Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH ANALISIS AKTIVITAS OPERASI

(Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan kelas A yang diampu oleh Dr. R. Djoko Sampurno, M.M.)

Disusus Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Erika Evelina Siahaan


Kristina Simbolon
Silfani Permata Sari
Reni Silaen
Remini Tri Silvia
Nurul Yunita
Eka Puji Lestari

(12010113120023)
(12010113120028)
(12010113120110)
(12010113130208)
(12010113130213)
(12010113130256)
(12010113130260)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

ANALISIS AKTIVITAS OPERASI. Adapun tujuan penulisan makalah ini


adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.
Meskipun dalam penulisan maskalah ini penulis banyak menemukan kesulitan.
Akan tetapi karena dorongan dan motivasi dari berbagai pihak, makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan pada makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang siftanya menbangun.
Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam era perdagangan bebas seperti ini, perubahan dan mobilitas keuangan
internasional terjadi semakin cepat, ini akan mempengaruhi semua aspek
kehidupan termasuk Akuntansi dan Keuangan. Bagi kita di Indonesia fenomena
ini mau tidak mau harus kita alami.
Dengan semakin majunya perkembangan dunia usaha, persaingan antar
perusahaan pun semakin meningkat. Agar dapat tetap bertahan dalam dunia bisnis
setiap perusahaan harus berhati hati dalam mengambil keputusan terutama
keputusan di bidang keuangan. Hal ini disebabkan karena kegagalan atau
keberhasilan usaha hampir sebagian besar ditentukan oleh kualitas keputusan yang
berkaitan dengan keuangan.
Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan suatu informasi
mengenai keuangan perusahaan yang tersedia tepat waktu, dapat ditelusuri
kebenarannya, jelas, lengkap, dan akurat. Dalam hal ini perusahaan akan
menyusun suatu laporan keuangan yang dapat menggambarkan seluruh hasil
kegiatan perusahaan pada akhir periode pembukuan. Laporan keuangan itu
disusun dengan maksud untuk memberikan informasi tentang hasil usaha, posisi
finansial, dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi
finansial kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi
perusahaan, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan. Agar pihak pihak
yang bersangkutan dapat memperoleh informasi yang memadai dan akurat maka
perlu diadakan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dalam menganalisis dan
menginterpretasikan laporan keuangan yang bersangkutan, maka digunakan
metode metode tertentu yang telah baku.
Hasil analisis tersebut sangat penting artinya bagi pimpinan perusahaan untuk
mengontrol kebijakan kebijakan yang telah diambil baik kondisi keuangan yang
lalu, saat ini maupun yang akan datang dalam rangka menjalankan operasi
perusahaan dan membantu dalam mengambil berbagai keputusan yang harus
dilaksanakan secepat mungkin agar tujuan perusahaan itu dapat tercapai.

Setiap tahun posisi keuangan perusahaan akan terus berubah sesuai dengan
operasional perusahaan, begitu pula dengan aktiva yang digunakan, yang pada
dasarnya jumlah dan nilainya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
dimaksudkan untuk dapat mempertinggi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan jumlah dan nilainya berkurang
disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang kurang baik atau kondisi lain yang
kurang menguntungkan misalnya perekonomian nagara yang kurang kondusif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGUKURAN LABA


2.1.1 Konsep Laba-Pengulangan
Laba merangkum dampak keuangan aktivitas operasi laba. Tujuan utama laporan
laba rugi adalah menjelaskan bagaimana laba dihitung dengan komponen penting
yang disajikan dalam pos terpisah.
Terdapat dua konsep alternatif laba: laba ekonomi dan laba tetap. Laba ekonomi
(economic income) mengukur perubahan bersih pemegang saham selama stu
periode dan pada umumnya sama dengan arus kas bersih satu periode ditambah
perubahan nilai sekarang arus kas yang diharapkan terjadi di masa depan.. laba
tetap (permanent income) merupakan suatu estimasi dari rata-rata laba stabil yang
diharapkan

akan

diperoleh

suatu

usaha

sepanjang

usianaya

dengan

mempertimbangkan kondisi usahanya saat ini. Secara konsep laba tetap (atau
disebut juga laba berkelanjutan atau laba berulang) mirip dengan kemampuan
menghasilkan laba yang dapat dipertahankan (sustainable earning power), dimana
perhitungannya menjadi tugas utama analisis. Jika laba ekonomi mengukur
perubahan nilai pemegang saham, maka laba tetap merupakan proporsi langsung
dari nilai perusahaan.
Laba akuntansi (yang dilaporkan) diukur berdasarkan akuntansi skural, serta
dihitung dengan mengakui pendapatan dan mengaitkan biaya dengan pendapatan
yang diakui. Laba akuntansi tidak dimaksudkan untuk mengukur laba ekonomi
maupun laba tetap. Sebagai tambahan, laba akuntansi memiliki permaslahan
pengukuran yang terjadi akibat distorsi akuntansi karena diperkenalkannya
berbagai aturan yang telah ditentukan, manajemen laba dan kesalahan estimasi.
Karena berbagai alasan tersebut, laba akuntansi yang divisualisasikan terdiri dari 3
komponen:
1. komponen yang tetap atau berulang (permanent or recurring
component), dimana setiap dolar nilainya akan sama dengan 1/r dolar dari
nilai perusahaan (dimana r adalah biaya modal)

2. komponen semntara (transitory component) dimana setiap dollar


sebenarnya sama dengan satu dollar nilai perusahaan.
3. komponen yang tidak relevan terhadap nilai (value irrelevant
component), yaitu yang tidak relevan untuk valuasi.
2.1.2 Mengukur Laba Akuntasi
Komponen utaman dari laba akuntansi adalah pendapatan (keuntungan) dan beban
(kerugian).
1. Pendapatan dan keuntungan
Pendapatan (revenues) merupakan arus kas masuk yang diperoleh atau yang akan
diperoleh yang berasal dari aktivitas usaha perusahaan yang masih berlangsung.
Pendapatan meliputi arus kas masuk seperti penjualan tunai, dan arus kas masuk
prospektif seperti penjualan kredit. Keuntungan (gain) merupakan arus kas
masuk yang diperoleh atau akan diperoleh yang berasal dari tansaksi dan peristiwa
yang tidak berhubungan dengan aktivitas usaha perusahaan yang masih
berlangsung. Perbedaan antara pendapatan dan keuntungan didasarkan atas
aktuvitas usaha yang sedang berlangsung yang menghasilkan pendapatan.
Pendapatan berdasarkan kelangsungan usaha dan keuntungan tidak berulang.
2. beban dan kerugian
Beban (expense) merupakan arus kas keluar yang terjadi, arus kas yang akan
terjadi, atau lokasi arus kas keluar masa lalu yang berasal fari aktivitas usaha
perusahaan yang masih berlangsung. Kerugian (losses) merupakan penurunan aset
bersih perusahaan yang berasal dari aktivitas sampingan atau insidentalsuatu
perusahaan
Masalah penting lainnya adalah penangguhan biaya dimana arus kas keluar untuk
biaya atau kerugian tidak selalu harus terjadi bersamaan saat bebab dan kerugian
diakui. Sehingga biaya akan dialokasikan ke periode-periode mendatang.
2.1.3 Alternatif Klasifikasi dan Pengukuran Laba

Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama : operasi dan nonoperasi serta berulang dan tidak berulang.
Laba berulang dan tidak berulang
Laporan laba rugi biasanya menyajikan tiga pengukuran laba alternatif :
1. Laba bersih (net income), dianggap sebagai hasil ahkir pengukuran laba,
meskipun pada kenyataannya tidaklah demikian
2. Pendapatan komprehensif (comprehensive income), mencerminkan
hampir seluruh perubahan pada ekuitas yang tidak berasal dari aktivitas
pemilik. Mncerminkan keuntungan dan keruguian atas kepemilikan yang
belum direalisasi, penyesuaian translasi valuta asing dan tambahan
penyesuaian kewajiban pensiun minimum.
3. Laba dari operasi yang masih berlangsung (comtinuing income),
merupakan suatu pengukuran yang mengeluarkan pos luar biasa, dampak
kumulatif perubahan akuntansi, dan dampak penghentian operasi.
Laba diukur karena adanya tujuan yang spesifik. Laba memaikan dua peranan
penting yag berbeda : untuk mengukur perubahan bersih ekuitasd dan
memberikan

estimasi

atas

kemampua

menghasilkan

laba

yang

dapat

dipertahankan. Pengukuran alternatif laba akuntansi menjadi titik awal dari


analisis akuntansi yang terperinci yang dibutuhkan dalam memperkirakan laba
yang yang dapat dipertahankan.
Dalam menghitung laba setidaknya perhatikan dua hal berikut:
1. Pengukuran laba yang benar tidak mungkin dilakukan tanpa sasaran
analisis yang spesifik.
2. pengukuran alternatif laba akuntansi diperoleh hanya dari memasukkan
atau mengeluarkan beberapa pos tertentu.
Laba Operasi dan Non-Operasi

Laba operasi (operating income) merupaka suatu pengukuran laba perusahaan


yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung. Terdapat 3 aspek
penting dalam laba operasi :
1. Berkaitan dengan laba yang berasal dari aktivitas operasi
2. Laba operasi berfokus pada laba perusahaan secara keseluruhan dan bukan
hanya untuk pemilik utang dan ekuitas.
3. Laba operasi hanya berkaitan dengan aktivitas usaha

yang masih

berlangsung
Laba non-operasi (nonoperating income), mencakup seluruh komponen laba
yang tidak termasuk dalam laba operasi. Alaisiss laba operasi untuk memisahkan
keputusan investasi.
Pendapatan Komprehensif
Laba komprehensif mengukur laba ekonomi yang dihirung dengan menyesuaikan
laba bersih dengan pos surplus kotor yang jika digabungkan akan menjadi
pendapatan komprehensif lainnya. Pendapatan komprehensif lainnya untuk
perrusahaan terdiri atas empat komponen : keuntungan atau kerugian kepemilikan
yang berasal dari perubahan nilai wajar efek investasi tersedia untuk dijual yang
belum direalisasi, keuntungan dan kerugian tranlasi valuta asing, perubahan status
pembiayaan kewajiban pensiun yang tidak termasuk dalam laba bersih, dan
keuntungan atau kerugian kepemilikan belum direalisasi yang berasal dari bagian
efektif lindug nialai arus kas . jumlah ini dinyatakan setelah pajak. Beberapa
analisis berpendapat bahwa seluruh komponen pendapatan komprehensif lain
tidak relevan karena tidak terus terjadi. Penelitian menunjukan bahwa satu
satunya komponen pedapatan komprehensif lain yang relevan untuk penilaian
ekuitas adalah keuntungan atau kerugian kepemilikan atas efek yang dapat di juala
dan belum direalisasi, dan bahkan ini pun hanya berlaku utntuk lembaga keuangan
2.2 POS YANG TIDAK BERULANG
2.2.1 Pos Luar Biasa

