada PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin)
Untuk mengetahui gambaran kinerja keuangan Bank Panin selama kurun waktu 5 tahun terakhir,
maka penulis akan menggunakan teknis analisis yang memungkinkan untuk mengidentifikasi,
mengkaji dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan yang diperoleh
berupa laporan keuangan Bank Panin tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan periode 30 Juni 2012
melalui analisis rasio keuangan.
Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah bank, maka penulis menggunakan
analisis rasio keuangan sebagai tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan Bank Panin, yaitu
analisis likuiditas dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR), analisis rentabilitas dengan
menggunakan rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset (ROA) dan
Return on Equity (ROE) dan analisis permodalan dengan menggunakan Rasio Kecukupan Modal
(CAR/Capital Adequacy Ratio), yaitu rasio yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja suatu bank.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kinerja Bank Panin terlihat baik, efisien dan produktif.
Rasio-rasio yang diperoleh selalu berada pada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Bahkan untuk rasio CAR, manajemen Bank Panin memiliki kebijakan sendiri untuk menjaga rasio CAR,
yaitu menetapkan rasio minimal 1.75 kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Manajemen pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.
Pada kesempatan ini, dengan segala hormat dan rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada:
1. Ibu Hj. Ermalina, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan
tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Segenap dosen dan staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta yang telah
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama ini.
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penyelesaian penulisan
skripsi.
vi
5. Rekan rekan sesama mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta yang telah
membantu dan berbagi informasi keilmuan selama penulis menempuh pendidikan.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan dan juga dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti hal
yang sama. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh
pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Hal
ii
iii
Abstrak...
iv
Kata Pengantar...
Daftar Isi....
vii
Daftar Tabel....
ix
Daftar Gambar
BAB I PENDAHULUAN
12
16
16
20
25
viii
38
38
38
48
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank Panin)...
48
4.1.2. Visi...
50
4.1.3. Misi..
50
4.1.4. Strategi.
51
52
55
73
77
4.3.1. Likuiditas..
77
4.3.2. Rentabilitas
85
4.3.3. Permodalan
99
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
108
5.2. Saran..
112
Daftar Pustaka
Lampiran
ix
DAFTAR TABEL
Hal
49
73
76
Tabel 4.4 Data Jumlah Kredit yang Diberikan dan Dana Pihak Ketiga
79
82
84
86
89
Tabel 4.9 Data Laba Bersih Sebelum Pajak dan Rata-rata Total Asset.
91
93
Tabel 4.11 Data Laba Setelah Pajak dan Rata-rata Total Modal.
95
98
100
103
Tabel 4.15 Kinerja Keuangan diukur dari Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan
Permodalan.
105
DAFTAR GAMBAR
Hal
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini perbankan nasional harus berusaha lebih keras lagi untuk mempercepat
pemulihan ekonomi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang semakin berat.
Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh perbaikan harus dilakukan di berbagai
bidang terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan nasional dalam
beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut adalah kapasitas pertumbuhan kredit
perbankan yang masih rendah, struktur perbankan yang belum optimal, konsolidasi perbankan
belum secepat yang diharapkan, pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan
yang dinilai oleh masyarakat masih kurang, pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan, dan
perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan. Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank
dengan kinerja keuangan yang baik, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Kinerja
keuangan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang
dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu
akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar untuk melihat kinerja bank.
Penilaian terhadap kinerja bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor likuiditas, rentabilitas
dan permodalan.
Bank Panin merupakan bank pertama yang terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta
pada tahun 1982 dan mampu mengatasi guncangan ekonomi serta melewati periode yang
kadangkala penuh dengan ketidakpastian pada waktu krisis moneter. Hal ini didukung oleh adanya
permodalan yang kuat dan manajemen resiko yang penuh dengan kehati-hatian. Fokus pada
manajemen resiko menjadi lebih penting seiring dengan peningkatan prospek ekonomi. Melalui
pemantauan dan penilaian yang dilakukan secara teratur lebih penting untuk memberikan
peringatan dini atas setiap perubahan resiko pasar. Kemajuan dan kehati-hatian berjalan seiring.
Kinerja keuangan yang baik sangat berarti dalam mempertahankan pertumbuhan usaha bank yang
berkelanjutan.
Selain faktor di atas, diperlukan adanya strategi khusus untuk mencapai kemajuan yang baik seperti
fokus kepada nasabah, memahami kebutuhan nasabah, dan memberikan layanan value-chain,
pengembangan dan pendistribusian produk-produk inovatif untuk mendukung target bisnis nasabah
serta membangun kemampuan multi-channel untuk menjangkau nasabah di seluruh penjuru tanah
air dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Kegiatan bisnis perbankan dapat dikatakan berhasil apabila bank dapat mencapai sasaran bisnis yang
telah ditetapkan sebelumnya. Adapun sasaran-sasaran bisnis perbankan antara lain menjaga
keamanan dana masyarakat yang dititipkan kepada mereka, perkembangan usaha yang baik serta
mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap perkembangan ekonomi
nasional. Hal tersebut hanya mungkin dilaksanakan dengan baik apabila bank mampu meningkatkan
kinerjanya. Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering
digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Media yang dapat digunakan untuk meneliti kinerja
keuangan tersebut adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengambil judul EVALUASI KINERJA KEUANGAN DIUKUR DARI
RASIO LIKUIDITAS, RENTABILITAS DAN PERMODALAN PADA PT. BANK PAN INDONESIA Tbk (BANK
PANIN).
Dengan keterbatasan yang ada penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang mendekati
mengenai kinerja keuangan Bank Panin selama 5 tahun terkahir. Periode laporan keuangan yang
dikumpulkan adalah selama 5 tahun, yaitu laporan keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank
Panin) tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011. Disebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi
kinerja sebuah bank, maka penulis menggunakan rasio-rasio sebagai berikut:
1. Likuiditas bank diukur dengan menggunakan rumus Loan to Deposit Ratio (LDR).
2. Rentabilitas bank diukur dengan menggunakan rumus rasio biaya operasional (BOPO), Return on
Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
3. Permodalan bank diukur dengan menggunakan rumus Capital Adequacy Ratio (CAR).
Dengan diketahuinya kondisi keuangan bank, maka keputusan yang rasional dapat dibuat dengan
bantuan alat-alat analisis tertentu. Analisis keuangan dapat dilakukan baik oleh pihak eksternal bank
maupun pihak internal bank sendiri. Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis berusaha
merumuskan permasalahan yaitu: Bagaimana kinerja keuangan Bank Panin diukur dari rasio
likuiditas, rasio rentabilitas dan rasio permodalan?.
a. Dapat menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan terutama mata kuliah yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Bagi Bank Panin diharapkan dapat bermanfaat bagi progress keuangan bank dalam meningkatkan
likuiditas, rentabilitas, dan permodalan.
3. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan.
4. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang
manajemen keuangan perbankan.
Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
yang akan diteliti tentang analisis kinerja keuangan diukur dari rasio likuiditas, rentabilitas, dan
permodalan pada PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin).
Hidayati Naswardani (2010) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas,
Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Study Empiris Pada Perusahaan
Makanan dan Minuman di
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil
keputusan investasi, manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila
investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991 dalam IG. K.
A. Ulupui, 2005). Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan
arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
Susana Suswandari (2003) dalam penelitian Analisa Laporan Keuangan untuk menilai Kinerja
Keuangan pada Bank-Bank Pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kinerja keuangan
bank-bank pemerintah yang ditinjau berdasarkan laporan keuangannya. Dari hasil
perhitungan diperoleh bahwa untuk BRI, nilai LDR melebihi nilai standar BI yaitu 110%, ini
menunjukkan dana pihak ketiga menurun sementara sementara jumlah kredit yang disalurkan terus
menerus meningkat. Nilai Cash Ratio cukup berfluktuasi, namun masih berada di atas ketentuan BI
sebesar 2%, hal ini disebabkan oleh peningkatan yang cukup besar dari asset tunainya. Untuk CARnya
masih berada di bawah nilai BI yaitu 8%, hal ini dikarenakan total kredit dan surat berharga
mengalami peningkatan jumlahnya. Untuk ROE dan ROA masih berada di bawah nilai standar, ROE
mengalami penurunan karena adanya pertumbuhan modal melebihi pertumbuhan laba, sedang ROA
rendah disebabkan laba mengalami defisit. Untuk BNI, nilai LDR lebih dari 110% dan nilai CR lebih
dari 2%, CAR kurang dari 8%, sehingga dikatakan tidak sehat. Untuk ROE meningkat yang disebabkan
oleh peningkatan laba lebih besar dari kenaikan modal sendiri, sedang ROA menurun karena bank
kurang mampu dalam mengelola asset. Untuk BTN, nilai LDR berada pada kisaran angka ideal dan CR
masih di bawah 2%. Nilai CAR di atas 8% menunjukkan kondisi bank yangsehat. ROE dan ROA masih
rendah dibawah nilai standar.
Bagan berikut ini akan menjelaskan alur pemikiran penulis dalam penelitian yang dilakukan. Dimulai
dari hasil laporan keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) akan diperoleh angka-angka
rasio likuiditas,
rentabilitas, dan permodalan sehingga dapat diketahui kinerja bank tersebut apakah baik atau buruk.
Gambar 1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian bank yang dikutip berikut ini, pada dasarnya berbeda satu dengan yang lainnya. Kalaupun
ada perbedaan hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Ada yang mengartikan bank sebagai
suatu badan yang tugas utamanya menghimpun dana dari pihak ketiga. Sedangkan pengertian lain
mengatakan, bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan
penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan dan ada pula yang menyatakan
bahwa bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya menciptakan kredit.
Dendawijaya (2008 : 25) mendefinisikan pengertian bank sebagai berikut: Bank adalah suatu badan
usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang
menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan. Sedangkan
menurut Suyatno, dkk. (2007 : 1) bahwa: bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang
melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,
10
pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,
membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.
Malayu S.P. Hasibuan (2008 : 1) mendefinisikan bahwa bank adalah dana usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Secara sederhana bank menurut Kasmir (2008 : 2) adalah: Lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan
adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya adalah hanya
menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.
Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang
kegiatannya adalah:
11
1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini bank
sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat
menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk
melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman (kredit) kepada
masyarakat yang mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai jenis
sesuai dengan keinginan nasabah. Tentu saja sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu menilai
apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat
berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari
luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes,
travelers cheque dan jasa lainnya.
