(Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan
Keuangan kelas A yang diampu oleh Dr. R. Djoko Sampurno, M.M.)
Disusus Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(12010113120023)
(12010113120028)
(12010113120110)
(12010113130208)
(12010113130213)
(12010113130256)
(12010113130260)
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era perdagangan bebas seperti ini, perubahan dan mobilitas keuangan
internasional terjadi semakin cepat, ini akan mempengaruhi semua aspek
kehidupan termasuk Akuntansi dan Keuangan. Bagi kita di Indonesia fenomena
ini mau tidak mau harus kita alami.
Dengan semakin majunya perkembangan dunia usaha, persaingan antar
perusahaan pun semakin meningkat. Agar dapat tetap bertahan dalam dunia bisnis
setiap perusahaan harus berhati hati dalam mengambil keputusan terutama
keputusan di bidang keuangan. Hal ini disebabkan karena kegagalan atau
keberhasilan usaha hampir sebagian besar ditentukan oleh kualitas keputusan yang
berkaitan dengan keuangan.
Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan suatu informasi
mengenai keuangan perusahaan yang tersedia tepat waktu, dapat ditelusuri
kebenarannya, jelas, lengkap, dan akurat. Dalam hal ini perusahaan akan
menyusun suatu laporan keuangan yang dapat menggambarkan seluruh hasil
kegiatan perusahaan pada akhir periode pembukuan. Laporan keuangan itu
disusun dengan maksud untuk memberikan informasi tentang hasil usaha, posisi
finansial, dan berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi
finansial kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi
perusahaan, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan. Agar pihak pihak
yang bersangkutan dapat memperoleh informasi yang memadai dan akurat maka
perlu diadakan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dalam menganalisis dan
menginterpretasikan laporan keuangan yang bersangkutan, maka digunakan
metode metode tertentu yang telah baku.
Hasil analisis tersebut sangat penting artinya bagi pimpinan perusahaan untuk
mengontrol kebijakan kebijakan yang telah diambil baik kondisi keuangan yang
lalu, saat ini maupun yang akan datang dalam rangka menjalankan operasi
perusahaan dan membantu dalam mengambil berbagai keputusan yang harus
dilaksanakan secepat mungkin agar tujuan perusahaan itu dapat tercapai.
Setiap tahun posisi keuangan perusahaan akan terus berubah sesuai dengan
operasional perusahaan, begitu pula dengan aktiva yang digunakan, yang pada
dasarnya jumlah dan nilainya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
dimaksudkan untuk dapat mempertinggi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan jumlah dan nilainya berkurang
disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang kurang baik atau kondisi lain yang
kurang menguntungkan misalnya perekonomian nagara yang kurang kondusif.
BAB II
PEMBAHASAN
akan
diperoleh
suatu
usaha
sepanjang
usianaya
dengan
mempertimbangkan kondisi usahanya saat ini. Secara konsep laba tetap (atau
disebut juga laba berkelanjutan atau laba berulang) mirip dengan kemampuan
menghasilkan laba yang dapat dipertahankan (sustainable earning power), dimana
perhitungannya menjadi tugas utama analisis. Jika laba ekonomi mengukur
perubahan nilai pemegang saham, maka laba tetap merupakan proporsi langsung
dari nilai perusahaan.
Laba akuntansi (yang dilaporkan) diukur berdasarkan akuntansi skural, serta
dihitung dengan mengakui pendapatan dan mengaitkan biaya dengan pendapatan
yang diakui. Laba akuntansi tidak dimaksudkan untuk mengukur laba ekonomi
maupun laba tetap. Sebagai tambahan, laba akuntansi memiliki permaslahan
pengukuran yang terjadi akibat distorsi akuntansi karena diperkenalkannya
berbagai aturan yang telah ditentukan, manajemen laba dan kesalahan estimasi.
Karena berbagai alasan tersebut, laba akuntansi yang divisualisasikan terdiri dari 3
komponen:
1. komponen yang tetap atau berulang (permanent or recurring
component), dimana setiap dolar nilainya akan sama dengan 1/r dolar dari
nilai perusahaan (dimana r adalah biaya modal)
Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama : operasi dan nonoperasi serta berulang dan tidak berulang.