Pos ini dibedakan berdasarkan sifatnya yang tidak lazim dan jarang terjadi.
Sebelum SFAS 145 diberlakukan, sebagian besar pos luar biasa merupakan
keuntungan dan kerugian akibat penghapusan utang lebih awal. Pos luar biasa
diklasifikan secara terpisah pada laporan laba rugi. Karena persyaratan klasifikasi
yang ketat, pos luar biasa jarang dilakukan. Berdasarkan tampilan 6.3 proporsi
perusahaan yang melaporkan pos luar biasa umumnya kurang dari 6,3% tetapi
belakangan telah meningkat menjadi 12,4 %. Jika ada, pos luar biasa biasanya
memiliki nilai kurang dari 5% atas penjualan. Sementara itu, proporsi antara pos
luar bisa negatif dan positif kira-kira hampir sama.
Akuntansi Pos Luar Biasa
Untuk dapat memenuhi persyaratan luar biasa, suatu harus memiliki sifat yang
tidak lazim dan jarang terjadi, yaitu:
a. Sifat yang tidak lazim (unusual nature)
Suatu peristiwa atau transaksi tidak normal dan tidak berhubungan , atau hanya
kebetulan yang berhubungan dengan aktivitas rutin dan umum perusahaan.
b. Jarang terjadi (infrequent occurance)
Suatu peristiwa atau transaksi yang sewajarnya tidak diharapkan akan terjadi
dalam jangka pendek.
Ketika suatu perusahaan melaporkan pos luar biasa, laba operasi yang masih
berlangsung disebut laba sebelum pos luar biasa ( income before extraordinary
item). Perusahaan juga diminta untuk tidak melaporkan keuntungan dan kerugian
tertentu sebagai pos luar biasa karena pos tersebut memiliki sifat yang tidak biasa
dan diharapkan akan terjadi lagi sebagai konsekuensi dari aktivitas usaha umum
dan masih berlangsung . berikut contohnya:
a. Penurunan nilai aktiva atau penghapusan piutang, persediaan, peralatan
yang disewakan kepada pihak lain, biaya penelitian, dan pengembangan
yang ditangguhkan , atau aset yang tidak berwujud lainnya.

b. Keuntungan atau kerugian penjualan segmen usaha


c. Keuntungan atau kerugian dari penjualan atau penghapusan properti,
bangunan, atau perlengkapan.
d. Dampak pemogokan, termasuk yang dilakukan oleh pesaing dan pemasok
utama
e. Penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang.

Analisis Pos-Pos Luar Biasa


Pos luar biasa bersifat tidak berulang. Oleh karena itu, seorang analisis akan
mengeluarkan pos luar biasa ketika menghitung laba tetap, namun seorang analis
harus memasukkan seluruh jumlah pos luar biasa ketika menghitung laba
ekonomi.
Pos luar biasa sering bersifat operasional, namun pos ini berbeda dari pendapatan
atau beban operasi normal karena tidak berulang. Sebagai contoh, kerugian
persediaan akibat kebakaran yang terjadi menjadi bagian operasi perusahaan,
tetapi diharapkan tidak akan terjadi teratur. Karena itu, pos luar biasa, yang
berasal dari operasi normal, perusahaan ikut diperhitungkan saat menghitung laba
operasi, tetapi dikeluarkan saat menghitung laba tetap. Besarnya kerugian luar
biasa juga kan mendorong perlunya analisis, bahkan meskipun kejadian tersebut
jarang terjadi. Misalnya, sebuah gudang didekat pantai yang berada diwilayah
badai mungkin mengalami kebanjiran setiap tahun sekali. Seorang analis harus
mempertimbangkan hal ini ketika melakukan evaluasi atas kemampuan
menghasilkan laba yang diinginkan.
2.2.2 Operasi yang dihentikan
Perusahaan terkadang melepas suatu divisi atau lini produk. Saat pelepasan terkait
segmen usaha yang dapat diidentifikasi secara terpisah diperlukan perlakuan
akuntansi khusus pada laporan laba rugi. Perlakuan SFAS 144 memasukan seluruh
komponen suatu entitas

yang terdiri atas operasi (da arus kas) yang dapat

dibedakan secara jelas, baik secara operasional namun untuk tujuan pelaporan
keuangan dari usaha lain.
Akuntansi dan pelaporan operasi yang dihentikan dilakukan melalui dua tahap.
Pertama, laporan laba

rugi tahun berjalan dan dua tahun sebelumnya akan

disajikan kembali setelah mengeluarkan dampak operasi yang dihentikan dari pos
yang menentukan laba dari operasi yang masih berlangsung. Kedua, keuntungan
atau kerugian yang berkaitan dengan operasi yang dihentikan dilaporkan secara
terpisah, setelah dikurangi pajak dan dikeluarkan dari laba usaha yang mash
berlangsung (income before discontinued operations) jika perusahaan melaporkan
operasi yang dihentikan.
Perusahaan melaporkan keuntungan dan kerugian penghentian usaha (untuk tahun
berjalan dan dua tahun sebelumnya) dalam dua kategori , yaitu:
1. Laba atau rugi operasi segmen yang dihentikan sampai manajemen
menentukan tanggal penghentian.
2. Keuntungan dan kerugian akibat pelepasan termasuk laba atau rugi operasi
selama periode antara (phase out).
Analisis Operasi yang Dihentikan
Seluruh dampak operasi yang dihentikan harus dikeluarkan dari laba berjalan dan
masa lalu untuk tujuan analisis. Aturan ini berlaku tanpa melihat apakah tujuan
analisis adalah menghitung laba ekonomi atau tetap atau menghitung laba
operasional atau non operasional. Beberapa perusahaan hanya menyajikan
kembali ikhtisar informasi keuangan, termasuk laba, selama 10 tahun terakhir
yang dapat dipergunakan. Dengan memperhatikan kondisi keuangan suatu
perusahaan, seorang analis harus mengeluarkan aset dan kewajiban operasi yang
dihentikan dari neraca. Jumlah aset dan kewajiban pada umumnya diberikan
dalam catatan kaki pengungkapan. Namun demikian keuntungan atau kerugian
kumulatif atas operasi yang dihentikan seharusnya tidak dikeluarkan dari ekuitas.
2.2.3 Perubahan Akuntansi

Perusahaan dapat mengubah metode dan asumsi akuntansi yang mendasari


laporan keuangan arena beberapa alasan ,yaitu:
1. Adanya standar akuntansi baru
2. Mencerminkan perubahan aktivitas atau kondisi usa secara lebih baik.
3. Mempercantik laporan keuangan dengan tujuan manajemen laba
Standar akuntansi membedakan empat jenis perubahan akuntansi yaitu:
1.
2.
3.
4.

Perubahan prinsip akuntansi


Perubahan estimasi akuntansi
Perubahan entitas pelapor
Koreksi kesalahan

Pelaporan Perubahan Akuntansi


Perubahan prinsip akuntansi. Perubahan ini terjadi ketika perusahaan berpindah
dari satu prinsip akuntansi yang berlaku secara umum keprinsip yang berlaku
secara umum lainnya. Salah satu contohnya adalah perubahan metode penyusutan
dari garis lurus menjadi dipercepat. Menurut standar akuntansi yang berlaku,
ketika terjadi perubahan, laba periode berjalan dihitung dengan menggunakan
prinsip yang baru. selanjutnya, dihitung dampak kumulatif perubahan prinsip ini
(setelah pajak) terhadap laba ditahan pada asal periode ketika perubahan
dilakukan. Dampak kumulatif ini disajikan dalam laporan laba rugi setelah pos
luar biasa, tetapi sebelum laba bersih. Perhitungan ini merupakan penyesuaian
berjalan karena laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya tidak direvisi.
Perubahan Estimasi Akuntansi. Estimasi akuntansi merupakan perkiraan yang
didasarkan pada kondisi masa depan yang tidak diketahui. Karena itu, estimasi
akuntansi dapat berubah. Berikut ini beberapa persyaratan akuntansi dan
pengungkapan yang harus dilakukan ketika terjadi perubahan estimasi akuntansi.
1. Perencanaan Prospektif (prosepective application)
Perubahan diterapkan pada periode dimana perubahan terjadi, dan bila
memungkinkan, periode-periode masa depan pada dan ketika suatu
dampak terjadi (tidak ada penyajian kembali secara retroaktif)
2. Pengungkapan pada catatan ( note disclosure)

Mengungkapkan dampak perubahan terhadap laba bersih dan laba sebelum


pos luar biasa (termasuk laba per lembar saham) hanya untuk periode
berjalan, bahkan meskipun perubahan tersebut mempengaruhi periode
mendatang.
Analisis perubahan Akuntansi
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seorang analis ketika menganalisis
perubahan akuntansi yaitu:
1. Perubahan akuntansi bersifat kosmetik dan tidak memiliki konsekuensi
arus kas.
Artinya, kondisi keuangan perusahaan tidak terpengaruh oleh perubahan
akuntansi.
2. Meskipun bersifat kosmetik perubahan akuntansi terkadang dapat
mencerminkan realitas ekonomi secara lebih baik.
3. Serang analis harus waspada terhadap manajemen laba
4. Seorang analis harus menilai dampak perubahan akuntansi terhadap
perbandingan lintas waktu.
5. Seorang analis mungkin ingin mengevaluasi dampak perubahan akuntansi
terhadap laba ekonomi dan laba tetap dengan menggunakan angka yang
dilaporkan berdasarkan metode yang baru dan mengabaikan dampak
kumulatif.
2.2.4 Pos Khusus
Pos khusus atau special item mengacu pada transaksi dan peristiwa yang tidak
lazim atau jarang terjadi, tetapi bukan kedua-duanya. Pos ini biasanya dilaporkan
sebagai baris terpisah dalam laporan laba rugi sebelum laba dari usaha yang yang
masih berlangsung. Seringkali, pos khusus merupakan pos tidak rutin yang tidak
memenuhi persyaratan untuk diklasifikasikan sebagai pos luar biasa. Pos khusus
merupakan kelompok pos tidak berulang yang paling umum dan penting.
Frekuensi pos khusus yang mengalami kenaikan drastis kemungkinan besar
penigkatan pelaporan tersebut mengurangi laba terutama beban restrukturisasi.