12
Agar perusahaan dapat tetap berjalan sesuai harapan, biasanya manajemen membagi-bagi tugas,
memecah-mecah organisasi perusahaan menjadi divisi-divisi, dan menetapkan seorang manajer yang
bertanggung-jawab untuk setiap divisi tersebut. Para manajer divisi diberi kewenangan untuk
membuat berbagai keputusan yang sebelumnya dilakukan oleh manajemen pusat, dan perusahaan
menetapkan berbagai instrumen evaluasi guna menilai kinerja para manajer tersebut. Kondisi ini
disebut dengan pelimpahan wewenang.
Indra Bastian (2001: 329) mendefinisikan kinerja sebagai suatu gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu
organisasi. Secara umum, dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai
oleh organisasi dalam periode tertentu.
Mahsun (2006: 226) menyatakan bahwa kinerja organisasi merupakan hal yang penting untuk
mengukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Rosenzweig (1982)
menyatakan bahwa kinerja menyangkut sejauh mana hasil dapat dicapai.
13
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memberikan sebuah kesimpulan bahwa performance atau
kinerja merupakan pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk
mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Menurut Soegiharto (2007 : 10) secara
umum kinerja dibagi menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan. Pengukuran
kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan, perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan
strategis. Sedangkan kinerja non keuangan adalah faktor kualitatif yang mendukung kinerja keuangan
yang bersifat kuantitatif.
Zarkasyi (2008 : 48) bahwa: Kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Sedangkan
Gitosudarmo dan Basri (2002 : 275) berpendapat bahwa: Kinerja keuangan adalah rangkaian
aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan dalam laporan keuangan yang terdiri dari
laba rugi dan neraca.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996), kinerja perusahaan dapat diukur dengan
menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di
masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
keuangan di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti
pembayaran dividen, upah, pergerakan
14
harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung pada bagaimana unit
organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada tahap
perumusan strategi dalam sebuah proses manajemen strategis (dengan memperhatikan
profitabilitas, pangsa pasar, dan pengurangan biaya, dari berbagai ukuran lainnya) harus betul-betul
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi strategi (Hunger &
Wheelen, 2003).
Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan merupakan hasil yang dicapai suatu perusahaan dengan
mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan yang seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Farid dan Siswanto, 1998). Demikian juga halnya
dengan kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai bank dengan mengelola sumber
daya yang ada dalam bank seefektif mungkin dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan manajemen (Basran Desfian, 2005).
Penilaian kinerja perbankan menjadi sangat penting dilakukan karena operasi perbankan sangat peka
terhadap maju mundurnya
15
perekonomian suatu negara (Astuti Yuli Setyani, 2002). Kinerja perbankan dapat dinilai dengan
pendekatan analisa rasio keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh gambaran bahwa kinerja keuangan bank merupakan gambaran
kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan
profitabilitas (rentabilitas) bank. Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana
merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi.
Sedangkan penilaian kondisi likuiditas bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank
dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan. Penilaian aspek profitabilitas (rentabilitas)
guna mengetahui kemampuan menciptakan profit (laba), yang sudah tentu sangat penting bagi para
pemilik bank. Diharapkan dengan adanya kinerja bank yang baik pada akhirnya akan berdampak baik
pada pihak intern maupun bagi pihak ekstern bank. Laporan keuangan merupakan alat yang
dijadikan acuan penilaian untuk meramalkan kondisi keuangan, operasional dan hasil usaha
perusahaan.
16
Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan, termasuk bank adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan keuangan
suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan keuangan yang
disusun dan disajikan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
antara lain para pemilik perusahaan, manajer perusahaan yang bersangkutan, investor, karyawan,
dan masyarakat.
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode
akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan
keuangan dalam suatu perusahaan sebenarnya merupakan produk akhir dari proses atau keputusan-
keputusan akuntansi dalam suatu kesatuan akuntansi (Business Accounting Entity). Adapun proses
akuntansi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
17
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan
dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan ini
dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Berikut merupakan beberapa pengertian
laporan keuangan yang diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Soemarsono (2004 : 34) Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para
pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (IAI, 2009), Laporan Keuangan adalah suatu
penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan
adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
18
Laporan keuangan (financial statement) adalah laporan yang menyampaikan informasi keuangan
yang dipercaya kepada pihak yang berkepentingan. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
tujuan laporan keuangan adalah:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan.
2. Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai informasi termasuk menyediakan
informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan secara umum yang
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu.
Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992 : 17) merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan.
Sedangkan laporan keuangan menurut Sutrisno dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi) adalah sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan hasil
akhir dari proses
19
akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni, Neraca dan Laporan Laba Rugi.
Laporan keuangan menurut Sundjaja dan Barlian (2001 : 47) laporan keuangan adalah suatu laporan
yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan. Pengertian
laporan keuangan menurut Munawir (2004 : 2) Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut.. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan menurut Zaki
Baridwan (2000 : 17).
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan
dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis
laporan keuangan yang lazim dikenal adalah
20
Neraca, Laporan Rugi Laba, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan posisi Keuangan. Sedangkan
Riyanto (2001 : 15) menyatakan laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai adanya keuangan
suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, nilai hutang, dan modal sendiri pada
suatu saat tertentu dan laporan keuangan laba/rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama
periode tertentu biasanya dalam satu tahun.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari
proses akuntansi yang berisi data-data keuangan. Data-data keuangan ini digunakan untuk
berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut.
Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama maupun laporan pendukung.
Jenis-jenis laporan keuangan disesuaikan dengan kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan dan
pihak yang keterkaitan untuk memerlukan informasi keuangan pada suatu perusahaan tertentu.
Menurut Munawir (2002 : 13) dalam bukunya yang berjudul Analisa Laporan Keuangan
menyatakan: Laporan
21
keuangan pada umumnya terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Perubahan Modal atau
Laba yang Ditahan, walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya
untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut. Misalnya, Laporan Perubahan Modal Kerja, Laporan Arus
Kas, Perhitungan Harga Pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang lain..
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004 : 2) dalam bukunya yang berjudul Standar Akuntansi
Keuangan adalah sebagai berikut: Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca,
Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara
misalnya, Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk
skedul informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan perubahan harga..
Jenis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 106) yang berjudul Analisis Kritis
atas Laporan Keuangan menyatakan : Jenis laporan keuangan terdiri dari jenis laporan keuangan
utama dan pendukung, seperti, Daftar
22
Neraca, Perhitungan Laba Rugi, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Arus Kas, Laporan
Harga Pokok Produksi, Laporan Laba Ditahan, Laporan Perubahan Modal, dan Laporan Kegiatan
Keuangan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari:
1. Neraca Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu.
Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang
dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan.
Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian yang diderita oleh
perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil
usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan.
Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan asal kas diperoleh dan
bagaimana digunakannya. Laporan perubahan posisi keuangan
23
menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu,
Laporan Perubahan Modal Kerja dan Laporan Arus Kas. Laporan Perubahan Modal Kerja menyajikan
data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan Laporan Arus Kas menyajikan data-data
mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan
saldo kas awal, serta saldo kas akhir.
4. Catatan dan laporan lain sebagai penjelasan bagi laporan keuangan Catatan dan laporan lain
merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini
tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan
dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, Laporan
Harga Pokok Produksi, Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan, Laporan Kegiatan Keuangan.
Sedangkan laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Khusus Akuntansi Perbankan
Indonesia (SKAPI) dan Prinsip Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Menurut
24
ketentuan tersebut laporan keuangan bank terdiri dari (1) Neraca, (2) Laporan Perhitungan Laba Rugi,
(3) Laporan Komitmen dan Kontijensi, (4) Laporan Perubahan Posisi Keuangan, dan (5) Catatan atas
Laporan Keuangan (IAI,1995).
Neraca sebagai laporan posisi keuangan bank pada saat tertentu. Aktiva dan pasiva pada neraca bank
tidak diklasifikasikan menurut lancar dan tidak lancar, melainkan disusun sesuai dengan likuiditas dan
jatuh tempo. Setiap pos aktiva produktif harus disajikan dalam jumlah bruto dan dikurangi dengan
penyisihan penghapusannya. Laporan laba rugi bank disusun multiple step sehingga menggambarkan
kegiatan operasi utama bank dengan kegiatan non operasionalnya. Pos-pos laporan laba rugi harus
disesuaikan dengan SKAPI dan PAPI.
Laporan Komitmen dan Kontijensi harus disusun secara sistematis, agar dapat memberikan
gambaran komprehensif posisi komitmen dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan maupun
kewajiban, secara tersendiri tanpa pos lawan. Komitmen merupakan perjanjian atau kontrak yang
tidak dapat dibatalkan (irreversible) secara sepihak. Kontijensi merupakan kewajiban yang timbulnya
bersifat kondisional.
25
Laporan perubahan posisi keuangan merupakan laporan arus kas yang membagi arus kas menjadi
tiga kategori arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan. Laporan arus kas diatur
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 tentang laporan arus kas.
Catatan atas laporan keuangan harus menjelaskan pos-pos laporan keuangan pokok dan catatan
tentang posisi devisa menurut jenis mata uang serta kegiatannya, seperti kegiatan wali amanat,
custodianship, dan penyaluran kredit kelolaan (IAI, 1995).
Saat ini orang akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menempatkan dananya di
suatu bank. Perilaku masyarakat yang seperti ini timbul karena berdasarkan pengalaman masa kelabu
perbankan nasional di tahun 1998 hingga awal tahun 2000-an, yang pada periode itu banyak bank
yang dibekukan kegiatan usahanya karena tidak dapat memenuhi ketentuan CAR dan sering terjadi
pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang merupakan
rambu-rambu bagi bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Nasabah mengharapkan akan
memperoleh keuntungan dari tingkat bunga yang tinggi yang ditawarkan bank-bank tersebut, tetapi
kenyataannya yang terjadi
26
adalah para nasabah bank justru menderita kerugian ganda, yaitu tidak memperoleh bunga
sebagaimana diharapkan dan kesulitan mencairkan dananya. Selain itu juga disebabkan karena
adanya krisis keuangan global tahun 2007 yang dipicu oleh subprime mortgage tanpa diduga telah
membawa risiko likuiditas menjadi isu terpenting dalam agenda para praktisi dan otoritas perbankan.
Krisis keuangan yang berawal pada kuartal III tahun 2007 ini diprediksi menjadi salah satu dari krisis
yang terparah dalam sejarah, dalam hal durasi, lingkup, dan dampak kerugian bagi lembaga
keuangan, serta perekonomian global.