Laba berulang dan tidak berulang
Laporan laba rugi biasanya menyajikan tiga pengukuran laba alternatif :
1. Laba bersih (net income), dianggap sebagai hasil ahkir pengukuran laba,
meskipun pada kenyataannya tidaklah demikian
2. Pendapatan komprehensif (comprehensive income), mencerminkan
hampir seluruh perubahan pada ekuitas yang tidak berasal dari aktivitas
pemilik. Mncerminkan keuntungan dan keruguian atas kepemilikan yang
belum direalisasi, penyesuaian translasi valuta asing dan tambahan
penyesuaian kewajiban pensiun minimum.
3. Laba dari operasi yang masih berlangsung (comtinuing income),
merupakan suatu pengukuran yang mengeluarkan pos luar biasa, dampak
kumulatif perubahan akuntansi, dan dampak penghentian operasi.
Laba diukur karena adanya tujuan yang spesifik. Laba memaikan dua peranan
penting yag berbeda : untuk mengukur perubahan bersih ekuitasd dan
memberikan
estimasi
atas
kemampua
menghasilkan
laba
yang
dapat
yang masih
berlangsung
Laba non-operasi (nonoperating income), mencakup seluruh komponen laba
yang tidak termasuk dalam laba operasi. Alaisiss laba operasi untuk memisahkan
keputusan investasi.
Pendapatan Komprehensif
Laba komprehensif mengukur laba ekonomi yang dihirung dengan menyesuaikan
laba bersih dengan pos surplus kotor yang jika digabungkan akan menjadi
pendapatan komprehensif lainnya. Pendapatan komprehensif lainnya untuk
perrusahaan terdiri atas empat komponen : keuntungan atau kerugian kepemilikan
yang berasal dari perubahan nilai wajar efek investasi tersedia untuk dijual yang
belum direalisasi, keuntungan dan kerugian tranlasi valuta asing, perubahan status
pembiayaan kewajiban pensiun yang tidak termasuk dalam laba bersih, dan
keuntungan atau kerugian kepemilikan belum direalisasi yang berasal dari bagian
efektif lindug nialai arus kas . jumlah ini dinyatakan setelah pajak. Beberapa
analisis berpendapat bahwa seluruh komponen pendapatan komprehensif lain
tidak relevan karena tidak terus terjadi. Penelitian menunjukan bahwa satu
satunya komponen pedapatan komprehensif lain yang relevan untuk penilaian
ekuitas adalah keuntungan atau kerugian kepemilikan atas efek yang dapat di juala
dan belum direalisasi, dan bahkan ini pun hanya berlaku utntuk lembaga keuangan
2.2 POS YANG TIDAK BERULANG
2.2.1 Pos Luar Biasa
Pos ini dibedakan berdasarkan sifatnya yang tidak lazim dan jarang terjadi.
Sebelum SFAS 145 diberlakukan, sebagian besar pos luar biasa merupakan
keuntungan dan kerugian akibat penghapusan utang lebih awal. Pos luar biasa
diklasifikan secara terpisah pada laporan laba rugi. Karena persyaratan klasifikasi
yang ketat, pos luar biasa jarang dilakukan. Berdasarkan tampilan 6.3 proporsi
perusahaan yang melaporkan pos luar biasa umumnya kurang dari 6,3% tetapi
belakangan telah meningkat menjadi 12,4 %. Jika ada, pos luar biasa biasanya
memiliki nilai kurang dari 5% atas penjualan. Sementara itu, proporsi antara pos
luar bisa negatif dan positif kira-kira hampir sama.
Akuntansi Pos Luar Biasa
Untuk dapat memenuhi persyaratan luar biasa, suatu harus memiliki sifat yang
tidak lazim dan jarang terjadi, yaitu:
a. Sifat yang tidak lazim (unusual nature)
Suatu peristiwa atau transaksi tidak normal dan tidak berhubungan , atau hanya
kebetulan yang berhubungan dengan aktivitas rutin dan umum perusahaan.
b. Jarang terjadi (infrequent occurance)
Suatu peristiwa atau transaksi yang sewajarnya tidak diharapkan akan terjadi
dalam jangka pendek.
Ketika suatu perusahaan melaporkan pos luar biasa, laba operasi yang masih
berlangsung disebut laba sebelum pos luar biasa ( income before extraordinary
item). Perusahaan juga diminta untuk tidak melaporkan keuntungan dan kerugian
tertentu sebagai pos luar biasa karena pos tersebut memiliki sifat yang tidak biasa
dan diharapkan akan terjadi lagi sebagai konsekuensi dari aktivitas usaha umum
dan masih berlangsung . berikut contohnya:
a. Penurunan nilai aktiva atau penghapusan piutang, persediaan, peralatan
yang disewakan kepada pihak lain, biaya penelitian, dan pengembangan
yang ditangguhkan , atau aset yang tidak berwujud lainnya.
dibedakan secara jelas, baik secara operasional namun untuk tujuan pelaporan
keuangan dari usaha lain.