Pos khusus biasanya merupakan pos yang paling bersifat sementara dalam laba
dari operasi yang masih berlangsung.
Beban restrukturisasi dan penghapusan aset goodwill, persediaan, serta properti,
bangunan, dan peralatan merupakan penyumbang terbesar beban ini. Penurunan
nilai aset jangka panjang dan beban restrukturisasi menjadi dua kategori utama
pos khusus. Terdapat dua perbedaan diantara keduanya:
a

Beban restrukturisasi berhubungan dengan reorganisasi besar-besaran


perusahaan

sebagai

suatu

keseluruhan

atau

dalam

satu

divisi.

Restrukturisasi seringkali terkait dengan perubahan strategi usaha,


reorganisasi keuangan, atau fisik usaha tersebut. Dilain pihak, penurunan
nilai aset memiliki lingkup yang lebih sempit yang berhubungan dengan
b

penurunan nilai atau penghapusan satu kelompok aset.


Penurunan nilai aset utamanya merupakan penyesuaian akuntansi akrual,
sementara beban restrukturisasi seringkali melibatkan komitmen arus kas
yang cukup besar baik pada saat yang bersamaan maupun dimasa depan.

Pos khusus memberikan tantangan dalam melakukan analisis:


a
b

Implikasi ekonomi khusu, seperti beban restrukturisasi, bisa jadi rumit.


Banyak pos khusus menadi diskresi dan akibatnya menguntungkan sasaran
manajemen laba.

Penurunan nilai aset


Penurunan nilai aset jangka panjang. Aset jangka panjang dinyatakan
mengalami penurunan nilai jika nilai wajarnya (nilai pasar atau nilai setelah
digunakan perusahaan) lebih rendah dibandingkan dengan nilai tercatat (nilai
buku pada neraca). Penurunan nilai aset terjadi karena banyak alasan, antara lain
penurunan nilai pasar aset, penurunan permintaan pasar atas produk aset tersebut,
teknologi yang sudah ketinggalan zaman, dan perubahan strategi usaha
perusahaan. Penurunan nilai aset merupakan produk sampingan konservatisme
melaporkan mana yang lebih rendah antara harga perolehan atas nilai pasar.

Penurunan nilai aset harus dibedakan antara restrukturisasi maupun pelepasan


segmen. Penurunan nilai aset berbeda dengan pelepasan segmen usaha baik dari
segi perlakuan akuntansi maupun dari implikasi ekonominya. Dalam pelepasan
segmen, perusahaan menjual satu atau lebih aset atau suatu segmen usaha dan
menghentikan operasi aset yang dilepas. Sebaliknya pada aset yang diturunkan
nilainya meskipun dapat dijual atau dilepas dengan berbagai cara, seringkali tetap
dipertahankan dalam perusahaan dan dioperasikan pada tingkat yang lebih rendah,
dibiarkan tidak digunakan, atau diabaikan. Dari sudut pandang akuntansi,
pelepasan segmen usaha diperlakukan sebagai penghentian operasi sementara
penurunan aset dicatat sebagai pos khusus.
Prosedur dua tahap untuk menentukan jumlah penurunan nilai:
a

Penurunan nilai aset akan diakui ketika nilai tercatat aset lebih rendah dari

taksiran arus kas masa depan aset tersebutyang tidak didiskonto,


Nilai kerugian dihitung dari selisih nilai buku aset dengan nilai wajarnya,
yaitu sebesar taksiran arus kas masa depan, aset yang didiskonto jika nilai
wajar aset tidak dapat ditentukan berdasarkan nilai pasar.

Standar ini tidak mewajibkan adanya pengungkapan tentang penghitungan jumlah


penurunan nilai, maupun pengungkapan tentang kemungkinan penurunan nilai
aset. Standar ini juga memperkenankan fleksibilitas dalam menentukan kapan dan
berapa besar nilai aset yang akan dihapuskan dan tidak mewajibkan rencana
pelepasan aset tersebut.
Penurunan nilai aset lainnya.Perusahaan terkdang menghapus nilai aset lain,
seperti piutang, persediaan dan goodwill. Jika nilai persediaan dan piutang dapat
ditentukan dengan tingkat akuras yang layak , penghapusan nilai goodwill
merupakan hasil dari proses penilaian sehingga terkdang bersifat subjektif.
Beban restrukturisasi
Beban restrukturisasi biasanya berhubungan dengan perubahan besar dalam usaha
dan strategi perusahaan. Restrukturisasi biasanya diikuti reorganisasi besar-

besaran, termasuk divestasi unit usaha, penghentian perjanjian kontraktual,


penghentian lini produk, perampingan karyawan, perubahan manajemen, dan
penghapusan nilai aset yang seringkali bersamaan dengan investasi baru dalam
bentu pabrik, peralatan, dan tenaga kerja. Restrukturisasi seringkalimenimbulkan
biaya. Divestasi unit usaha seringkali menimbulkan kerugian, karyawan yang
dipecat menuntut kompensasi, kerugian dari penghapusan aset tetap dan
persediaan, kerugian akibat pelunasan awal sewa serta pembiayaan investasi dan
perbaikan baru. Perusahaan biasanya membuat persediaan untuk biaya program
restrukturisasi, termasuk diantaranya akrual uang pesangon dan akrual penurunan
nilai aset. Persediaan ini dibuat melalui beban restrukturisasi yang selruhnya
dibebankan pada laporan laba rugi berjalan sebagai pos khusus. Ketika program
restrukturisasi dilaksanakan, yang terkadang memakan waktu bertahun-tahun,
biaya aktual dibebankan dengan mengurangkan persediaaan ini karena terjadi.
Saldo cadangan yang tersisa pada akhir program akan balik dengan
membukukannya kembali sebagai laba.
Analisis pos khusus
Arti penting memahami pos khusus timbul karena frekuensi dan dampakanya
terhdap laba bersih periode lalu, saat ini dan masa depan. Bagian ini akan
menjelaskan penyebab pos khusus menjadi alat yang populer bagi manajemen
laba.
Manajemen laba dan pos khusus. Motivasi dari pelaporan khusus adalah biaya
yang dibebankan satu kali yang tidak menjadi perhatian para investor berdasarkan
asumsi beban tersebut tidak berulang sehingga tidak akan terjadi lagi dimasa
depan. Jika nalisis mengklasifikasikannya sebagai pos sementara (tidak terulang)
dampaknya pada harga saham akan sangat berkurang.
Penyesuaian laporan rugi laba.Bagian ini membahas penyesuaian untuk
menghitung laba tetap perusahaan, kemudian membahas berbagai penyesuain
untuk menetukan laba ekonomi. Laba tetap hendaknya mencerminkan
profitabilitas perusahaan dalam kondisi normal. Kebanyakan beban khusus terdiri

dari beban operasi yang mencerminkan laba tetap. Terkadang beban khusus
merupakan investasi untuk memperbaiki profitabilitas masa depan.
Sebagian besar beban restruktursasi atau paling tidak sebagian merupakan salah
satu bentuk investasi. Salah satu tujuan program restrukturisasi adalah
perampingan operasi perusahaan sehingga memperbaiki profitabilitas masa
depan.program restrukturisasi yang terdiri atas arus kas keluar seperti pembayaran
pesangon dan penyesuaian akrual seperti penghapusan aset merupakan satu
bentuk investasi untuk memperbaiki profitabilitas masa depan. Oleh sebab itu
analisis yang kita lakukan hendaknya megalokasikan bagian beban restrukturisasi
tersebut sepanjang periode mas depan yang diharapkan akan merasakan manfaat
dari program restrukturisasi.
Karena beban restrukturisasi biasanya berdampak pada beberapa tahun yang
berbeda, seorang analisis seringkali perlu melihat laporan tahun sebelumnya untuk
dapat memperkirakan dampak pengalokasian beban restrukturisasi dimasa lalu
dalam menentukan laba tetap. Berbeda dari laba tetap, dimana seorang analisis
harus menghitung profitabilitas niral perusahaan, perhitngan laba ekonomi akan
mengakibatkan pengukuran pengaruh seluruh peristiwa yang terjadi dalam
periode tersebut terhadap ekuitas.
Penyesuain pada neraca. Penurunan nilai persediaaan dan aset jangka panjang
akan meningkatkan kemampuan neraca untuk mencerminkan realitas usaha
dengan melaporkan aset yang mendekati nilai realisasi bersihnya. Ada dua hal
yang perlu diperhatikan:
a

Sebagian beban restrukturisasi seringkali berbentuk persediaan. Artinya


pengaruh pada aset dan persediaan . artinya pengaruh aset dan kewajiban

akan tercermin secara bertahap ketika biaya aktual terjadi.


Penghapusan aset akan menyebabkan bias konservatifdalam penyajian aset
dan kewajiban. Karena kenaikan nilai aset tidak diperkenankan di AS
tetapi dinegara lain seperti Inggris diperkenankan maka neraca akan
terdistorsi secara konservatif oleh penurunan nilai aset.

2.3 PENGAKUAN PENDAPATAN


Pendapatan (revenue) merupakan arus masuk atau peningkatan nilai aset suatu
perusahaan atau pengurangan kewajiban yang berasal dari aktivitas utama atau
inti yang masih berlangsung. Keuntungan (gains) adalah peningkatan aset
(ekuitas) bersih yang berasal dari transaksi sampingan atau insidental perusahaan.
2.3.1 Panduan Pengakuan Pendapatan
Pengakuan akrual (dan keuntungan) yang tidak sesuai dapat menyebabkan satu
dari dua konsekuensi yang tidak diinginkan.
1

Jika perusahaan mencatat pendapatan terlalu dini atau terlambat, maka

pendapatan itu akan diakui pada periode yang salah.


Jika perusahaan mengakui pendapatan sebelum kepastian realisasi yang
wajar, maka pendapatan kemungkinana akan dicatat pada satu periode dan
kemudian dibatalkan di balik periode berikutnya.

Kriteria pengakuan pendapatan:


a

Aktivitas laba yang menghasilkan pendapatan telah selesai, dan tidak

dibutuhkan usaha yang signifikan untuk menyelesaikan transaksi.


Risiko kepemilikan dalam penjualan telah secara efektif berpindah kepada

pembeli.
Pendapatan dan beban terkait diiukur atau diestimasikan dengan tingkat

ketelitian yang wajar.


Pengakuan pendapatan biasanya menghasilkan kenaikan kas, piutang, atau
efek. Dalam kondisi-kondisi tertentu pengakuan akan menghasilkan

kenaikan persediaan atau aset lain, atau penurunan kewajiban.