Oleh karena itu, agar kita tidak salah dalam menempatkan dana di bank, maka menurut Loen dan
Ericson (2008 : 118) kita perlu mengetahui kinerja bank tersebut, dan untuk mengetahui kinerja
suatu bank, umumnya alat yang digunakan adalah dengan melakukan analisa rasio kinerja bank, yaitu
dengan melakukan analisis rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas (permodalan).
Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama untuk membuat perbandingan
keadaan keuangan pada saat yang berbeda. Dan kedua, untuk membuat perbandingan keadaan
keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila
dibandingkan dengan rasio standar yang lazim digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama dari
laporan keuangan tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari
27
perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan yang dianalisis.
Pengertian rasio keuangan dikemukakan oleh Sofyan Syafri Harahap (2007 : 297) mengemukakan
bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio
menurut Syafruddin (2003 : 107) bahwa rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif
maupuan absolut untuk menjelaskan hubungan-hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan
faktor yang lain dari suatu laporan keuangan. Raflux (1996 : 54) mengatakan bahwa : ada berbagai
macam pendekatan yang dilakukan oleh Bank untuk mengukur kemampuannya, misalnya dengan
cara melihat kualitas assetnya, manajemen & administrasinya, posisi likuiditas, capital adequacy,
earning performace atau mengukur rasio-rasio finansial. Selanjutnya Mulyono (2004 : 86)
berpendapat bahwa tehnik-tehnik perhitungan yang digunakan dalam analisis laporan bank, dengan
maksud untuk mengetahui hubungan timbal balik yang ada antara bank assets, bank liabilities dan
bank capital yang selanjutnya untuk mengetahui tingkat likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas
(permodalan) dari suatu bank.
Menurut Mamduh dan Halim, (2003, 75) ukuran kinerja meliputi rasio-rasio berikut:
28
a. Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih.
b. Rasio aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat
aktivitas aset.
e. Rasio pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai pasar.
Rasio keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan perusahaan dapat
digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan
datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut adalah dengan menganalisis
laporan keuangan perusahaan. Analisis tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen
keuangan yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya, hubungan tersebut
dilihat dari rasio antara komponen-komponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks
manajemen
29
keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini berguna untuk
membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan
kinerja satu perusahaan pada tahun ini dengan tahun yang lainnya.
Menurut Munawir (2002 : 68) pada dasarnya banyak sekali angka rasio itu karena rasio dibuat
menurut kebutuhan penganalisa. Namun demikian angka-angka rasio pada dasarnya dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu sumber data keuangannya dan berdasarkan tujuan penganalisa.
a. Rasio-rasio likuiditas
b. Rasio-rasio solvabilitas
c. Rasio-rasio profitabilitas
d. Rasio-rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisa misalnya rasio-rasio aktivitas.
30
Menurut Robert Anggoro (1997 : 18) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis
berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan harta yang
dimilikinya.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Rasio ini disebut juga leverage ratio.
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis perusahaan.
Menurut Riyanto (1998 : 42) angka rasio dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Golongan
pertama berdasarkan sumber data
31
keuangan yang merupakan unsur dari angka rasio, sedangkan golongan kedua didasarkan pada
tujuan penganalisaan.
a. Rasio-rasio neraca
Yaitu semua rasio yang semua datanya diambil dan bersumber dari neraca.
b. Rasio-rasio laba/rugi
Yaitu semua rasio yang datanya bersumber dari neraca dan laporan rugi/laba, misalnya tingkat
perputaran piutang.
a. Rasio likuiditas
Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya.
b. Rasio solvabilitas
Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban
finansial pada saat likuidasi.
32
c. Rasio rentabilitas/profitabilitas
Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam empat macam kategori menurut
Mamduh dan Halim (2003 : 77-88), yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio permodalan, dan
rasio aktivitas. Namun kali ini penulis hanya fokus pada tiga kategori rasio yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008 : 129) rasio likuiditas merupakan rasio yang mengambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Sedangkan menurut Riyanto (1998 :
19) rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat yang likuid,
sehingga dapat memenuhi kewajiban finansial pada saat jatuh tempo, kewajiban itu sendiri bisa
berkaitan dengan pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2010 : 301)
menyatakan bahwa likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya.
33
Jadi, rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan dengan
melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan
kewajiban perusahaan). Kaitannya dengan bank yaitu suatu bank dikatakan likuid, apabila bank dapat
memenuhi semua kewajibannya khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan
simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank mampu memenuhi semua permohonan
kredit yang layak dibiayai. Oleh karena itu, bank dapat dikatakan liquid apabila:
a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi
likuiditasnya,
b. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya, tetapi mempunyai
aset atau aktiva lainnya (misal surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami
penurunan nilai pasarnya, dan
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai
bentuk hutang.
Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio yang tinggi
menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan. Biasanya rasio yang digunakan adalah
34
current ratio, cash ratio,net working capital to total asset ratio, loan to deposit ratio (LDR), dan loan
to asset ratio.
b. Rasio Rentabilitas
Menurut Kasmir (2008 : 196) rasio rentabilitas atau profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan
dan pendapatan investasi.
Menurut Arief Sugiono (2009 : 78) rasio profitabilitas/rentabilitas bertujuan untuk mengukur
efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atau hasil investasi melalui kegiatan perusahaan
atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhaan dan efisiensi dalam
pengolahaan kewajiban dan modal.
35
Jadi, rentabilitas atau profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang
diperoleh dari modal/dana yang berasal dari pinjaman dan dari modal sendiri yang telah digunakan
dalam kegiatan operasional. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rentabilitas atau
profitabilitas adalah suatu ukuran kemampuan perusahaan yang dilakukan dengan membandingkan
antara laba yang diperoleh dengan aktiva usaha atau modal usaha perusahaan yang digunakan untuk
menghasilkan laba.
Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total
asset (ROA), rasio biaya operasional (BOPO), return on equity (ROE) dan sebagainya menurut
Mamduh dan Halim (1995 : 262).
c. Rasio Permodalan
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian
yang tidak dapat dihindarkan, sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya
sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset
yang tidak dipakai dan lain-lain, alat pengukuran besar kecilnya kekayaan
36
bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan dengan modal yang mencukupi
memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan dengan bekerja dengan efisiensi yang tinggi,
seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Menurut Kasmir (2008 : 151)
permodalan atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sajauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio permodalan
digunakan untuk mengukur kamampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibanya, baik
jangka pendek maupun jangka penjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Menurut Arief Sugiono (2009 : 70) Rasio Permodalan (Leverage Ratio) bertujuan untuk menganalisis
pembelajaan yang dilakukan berupa komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga dan beban tetap lainya. Sedangkan menurut Mamduh dan Halim (2009 : 81)
Rasio Permodalan (Leverage Ratio) adalah mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total
hutangnya lebih
37
besar dibandingkan total assetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan.
Rasio permodalan yang biasanya digunakan seperti debt to total asset ratio, total debt to total capital
asset ratio, total debt to equity ratio, capital adequacy ratio (CAR), long term debt to equity ratio, dan
lain-lain.
38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Disain penelitian yang diterapkan oleh penulis
dalam penulisan ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variable yang diteliti dalam suatu
situasi (Uma Sekaran, 2006). 3.2. Objek Penelitian Penulis mengadakan penelitian pada PT. Bank Pan
Indonesia Tbk (Bank Panin) di Jalan Jenderal Sudirman KCU Senayan Kav. 1, Senayan, Jakarta Pusat.
3.3. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
Adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dengan dua orang atau
lebih dengan cara bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.
39
2. Metode Dokumentasi
Adalah suatu pengumpulan data yang berasal dari sumber tertulis (buku, majalah ilmiah, arsip,
dokumen pribadi dan resmi), foto-foto dan data statistik sebagai data tambahan.
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur penting dalam melakukan penelitian. Dalam
penelitian kali ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara:
Riset kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dan informasi di mana sumbernya dapat
diperoleh dari berbagai literatur seperti buku-buku, majalah-majalah ilmiah yang terhubung erat
dengan penelitian ini, dan catatan kuliah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan. Dalam hal ini
dilakukan pengumpulan data mengenai kinerja keuangan bank.
Riset lapangan adalah suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi yang dalam
penelitian ini dilakukan kunjungan secara langsung ke Bank Panin KCU Senayan untuk memperoleh
data sekunder. Data sekunder yang diperoleh berupa annual report selama 5 tahun, mulai dari tahun
2007 sampai dengan 2011.
40
Analisis data merupakan kegiatan bertujuan untuk mendeskripsikan data yang terkumpul dan untuk
menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif.
1. Analisis Likuiditas
Likuiditas merupakan masalah yang sangat esensial bagi lembaga keuangan untuk menjaga
kontinuitas usahanya. Pada prinsipnya likuiditas merupakan kemampuan untuk memenuhi
permintaan dana yang segera harus dipenuhi.
Menurut Jumingan (2005 : 246) perhitungan likuiditas dapat digunakan melalui perhitungan rasio
yang menggambarkan hubungan timbal balik antara asset dengan liabilities. Sedangkan menurut
Kasmir (2008 : 129) rasio likuiditas merupakan rasio yang mengambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Menurut Riyanto (1998 : 19) rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan
alat-alat yang likuid, sehingga dapat memenuhi kewajiban finansial pada saat jatuh tempo, kewajiban
itu sendiri bisa berkaitan dengan pihak intern
41
maupun pihak ekstern perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2010 : 301) menyatakan bahwa likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio yang tinggi
menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan. Biasanya rasio yang digunakan adalah current ratio, cash
ratio,net working capital to total asset ratio, loan to deposit ratio (LDR), dan loan to asset ratio.
Penulis hanya menekankan pada Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini untuk mengetahui
kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah
menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi
rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Perhitungan atas rasio LDR dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Kredit
42
2. Analisis Rentabilitas
Menurut Jumingan (2005 : 247) cara menilai rentabilitas suatu perusahaan bermacam-macam
tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan. Sedangkan menurut
Kasmir (2008 : 196) rasio rentabilitas atau profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi.
Menurut Arief Sugiono (2009 : 78) rasio profitabilitas/rentabilitas bertujuan untuk mengukur
efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atau hasil investasi melalui kegiatan perusahaan
atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhaan dan efisiensi dalam
pengolahaan kewajiban dan modal.
43
Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total
asset (ROA), rasio biaya operasional (BOPO), return on equity (ROE) dan sebagainya menurut
Mamduh dan Halim (1995 : 262).
Dalam analisis ini, penulis menggunakan rasio biaya operasional (BOPO), Return on Assets (ROA) dan
Return on Equity (ROE).
Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap
pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BO/PO, maka semakin baik
kondisi bank tersebut. Perhitungan atas rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
Beban Operasional
Pendapatan Operasional
Rasio ini mengukur kemampuan bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan.
Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2009 : 159) Return On Assets yaitu mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dengan mengunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
44
Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 2010 : 305 ) Return On Assets yaitu rasio yang menunjukan berapa
besar laba bersih yang di peroleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Sedangkan menurut Arief
Sugiono (2009 : 80) Return On Assets yaitu rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis
atas seluruh aset yang ada, atau rasio ini mengambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam
perusahaan.
Jadi Return On Assets digunakan untuk mengambarkan perputaran aktiva diukur dari volume
penjualan, semakin besar rasio ini maka semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat
berputar dan meraih laba.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Rasio
ini merupakan ukuran profitabilitas (rentabilitas) dari sudut pandang pemegang saham.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2010 : 305) Return On Equity yaitu rasio yang menunjukan berapa
persen
45
diperoleh laba bersih yang bila diukur dari modal pemilik, semakin besar semakin bagus. Sedangkan
menurut Arief Sugiono (2009 : 80) Return On Equty yaitu rasio yang mengukur tingkat pengembalian
dari bisnis atas seluruh modal yang ada.
Menurut Kasmir (2008 : 204) Return On Equty yaitu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi pengunaan modal sendiri, Semakin tinggi rasio
ini semakin baik.
Jadi, Return On Equity untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih
koperasi atau return on equity usaha yang merupakan perbandingan antara laba yang tersedia bagi
pemilik modal sendiri di suatu pihak. Laba yang digunakan yaitu laba usaha setelah dikurangi pajak
sedangkan modalnya dari modal sendiri.
3. Analisis Permodalan
Analisis permodalan bank yaitu analisis yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi segera kewajiban
46
keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Jumingan (2005 : 245) untuk
menghitung apakah jumlah capital yang ada suatu bank telah memadai atau belum.
Menurut Kasmir (2008 : 151) permodalan atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sajauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang
yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
permodalan digunakan untuk mengukur kamampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibanya, baik jangka pendek maupun jangka penjang apabila perusahaan dibubarkan
(dilikuidasi).
Menurut Arief Sugiono (2009 : 70) Rasio Permodalan (Leverage Ratio) bertujuan untuk menganalisis
pembelajaan yang dilakukan berupa komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga dan beban tetap lainya. Sedangkan menurut Mamduh dan Halim (2009 : 81)
Rasio Permodalan (Leverage Ratio) adalah mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total
hutangnya lebih besar dibandingkan total assetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang
perusahaan.
47
Rasio permodalan yang biasanya digunakan seperti debt to total asset ratio, total debt to total capital
asset ratio, total debt to equity ratio, capital adequacy ratio (CAR), long term debt to equity ratio, dan
lain-lain. Pada perhitungan ini, penulis hanya menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan
kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Perbandingan rasio
CAR adalah rasio modal terhadap ATMR/Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (Kasmir, 2008), yang
dapat dirumuskan dengan:
Modal
ATMR
48
BAB IV
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank Panin)
PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank Panin) merupakan salah satu bank komersial utama di Indonesia.
Didirikan pada tahun 1971, hasil merger dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank
Industri Dagang Indonesia. Setahun kemudian, pada April 1972, Bank Panin mendapatkan
persetujuan menjadi bank devisa. Pada tahun 1982, Bank Panin mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), sehingga merupakan bank pertama yang go public di
Indonesia. Dengan struktur permodalan yang kuat dan Rasio Kecukupan Modal yang tinggi, Bank
Panin tidak harus direkapitalisasi oleh Pemerintah pasca krisis ekonomi (1998).
Sampai dengan akhir Desember 2011, aset Bank Panin sebesar Rp. 125 triliun, total simpanan Rp.
85.7 triliun, outstanding kredit Rp. 75.7 triliun dan total networth Rp. 19.8 triliun, dengan kapitalisasi
pasar dari Rp. 18.8 triliun. Dengan kondisi tersebut Bank Panin menjadi peringkat sebagai bank
terbesar ketujuh nasional dalam hal total aktiva.
49
Berdasarkan Daftar Pemegang Saham Perseroan per tanggal 30 September 2012, yang dikeluarkan
oleh PT. Blue Chip Mulia pada tanggal 1 Oktober 2012, susunan para pemegang saham PT. Bank Pan
Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Bank Panin saat ini memiliki 4 entitas anak, yakni PT. Clipan Finance Indonesia Tbk, PT. Asuransi Multi
Artha Guna Tbk, PT. Bank Panin Syariah, dan PT. Verena Multi Finance Tbk.
Pada akhir tahun 2011, Bank Panin memiliki jaringan usaha lebih dari 440 kantor di berbagai kota
besar di Indonesia, lebih dari 700 ATM Panin, tergabung dengan jaringan 30.000 ATM Bersama, 5.000
ATM ALTO, 1.5 juta ATM Cirrus di seluruh dunia. Bank Panin juga menyediakan layanan Internet
Banking, Mobile Banking, dan
50
juga Phone Banking dan Call Centre serta Debit Card yang bekerja sama dengan MasterCard, dan
Maestro yang dapat diakses secara internasional.
Melalui layanan produk yang inovatif, jaringan distribusi nasional dan pengetahuan pasar yang
mendalam, Bank Panin siap untuk terus memperluas pangsa pasar dan berperan serta dalam
meningkatkan fungsi intermediasi keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
4.1.2. Visi
Sebagai salah satu bank papan atas di Indonesia, Bank Panin akan senantiasa menjaga dan
meningkatkan kinerja keuangannya secara sehat, meneruskan kepeloporan dan peranannya dalam
pertumbuhan industri perbankan nasional.
4.1.3. Misi
Mentransformasi Bank Panin menjadi salah satu bank konsumer dan bisnis terkemuka di Indonesia.
51
4.1.4. Strategi
Nasabah
Fokus pada nasabah, memahami kebutuhan mereka dan memberikan value chain services.
Produk
Saluran Distribusi
Efisiensi
Mengembangkan proses pelayanan untuk mempercepat transaksi nasabah dan memberikan biaya
yang efisien dan kompetitif melalui pengembangan teknologi.
Menanamkan dan meningkatkan budaya perusahaan dalam rangka menghargai sepenuhnya prestasi
individu dan terus memotivasi personil untuk meningkatkan produktivitas dan pelayanan kepada
nasabah.
52
Pemegang Saham
Mengkapitalisasi kekuatan bisnis dan franchise value yang dimiliki untuk mencapai kinerja yang
unggul yang akan membawa manfaat bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham.
Dalam industri perbankan, tata kelola perusahaan adalah faktor penting dalam memelihara
kepercayaan dan keyakinan pemegang saham dan nasabah. Tata kelola perusahaan yang baik
dirasakan semakin penting seiring dengan meningkatnya risiko bisnis dan tantangan yang dihadapi
oleh industri perbankan. Dengan mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) dan pengelolaan risiko yang baik, Bank diharapkan dapat terhindar dari dampak buruk
krisis perekonomian global.
Dalam setiap pengambilan keputusan bisnis memiliki unsur ketidakpastian dan juga menimbulkan
risiko. Untuk menyikapi hal tersebut Bank Panin senantiasa mengelola risiko melalui pengawasan
yang efektif dan pengendalian internal sebagai bagian dari prinsip-prinsip GCG. Struktur
pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif dapat meminimalkan dampak tersebut.
Aktualisasi GCG
53
sebagai bagian yang dilakukan proses intern senantiasa melibatkan pemangku kepentingan yaitu
Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat Senior, pimpinan dan seluruh karyawan. Interaksi tersebut
membentuk budaya kerja yang positif dan memberikan keunggulan bersaing Bank Panin.
Dalam melaksanakan Good Corporate Governance, Bank Panin senantiasa berpedoman pada
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang prinsip-prinsip GCG. Prinsip yang
dianut adalah tata kelola perusahaan harus dijalankan dengan standar tertinggi dalam rangka
mendukung tujuan bisnis Bank yaitu pertumbuhan, profitabilitas dan nilai tambah kepada seluruh
pemangku kepentingan. Hal ini merupakan kunci utama yang mendukung keberlangsungan Bank
Panin.
Bank Panin menetapkan pertumbuhan usaha sesuai dengan Rencana Bisnis Tahunan yang mengacu
pada prinsip kehati-hatian (prudential banking) dan penerapan Tata Kelola Perusahaan atau Good
Corporate Governance (GCG) dengan sebaik-baiknya. Penerapan prinsip GCG tersebut berlandaskan
pada 5 (lima) prinsip dasar GCG, yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness).
54
Manajemen Bank Panin menyadari penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sangat
diperlukan dalam setiap aspek pengelolaan kegiatan usaha Bank. Oleh sebab itu Dewan Komisaris
dan Direksi membuat komitmen bersama untuk melaksanakan Good Corporate Governance di Bank
Panin. Upaya/kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang
baik, antara lain sebagai berikut:
a. Public Expose
Kegiatan ini untuk memenuhi ketentuan pasar modal dalam rangka memaparkan kinerja perusahaan
kepada pemegang saham, investor, analis, dan media.
b. Road Show
Untuk meningkatkan reputasi dan citra Bank kepada para investor serta bank-bank koresponden
internasional. Road Show dilakukan secara berkala baik secara bilateral ataupun ikut serta bersama
perusahaan-perusahaan sekuritas.
c. Kepatuhan (Compliance)
Penyampaian laporan sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI) yang meliputi Laporan Bank Umum,
Laporan Berkala Bank Umum, laporan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) yang meliputi Cash Transaction Report (CTR) dan Suspicious Transaction Report (STR),
laporan kepada
55
BAPEPAM-LK yang meliputi Laporan keuangan Triwulanan, serta publikasi Laporan Keuangan dan
Laporan Tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik secara berkala.
e. Rating Agencies
Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tentang lembaga pemeringkat dan
peringkat yang diakui Bank Indonesia terhadap aspek kuantitas maupun kualitas, Bank Panin telah
dinilai oleh lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia secara berkala.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang
tidak diberikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi dalam batas yang
56
B. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan dan memberikan saran terhadap pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab Direksi. Dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab itu, Dewan Komisaris
wajib bertindak secara independen.
Ketentuan Bank Indonesia mengenai Good Corporate Governance (GCG) menyatakan bahwa jumlah
anggota Dewan Komisaris paling kurang 3 orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota
Direksi. Paling kurang satu orang anggota Dewan Komisaris harus berdomisili di Indonesia dan paling
kurang 50% dari jumlah anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen.