Akuntansi dan pelaporan operasi yang dihentikan dilakukan melalui dua tahap.
Pertama, laporan laba
disajikan kembali setelah mengeluarkan dampak operasi yang dihentikan dari pos
yang menentukan laba dari operasi yang masih berlangsung. Kedua, keuntungan
atau kerugian yang berkaitan dengan operasi yang dihentikan dilaporkan secara
terpisah, setelah dikurangi pajak dan dikeluarkan dari laba usaha yang mash
berlangsung (income before discontinued operations) jika perusahaan melaporkan
operasi yang dihentikan.
Perusahaan melaporkan keuntungan dan kerugian penghentian usaha (untuk tahun
berjalan dan dua tahun sebelumnya) dalam dua kategori , yaitu:
1. Laba atau rugi operasi segmen yang dihentikan sampai manajemen
menentukan tanggal penghentian.
2. Keuntungan dan kerugian akibat pelepasan termasuk laba atau rugi operasi
selama periode antara (phase out).
Analisis Operasi yang Dihentikan
Seluruh dampak operasi yang dihentikan harus dikeluarkan dari laba berjalan dan
masa lalu untuk tujuan analisis. Aturan ini berlaku tanpa melihat apakah tujuan
analisis adalah menghitung laba ekonomi atau tetap atau menghitung laba
operasional atau non operasional. Beberapa perusahaan hanya menyajikan
kembali ikhtisar informasi keuangan, termasuk laba, selama 10 tahun terakhir
yang dapat dipergunakan. Dengan memperhatikan kondisi keuangan suatu
perusahaan, seorang analis harus mengeluarkan aset dan kewajiban operasi yang
dihentikan dari neraca. Jumlah aset dan kewajiban pada umumnya diberikan
dalam catatan kaki pengungkapan. Namun demikian keuntungan atau kerugian
kumulatif atas operasi yang dihentikan seharusnya tidak dikeluarkan dari ekuitas.
2.2.3 Perubahan Akuntansi
Pos khusus biasanya merupakan pos yang paling bersifat sementara dalam laba
dari operasi yang masih berlangsung.
Beban restrukturisasi dan penghapusan aset goodwill, persediaan, serta properti,
bangunan, dan peralatan merupakan penyumbang terbesar beban ini. Penurunan
nilai aset jangka panjang dan beban restrukturisasi menjadi dua kategori utama
pos khusus. Terdapat dua perbedaan diantara keduanya:
a
sebagai
suatu
keseluruhan
atau
dalam
satu
divisi.
Penurunan nilai aset akan diakui ketika nilai tercatat aset lebih rendah dari
dari beban operasi yang mencerminkan laba tetap. Terkadang beban khusus
merupakan investasi untuk memperbaiki profitabilitas masa depan.
Sebagian besar beban restruktursasi atau paling tidak sebagian merupakan salah
satu bentuk investasi. Salah satu tujuan program restrukturisasi adalah
perampingan operasi perusahaan sehingga memperbaiki profitabilitas masa
depan.program restrukturisasi yang terdiri atas arus kas keluar seperti pembayaran
pesangon dan penyesuaian akrual seperti penghapusan aset merupakan satu
bentuk investasi untuk memperbaiki profitabilitas masa depan. Oleh sebab itu
analisis yang kita lakukan hendaknya megalokasikan bagian beban restrukturisasi
tersebut sepanjang periode mas depan yang diharapkan akan merasakan manfaat
dari program restrukturisasi.
Karena beban restrukturisasi biasanya berdampak pada beberapa tahun yang
berbeda, seorang analisis seringkali perlu melihat laporan tahun sebelumnya untuk
dapat memperkirakan dampak pengalokasian beban restrukturisasi dimasa lalu
dalam menentukan laba tetap. Berbeda dari laba tetap, dimana seorang analisis
harus menghitung profitabilitas niral perusahaan, perhitngan laba ekonomi akan
mengakibatkan pengukuran pengaruh seluruh peristiwa yang terjadi dalam
periode tersebut terhadap ekuitas.
Penyesuain pada neraca. Penurunan nilai persediaaan dan aset jangka panjang
akan meningkatkan kemampuan neraca untuk mencerminkan realitas usaha
dengan melaporkan aset yang mendekati nilai realisasi bersihnya. Ada dua hal
yang perlu diperhatikan:
a
pembeli.