Transaksi pendapatan yang wajar dengan pihak-pihak independen (bukan

dengan pihak-pihak pengawas).


Transaksi pendapatan tidak ada pembatalan (misalnya retur).

Kepastian dalam Penagihan Pendapatan

Perusahaan menyisihkan cadangan piutang ragu-ragu (tidak tertagih) utuk


mencerminkan ketidakpastian kemungkinan penagihan piutang dari penjualan
kredit.
Pengakuan Pendapatan jika Terdapat Hak Pengembalian
Jika pembeli berhak mengembalikan, pendapatan diakui pada saat penjualan
hanya jika persyaratan berikut terpenuhi:
1

Harga secara substantial telah ditetapkan atau ditentukan pada tanggal

penjualan.
Pembeli membayar penjual atau berkewajiban untuk membayar penjual

(tidak bergantung pada apakah barang dapat dijual kembali).


Kewajiban pembeli terhadap penjual tidak berubah meskipu terjadi

4
5

pencurian atau kerusakan produk.


Pembeli memiliki substansi ekonomi terpisah dari penjual.
Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas kinerja masa depan

yang terkait dengan penjualan.


Pengembalian dapat diestimasikan secara wajar.

Jika persyaratan tersebut terpenuhi, pendapatan penjualan dan harga pokok


penjualan akan diakui tetapi dikurangi untuk mencerminkan pengembalian dan
beban terkait; jika tidak terpenuhi, pengakuan pendapatan akan ditunda.
Pendapatan Waralaba
Standar akuntansi mewajibkan para pemilik waralaba (franchisor) mengakui
pendapatan komisi waralaba, biaya waralaba berjalan, penjualan produk,
penjualan yang melalui agen, waralaba yang diperoleh kembali, biaya waralaba,
pendapatan gabungan, serta hubungan antara pemilik waralaba dan pembeli
waralaba (franchisee).
Perjanjian Pembiayaan Produk
Perjanjian pembiayaan produk (product financing agreement) merupakan
perjanjian yang melibatkan perpindahan atau akusisi persediaan oleh sponsor
yang pada hakekatnya merupakan salah satu cara untuk membiayai persediaan.

Pendapatan kontrak
Konstruksi jangka panjang memiliki masalah konseptual dalam penentuan
pendapatan dan laba. GAAP mewajibkan perusahaan menggunakan metode
persentase penyelesaian (percentage of completion method) jika taksiran biaya
untuk menyelesaikan suatu kontrak dan perkembangan dalam penyelesaian
kontrak dapat diestimasi secara wajar. Berdasarkan metode ini, kerugian berjalan
atau antisipasi kerugian akan sepenuhnya diakui pada periode ketika kerugian itu
pertama kali diketahui.
Pendapatan yang Belum Diterima
Pendapatan yang belum diterima (unearned revenue) merupakan jumlah
pendapatan yang masih belum diakui muncul di dalam neraca sebagai kewajiban.
Hal ini biasanya terjadi dalam kontrak jangka panjang, dimana pendapatan ditagih
di muka.
2.3.2 Analisa Dampak Pengakuan Pendapatan
Laporan laba rugi penting bagi analisis dan penilaian perusahaan serta bagi
manajemen. Kecenderungan dan insentif manajer untuk mengatur pendapatan
menciptakan berbagai ketentuan tentang subjek pengakuan pendapatan oleh badan
pengaturan akuntansi.
Kondisi yang menciptakan timbulnya pertanyaan tentang pengakuan pendapatan
yakni:
a

Kurangnya kecukupan modal ekuitas pada entitas pembeli selain ekuitas

yang berasal dari penjual.


Adanya kewajiban kontijen, seperti jaminan utang atau perjanjian yang
mewajibkan penjual memberikan kas ke entitas pembeli dalam situasi

tertentu.
Penjualan aset atau kegiatan operasi yang secara historis tidak dapat
menghasilkan cukup arus kas operasi untuk mendanai layanan utang ,asa
depan dan ekspektasi dividen.

Pendapatan belum boleh diakui sampai (1) arus kas aktivitas operasi cukup untuk
mendanai layanan utang dan persyaratan dividen (atas dasar akrual), atau (2)
investasi perusahaan pada entitas pembeli dapat dengan mudah diubah mnejadi
kas dan perusahaan tidak memiliki kewajiban lagi menurut perjanjian hutang atau
perjanjian apapun yang mengharuskannya melakukan tambahan investasi pada
entitas pembeli. Jumlah seluruh pendapatan yang ditangguhkan, termasuk
penangguhan bunga atau pendapatan dividen, biasanya diungkapkan di dalam
neraca sebagai pengurang akun aset terkait.
2.4 BEBAN YANG DITANGGUHKAN
Beban yang ditangguhkan (deferred charge) merupakan biaya yang telah terjadi
dan ditangguhkan karena diharapkan manfaatnya dapat dirasakan pada periode
mendatang. Makin rumit aktivitas usaha, makin besar jumlah dan bentuk beban
yang ditangguhkan. Contohnya adalah biaya penelitian dan pengembangan serta
pengeluaran peranti lunak komputer. Perbedaan antara beban yang ditangguhkan
dan aset tidak berwujud terkadang tidak jelas. Pada banyak kasus, biaya yang
timbul dari aktivitas operasi diklasifikasikan sebagai beban yang ditangguhkan,
sementara biaya yang timbul dari aktivitas investasi diklasifikasikan sebagai aset
tidak berwujud.
Motivasi di balik penangguhan biaya adalah agar dapat mengaitkan biaya dengan
manfaat yang diharapkan. Jika biaya yang terjadinpada periode berjalan
memberikan manfaat bagi periode mendatang melalui kontribusinya terhadap
pendapatan maupun pengurangan biaya, maka perusahaan akan menangguhkan
biaya ini hingga periode mendatang. Misalnya, jika perusahaan mengeluarkan
biaya awal (start up) untuk mulai mengoperasikan fasilitas baru yang lebih baik
atau lebih efisien, perusahaan tersebut dapat menangguhkan biaya tersebut dan
disesuaikan (diamortisasi) dengan taksiran manfaat periode mrndatang.
2.4.1 Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan melakukan aktivitas penelitian, eksplorasi, dan pengembangan untuk
berbagai

alasan.

Beberapa

dari

aktivitas

tersebut

dimaksudkan

untuk

mempertahankan produk yang sudah ada, sedangkan yang lain bertujuan


mengembangkan produk dan proses baru. Penelitian bertujuan menemukan
sesuatu yang baru, dan pengembangan adalah penerjemahan dari penelitian.
Aktivitas penelitian dan pengembangan (litbang) tidak termasuk dalam perubahan
rutin atau berkala atas operasi yang sedang berjalan, riset pasar, dan aktivitas
pengujian.
Akuntansi untuk Penelitian dan Pengembangan
Akuntansi beban litbang memiliki beberapa masalah. Alasan di balik kesulitan
dalam akuntansi litbang meliputi:

tingginya ketidakpastian manfaat akhir yang diperoleh dari aktivitas


litbang,

sering kali dibutuhkan waktu yang cukup panjang antara dimulainya


aktivitas litbang hingga keberhasilannya dapat ditentukan,

masalah evaluasi yang disebabkan oleh sifat tidak berwujud sebagian besar
aktivitas litbang.

Ciri-ciri aktivitas litbang menimbulkan kesulitan dalam membukukannya.


Akibatnya, standar akuntansi AS mewajibkan perusahaan membebankan biaya
litbang pada saat terjadi. Hanya biaya bahan baku, peralatan, dan fasilitas yang
memiliki kegunaan alternatif di masa depan (baik dalam proyek litbang maupun
proyek lainnya) yang dikapitalisasi sebagai aset berwujud.
Berikut biaya-biaya yang diidentifikasikan sebagai aktivitas litbang:
a. Bahan baku, peralatan, dan fasilitas yang dibeli atau dibuat untuk proyek
litbang tertentu, atau aset tidak berwujud yang dibeli dan tidak memiliki
penggunaan masa depan alternatif (baik dalam proyek litbang maupun
proyek lainnya).
b. Bahan bakuyang digunakan dalam aktivitas litbang; dan penyusutan
peralatan atau fasilitas, dan amortisasi aset tidak berwujud yang digunakan
dalam aktivitas litbang dan memiliki penggunaan masa depan alternatif.

c. Gaji dan pengeluaran lain yang berhubungan dengan karyawan yang


terlibat dalam aktivitas litbang.
d. Jasa yang diberikan pihak lain sehubungan dengan aktivitas litbang.
e. Alokasi biaya tidak langsung di luar biaya umum dan administrasi yang
tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas litbang.
Analisis Penelitian dan Pengembangan
Analisis kita mengakui bahwa meskipun akuntansi saat ini hampir dipastikan
tidak akan melakukan lebih saji terhadap aset litbang, dapat mengakibatkan
kerugian karena tidak memiliki ukuran yang jelas dari hubungan pengeluaran
dengan pendapatan yang timbul akibat aktivitas litbang. Namun, analisis tersebut
mampu mencapai keseragaman akuntansi aktivitas litbang dan terhindar dari
pertimbangan sulit terkait dengan kebijakan kapitalisasi dan penangguhan.
Namun, tidak diakuinya litbang dalam akuntansi, gagal untuk melayani kebutuhan
dan kepentingan para pemakai laporan keuangan secara efektif.
Meskipun dengan adanya masalah akuntansi di atas, diasumsikan perusahaan
yang melakukan proyek litbang dengan harapan mendapat pengembalian yang
positif

cukup beralasan. Kebijakan penangguhan biaya litbang memberikan

manajemen dan auditor independennya, yang secara rutin berhubungan dengan


ketidakpastian dan estimasi, kesempatan untuk menyampaikan informasi yang
nerguna tentang pengeluaran litbang. Saat ini, pengeluaran litbang diperlukan
seolah-olah tidak memiliki manfaat di masa mendatang. Akibatnya, analisis kita
tidak mendapat manfaat yang berasal dari wawasan pihak yang paling mengetahui
informasi tersebut.
Untuk menilai kualitas dan potensi nilai pengeluaran litbang, kita perlu
mengetahui lebih dari sekedar beban litbang periodik. Kita menginginkan
informasi tentang jenis penelitian yang dilakukan, pengeluaran litbang
berdasarkan