57
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Tenaga Kerja Asing, 50% atau lebih dari anggota
Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia.
Bank Panin telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia tersebut, dari 4 orang Dewan Komisaris yang
ada, kesemuanya berdomisili di Indonesia dan 2 orang merupakan Komisaris Independen. Selain itu
100% dari anggota Dewan Komisaris adalah warganegara Indonesia.
Susunan Dewan Komisaris yang menjabat sejak ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham
Perseroan tanggal 9 April 2012 sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
Perseroan yang akan diadakan tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Dewan Komisaris Bank Panin mengawasi dan memastikan bahwa prinsip-prinsip GCG selalu
diterapkan dalam setiap
58
kegiatan usaha bank pada berbagai tingkatan dan jenjang organisasi sebagaimana ketentuan yang
berlaku.
b. Dewan Komisaris melaksanakan review terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
secara periodik. Monitoring dilaksanakan antara lain melalui rapat bulanan Dewan Komisaris dengan
Direksi atau melalui laporan-laporan yang disampaikan oleh SKAI, Komite Audit dan Direktur
Kepatuhan.
c. Mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis Bank, antara lain
penyusunan dan evaluasi terhadap Corporate Plan dan Rencana Bisnis Bank (RBB) serta evaluasi
berkalanya.
d. Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional Bank, kecuali
dalam hal penyediaan dana kepada pihak terkait atau pemberian kredit melebihi batas jumlah
tertentu serta hal-hal lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar Bank dan/atau peraturan
perundangan yang berlaku dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan.
e. Berkoordinasi dengan Komite Audit dan Satuan Kerja Kepatuhan, Dewan Komisaris memastikan
bahwa anggota Direksi terkait telah menindaklanjuti temuan audit dan
59
rekomendasi yang disampaikan oleh SKAI, Auditor Ekstern, serta Laporan Hasil Pemeriksaan Bank
Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya. Tindak lanjut dimaksud dilakukan melalui
upaya perbaikan sesuai action plan yang dilaksanakan sebagaimana komitmen yang dibuat dengan
pengawas/pemeriksa.
f. Untuk membantu pelaksanaan tugasnya dan memenuhi Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/14/PBI/2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang
Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) bagi bank umum, Dewan Komisaris telah
membentuk:
1. Komite Audit
Pengangkatan anggota Komite dilakukan oleh Direksi berdasarkan Keputusan Rapat Dewan
Komisaris.
g. Rapat Dewan Komisaris dilakukan dalam satu bulan sekali, dan rapat tersebut dihadiri oleh seluruh
anggota Dewan Komisaris.
h. Dewan Komisaris telah menyediakan waktu yang memadai untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya secara
60
optimal, serta berperan aktif dalam penyusunan buku pedoman operasional unit kerja internal Bank
dengan memberikan persetujuan/pengesahannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris berwenang untuk melakukan hal sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris berhak meminta bantuan tenaga ahli dalam
jangka waktu terbatas.
b. Dewan Komisaris berdasarkan keputusan Rapat Dewan Komisaris berhak memberhentikan untuk
sementara anggota Direksi sesuai dengan ketentuan pasal 106 ayat (1) UUPT, yaitu anggota Direksi
dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya. Untuk
selanjutnya, mengacu pada pasal 106 ayat (4) yaitu: dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS, dan sesuai pasal
106 ayat (6), RUPS mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut.
c. Dalam hal Dewan Komisaris melakukan tindakan pengurusan Perusahaan dalam keadaan tertentu
dan untuk jangka waktu tertentu, berlaku ketentuan Pasal 118 ayat (2) UUPT yaitu: Dewan Komisaris
yang dalam keadaan
61
tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan, berlaku semua ketentuan
mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perusahaan dan pihak ketiga.
d. Dalam hal hanya ada seorang anggota Dewan Komisaris karena anggota lainnya berhalangan,
segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Presiden Komisaris atau anggota Dewan
Komisaris lainnya dalam Anggaran Dasar berlaku pula baginya.
e. Dewan Komisaris berwenang untuk menyetujui beberapa kebijakan Perusahaan, mengacu pada
ketetapan Otoritas yang berwenang.
f. Dewan Komisaris berwenang dan bertanggung jawab dalam manajemen risiko Perusahaan
sekurang-kurangnya mencakup:
62
C. Direksi
Direksi Perseroan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan Perseroan sesuai
dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan
dan peraturan perundangan yang berlaku. Direksi Perseroan melaksanakan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dalam setiap kegiatan usaha Perseroan pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi dan menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Satuan Kerja Audit Intern (SKAI),
auditor eksternal dan hasil pengawasan Bank Indonesia.
Anggota Direksi Bank Panin sampai dengan 31 Desember 2011 berjumlah 11 orang terdiri dari 1
(satu) Presiden Direktur, 2 (dua) Wakil Presiden Direktur dan 8 (delapan) Direktur yang 1 (satu)
diantaranya merupakan Direktur Kepatuhan. Seluruh anggota Direksi berdomisili di Indonesia.
Susunan anggota Direksi yang menjabat sejak ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
Perseroan tanggal 9 April 2012 sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
Perseroan yang akan diadakan tahun 2015 adalah sebagai berikut:
63
Gunawan
Dwirianto
a. Seluruh anggota Direksi bertanggung jawab penuh dalam pengembangan bisnis dan pengelolaan
risiko bank dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, meningkatkan shareholder value serta
berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
b. Menetapkan strategi usaha dan memantau serta memastikan pelaksanaan Good Corporate
Governance
64
dengan memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian serta kepatuhan pada Peraturan Bank Indonesia
dan ketentuan perundang-undangan lainnya yang berlaku, sesuai dengan visi/misi yang ditetapkan.
c. Menyusun Rencana Bisnis dan/atau revisinya, melakukan supervisi dan sosialisasi kepada pejabat-
pejabat unit kerja terkait, menyampaikannya ke Bank Indonesia dan selanjutnya memantau
pelaksanaannya dari waktu ke waktu.
d. Menyelenggarakan Rapat Kerja Tahunan untuk mengevaluasi dan menetapkan Program Kerja.
e. Menetapkan struktur organisasi perusahaan, beserta uraian tugas dan wewenang sesuai
pembidangan masing-masing.
f. Mengelola Sumber Daya Perusahaan untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan, meneliti setiap
hal yang terkait dengan efisiensi usaha, mengambil keputusan, membuat kebijakan, melaksanakan
pengawasan serta verifikasi yang dianggap perlu.
g. Melakukan supervisi kepada jajaran manajemen untuk memastikan ketepatan dan kualitas laporan
serta menyetujui data keuangan yang disajikan kepada publik dan pemegang saham.
65
i. Menciptakan struktur pengendalian intern, menjamin terselenggaranya fungsi audit intern Bank
dalam setiap tingkatan manajemen dan menindaklanjuti temuan audit intern Bank sesuai dengan
kebijakan atau pengarahan yang diberikan Dewan Komisaris.
k. Direksi tidak menggunakan penasehat perorangan dan/atau jasa profesional sebagai konsultan,
kecuali untuk proyek yang bersifat khusus.
a. Direksi berhak mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal dan dalam
segala kejadian, mengikat Perusahaan dengan pihak lain dan pihak lain dengan perseroan, serta
menjalankan segala tindakan, baik
66
yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan akan tetapi dengan pembatasan bahwa
persetujuan tertulis dari dan atau surat-surat yang berkenan harus ditandatangani oleh 3 (tiga) orang
anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh rapat Dewan Komisaris dimana satu diantara mereka
harus Presiden Komisaris atau Wakil Presiden Komisaris.
b. Melakukan perbuatan hukum untuk mengalihkan kekayaan perseroan atau menjadinya jaminan
utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam
satu transaksi atau lebih baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, harus disetujui oleh RUPS.
d. Direksi untuk perbuatan tertentu berhak pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau
kuasanya dengan memberikan kepadanya kekuasaan yang diatur dalam surat kuasa khusus.
67
Bank Indonesia telah menerbitkan peraturan untuk pelaksanaan tata kelola perusahaan yan baik
(good corporate governance) bagi bank umum pada tanggal 30 Januari 2006 dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 8/4/PBI/2006 dan dilengkapi dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006
tanggal 5 Oktober 2006 yang akan mempengaruhi operasi industri perbankan dan kinerja keuangan.
Dalam bidang kepengurusan, persyaratan Komisaris dan Direksi Bank Panin telah memenuhi
kewajiban peraturan tersebut, baik dari sisi jumlah, komposisi, kriteria, independensi, peran da
tanggung jawabnya, Direksi dan Komisaris mengadakan rapat secara berkala dan rapat-rapat yang
dilakukan senantiasa dibuat risalah rapat dan didokumentasikan secara baik.
Untuk menjamin terlaksananya Manajemen Resiko serta pengendalian yang efektif serta
meningkatkan kinerja perusahaan, maka Bank Panin telah membentuk beberapa Komite, yaitu:
1. Komite Kredit
Bertanggung jawab atas pemberian dan persetujuan krredit yang diajukan ke tingkat Direksi. Dewan
68
Komisaris menentukan wewenang pemberian kredit kepada Anggota Direksi yang diitunjuk sebagai
Komite Kredit Direksi (KKD) melalui Surat Keputusan Komisaris.
Pemberian kredit yang berjumlah di atas wewenang pemberian kredit cabang wajib terlebih dahulu
diajukan kepada KKD Kantor Pusat melalui Divisi Perkreditan.
Komite ALCO terdiri dari Direktur Bidang dan Kepala Divisi/Biro yang bertanggung jawab untuk
menegelola risiko likuiditas dan risiko pasar, termasuk risiko suku bunga dan nilai tukar, serta
memonitor rasio-rasio keuangan penting.
Komite ALCO menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri oleh seluruh anggota sedikitnya sekali
dalam sebulan untuk membahas kondisi pasar dan perubahan-perubahan yang berdampak terhadap
keuangan bank, khususnya sumber-
69
sumber dan penggunaan dana, serta rasio-rasio keuangan. Kinerja keuangan tahun berjalan dianalisa
mengacu kepada proyeksi yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis Perusahaan.