Pendapatan dan beban terkait diiukur atau diestimasikan dengan tingkat
penjualan.
Pembeli membayar penjual atau berkewajiban untuk membayar penjual
4
5
Pendapatan kontrak
Konstruksi jangka panjang memiliki masalah konseptual dalam penentuan
pendapatan dan laba. GAAP mewajibkan perusahaan menggunakan metode
persentase penyelesaian (percentage of completion method) jika taksiran biaya
untuk menyelesaikan suatu kontrak dan perkembangan dalam penyelesaian
kontrak dapat diestimasi secara wajar. Berdasarkan metode ini, kerugian berjalan
atau antisipasi kerugian akan sepenuhnya diakui pada periode ketika kerugian itu
pertama kali diketahui.
Pendapatan yang Belum Diterima
Pendapatan yang belum diterima (unearned revenue) merupakan jumlah
pendapatan yang masih belum diakui muncul di dalam neraca sebagai kewajiban.
Hal ini biasanya terjadi dalam kontrak jangka panjang, dimana pendapatan ditagih
di muka.
2.3.2 Analisa Dampak Pengakuan Pendapatan
Laporan laba rugi penting bagi analisis dan penilaian perusahaan serta bagi
manajemen. Kecenderungan dan insentif manajer untuk mengatur pendapatan
menciptakan berbagai ketentuan tentang subjek pengakuan pendapatan oleh badan
pengaturan akuntansi.
Kondisi yang menciptakan timbulnya pertanyaan tentang pengakuan pendapatan
yakni:
a
tertentu.
Penjualan aset atau kegiatan operasi yang secara historis tidak dapat
menghasilkan cukup arus kas operasi untuk mendanai layanan utang ,asa
depan dan ekspektasi dividen.
Pendapatan belum boleh diakui sampai (1) arus kas aktivitas operasi cukup untuk
mendanai layanan utang dan persyaratan dividen (atas dasar akrual), atau (2)
investasi perusahaan pada entitas pembeli dapat dengan mudah diubah mnejadi
kas dan perusahaan tidak memiliki kewajiban lagi menurut perjanjian hutang atau
perjanjian apapun yang mengharuskannya melakukan tambahan investasi pada
entitas pembeli. Jumlah seluruh pendapatan yang ditangguhkan, termasuk
penangguhan bunga atau pendapatan dividen, biasanya diungkapkan di dalam
neraca sebagai pengurang akun aset terkait.
2.4 BEBAN YANG DITANGGUHKAN
Beban yang ditangguhkan (deferred charge) merupakan biaya yang telah terjadi
dan ditangguhkan karena diharapkan manfaatnya dapat dirasakan pada periode
mendatang. Makin rumit aktivitas usaha, makin besar jumlah dan bentuk beban
yang ditangguhkan. Contohnya adalah biaya penelitian dan pengembangan serta
pengeluaran peranti lunak komputer. Perbedaan antara beban yang ditangguhkan
dan aset tidak berwujud terkadang tidak jelas. Pada banyak kasus, biaya yang
timbul dari aktivitas operasi diklasifikasikan sebagai beban yang ditangguhkan,
sementara biaya yang timbul dari aktivitas investasi diklasifikasikan sebagai aset
tidak berwujud.
Motivasi di balik penangguhan biaya adalah agar dapat mengaitkan biaya dengan
manfaat yang diharapkan. Jika biaya yang terjadinpada periode berjalan
memberikan manfaat bagi periode mendatang melalui kontribusinya terhadap
pendapatan maupun pengurangan biaya, maka perusahaan akan menangguhkan
biaya ini hingga periode mendatang. Misalnya, jika perusahaan mengeluarkan
biaya awal (start up) untuk mulai mengoperasikan fasilitas baru yang lebih baik
atau lebih efisien, perusahaan tersebut dapat menangguhkan biaya tersebut dan
disesuaikan (diamortisasi) dengan taksiran manfaat periode mrndatang.
2.4.1 Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan melakukan aktivitas penelitian, eksplorasi, dan pengembangan untuk
berbagai
alasan.