kategori,

kelayakan

teknik,

kelangsungan

komersial,

dan

kemungkinan proyek dinilai dan dievaluasi kembali secara berkala. Kita juga

menginginkan informasi tentang kesuksesan/kegagalan perusahaan dalam


melakukan aktivitas litbang hingga saat ini. Akuntansi yang berlaku saat ini tidak
dapat menyajikan informasi mendasar ini. Kecuali dalam beberapa pengungkapan
sukarela, atau melalui investor atau pemberi pinjaman yang memiliki pengaruh
cukup kuat, kita tidak akan mendapat informasi ini.
Apa yang dapat dengan aman diasumsikan adalah pembebanan pengeluaran
litbang akan menghasilkan neraca yang lebih konservatif. Namun, kita harus
menyadari bahwa dengan kurangnya informasi mengenai potensi manfaat, kita
juga tidak mengetahui kemungkinan kerugian yang akan menimpa peeusahaan
jika tergoda atau dipaksa mengeluarkan dana tambahan pada proyek litbang yang
menjanjikan, tetapi sangat riskan mengalami kegagalan.
2.4.2 Beban Peranti Lunak Komputer
Pengembangan peranti lunak komputer merupakan aktivitas khusus yang tidak
sesuai dengan pengeluaran aktivitas litbang normal. Pengembangan peranti lunak
untuk tujuan pemasaran merupakan aktivitas berjalan yang langsung mengarah
pada pendapatan berjalan atau masa depan. Pada satu titik dalam siklus
pengembangan peranti lunak, biaya perlu ditangguhkan dan dikaitkan dengan
pendapatan masa depan. Praktik akuntansi yang berlaku saat ini untuk
pengeluaran peranti lunak komputer yang akan dijual, disewakan, atau dipasarkan
dengan cara lain mengidentifikasi satu titik yang disebut kelayakan teknologi
(technological feasibility) di mana biaya dikapitalisasi dan dikaitkan dengan
pendapatan di masa mendatang. Sampai tercapainya titik kelayakan teknologi ini,
seluruh pengeluaran dibebankan saat terjadi (sama dengan litbang). Pengeluaran
yang terjadi setelah kelayakan teknologi, hingga produk tersebut siap dipasarkan
kepada pelanggan, dikapitalisasi sebagai aset tidak berwujud. Biaya tambahan
untuk mengadakan peranti lunak dari master dan mengemasnya untuk distribusi
merupakan persediaan dan dibebankan terhadap pendapatan sebagai harga pokok
penjualan.
2.4.3.Biaya Eksplorasi dan Pengembangan pada Industri Pertambangan

Pencarian cadangan sumber daya alam baru merupakan hal yang penting bagi
perusahaan pada bidang industri pertambangan. Pentingnya industri ini dan
khususnya masalah akuntansinya layak mendapat perhatian khusus. Sama halnya
seperti aktivitas litbang, pencarian dan pengembangan sumber daya alam
memiliki sifat yang berisiko tinggi. Risiko yang terkait dengan ketidakpastian;
dan dalam penentuan laba; ketidakpastian menimbulkan masalah pengukuran dan
pengakuan. Untuk industri pertambangan, masalahnya adalah apakah biaya
eksplorasi dan pengembangan yang secara wajar diharapkan akan diperoleh
kembali dari penjualan sumber daya alam dibebankan ketika terjadi atau
dikapitalisasi atau diamortisasi sepanjang perkiraan periode manfaat di masa
mendatang.
Akuntansi Industri Pertambangan
Badan pembuat standar akuntansi telah melakukan beberapa usaha untuk
membatasi keberagaman praktik ini. FASB mengeluarkan akuntansi successful
effort untuk perusahaan minyak dan gas bumi. Standar ini meminta biaya
eksplorasi, kevuali biaya pengeboran sumur eksplorasi, dikapitalisasi saat terjadi.
Biaya-biaya ini dibebankan kemudian jika sumur tersebut tidak berhasil, atau
reklasifikasi sebagai aset yang dapat diamortisasi jika terbukti cadangan minyak
dan gas. SEC tidak menyetujui pendekatan ini, dan sebagai gantinya memilih
akuntansi pengakuan cadangan (reserve recognition accounting) atau metode nilai
sekarang. Hal ini menyebabkan FASB melakukan pertimbangan ulang, dan
akhirnya memperkenankan alternatif yang sama. Kemudian, SEC meminta FASB
membuat pengungkapan tambahan, termasuk pengungkapan berdasarkan nilai.
FASB merespons dengan mewajibkan pengungkapan tambahan yang diminta
untuk perusahaan publik yang memproduksi minyak dan gas sebagai berikut:
a. jumlah cadangan minyak dan gas bumi terbukti,
b. biaya yang dikapitalisasi terkait dengan aktivitas produksi minyak dan gas
bumi,
c. biaya yang berasal dari aktivitas akuisisi, eksplorasi, dan pengembangan,

d. hasil operasi aktivitas produksi minyak dan gas bumi,


e. ukuran diskonto arus kas bersih masa depan untuk cadangan-cadangan
terbukti.
Baik perusahaan terbuka maupun perusahaan lain diwajibkan mengungkapkan
metode akuntansi untuk biaya yang terjadi dalam aktivitas produksi minyak dan
gas bumi dan cara penghapusan biaya-biaya kapitalisasi terkait.
Pengungkapan dan pengukuran akuntansi adalah dua hal yang berbeda. Metode
akuntansi successful effort belum menerima dukungan penuh. Namun demikian,
dalam memperkenankan penggunaan akuntansi full cost, SEC menyatakan bahwa
biaya yang dicatat berdasarkan metode ini dikapitalisasi sampai jumlah
maksimum tertentu. Jumlah ini ditentukan oleh nilai sekarang persediaan
perusahaan. Biaya kapitalisasi yang melebihi jumlah maksimum ini akan
dibebankan. Saat harga minyak turun melebihi jumlah maksimum, perusahaan
telah dan kemungkinan akan terus menekan SEC untuk menunda atau mengubah
aturan tersebut.
Implikasi Analisis Industri Pertambangan
Beragamnya metode perlakuan biaya eksplorasi dan pengembangan yang berlaku
untuk industri pertambangan menghalangi kita untuk membandingkan hasil
antarperusahaan. Akuntansi pada industri ini akan terus memiliki keberagaaman.
Dua metode umum yang digunakan dan variasi metode tersebut dapat
memberikan hasil yang sangat jauh berbeda. Analisis kita harus mewaspadai hal
ini. Banyak analisia yang lebih memilih akuntansi successful effort daripada
akuntansi full cost karena lebih baik dalam mengaitkan biaya dengan pendapatan
dan lebih konsisten dengan praktik akuntansi yang berlaku saat ini. Akuntansi
successful effort mewakibkan hubungan langsung antara biaya yang terjadi
dengan cadangan spesifik yang ditemukan sebelum biaya eksplorasi dan
pengembangan dikapitalisasi. Sebaliknya, akuntansi full cost memperkenankan
perusahaan mengklasifikasikan aktivitas eksplorasi dan pengembangan yang tidak
berhasil sebagai aset.

2.5 KOMPENSASI TAMBAHAN UNTUK KARYAWAN


2.5.1 Tinjauan atas Kompensasi Tambahan Untuk Karyawan
a

Kontrak kompensasi yang ditangguhkan ( deferred compensation


contract ) Merupakan janji untuk membayar karyawan di masa
mendatang,

beberapa

dengan

syarat

tertentu.

Perusahaan

sering

memberikan kompensasi ini kepada petinggi-petinggi perusahaan yang


ingin dipertahankan atau karyawan yang ingin menangguhkan penghasilan
hingga pensiun atau tahun di mana tarif pajak lebih rendah. Kontrak
seperti ini sering kali mencantumkan ketentuan non-kompetisi atau
menyebutkan kesediaan karyawan untuk memberikan jasa konsultasi.
Akuntansi umumnya mewajibkan paling sedikit dilakukan akrual atas nilai
sekarang kompensasi yang ditangguhkan ini dengan cara yang sistematis
dan rasional sepanjang periode karyawan mulai bekerja sejak kontrak
b

ditangani.
Hak apresiasi saham ( Stock Appreciation Rights-SAR ) merupakan hak
atas sejumlah tertentu saham yang diberikan kepada karyawan. Pemberian
SAR didasarkan atas kenaikan nilai pasar saham perusahaan sejak tanggal
pemberian dan dapat diberikan dalam bentuk tunai, saham, atau kombinasi
keduanya. Berdasarkan rencana ini, perusahaan mencatat beban kompensasi
pada akhir setiap periode. Beban dihitung sebagai selisih antara harga pasar
saham yang diberikan dengan harga opsi pada tanggal pemberian. Akuntansi
memberikan satu metode untuk mengalokasikan beban sepanjang periode
pemberian jasa-perubahan harga pasar dari periode ke periode akan
tercermin sebagai penyesuaian beban kompensasi.

2.5.2 Opsi Saham Karyawan


Opsi saham karyawan ( Employee Stock Options-ESO ) atau disebut juga
kompensasi berbasis saham bisa dikatakan merupakan bentuk kompensasi
insentif yang paling populer. Pertama, perusahaan berpendapat ESO akan
meningkatkan kinerja dengan memberikan karyawan kepemilikan pada

perusahaan sehingga menyatukan insentif karyawan dan perusahaan. Kedua,


ESO dipandang karyawan sebagai sarana untuk meraih kekayaan. Ketiga,
meskipun ESO merupakan bentuk satu bentuk kompensasi karyawan, ia tidak
memiliki dampak arus kas langsung. Keempat, menurut GAAP sebelumnya, ESO
memberikan tunjangan karyawan tanpa perlu mencatat biaya.
Karakteristik Opsi Saham Karyawan
Opsi saham karyawan merupakan kesempatan kontraktual yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan di mana karyawan dapat membeli saham perusahaan
dalam jumlah tertentu di masa mendatang. Harga penyerahan (exercise price)
merupakan harga dimana karyawan berhak membeli saham. Harga eksekusi sering
kali ditentukan sama dengan harga saham pada tanggal pemberian ( grant date ).
Tanggal pengakuan hak kompensasi (vesting date) merupakan tanggal paling awal
karyawan dapat melaksanakan opsi-karyawan dapat melaksanakan opsi kapanpun
setelah tanggal pengakuan hak kompensasi. Sebagian besar ESO memiliki periode
pengakuan hak kompensasi (vesting period) antara 2 hingga 10 tahun. Saat harga
saham lebih tinggi dibandingkan harga eksekusi, opsi itu dikatakan in the money
(untung). Opsi akan out of the money (rugi) ketika harga saham lebih rendah
dibandingkan harga eksekusi.
Opsi saham karyawan terdiri atas dua kategori besar: insentif (incentive) dan tanpa
kualifikasi (nonqualified). Opsi saham insentif, atau menguntungkan dari segi
pajak, tidak dikenakan pajak sampai saham dijual oleh karyawan. Opsi ini harus
diberikan pada nilai pasar wajar dan saham harus dimiliki selama dua tahun sejak
tanggal pembelian dan satu tahun setelah tanggal eksekusi. Perbedaan antara
harga eksekusi dan harga jual biasanya dikenakan pajak seperti pajak penghasilan
biasa. Opsi saham tanpa kualifikasi tidak memiliki manfaat pajak seperti opsi
kualifikasi. Opsi ini terkadang diberikan dengan mendapat diskonto dari nilai
pasar wajar dan karyawan dikenakan pajak pada saat eksekusi atas selisih antara
harga eksekusi dan nilai pasar wajar saham. Dalam hal ini, perusahaan, mendapat