Komite Manajemen Risiko melapor dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama meliputi hal-hal
yang terkait dengan penyusunan kebijakan Manajemen Risiko, penyesuaian dan penyempurnaan
penerapan Manajemen Risiko Bank secara keseluruhan. Komite Manajemen Risiko (KMR) terdiri dari
Anggota Tetap yaitu Presden Direktur, Wakil Presiden Direktur, Direktur Bidang Perkreditan, Direktur
Treasury, Direktur International Banking dan Operational Support dan Direktur Kepatuhan dan
Manajemen Risiko serta Anggota Tidak Tetap yaitu para Kepala Divisi (Biro) terkait.
4. Komite Audit
Bertanggung jawab untuk mengkaji seluruh aspek pengawasan dan untuk memberikan pendapat
serta rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Komite Audit memiliki independensi dalam
mengevaluasi permasalahan yang terkait dengan policy dan mengantisipasi akibat atau
70
risiko yang mungkin timbul sehingga membutuhkan perhatian khusus. Komite Audit juga memastikan
bahwa manajemen memahami dan melaksanakan peraturan serta kebijakan yang berlaku termasuk
mengawasi persiapan pembuatan laporan keuangan dan independensi dari auditor eksternal.
Bertindak mewakili Dewan Komisaris dan bertanggung jawab serta berfungsi memantau dan
mengevaluasi kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko Bank. Tugas dan Tanggung Jawab Komite
Pemantau Risiko adalah mengevaluasi antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan
kebijakan tersebut, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Manajemen Risiko dan Satuan Kerja
Manajemen Risiko Bank serta mengevaluasi dan memberikan masukan atas rekomendasi dari Direksi
yang berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetetujuan Dewan Komisaris.
6. Komite Remunerasi dan Nominasi
Bertugas merancang dan mengevaluasi remunerasi bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Pejabat
Eksekutif serta menominasikan calon/kandidat pengurus Bank. Komite ini
71
juga berwenang menyampaikan usulan paket remunerasi anggota Direksi dan Komisaris kepada
Dewan Komisaris serta memberikan masukan mengenai remunerasi calon Anggota Direksi pada
Dewan Komisaris untuk diputuskan dalam RUPS.
Bertugas memberikan rekomendasi kepada Direksi, yang paling kurang meliputi: penyusunan
kebijakan, strategi, dan pedoman Manajemen Risiko, perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan
Manajemen Risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan dimaksud, penetapan (justification) hal-
hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan prosedur normal (irregularities).
Bertugas memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana Strategis Teknologi
Informasi (Information Technology Strategic Plan) yang searah dengan rencana strategis kegiatan
usaha bank, antara lain: kesesuaian proyek-proyek Teknologi Informasi yang disetujui dengan
Rencana Strategis Teknologi Informasi, kesesuaian antara pelaksanaan proyek-proyek Teknologi
Informasi dengan
72
73
Tabel 4.2
74
75
76
Tabel 4.3
77
Tolak ukur yang dapat dipakai untuk menilai kondisi dan prestasi keuangan adalah rasio atau indeks
yang menghubungkan dua atau lebih data keuangan. Analisis dari macam-macam rasio akan dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi atau kinerja keuangan
dibanding jika hanya menggunakan data keuangan sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Untuk itu dalam menilai kinerja keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) akan dianalisis
melalui rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Permodalan.
4.3.1. Likuiditas
Analisis terhadap komponen likuiditas merupakan analisis yang dilakukan terhadap kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh
tempo. Berdasarkan ketentuan yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia, komponen likuiditas
bank diukur berdasarkan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
78
- Peringkat 1: 50 < Rasio < 80%, mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan.
- Peringkat 2: 80% < Rasio < 85%, mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu mengatasi
pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki
kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
- Peringkat 3: 85% < Rasio < 95%, mencerminkan bahwa bank tergolong cukup baik namun terdapat
beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak
segera melakukan tindakan korektif.
- Peringkat 4: 95% < Rasio < 100%, mencerminkan bahwa bank tergolong kurang baik dan sensitif
terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki
kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak
memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami
kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
- Peringkat 5: Rasio 100%, mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif
terhadap pengaruh negatif kondisi
79
perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya.
Sebelum melakukan perhitungan LDR, maka terlebih dahulu akan disajikan data jumlah kredit yang
diberikan dan dana yang diterima yang diperoleh dari Bank Panin untuk 5 tahun terakhir yakni tahun
2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.4
Dari tabel tersebut, besarnya rasio LDR per tahunnya dapat dihitung sebagai berikut:
80
1. Tahun 2008
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut:
36.526.583
46.043.679
= 79.33 %
2. Tahun 2009
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:
41.121.422
56.234.487
= 73.12 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut:
57.246.019
75.279.720
= 76.04 %
81
4. Tahun 2011
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut:
71.079.802
85.748.532
= 82.89 %
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut:
83.662.354
92.787.245
= 90.17 %
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
82
Tabel 4.5
PT. Bank Panin Tbk
Tahun
2008
79.33
2009
73.12
2010
76.04
2011
82.89
30 Juni 2012
90.17
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa rasio LDR mengalami tren yang fluktuatif sepanjang periode 2008
sampai dengan 30 Juni 2012. Persentase rasio LDR di tahun 2009 menurun menjadi 73.12 % dari
sebelumnya sebesar 79.33% di tahun 2009. Hal ini dikarenakan peningkatan penghimpunan dana
pihak ketiga tidak diimbangi oleh besarnya peningkatan pada kredit yang diberikan. Peningkatan
yang cukup berpengaruh yaitu adanya peningkatan pada produk simpanan dengan dana murah yaitu
berupa giro dan tabungan. Sedangkan peningkatan pada kredit tahun 2009 tidak cukup besar bila
dibandingkan dana pihak ketiga yang diperoleh, hal ini dipicu oleh adanya krisis ekonomi global akhir
tahun 2008 hingga tahun 2009
83
yang bermula dari krisis di Amerika Serikat akibat kredit perumahan (subprime mortgage). Agar
menghindari permasalahan yang serupa maka beberapa bank termasuk Bank Panin juga ikut berhati-
hati dalam pemberian kredit terutama untuk kredit konsumsi. Hal ini berpengaruh terhadap
pencapaian kredit yang terjadi pada tahun 2009.
Pada tahun 2010 hingga akhir semester I tahun 2012, persentase rasio LDR mengalami trend yang
terus naik, sehingga berakibat menurunnya tingkat likuiditas Bank Panin. Hal ini disebabkan karena
kondisi ekonomi yang sudah mulai stabil sehingga menyebabkan adanya peningkatan kredit yang
cukup signifikan, baik peningkatan pada kredit konsumsi seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan
Kredit Pemilikan Mobil (KPM) maupun peningkatan pada kredit komersil untuk keperluan modal
kerja seperti Pinjaman Rekening Koran (PRK) maupun untuk keperluan investasi dalam bentuk
angsuran seperti Pinjaman Jangka Menengah (PJM) dan Pinjaman Jangka Panjang (PJP). Adapun
peningkatan jumlah kredit yang diberikan pada tahun-tahun tersebut karena didukung oleh adanya
penurunan suku bunga kredit, baik untuk kredit konsumsi maupun kredit komersil sehingga bagi
masyarakat yang memiliki dana menganggur (idle money) lebih tertarik untuk memutar uangnya
dalam bisnis (usaha) maupun digunakan sebagai uang muka untuk pembelian properti sedangkan
sisanya dengan mengajukan kredit di bank.
84
Selama periode 2008 sampai dengan akhir semester I tahun 2012, bila diukur berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia sesuai kriteria penetapan LDR, maka peringkat Bank Panin selama kurang lebih 5
tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Peringkat LDR
Tahun
Peringkat
Keterangan
2008
79.33
Peringkat 1
Sangat Baik
2009
73.12
Peringkat 1
Sangat Baik
2010
76.04
Peringkat 1
Sangat Baik
2011
82.89
Peringkat 2
Baik
30 Juni 2012
90.17
Peringkat 3
Cukup Baik
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa LDR Bank Panin masih sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh Bank Indonesia. Adapun penurunan peringkat pada pertengahan tahun 2012
disebabkan karena Bank Panin sedang dalam mengalami pertumbuhan (growth) terutama untuk
kredit. Beberapa penyebab pertumbuhan kredit juga dikarenakan relatif terkendalinya inflasi yang
mendukung kestabilan daya beli masyarakat. Trend suku bunga kredit yang cenderung
85
menurun dan suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) yang stabil di level cukup rendah mendukung
pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Dengan adanya beberapa kondisi tersebut maka memicu
meningkatnya permintaan akan kredit konsumsi terutama yang mengarah kepada nasabah ritel.
Namun, untuk mengimbangi adanya peningkatan pada posisi kredit maka Bank Panin juga
mengeluarkan beberapa produk baru serta penawaran yang menarik untuk simpanan dana pihak
ketiga seperti produk Tabungan Bisnis Panin, Tabungan Bisnis Combo, Tabungan Panin Promo, dan
lain-lain. Secara umum, LDR Bank Panin masih pada posisi BAIK.
4.3.2. Rentabilitas
1. BOPO
Rasio BOPO digunakan mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya. Rasio BOPO diperoleh dengan cara membagi biaya operasional dengan pendapatan
operasional, dengan menggunakan rumus:
Beban Operasional
Pendapatan Operasional
86
Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu bank, maka Bank Indonesia menentukan besarnya rasio
BOPO adalah sebesar 92%.
Sebelum mengetahui rasio BOPO Bank Panin, maka terlebih dahulu akan disajikan data beban
operasional dan pendapatan operasional untuk tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Tahun
Biaya Operasional
(dalam Rp Juta)
Pendapatan Operasional
(dalam Rp Juta)
2008
5.539.338
6.598.783
2009
6.922.966
8.324.397
2010
7.689.542
9.545.431
2011
9.427.878
12.055.941
30 Juni 2012
4.803.055
6.349.396
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Bedasarkan data di atas, maka dapat dihitung rasio BOPO sebagai berikut:
1. Tahun 2008
Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut:
87
5.539.338
6.598.783
= 83.94 %
2. Tahun 2009
Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:
6.922.966
8.324.397
= 83.16 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut:
7.689.542
9.545.431
= 80.56 %
4. Tahun 2011
Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut:
88
9.427.878
12.055.941
= 78.20 %
Besarnya rasio BOPO periode 30 Juni 2012 dapat dihitung sebagai berikut:
4.803.055
6.349.396
= 75.65 %
Rasio BOPO tahun 2012 tidak dapat dijadikan perbandingan karena data yang diperoleh berupa biaya
operasional dan pendapatan operasional tidak disetahunkan.