Beberapa
dari
aktivitas
tersebut
dimaksudkan
untuk
masalah evaluasi yang disebabkan oleh sifat tidak berwujud sebagian besar
aktivitas litbang.
kategori,
kelayakan
teknik,
kelangsungan
komersial,
dan
kemungkinan proyek dinilai dan dievaluasi kembali secara berkala. Kita juga
Pencarian cadangan sumber daya alam baru merupakan hal yang penting bagi
perusahaan pada bidang industri pertambangan. Pentingnya industri ini dan
khususnya masalah akuntansinya layak mendapat perhatian khusus. Sama halnya
seperti aktivitas litbang, pencarian dan pengembangan sumber daya alam
memiliki sifat yang berisiko tinggi. Risiko yang terkait dengan ketidakpastian;
dan dalam penentuan laba; ketidakpastian menimbulkan masalah pengukuran dan
pengakuan. Untuk industri pertambangan, masalahnya adalah apakah biaya
eksplorasi dan pengembangan yang secara wajar diharapkan akan diperoleh
kembali dari penjualan sumber daya alam dibebankan ketika terjadi atau
dikapitalisasi atau diamortisasi sepanjang perkiraan periode manfaat di masa
mendatang.
Akuntansi Industri Pertambangan
Badan pembuat standar akuntansi telah melakukan beberapa usaha untuk
membatasi keberagaman praktik ini. FASB mengeluarkan akuntansi successful
effort untuk perusahaan minyak dan gas bumi. Standar ini meminta biaya
eksplorasi, kevuali biaya pengeboran sumur eksplorasi, dikapitalisasi saat terjadi.
Biaya-biaya ini dibebankan kemudian jika sumur tersebut tidak berhasil, atau
reklasifikasi sebagai aset yang dapat diamortisasi jika terbukti cadangan minyak
dan gas. SEC tidak menyetujui pendekatan ini, dan sebagai gantinya memilih
akuntansi pengakuan cadangan (reserve recognition accounting) atau metode nilai
sekarang. Hal ini menyebabkan FASB melakukan pertimbangan ulang, dan
akhirnya memperkenankan alternatif yang sama. Kemudian, SEC meminta FASB
membuat pengungkapan tambahan, termasuk pengungkapan berdasarkan nilai.
FASB merespons dengan mewajibkan pengungkapan tambahan yang diminta
untuk perusahaan publik yang memproduksi minyak dan gas sebagai berikut:
a. jumlah cadangan minyak dan gas bumi terbukti,
b. biaya yang dikapitalisasi terkait dengan aktivitas produksi minyak dan gas
bumi,
c. biaya yang berasal dari aktivitas akuisisi, eksplorasi, dan pengembangan,
beberapa
dengan
syarat
tertentu.
Perusahaan
sering
ditangani.
Hak apresiasi saham ( Stock Appreciation Rights-SAR ) merupakan hak
atas sejumlah tertentu saham yang diberikan kepada karyawan. Pemberian
SAR didasarkan atas kenaikan nilai pasar saham perusahaan sejak tanggal
pemberian dan dapat diberikan dalam bentuk tunai, saham, atau kombinasi
keduanya. Berdasarkan rencana ini, perusahaan mencatat beban kompensasi
pada akhir setiap periode. Beban dihitung sebagai selisih antara harga pasar
saham yang diberikan dengan harga opsi pada tanggal pemberian. Akuntansi
memberikan satu metode untuk mengalokasikan beban sepanjang periode
pemberian jasa-perubahan harga pasar dari periode ke periode akan
tercermin sebagai penyesuaian beban kompensasi.
manfaat pengurangan pajak yang nilainya sebesar jumlah penghasilan yang diakui
oleh karyawan.
Biaya Ekonomi dan Manfaat ESO
Manfaat utama ESO adalah potensi kenaikan nilai perusahaan yang berasal dari
dampak insentif terhadap perilaku karyawan. ESO bertujuan menyamakan insentif
karyawan dan perusahaan dengan memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk ikut berpartisipasi dalam penciptaan kekayaan pemegang saham.
ESO merupakan faktor populer dan kuat untuk menarik karyawan berbakat. ESO
mungkin juga meningkatkan kecenderungan risiko manajer. ESO dapat
memotivasi manajer untuk mencoba proyek yang lebih berisiko karena manajer
dapat memperoleh bagian dari kenaikan potensi keuntungan, sekaligus
mendapatkan manfaat perlindungan terhadap penurunan seperti yang ditawarkan
opsi saham. Oleh karena itu, ESO sering kali diberikan kepada para manajer di
industri yang membutuhkan inovasi dan sedang berkembang untuk mendorong
risiko lebih banyak pengambilan risiko.