manfaat pengurangan pajak yang nilainya sebesar jumlah penghasilan yang diakui
oleh karyawan.
Biaya Ekonomi dan Manfaat ESO
Manfaat utama ESO adalah potensi kenaikan nilai perusahaan yang berasal dari
dampak insentif terhadap perilaku karyawan. ESO bertujuan menyamakan insentif
karyawan dan perusahaan dengan memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk ikut berpartisipasi dalam penciptaan kekayaan pemegang saham.
ESO merupakan faktor populer dan kuat untuk menarik karyawan berbakat. ESO
mungkin juga meningkatkan kecenderungan risiko manajer. ESO dapat
memotivasi manajer untuk mencoba proyek yang lebih berisiko karena manajer
dapat memperoleh bagian dari kenaikan potensi keuntungan, sekaligus
mendapatkan manfaat perlindungan terhadap penurunan seperti yang ditawarkan
opsi saham. Oleh karena itu, ESO sering kali diberikan kepada para manajer di
industri yang membutuhkan inovasi dan sedang berkembang untuk mendorong
risiko lebih banyak pengambilan risiko.
Biaya opsi saham karyawan terletak pada potensi dampak pencairannya. Ketika
eksekusi, ESO memindahkan kekayaan dari pemegang saham kepada karyawan
dengan mencairkan kepemilikan pemegang saham sekarang dalam perusahaan.
Namun, apakah perusahaan menanggung biaya ketika harga eksekusi sama
dengan harga saham pada tanggal pemberian ? Menurut pendekatan nilai
instrinsik ( instrinsic value approach), tidak ada biaya bagi perusahaan.
Pendekatan ini mengukur biaya sampai sejauh apa harga eksekusi lebih rendah
dari harga saham pada tanggal pemberian. Pendekatan nilai instrinsik ini
mengabaikan dua jenis biaya yang timbul, bahkan ketika harga eksekusi sama
dengan harga saham sekarang. Pertama adalah biaya bunga yang timbul karena
ESO dapat dieksekusi pada suatu tanggal di masa depan dengan harga saham saat
ini. Kedua adalah biaya opsi (option cost), yaitu biaya pemberian opsi pada
karyawan untuk membeli (atau tidak membeli) saham perusahaan. Biaya ini

diperhitungkan dalam model penilai opsi yang menunjukkan bahwa opsi memiliki
nilai, bahkan ketika diberikan pada harga pasar yang berlaku.
Manfaat opsi saham karyawan-melalui kenaikan motivasi karyawan- akan
tercermin melalui pos yang secara tradisional, termasuk dalam laba seperti
kenaikan pendapatan atau penurunan biaya. Oleh sebab itu, mengaitkan biaya
ekonomi pemberian ESO dengan potensi manfaat yang telah tercermin dalam laba
merupakan hal yang wajar.
Akuntansi dan Pelaporan ESO
Terdapat dua masalah akuntansi utama yang berhubungan dengan ESO.
Dilusi laba per lembar saham Metode saham diperoleh kembali ( treasury stock
method ) menentukan sampai sejauh apa dilusi berdasarkan harga eksekusi dan
harga saham berlaku. ESO yang menguntungkan dianggap sebagai efek dilutif dan
mempengaruhi laba per lembar saham dilusian. ESO yang merugikan dianggap
sebagai efek antidilutif dan tidak memengaruhi laba per lembar sahan dilusian.
Beban Kompensasi. Akuntansi dan pelaporan ESO diatur oleh SFAS 123 dan
penggantinya, SFAS 123(R). SFAS 123(R) mewajibkan perusahaan mengakui
biaya amortisasi pemberian ESO dalam laba sebagai beban kompensasi berbasis
saham. Lebih spesifik lagi, SFAS 123(R) mewajibkan perusahaan menghitung
nilai pemberian ESO dan mengamortisasi jumlah tersebut sepanjang perkiraan
periode eksekusi, biasanya periode berlaku opsi tersebut. Nilai pemberian ESO
dihitung dengan mengalikan jumlah opsi yang diberikan dengan nilai wajar setiap
opsi pada tanggal pemberian.

Faktor yang Memengaruhi Nilai Wajar Opsi

Faktor

Dampak terhadap nilai wajar

Harga eksekusi ..........................................

Harga saham pada tanggal pemberian........

Taksiran masa opsi......................................

Tingkat bunga bebas resiko.........................

Taksiran volatilitas saham...........................

Taksiran dividen saham...............................

Pada lingkungan politis pasca-Enron, transparansi pelaporan keuangan kian


populer sehingga SFAS 123 direvisi menjadi SFAS 123(R), yang mewajibkan
perusahaan mengakui beban kompensasi salam laba bersih.
Pengungkapan Opsi Saham Karyawan
Pengungkapan opsi saham karyawan-Cisco System Inc
Tahun Fiskal yang Terakhir
28 Juli 2007 29 Juli 2006
Asumsi rata-rata tertimbang:
Taksiran volatilitas...................
26,0%
23,7%
Tingkat bunga bebas risiko.......
4,6%
4,3%
Taksiran deviden.......................
0,0%
0,0%
Kurtosis.....................................
4,5
4,3
Skewness...................................
(0,79)
(0,62)
Rata-rata tertimbang taksiran umur... 6,7
6,6
Rata-rata tertimbang taksiran nilai.... $7,11
$5,15
Informasi laba per lembar saham ( dari laporan laba rugi )
Untuk Tahun Fiskal Berakhir
28 Juli 2007 28 Juli 2006 30 Juli 2005
Laba bersih (juta)....................................$7.333
$5.580
$5.741
Laba bersih per lembar saham-dasar.......$1,21
$0,91
$0,88
Laba bersih per lembar saham-dilusian...$1,17
$0,89
$0,87
Jumlah saham yang digunakan dalam perhitungan
per lembar saham-dasar (juta)..................6.055
6.158
6.487
Jumlah saham yang digunakan dalam perhitungan
per lembar saham-dilusian(juta)...............6.265
6.272
6.621

Sepanjang tahun fiskal 2007, dengan mengamsusikan segara dilakukannya


eksekusi atas seluruh opsi yang telah menjadi hak, saham beredar Cisco akan
terdilusi sebesar 210 juta (dari 6.055 juta menjadi 6.265 juta), menurunkan laba
per lembar saham dari $1,21 (laba per lembar saham dasar) menjadi $1,17 (laba
per lembar saham dilusian). Perhitungan laba per lembar saham hanya
memperhitungkan dampak opsi dilutif dalam perhitungan laba per lembar saham
dilusian. Opsi yang tenggelam (memiliki harga eksekusi di atas harga
pasar)dikeluarkan dari perhitungan laba per lembar saham karena apabila
diperhitungkan akan makin memperbesar laba per lembar dilusian (dianggap
antidilutif)
Analisis Opsi Saham Karyawan
ESO (jika dampak insentif dianggap tidak ada) tidak menciptakan komitmen arus
kas bagi perusahaan dan alokasi sumber daya dari pemegang saham secara total.
Lebih spesifik lagi, ESO tidak berdampak pada kewajiban total dan ekuitas
pemegang saham. Setiap perpindahan kekayaan hanya terjadi antara pemegang
saham saat ini dan calon pemegang saham (karyawan). Implikasi analisisnya
adlah meskipun kemungkinan penurunan nilai saham ekuitas saat ini harus
diperhitungkan (misalnya dalam analisis ekuitas), ia dapat diabaikan dalam
penghitungan solvabilitas dan likuiditas (misalnya dalam analisis kredit). Dengan
demikian, seorang analis kredit harus mengeluarkan beban kompensasi berbasis
saham dari laba ketika menilai profitabilitas, misalnya ketika menghitung rasio
coverage bunga.
Nilai intrinsik agregat (overhang opsi) = (Harga saham Harga eksekusi rata-rata)
X Jumlah opsi yang masih beredar

2.6 BIAYA BUNGA


Bunga merupakan kompensasi atas penggunaan uang. Bunga merupakan
kelebihan kas yang dibayar atau ditagih atas jumlah uang (pokok) yang dipinjam
atau dipinjamkan. Bunga ditentukan oleh beberapa faktor, dan faktor terpenting
adalah risiko kredit (utang tidak dapat dibayar) dari peminjam. Beban bunga
ditentukan oleh tingkat bunga, pokok pinjaman, dan jangka waktu.

2.6.1 perhitungan bunga


Beban bunga perusahaan merupakan tingkat nominal yang dibayarkan untuk
pendanaan melalui utang, termasuk pada kasus obligasi, amortisasi diskon, atau
premium. Contoh dalam bunga obligasi:
a

Obligasi Dengan Tingkat Bunga Tetap

Jika suatu obligasi menawarkan coupon rate sebesar 18% dibayarkan setiaptahun
dengan nili nominal Rp. 1.000.000 dan berjangka waktu 5 tahun maka bagi bagi
pembeli obligasi tersebut akan menerima Rp.180.000 setiap tahun mulai dari
tahun pertama sampai dengan tahun kelima. Pada tahun kelima pemilik obligasi
akan menerima bunga dan memperoleh pelunasan sebesar Rp. 1.000.000.
b