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
89
Tabel 4.8
Tahun
2008
83.94
2009
83.16
2010
80.56
2011
78.20
30 Juni 2012
75.65
90
pendapatan bunga dari hasil pemberian kredit terutama berupa pinjaman angsuran.
Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba bersih sebelum pajak). Semakin besar ROA, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank, sehingga kemampuan suatu bank dalam suatu kondisi
bermasalah semakin kecil. Besarnya nilai ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Angka ROA sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia dengan standar terbaik yaitu minimal
sebesar 1,5%.
Sebelum dilakukan perhitungan ROA, maka terlebih dahulu akan disajikan laba bersih sebelum pajak
dan rata-rata total asset untuk tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat disajikan melalui
tabel berikut ini:
91
Tabel 4.9
Tahun
Laba Bersih
Sebelum Pajak
(dalam Rp Juta)
Rata-rata
Total Asset
(dalam Rp Juta)
2008
1.091.187
58.970.593
2009
1.466.555
71.162.396
2010
1.943.826
93.455.526
2011
2.736.366
116.874.757
30 Juni 2012
1.630.157
130.273.859
Berdasarkan data di atas, maka besarnya ROA dapat dihitung sebagai berikut:
1. Tahun 2008
Besarnya rasio ROA untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut:
1.091.187
58.970.593
= 1.85%
92
2. Tahun 2009
Besarnya rasio ROA untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:
1.466.555
71.162.396
= 2.06 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio ROA untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut:
1.943.826
93.455.526
= 2.08 %
4. Tahun 2011
Besarnya rasio ROA untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut:
2.736.366
116.874.757
= 2.34 %
93
1.630.157
130.273.859
= 1.25 %
Besarnya rasio ROA periode 30 Juni 2012 tidak dapat dijadikan perbandingan karena laba periode
tahun 2012 tidak disetahunkan (annualisasi).
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 4.10
PT. Bank Panin Tbk
Tahun
2008
1.85
2009
2.06
2010
2.08
2011
2.34
30 Juni 2012
1.65
94
Berdasarkan tabel 4.10 yakni hasil perhitungan ROA sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
terus mengalami peningkatan, sedangkan rasio ROA tahun 2012 belum bisa dijadikan perbandingan.
Sejak tahun 2008, rasio ROA Bank Panin selalu melebihi ketentuan yang ditetapkan dari Bank
Indonesia, hal ini diketahui bahwa Bank Panin dapat dikatakan produktif dalam mengelola
aktivitasnya, sehingga menghasilkan laba.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Rasio
ini merupakan ukuran profitabilitas (rentabilitas) dari sudut pandang pemegang saham.
Sebelum dilakukan perhitungan ROE, maka terlebih dahulu akan disajikan laba setelah pajak dan
rata-rata total modal untuk tahun
95
2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Tahun
Laba
Setelah Pajak
(dalam Rp Juta)
Rata-rata
Total Modal
(dalam Rp Juta)
2008
761.445
8.646.110
2009
1.079.833
10.314.044
2010
1.448.937
12.646.739
2011
2.053.115
14.692.443
30 Juni 2012
1.241.430
16.495.448
Berdasarkan data di atas, maka besarnya ROE dapat dihitung sebagai berikut:
1. Tahun 2008
Besarnya rasio ROE untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut:
761.445
8.646.110
= 8.85 %
96
2. Tahun 2009
Besarnya rasio ROE untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:
1.079.833
10.314.044
= 10.47%
3. Tahun 2010
Besarnya rasio ROE untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut:
1.448.937
12.646.739
= 11.46 %
4. Tahun 2011
Besarnya rasio ROE untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut:
2.053.115
14.692.443
= 13.97 %
97
Besarnya rasio ROE untuk periode 30 Juni 2012 dapat dihitung sebagai berikut:
1.241.430
16.495.448
= 7.53 %
Seperti halnya pada BOPO dan ROA periode 30 Juni 2012, maka ROE pun tidak dapat
diperbandingkan karena data dari Laba Setelah Pajak tidak disetahunkan.
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
98
Tabel 4.12
Tahun
2008
8.85
2009
10.47
2010
11.46
2011
13.97
30 Juni 2012
7.53
Dari tabel di atas terlihat bahwa dalam pengelolaan modalnya, Bank Panin juga terbilang produktif, di
mana rasio ROE selalu lebih dari 7%. Namun rasio ROE pada 30 Juni 2012 tidak bisa dijadikan
perbandingan, karena data berupa besarnya laba setelah pajak hanya terdiri dari enam bulan. Bila
dilihat dari trend yang ada, rasio ROE selalu mengalami peningkatan. Adapun secara keseluruhan,
kenaikan rasio ROE disebabkan oleh kenaikan laba operasional karena adanya kenaikan pendapatan
bunga bersih dan penurunan beban operasional lainnya.
99
Sasaran utama atas kebijakan pengelolaan permodalan yang dilakukan oleh Bank adalah untuk
mematuhi ketentuan permodalan eksternal yang berlaku dan untuk mempertahankan rasio
permodalan yang sehat agar dapat mendukung usaha dan memaksimalkan nilai bagi pemegang
saham. Bank mengelola struktur modal dan melakukan penyesuaian atas struktur tersebut terhadap
perubahan kondisi ekonomi dan karakteristik risiko aktivitasnya. Untuk mempertahankan atau
menyesuaikan struktur modal tersebut, Bank dapat menyesuaikan jumlah pembayaran dividen
kepada pemegang saham, mengembalikan modal kepada pemegang saham atau mengeluarkan
saham baru.
Rasio yang digunakan dalam mengukur kecukupan modal adalah rasio CAR (Capital Adequacy Ratio).
Rasio ini merupakan salah satu cara yang digunakan dalam menghitung apakah modal yang ada pada
suatu bank telah mencukupi. Sehingga rasio CAR dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
100
Modal
ATMR
Kemudian perlu ditambahkan bahwa menurut ketentuan Bank Indonesia yang dinyatakan bahwa
bank yang dikategorikan sehat jika memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%.
Sebelum dilakukan perhitungan CAR, maka terlebih dahulu akan disajikan data modal dan aktiva
tertimbang yang diperoleh selama kurang lebih 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2008 sampai
dengan 30 Juni 2012 yang dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13
101
Berdasarkan tabel 4.13 yakni data modal dan aktiva tertimbang, khususnya dalam kurun waktu
hampir 5 tahun terakhir maka besarnya CAR dapat dihitung sebagai berikut:
1. Tahun 2008
Besarnya rasio CAR untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut :
8.831.363
42.490.133
= 20.78%
2. Tahun 2009
Besarnya rasio CAR untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut:
11.796.724
46.023.987
= 25.63 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio CAR untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut:
102
13.496.754
CAR (%) = -------------------- x 100%
61.201.831
= 22.05%
4. Tahun 2011
Besarnya rasio CAR untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut:
15.888.131
75.586.460
= 21.02%
Besarnya rasio CAR untuk periode 30 Juni 2012 dapat dihitung sebagai berikut:
17.102.764
85.442.731
= 20.02 %
Dari hasil perhitungan tersebut di atas maka akan disajikan hasil perhitungan rasio CAR untuk tahun
2007 sampai dengan tahun 2011 yang dapat dilihat melalui tabel 4.10 berikut ini:
103
Tabel 4.14
Tahun
2008
20.78
2009
25.63
2010
22.05
2011
21.02
30 Juni 2012
20.02
Berdasarkan tabel 4.14 yaitu hasil perhitungan CAR selama kurun waktu hampir 5 tahun, yakni sejak
tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 menunjukkan bahwa rasio CAR cukup flutuatif. Namun
secara keseluruhan rasio CAR Bank Panin berada pada posisi yang sangat baik, di mana seluruh rasio
menunjukkan persentase yang jauh lebih besar dari yang ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu
sebesar 8%. Rata-rata rasio CAR Bank Panin sejak tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 adalah
sebesar 20% yang disebabkan karena adanya peningkatan modal sendiri dan peningkatan aktiva
tertimbang yang berimbang.
104
Adapun dasar kebijakan Bank Panin selalu mempertahankan rasio yang cukup tinggi adalah sebagai
berikut:
- Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris No. 01/SK-DK/2011 tentang Wewennang dan
Prosedur Persetujuan Komite Kredit Tingkat Direksi, yang isinya menyatakan bahwa Bank Panin
menerapkan kebijakan untuk memelihara Rasio Kecukupan Modal (CAR) sekurang-kurangnya 1,75
(satu koma tujuh puluh lima) kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
- Manfaat yang diperoleh dengan mempertahankan rasio CAR dibandingkan dengan pengelolaan
asset Bank Panin agar pendapatan yang diterima lebih meningkat.
Dengan rasio CAR yang tinggi, Bank Panin akan memperoleh manfaat berupa:
- Kemampuan menyerap risiko yang lebih besar sehingga tidak rentan terhadap perubahan kondisi
perekonomian, gejolak pasar, dan risiko usaha lainnya.
- Memiliki kesempatan yang lebih besar untuk merebut peluang usaha yang ada tanpa adanya
hambatan dari aspek permodalan.
- Kepercayaan yang lebih besar dari nasabah, kreditor, dan pasar uang sehingga dapat memperoleh
dana dengan suku bunga yang lebih baik.
105
Tabel 4.15
Tahun 2008
Ketentuan BI
(%)
Keterangan
Likuiditas
- LDR
79.33
< 95
Sangat Baik
Rentabilitas
- BOPO
83.94
< 92
Efisien
- ROA
1.85
1.5
Produktif
- ROE
8.85
7
Produktif
Permodalan
- CAR
20.78
Sangat Baik
Tahun 2009
Ketentuan BI
(%)
Keterangan
Likuiditas
- LDR
73.12
< 95
Sangat Baik
106
Rentabilitas
- BOPO
83.16
< 92
Efisien
- ROA
2.06
1.5
Produktif
- ROE
10.47
Produktif
Permodalan
- CAR
25.63
Sangat Baik
Tahun 2010
Ketentuan BI
(%)
Keterangan
Likuiditas
- LDR
76.04
< 95
Sangat Baik
Rentabilitas
- BOPO
80.56
< 92
Efisien
- ROA
2.08
1.5
Produktif
- ROE
11.46
Produktif
Permodalan
- CAR
22.05
Sangat Baik
Tahun 2011
Ketentuan BI
(%)
Keterangan
Likuiditas
- LDR
82.89
< 95
Baik
Rentabilitas
- BOPO
78.20
< 92
Efisien
107
- ROA
2.34
1.5
Produktif
- ROE
13.97
Produktif
Permodalan
- CAR
21.02
Sangat Baik
30 Juni 2012
Ketentuan BI (%)
Keterangan
Likuiditas
- LDR
90.17
< 95
Cukup Baik
Rentabilitas
- BOPO
75.65
< 92
Efisien
- ROA
1.65
1.5
Produktif
- ROE
7.53
Produktif
Permodalan
- CAR
20.02
Sangat Baik
108
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data berupa Laporan
Keuangan dari PT. Bank Pan Indonesia Tbk selama kurun waktu hampir 5 tahun yaitu sejak tahun
2008, 2009, 2010, 2011 dan periode 30 Juni 2012, maka dapat disimpulkan kinerja keuangan PT.