Biaya opsi saham karyawan terletak pada potensi dampak pencairannya. Ketika
eksekusi, ESO memindahkan kekayaan dari pemegang saham kepada karyawan
dengan mencairkan kepemilikan pemegang saham sekarang dalam perusahaan.
Namun, apakah perusahaan menanggung biaya ketika harga eksekusi sama
dengan harga saham pada tanggal pemberian ? Menurut pendekatan nilai
instrinsik ( instrinsic value approach), tidak ada biaya bagi perusahaan.
Pendekatan ini mengukur biaya sampai sejauh apa harga eksekusi lebih rendah
dari harga saham pada tanggal pemberian. Pendekatan nilai instrinsik ini
mengabaikan dua jenis biaya yang timbul, bahkan ketika harga eksekusi sama
dengan harga saham sekarang. Pertama adalah biaya bunga yang timbul karena
ESO dapat dieksekusi pada suatu tanggal di masa depan dengan harga saham saat
ini. Kedua adalah biaya opsi (option cost), yaitu biaya pemberian opsi pada
karyawan untuk membeli (atau tidak membeli) saham perusahaan. Biaya ini
diperhitungkan dalam model penilai opsi yang menunjukkan bahwa opsi memiliki
nilai, bahkan ketika diberikan pada harga pasar yang berlaku.
Manfaat opsi saham karyawan-melalui kenaikan motivasi karyawan- akan
tercermin melalui pos yang secara tradisional, termasuk dalam laba seperti
kenaikan pendapatan atau penurunan biaya. Oleh sebab itu, mengaitkan biaya
ekonomi pemberian ESO dengan potensi manfaat yang telah tercermin dalam laba
merupakan hal yang wajar.
Akuntansi dan Pelaporan ESO
Terdapat dua masalah akuntansi utama yang berhubungan dengan ESO.
Dilusi laba per lembar saham Metode saham diperoleh kembali ( treasury stock
method ) menentukan sampai sejauh apa dilusi berdasarkan harga eksekusi dan
harga saham berlaku. ESO yang menguntungkan dianggap sebagai efek dilutif dan
mempengaruhi laba per lembar saham dilusian. ESO yang merugikan dianggap
sebagai efek antidilutif dan tidak memengaruhi laba per lembar sahan dilusian.
Beban Kompensasi. Akuntansi dan pelaporan ESO diatur oleh SFAS 123 dan
penggantinya, SFAS 123(R). SFAS 123(R) mewajibkan perusahaan mengakui
biaya amortisasi pemberian ESO dalam laba sebagai beban kompensasi berbasis
saham. Lebih spesifik lagi, SFAS 123(R) mewajibkan perusahaan menghitung
nilai pemberian ESO dan mengamortisasi jumlah tersebut sepanjang perkiraan
periode eksekusi, biasanya periode berlaku opsi tersebut. Nilai pemberian ESO
dihitung dengan mengalikan jumlah opsi yang diberikan dengan nilai wajar setiap
opsi pada tanggal pemberian.
Faktor
Jika suatu obligasi menawarkan coupon rate sebesar 18% dibayarkan setiaptahun
dengan nili nominal Rp. 1.000.000 dan berjangka waktu 5 tahun maka bagi bagi
pembeli obligasi tersebut akan menerima Rp.180.000 setiap tahun mulai dari
tahun pertama sampai dengan tahun kelima. Pada tahun kelima pemilik obligasi
akan menerima bunga dan memperoleh pelunasan sebesar Rp. 1.000.000.
b
yang
memberikan
hak
kepada
pemegangnya
untuk
Pengkapitalisasian
dimulai
dari
pengeluaran
pertama
yang
berhubungan dengan aktiva, kapitalisasi ini akan terus berlanjut dan terus
digunakan.
b. Periode kapitalisasi
Periode kapitalisasi adalah periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi yang
dimulai apabila terjadi kondisi pengeluaran untuk aktiva telah dikeluarkan,
aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat digunakan
sedang berjalan dan biaya bunga telah terjadi.
1 maret
1 Mei
31 Desember
Total
$210.000
$300.000
$540.000
$450.000
$1.500.000
Konstruksi telah selesai dilakukan dan bangunan siap untuk digunakan, pada
tanggal 31 Desember 2012 maka PT DUTA INDAH memiliki hutang yang
beredar sebagai berikut:
Hutang konstruksi khusus
1.
Hutang lainnya
2. Wesel bayar 5 tahun. Bunga 10% tertanggal 31 Desember 2008 dan bunga
dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember senilai 550.000.