Obligasi Dengan Tingkat Bunga Mengambang

Obligasi yang menawarkan suku bunga mengambang biasanya ditawarkan sebesar


persentase tertentu diatas suku bunga tertentu diatas suku bunga deposito.
Mungkin juga dilakukan kombinasi dengan suku bunga tetap (fixed rate).
Misalnya pada tahun pertama menawarkan suku bunga 19% tetapi pada tahuntahun berikutnya menawarkan suku bunga mengambang.
c. Obligasi Dengan tingkat Suku Bunga Nol
Obligasi jenis ini dijual dengan diskon awal periode kemudian dilunasi
penuh sesuai dengan nilai nominal pada akhir periode.
d. Obligasi Konversi (Convertible Bonds)
Obligasi

yang

memberikan

hak

kepada

pemegangnya

untuk

mengkonversikan obligasi tersebut dengan sejumlah saham perusahaan pada


harga yang telah ditetapkan sehingga pemegang obligasi mempunyai kesempatan
untuk memperoleh capital gain. Disisi lin perusahaan emiten akan memperoleh
keuntungan karena umumnya obligasi konversi memberikan tingkat kupon yang
lebih rendah dibandingkan obligasi biasa.
e. Obligasi Yang Disertai Warrant
Dengan adanya warrant maka pemegang obligasi mempunyai hak untuk
membeli saham perusahaan pada harga yang telah ditentukan. Sama halnya
dengan obligasi konversi, pemegang obligasi dengan warrant akan mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan capital gain jika harga saham mengalami

kenaikan. Emiten juga akan memperoleh keuntungan dengan memberikan tingkat


kupon yang lebih rendah, karena pada umumnya obligasi dengan konversi dan
obligasi dengan warrant meberikan tingkat bunga kupon yang lebih rendah
dibandingkan dengan obligasi biasa.
Kesulitan akan timbul saat perusahaan mengeluarkan utang konversi atau
utang dengan warant. Situasi ini menimbulkan tingkat nominal yang lebih rendah
dari biaya utang sejenis yang tidak memberikan fitur tambahan ini. Pada kasus
utang konversi, praktik akuntansi menganggap utang tidak terpisah dari fitur
ekuitas. Karena itu, tidak ada bagian penerimaan dari penerbitan obligasi yang
diakui sebagai sebagai fitur konversi. Pada kasus utang yang dikeluarkan
bersamaan dengan waran diakui sebagai modal tambahan. Beban yang terkait
dengan akun diskon utang yang diamortisasi sepanjang masa pengeluaran utang
akan menambah biaya bunga efektif.
2.6.2 Kapitalisasi bunga
Kapitalisasi bunga diwajibkan sebagai bagian dari biaya aset yang sedang
dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan (termasuk aset
yang dibangun atau diproduksi untuk perusahaan oleh pihak lain dengan
pembayaran dimuka atau berkala). Untuk melakukan pengkapitalisasian bunga
ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan yaitu:
a. Aktiva yang memenuhi kualifikasi
Aktiva tersebut harus memiliki periode waktu untuk menyiapkan agar dapat
digunakan.

Pengkapitalisasian

dimulai

dari

pengeluaran

pertama

yang

berhubungan dengan aktiva, kapitalisasi ini akan terus berlanjut dan terus
digunakan.
b. Periode kapitalisasi
Periode kapitalisasi adalah periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi yang
dimulai apabila terjadi kondisi pengeluaran untuk aktiva telah dikeluarkan,
aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat digunakan
sedang berjalan dan biaya bunga telah terjadi.

c. Jumlah yang harus dikapitalisasi


Jumlah bunga yang harus dikapitalisasi dibatasi hingga biaya bunga aktual
terendah yang terjadi selama eriode berjalan atau bunga yang dapat dihindarkan.
Tujuan kapitalisasi bunga adalah :
1. mengukur biaya akuisisi aset secara lebih akurat
Akuisisi adalah pengambilan kepemilikan atau kepemilikan atas saham atau aset
suatu perusahaan oleh perusahaan lain. Dan dalam peristiwa ini baik perushaan
pengambil alih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang
terpisah. Sementara biaya akuisisi adalah jumlah ekuivalen kas bersih yang
dibayarkan atau akan dibayarkan untuk mendapatkan aset. Cara menghitung biaya
akuisisi ada tiga yaitu dengan tunai, kredit dan ekuitas (non kas yang lain).
2. Mengamortisasi biaya akuisisi terhadap pendapatan yang diperoleh dari
aktivitas tersebut.
Amortisasi adalah suatu penurunan atau pengurangan nilai suatu aktiva tidak
berwujud secara bertahap dalam rentang jangka waktu tertentu disetiap periode
akuntansi. Pengurangan nilai aktiva tak berwujud ini dilakukandengan cara
mendebit akun beban amortisasi dan mengkredit akun aktiva tek berwujud.
Contoh 1: ilustrasi komprehensif mengenai kapitalisasi bunga
pada tanggal 1 november 2012, PT DUTA INDAH menandatangani kontak
dengan PT DUTA perkasa untuk membangun sebuah bangunan senilai $
1.400.000 diatas tanah yang berharga pokok $100.000 (dibeli dari kontraktor dan
dimasukkandalam pembayaran pertama). PT DUTA INDAH telah melakukan
pembayaran sebagai berikut kepada PT DUTA PERKASA selama tahun 2012:
1 Januari

1 maret

1 Mei

31 Desember

Total

$210.000

$300.000

$540.000

$450.000

$1.500.000

Konstruksi telah selesai dilakukan dan bangunan siap untuk digunakan, pada
tanggal 31 Desember 2012 maka PT DUTA INDAH memiliki hutang yang
beredar sebagai berikut:
Hutang konstruksi khusus

1.

wesel 3 tahun, bunga 15 % untuk membiayai pembelian tanah dan


pembuatan bangunan, tertanggal 31 Desember 2011, bunga dibayar secara
tahunan setiap tanggal 31 Desember senilai $750.000

Hutang lainnya
2. Wesel bayar 5 tahun. Bunga 10% tertanggal 31 Desember 2008 dan bunga
dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember senilai 550.000.
3. obligasi 10 tahun, bunga 12 %, dikeluarkan pertanggal 31 Desember 2007
dan bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember senilai
$600.000.
Penyelesaian:
Akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang selama tahun 2012 adalah sebagai
berikut:
Pengeluaran

periode kapitalisasi

Akumulasi pengeluaran
Tanggal

jumlah

tahun berjalan

rata2

1 Januari

$210.000

12/12

$210.000

2 Maret

$300.000

10/12

$250.000

1 Mei

$540.000

8/12

$360.000

31 Desember

$450.000

Total

$1500.000

tertimbang

$ 820.000

Perhatikan bahwa pengeluaran yang dilakukan pada tanggal 31 Desember yaitu


hari terakhir tahun berjalan, tidak memiliki biaya bunga.
Contoh 2:
Terkait dengan berbagai proyek konstruksi, bunga sebesar kurang lebih
$19.188.000, $30.806.000 dan $17.393.000 dikapitalisasi dalam akun properti,
bangunan dan peralatan.
2.6.3 Menganalisis bunga
Analisis kita harus menyadari bahwa akuntansi bunga utang konversi saat
ini masih kontroversial. Beberapa berpendapat bahwa mengabaikan nilai hak

konversi dan menggunakan tingkat bunga obligasi sebagai ukuran bunga akan
mengabaikan biaya bunga sesungguhnya.
Sedikit berlawanan dengan pendapat ini adalah perhitungan laba per
saham dilusian menggunakan jumlah saham yang dapat diterbitkan pada kondisi
terjadi konversi atas utang yang dapat dikonversi. Efek ini memberikan beban
tambahan pada tingkat bunga melalui dilusi laba perlembar saham.
Akuntansi kapitalisasi bunga juga masih diperdebatkan. Beberapa analis
berpendapat bahwa bunga mencerminkan biaya periode dan tidak perlu
dikapitalisasi. Apapun pandangan orang,

anlisis kita harus menyadari bahwa

akuntansi kapitalisasi bunga masih belum jelas sehingga mengarah pada


keragaman dan praktik. Harus diingat bahwa kapitalisasi bunga tercakup dalam
biaya aset dan menjadi beban melalui penyusutan dan dan amortisasi. Untuk
menilai dampak kapitalisasi bunga terhadap laba bersih, analisis kita harus
mengetahui jumlah kapitalisasi bunga saat ini yang dibebankan pada laba melalui
penyusutan dan amortisasi. Kita juga memerlukan jumlah ini untuk menghitung
fixed charge coverage ratio secara lebih akurat. Akan tetapi dalam praktiknya
pengungkpan jumlah ini tidak diwajbkan sehingga analisis kita menjadi tidak
sempuna.
2.7 PAJAK PENGHASILAN
Beban pajak penghasilan merupakan biaya penting dalam usaha.
Memahami akuntansi pajak penghasilan penting untuk keberhasilan analisis
laporan keuangan.
2.7.1 Akuntansi Pajak Penghasilan
Perbedaan Pajak Temporer dan Tetap
Kompleksitas akuntansi pajak penghasilan timbula karena aturan untuk
menghitung kena pajak (untuk tujuan menghitung utang pajak) didasarkan pada
peraturan pajak yang berlaku. Aturan ini berbeda dari aturan untuk menghitung
laba yang dilaporkan menurut GAAP yang menjadi dasar laporan keuangan.

Umumnya, peraturan perpajakan lebih mendekati akuntansi basis kas yang


memperkenankan lebih sedikit jumlah akrual daripada yang diperkenankan dalam
GAAP. Aturan untuk menghitung akrual tertentu, seperti penyusutan, dalam
peraturan pajak juga berbeda dari GAAP.
Perbedaan Temporer
Diakui pajak lebih dulu daripada Diakui GAAP lebih dulu daripada
GAAP
Pendapatan

pajak
Pendapatan

1. Penerimaan

penghasilan

1. Penjualan dicicil metode akrual

pencatatan di muka
2. Pendapatan sewa diterima di

dalam GAAP
2. Metode ekuitas dari akuntansi

muka
3. Kontrak jasa dibayar di muka
4. Royalti yang diterima di muka

1. Beban/kewajiban

garansi

produk
2. Tunjangan pensiun

Pengeluaran
1. Penyusutan

investasi
Pengeluaran

yang

dipercepat

utnuk pajak
2. Kapitalisasi biaya tertentu

3. Penyisihan

piutang

tidak

tertagih
4. Penurunan nilai aset persediaan,
properti, pabrik, dan peralatan
5. Beban restrukturisasi
6. Beban sewa modal
7. Rugi pajak dibawa kedepan

Perbedaan Tetap
1. Pendapatan bunga dari obligasi bebas pajak yang tidak diakui oleh peraturan pajak
2. Kredit pajak
3. Pajak atas laba yang belum diterima dari anak perusahaan di luar negeri
4. Pengurangan dividen ESOP
5. Laba luar negeri yang dikenakan pajak dengan tarif pajak yang berbeda dari tarif
pajak wajib AS

6. Tunjangan kesehatan yang diberikan oleh pihak medis

CONTOH KASUS
Berikut ini adalah perhitungan besarnya pajak penghasilan yang terutang dan
pajak yang lebih dibayar (PPh pasal 29) oleh PT. Excelcomindo Pratama Tbk
untuk saldo buku yang berakhir 31 Desember 2008