Bank Pan Indonesia Tbk bila diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rentabilitas dan
permodalan adalah sebagai berikut:
1. Likuiditas.
Untuk melihat bagaimana tingkat likuiditas yang ada pada Bank Panin, penulis menggunakan rasio
Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio LDR merupakan perbandingan antara total kredit yang diberikan
dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. Dengan menggunakan rasio
LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang
dihimpunnya. Melalui perhitungan dan analisis yang dilakukan, diketahui rasio LDR Bank Panin
mengalami tren yang fluktuatif sejak tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012. Loan to Deposit Ratio
pada tanggal 30 Juni 2012 sebesar 90.17% dengan kredit sebesar Rp. 83.662,35 miliar dan dana
pihak ketiga
109
sebesar Rp. 92.787,25 miliar. LDR pada tanggal 31 Desember 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-
masing adalah sebesar 82.89%, 76.04%, 73.12%, dan 79.33%. Dari rasio LDR terlihat bahwa Bank
Panin senantiasa sangat menjaga likuiditasnya agar dapat selalu memenuhi kewajiban terhadap
nasabahnya dan juga mengikuti ketentuan dari Bank Indonesia mengenai Loan to Deposit Ratio yaitu
berada di antara 78% - 100%.
2. Rentabilitas
Untuk mengukur rentabilitas Bank Panin, penulis menggunakan 3 macam rasio yaitu:
Biaya operasional untuk periode 6 bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 sebesar Rp.
4.803,06 miliar dan total pendapatan operasional sebesar Rp. 6.349,40 miliar atau BOPO sebesar
75.65%. BOPO Bank Panin untun tahun-tahun yang berakhir pada tahun 2011, 2010, 2009 dan 2008,
masing-masing sebesar 78.20%, 80.56%, 83,16%, dan 83.94%. Berdasarkan dari rasio BOPO terlihat
bahwa persentasenya setiap tahunnya semakin kecil, hal ini disimpulkan bahwa kinerja keuangannya
semakin membaik dan sangat efisiensi dalam mengelola pendapatan operasionalnya bila
dibandingkan dengan biaya operasionalnya.
110
Return on Asset (ROA) dihitung berdasarkan laba sebelum pajak dalam periode satu tahun
dibandingkan dengan rata-rata jumlah aset dalam periode yang sama. Laba sebelum pajak untuk
periode 6 bulan yang berakhir tanggal 30 Juni 2012 sebesar Rp. 1.630,16 miliar dan rata-rata aset
sebesar Rp. 130.273,86 miliar. Persentase ROA pada tanggal 30 Juni 2012 belum dapat
diperbandingkan karena periode perhitungan hanya selama 6 bulan. Sedangkan ROA tahun 2011,
2010, 2009 dan 2008, masing-masing adalah sebesar 2.34%, 2.08%, 2.06% dan 1.85%. Selama
hampir kurun waktu 5 tahun, bila dilihat dari rasio ROA diketahui bahwa kinerja atau kemampuan
Bank Panin dalam menghasilkan laba sebelum pajak dari aset yang dimilikinya terlihat produktif. Di
mana seluruh persentase ROA selalu di atas ketentuan yang diberikan dari Bank Indonesia yaitu
sebesar 1.5%.
Rasio ROE didapat dengan membandingkan antara laba bersih dengan rata-rata jumlah ekuitas.
Seperti halnya pada ROA, untuk rasio ROE pada tanggal 30 Juni 2012 juga tidak dapat
diperbandingkan karena laba bersih hanya menggambarkan perolehan selama 6 bulan. Untuk rasio
ROE tahun 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-masing sebesar
111
13.97%, 11.46%, 10.47%, 8.85%. Rasio ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini
memperlihatkan bahwa kinerja keuangan Bank Panin dalam menghasilkan laba bersih dari ekuitas
yang telah ditanamkan juga terlihat produktif, di mana ketentuan dari Bank Indonesia adalah sebesar
7%, sedangkan rasio ROE Bank Panin selama hampir 5 tahun terakhir selalu berada di atas dari
ketentuan Bank Indonesia.
3. Permodalan
Dari komponen-komponen yang menentukan tingkat kekuatan dari faktor permodalan, maka yang
memiliki bobot terbesar dan sering digunakan adalah dengan menggunakan rasio kecukupan modal
(CAR/Capital Adequacy Ratio). Saat ini Bank Indonesia mewajibkan bank-bank untuk memiliki
struktur perbandingan antara jumlah modal dengan aset tertimbang menurut risiko minimum
sebesar 8%. Untuk rasio CAR, Bank Panin memiliki ketentuan tersendiri berdasarkan Surat Keputusan
Dewan Komisaris No. 01/SK-DK/2011 tentang Wewenang dan Prosedur Persetujuan Komite Kredit
Tingkat Direksi yaitu menerapkan kebijakan untuk memeliha Rasio Kecukupan Modal (CAR) sekurang-
kurangnya 1.75 kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Sehingga tidak diragukan lagi bila
rasio CAR Bank Panin terlihat sangat baik. Rasio CAR pada tanggal 30 Juni 2012, tahun 2011, 2010,
2009 dan 2008, masing-
112
masing persentasenya selalu berada jauh di atas ketentuang Bank Indonesia yaitu sebesar 20.02%,
21.02%, 22.05%, 25.63% dan 20.78%.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, terlihat bahwa secara keseluruhan bila diukur berdasarkan rasio
keuangan melalui analisis likuiditas, rentabilitas dan permodalan maka kinerja keuangan Bank Panin
selama kurun waktu 5 tahun terakhir sudah berjalan dengan baik, di mana rasio-rasionya selalu
berada pada ketentuan dari Bank Indonesia, sehingga saran penulis agar manajemen Bank Panin
dapat mempertahankan kinerja yang sudah ada. Namun untuk menjaga rasio LDR agar pada posisi
yang sangat baik maka perlu menigkatkan komposisi pendanaan dengan meningkatkan porsi
tabungan dan giro karena kedua produk tersebut merupakan produk simpanan dengan biaya yang
rendah sehingga pihak Bank Panin juga sekaligus dapat meningkatkan keuntungan. Sedangkan untuk
besarnya kredit yang diberikan juga tetap harus dipertahankan dan juga ditingkatkan agar profit yang
didapat juga terus bertambah. Cara lain untuk memperbesar laba adalah dengan menigkatkan fee
based income dari transaksi trade finance, kiriman uang, transaksi luar negeri, perdagangan surat-
surat berharga, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Sugiyono, (2009), Manajemen Keuangan: Untuk Praktisi Keuangan, PT. Grasindo, Jakarta.
Astuti Yuli Setyani, (2002), Analisis Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi
Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta, Undip.
Bambang Riyanto, (1998), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yayasan Badan Penerbit &
Percetakan DMP YKPN, Yogyakarta.
Basran Desfian, (2005), Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Bank Umum di
Indonesia Tahun 2000 2003, Undip.
Boy Loen dan Sonny Ericson, (2008), Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa, PT. Grasindo, Jakarta.
Dahlan Siamat. 1999. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi kedua. Jakarta : LP-FEUI.
Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, (1998), Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal
Indonesia, PT. Bursa Efek Jakarta, Jakarta.
Fremont E & Rosenzweig, James E Kast, (1982), Organisasi dan Manajemen, (Alih Bahasa Hasymi Ali),
Edisi Ketiga, Bina Aksara, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, (1995), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Indriyo Gitusudarmo dan Basri, (2002), Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, BPFE UGM,
Yogyakarta.
J. David Hunger, Thomas L. Wheelen, (2003), Manajemen Strategis, (Alih Bahasa Julianto Agung S),
Yogyakarta : Andi.
Kasmir, SE, MM, (2008), Manajemen Perbankan, Edisi Revisi 2008, Rajawali Pers
Laporan Keuangan. Laporan Keuangan PT. Pan Indonesia, Tbk per akhir tahun.
Lukman Dendawijaya, Ir, Drs, MM, (2008), Manajemen Perbankan, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, (1995), Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta.
Mohamad Mahsun, (2006), Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Cetakan Pertama, BPFE UGM,
Yogyakarta.
Moh Wahyudin Zarkasyi, Dr, H, Ak, (2008), Good Corporate Governance pada Badan Usaha
Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan lainnya, Alfabeta, Bandung.
Muchdarsyah Sinungan, Drs, 1997, Manajemen Dana Bank, Bumi Akasara, Jakarta.
Nur Indrianto dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama, BPFE
Yogyakarta.
Raflux Rax, (1996), Banking Strategy: Asset, Liability, Management, Edisi Pertama, ALCO, Jakarta.
Robert Anggoro, (1997), Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia, Jakarta.
Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, (2001), Manajemen Keuangan Satu, Edisi Ketiga, Cetakan
Pertama, Prenhallindo, Jakarta.
Slamet Munawir, (2002), Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Salemba
Empat, Jakarta.
Soegiharto, (2007), Influence Factors Affecting The Performance of Accounting Information System,
Gajah Mada International Jounal of Business Volume III No. 2, Yogyakarta.
Soemarsono, S.R, (2004), Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Buku Pertama, Salemba Empat,
Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap, (2004), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
__________________, (2007), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
__________________, (2010), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Syafruddin Ginting, (2003), Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva, Kinerja
Keuangan serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka di Indonesia, Universitas Airlangga,
Surabaya.
Thomas Suyatno, Djuhaepah T. Marala MBA, Azhar Abdullah SH, Johan Thomas Aponno, Dra. C.
Tinon Yunianti Ananda, Drs. H.A. Chalik, (2007), Kelembagaan Perbankan, Edisi Ketiga, Cetakan
Keempat Belas, Bumi Aksara, Jakarta.
Uma Sekaran, (2006), Metodologi Penelitian Bisnis 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.
Uma Sekaran, (2006), Metodologi Penelitian Bisnis 2, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.
Zaki Baridwan, (1992), Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, FE Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.