3. obligasi 10 tahun, bunga 12 %, dikeluarkan pertanggal 31 Desember 2007
dan bunga dibayar secara tahunan setiap tanggal 31 Desember senilai
$600.000.
Penyelesaian:
Akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang selama tahun 2012 adalah sebagai
berikut:
Pengeluaran
periode kapitalisasi
Akumulasi pengeluaran
Tanggal
jumlah
tahun berjalan
rata2
1 Januari
$210.000
12/12
$210.000
2 Maret
$300.000
10/12
$250.000
1 Mei
$540.000
8/12
$360.000
31 Desember
$450.000
Total
$1500.000
tertimbang
$ 820.000
konversi dan menggunakan tingkat bunga obligasi sebagai ukuran bunga akan
mengabaikan biaya bunga sesungguhnya.
Sedikit berlawanan dengan pendapat ini adalah perhitungan laba per
saham dilusian menggunakan jumlah saham yang dapat diterbitkan pada kondisi
terjadi konversi atas utang yang dapat dikonversi. Efek ini memberikan beban
tambahan pada tingkat bunga melalui dilusi laba perlembar saham.
Akuntansi kapitalisasi bunga juga masih diperdebatkan. Beberapa analis
berpendapat bahwa bunga mencerminkan biaya periode dan tidak perlu
dikapitalisasi. Apapun pandangan orang,
pajak
Pendapatan
1. Penerimaan
penghasilan
pencatatan di muka
2. Pendapatan sewa diterima di
dalam GAAP
2. Metode ekuitas dari akuntansi
muka
3. Kontrak jasa dibayar di muka
4. Royalti yang diterima di muka
1. Beban/kewajiban
garansi
produk
2. Tunjangan pensiun
Pengeluaran
1. Penyusutan
investasi
Pengeluaran
yang
dipercepat
utnuk pajak
2. Kapitalisasi biaya tertentu
3. Penyisihan
piutang
tidak
tertagih
4. Penurunan nilai aset persediaan,
properti, pabrik, dan peralatan
5. Beban restrukturisasi
6. Beban sewa modal
7. Rugi pajak dibawa kedepan
Perbedaan Tetap
1. Pendapatan bunga dari obligasi bebas pajak yang tidak diakui oleh peraturan pajak
2. Kredit pajak
3. Pajak atas laba yang belum diterima dari anak perusahaan di luar negeri
4. Pengurangan dividen ESOP
5. Laba luar negeri yang dikenakan pajak dengan tarif pajak yang berbeda dari tarif
pajak wajib AS
CONTOH KASUS
Berikut ini adalah perhitungan besarnya pajak penghasilan yang terutang dan
pajak yang lebih dibayar (PPh pasal 29) oleh PT. Excelcomindo Pratama Tbk
untuk saldo buku yang berakhir 31 Desember 2008
83.733.000.000
3.193.050.000
21.270.000.000
Kas
83.733.000.000
Pendapatan Sewa
24.463.050.000
173.247.353.900
Piutang PPh 25
83.733.000.000
3.193.050.000
21.270.000.000
Kas/PPh Pasal 29
65.051.303.900
65.051.303.900
65.051.303.900
Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk menghitung dan melaporkan dalam
SPT PPh Tahun yang bersangkutan mengenai jumlah PPh pasal 25 tahun
berikutnya diangsur setiap bulan, yaitu dengan cara pajak penghasilan yang
terutang menurut SPT PPh Tahun yang bersangkutan dikurangi dengan PPh yang
dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar dan terhutang diluar negeri yang
boleh dikreditkan kemudian dibagi 12 (dua belas) bulan. Perhitungan Pajak yang
harus diangsur (PPh pasal 25) PT. Excelcomindo Pratama Tbk adalah sebagai
berikut :
Pajak tangguhan
Perbedaan temporer dapat menyebabkan laba kena pajak sangat jauh berbeda dari
laba sebelum pajak yang dihitung berdasarkan GAAP. Oleh sebab itu,
pembebanan kewajiban pajak aktual (yang dihitung menggunakan laba kena
pajak) terhadap laba GAAP sebelum pajak melanggar prinsip dasar pengaitan
akuntansi dan menghasilkan laba setelah pajak yang tidak stabil, bahkan tidak
berarti. Untuk menghindari masalah ini, akuntan menggunakan alokasi
antarperiode yang dikenal sebagai penyesuaian pajak tangguhan (defered tax
adjusments). Dasar penyesuaian pajak tangguhan adalah untuk dapat mengaitkan
beban pajak periode dengan laba sebelum pajak yang dilaporkan menurut GAAP
secara lebih baik. Dalam prosesnya, akuntansi pajak tangguhan menciptakan pos
neraca yang penting yang disebut aset pajak tangguhan (defered tax assets) atau
kewajiban pajak tangguhan (defered tax liabilities).