- Jurnal Pencatatan Kredit Pajak :


Piutang PPh 25

83.733.000.000

Piutang PPh Pasal 23 Sewa

3.193.050.000

Piutang PPh Pasal 23 Deviden

21.270.000.000

Kas

83.733.000.000

Pendapatan Sewa

24.463.050.000

- Jurnal Pencatatan Kurang Bayar :


Biaya PPh

173.247.353.900

Piutang PPh 25

83.733.000.000

Piutang PPh Pasal 23 Sewa

3.193.050.000

Piutang PPh Pasal 23 Deviden

21.270.000.000

Kas/PPh Pasal 29

65.051.303.900

- Jurnal Pencacatan Pembayaran PPh Pasal 29 :


Hutang PPh
Kas

65.051.303.900
65.051.303.900

Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk menghitung dan melaporkan dalam
SPT PPh Tahun yang bersangkutan mengenai jumlah PPh pasal 25 tahun
berikutnya diangsur setiap bulan, yaitu dengan cara pajak penghasilan yang
terutang menurut SPT PPh Tahun yang bersangkutan dikurangi dengan PPh yang
dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar dan terhutang diluar negeri yang
boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 (dua belas) bulan. Perhitungan Pajak yang
harus diangsur (PPh pasal 25) PT. Excelcomindo Pratama Tbk adalah sebagai
berikut :

Pajak tangguhan
Perbedaan temporer dapat menyebabkan laba kena pajak sangat jauh berbeda dari
laba sebelum pajak yang dihitung berdasarkan GAAP. Oleh sebab itu,
pembebanan kewajiban pajak aktual (yang dihitung menggunakan laba kena
pajak) terhadap laba GAAP sebelum pajak melanggar prinsip dasar pengaitan
akuntansi dan menghasilkan laba setelah pajak yang tidak stabil, bahkan tidak
berarti. Untuk menghindari masalah ini, akuntan menggunakan alokasi
antarperiode yang dikenal sebagai penyesuaian pajak tangguhan (defered tax
adjusments). Dasar penyesuaian pajak tangguhan adalah untuk dapat mengaitkan
beban pajak periode dengan laba sebelum pajak yang dilaporkan menurut GAAP
secara lebih baik. Dalam prosesnya, akuntansi pajak tangguhan menciptakan pos
neraca yang penting yang disebut aset pajak tangguhan (defered tax assets) atau
kewajiban pajak tangguhan (defered tax liabilities).
Arti Kewajiban (Aset) Pajak Tangguhan
Kita mencatat kewajiban (atau pajak) tangguhan timbul sebagai kompensasi dari
dampak penangguhan pada laba, dan laba ditahan secara tidak langsung. Akan
tetapi, apakah arti aset atau kewajiban seperti ini? Seperti semua penangguhan

lainnya, mereka bukanlah aset atau kewajiban dalam arti yang sebenarnya.
Misalnya, kewajiban pajak tangguhan tidak menimbulkan kewajiban bagi usaha
untuk membayar pajak, sama halnya seperti aset pajak tangguhan yang tidak
memberikan hak apa pun untuk mengklaim pajak. Apa yang ditunjukkan oleh
kewajiban aset (pajak) tangguhan adalah pembayaran pajak aktual akan secara
proporsional lebih tinggi (atau lebih rendah) di masa depan karena pembayaran
pajak secara proporsional lebih rendah (atau lebih tinggi) di masa lalu. Umumnya,
kewajiban atau aset pajak tanguuhan menunjukkan :
1. Kewajiban pajak tangguhan : laba GAAP lebih tinggi daripada laba kena
pajak dimasa lalu, pembayaran pajak di masa lalu relatif (dilihat sebagai
persentase dari laba GAAP) lebih rendah sehingga pembayaran pajak di
masa depan diperkirakan akan relatif (dilihat sebagai persentase dari laba
GAAP) lebih tinggi.
2. Aset pajak tangguhan : laba GAAP lebih rendah daripada laba kena pajak
di masa lalu, pembayaran pajak di masa lalu relatif (dilihat sebagai
persentase dari laba GAAP) lebih tinggi sehingga pembayaran pajak di
masa depan diperkirakan akan relatif (dilihat sebagai persentase dari laba
GAAP) lebih rendah.
Akuntansi Pajak Tangguhan
Akuntansi pajak tangguhan diatur oleh SFAS 109. Meskipun tujuan akuntansi
pajak tangguhan adalah mengaitkan bebban pajak dengan laba GAAP sebelum
pajak, akuntansi aset pajak tangguhan mengambil pendekatan aset kewajiban.
Artinya, pendekatan ini akan menaruh perhatian pada perhitungan pos neraca,
aset, dan kewajiban pajak tangguhan. Beban (atau cadangan) pajak penghasilan
tidak dihitung secara langsung, melainkan dihitung dari selisih antara perubahan
aset dan kewajiba pajak tangguhan dengan utang pajak.
Pajak tangguhan dihitung secara terpisah untuk setiap komponen pembayaran
pajak (tiap entitas atau kelompok entitas yang dikonsolidasi untuk tujuan
perpajakan) dalam setiap jurisdiksi pajak. Perhitungan termasuk perhitungan total

kewajiban (aset) pajak tangguhan untuk setiap perbedaan temporer kena pajak
(dan jiak ada, rugi operasi dibawa ke masa depan) menggunakan tarif pajak yang
berlaku.
2.7.2 Analisis Pajak Penghasilan
Penyesuaian Laporan Keuangan
Kita telah membahas aset (atau kewajiban) pajak tangguhan bukanlah aset (atau
kewajiban) sebenarnya dalam artian mereka tidak memberikan manfaat masa
depan atau menimbulkan kewajiban masa depan apapun kepada perusahaan. Oleh
sebab itu, analisis mengeluarkan pos ini dari neraca ketika melakukan analisis
rasio. Misalnya, penilai peringkat kredit seperti moodys merekomendasikan
untuk mengeluarkan aset atau kewajiban pajak tangguhan atauketika menghitung
rasio solvabilitas atau likuiditas seperti rasio ulang terhadap ekuitas atau rasio
lancar. Untuk mengeluarkan kewajiban (aset) pajak tangguhan dari neraca, kita
perlu menghilangkannya di manapun mereka diklasifikasikan dan penyesuaian
jumlah bersih pada ekuitas. Misalnya, dalam neraca Dell tanggal 28 Januari 2005,
kita perlu megurangi aset lancar (tidak lancar) sebesar $425 juta ($6 juta) dan
sekaligus menurunkan ekuitas pemegang saham (khususnya laba ditahan) sebesar
$431 juta.
Menghitung Nilai Sekarang Aset dan Kewajiban Pajak Tangguhan
Aset (kewajiban) pajak tangguhan mencerminkan potensi arus kas masa depan
yang timbul dari pembalikan perbedaan temporer. Namun, pembalikan ini, dapat
terjadi bebrapa tahun kemudian, dimana nilai sekarang dampak arus kas akan jauh
lebih kecil daripada yang tercatat pada neraca. Oleh karena itu, beberapa analisis
merekomendasikan aset atau kewajiban ini dihitung nilai sekarangnya.
Meramalkan Arus Kas dan Laba Masa Depan
Perbedaan temporer (diukur oleh aset atau kewajiban pajak tangguhan) berguna
dalam peramalan arus kas (tetapi tidak dalam peramalan laba). Adanya kewajiban
(aset) pajak tangguhan dalm jumlah besar menunjukkan pembayaran pajak

perusahaan di masa mendatang kemungkinan akan lebih tinggi (lebih rendah)


daripada cadangan pajaknya. Namun, agar informasi ini dapat digunakan dalam
peramalan arus kas, kita perlu memperkirakan kapan pembalikan diharap akan
terjadi. Penting pula untuk disadari bahwa penangguhan yang sama dapat terjadi
di masa mendatang, yang dapat menghapuskan dampak pembalikan aset atau
kewajiban pajak tangguhan saat ini.
Menganalisis Perbedaan Tetap dan Temporer
Analisis harus mengevaluasi alasan mengapa tarif pajak efektif berbeda dari tarif
pajak wajib dengan melihat komponen yang menyebabkan perbedaan tersebut.
Khususnya, mengidentifikasi komponen tidak berulang yang mempengaruhi tarif
pajak efektif untuk sementara waktu.
Manajemen Laba dan Kualitas Laba
Penyisihan penilaian adalah sarana yang populer bagi manajemen laba.
Analisisseharusnya dengan hati-hati melihat setiap perubahan khususnya
penurunan penyisihan penilaian, karena hal tersebut bisa jadi merupakan usaha
untuk melakukan manajemen laba.
Umumnya, banyak analisis membandingkan laba GAAP dan laba kena pajak
untuk mengevaluasi kualitas laba. Adanya kewajiban (aset) pajak tangguhan
dalam jumlah besar menunjukkan laba GAAP di masa depan lalu lebih tinggi
(lebih rendah) daripada laba kena pajak. Karenanya, perusahaan dengan
kewajiban (aset) pajak tangguhan yang tinggi memiliki kemungkinan akan
menerapkan praktik akuntansi yang agresif (konservatif).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Makalah ini terpusat pada analisi aktivitas operasi dan laba. Didalam makalah ini
telah dibahas mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. membahas konsep dan pengukuran laba serta perbedaannya dengan arus
kas.

2. menganalisis pengukuran akrual untuk menghitung laba bersih, yang


ditekankan pada pemahaman metode pengakuan ats pendapatan maupun
beban.
3. menganalisis dan melakukan beberapa penyelesaian atas laporan laba rugi
serta komponennya, temasuk pos yang tidak berulang, seperti beban
restrukturisasi, penurunan nilai aktiva, dan opsi saham karyawan
4. keterkaitan dengan biaya bunga yang terjadi yang disebabkan oleh
pendanaan melalui utang, termasuk kasus obligasi, amortisasi diskon atau
premium. Dan terdapat suatu pendapat bahwa bunga menverminkan biaya
periode dan tidak perlu dikapitalisasi, akuntansi kapitalisasi bunga masih
belum jelas, sehingga mengarah pada keragaman dalam praktik.
5. dampak yang terjadi pada perusahaan yang memberikan ringkasan
komponen kewajiban dan aktiva pajak tangguhannya serta adanya
pengungkapan pajak penghasilan yang memberikan penjelasan mengapa
tingkat beban pajak relatif berbeda dengan tarif pajak wajib.

DAFTAR PUSTAKA
John J. Wild, K.R Subramanyam, Robert F. Halsey. 2005. Analisis Lporan
Keuangan.

Jakarta: Salemba empat

Anda mungkin juga menyukai