Arti Kewajiban (Aset) Pajak Tangguhan
Kita mencatat kewajiban (atau pajak) tangguhan timbul sebagai kompensasi dari
dampak penangguhan pada laba, dan laba ditahan secara tidak langsung. Akan
tetapi, apakah arti aset atau kewajiban seperti ini? Seperti semua penangguhan
lainnya, mereka bukanlah aset atau kewajiban dalam arti yang sebenarnya.
Misalnya, kewajiban pajak tangguhan tidak menimbulkan kewajiban bagi usaha
untuk membayar pajak, sama halnya seperti aset pajak tangguhan yang tidak
memberikan hak apa pun untuk mengklaim pajak. Apa yang ditunjukkan oleh
kewajiban aset (pajak) tangguhan adalah pembayaran pajak aktual akan secara
proporsional lebih tinggi (atau lebih rendah) di masa depan karena pembayaran
pajak secara proporsional lebih rendah (atau lebih tinggi) di masa lalu. Umumnya,
kewajiban atau aset pajak tanguuhan menunjukkan :
1. Kewajiban pajak tangguhan : laba GAAP lebih tinggi daripada laba kena
pajak dimasa lalu, pembayaran pajak di masa lalu relatif (dilihat sebagai
persentase dari laba GAAP) lebih rendah sehingga pembayaran pajak di
masa depan diperkirakan akan relatif (dilihat sebagai persentase dari laba
GAAP) lebih tinggi.
2. Aset pajak tangguhan : laba GAAP lebih rendah daripada laba kena pajak
di masa lalu, pembayaran pajak di masa lalu relatif (dilihat sebagai
persentase dari laba GAAP) lebih tinggi sehingga pembayaran pajak di
masa depan diperkirakan akan relatif (dilihat sebagai persentase dari laba
GAAP) lebih rendah.
Akuntansi Pajak Tangguhan
Akuntansi pajak tangguhan diatur oleh SFAS 109. Meskipun tujuan akuntansi
pajak tangguhan adalah mengaitkan bebban pajak dengan laba GAAP sebelum
pajak, akuntansi aset pajak tangguhan mengambil pendekatan aset kewajiban.
Artinya, pendekatan ini akan menaruh perhatian pada perhitungan pos neraca,
aset, dan kewajiban pajak tangguhan. Beban (atau cadangan) pajak penghasilan
tidak dihitung secara langsung, melainkan dihitung dari selisih antara perubahan
aset dan kewajiba pajak tangguhan dengan utang pajak.
Pajak tangguhan dihitung secara terpisah untuk setiap komponen pembayaran
pajak (tiap entitas atau kelompok entitas yang dikonsolidasi untuk tujuan
perpajakan) dalam setiap jurisdiksi pajak. Perhitungan termasuk perhitungan total
kewajiban (aset) pajak tangguhan untuk setiap perbedaan temporer kena pajak
(dan jiak ada, rugi operasi dibawa ke masa depan) menggunakan tarif pajak yang
berlaku.
2.7.2 Analisis Pajak Penghasilan
Penyesuaian Laporan Keuangan
Kita telah membahas aset (atau kewajiban) pajak tangguhan bukanlah aset (atau
kewajiban) sebenarnya dalam artian mereka tidak memberikan manfaat masa
depan atau menimbulkan kewajiban masa depan apapun kepada perusahaan. Oleh
sebab itu, analisis mengeluarkan pos ini dari neraca ketika melakukan analisis
rasio. Misalnya, penilai peringkat kredit seperti moodys merekomendasikan
untuk mengeluarkan aset atau kewajiban pajak tangguhan atauketika menghitung
rasio solvabilitas atau likuiditas seperti rasio ulang terhadap ekuitas atau rasio
lancar. Untuk mengeluarkan kewajiban (aset) pajak tangguhan dari neraca, kita
perlu menghilangkannya di manapun mereka diklasifikasikan dan penyesuaian
jumlah bersih pada ekuitas. Misalnya, dalam neraca Dell tanggal 28 Januari 2005,
kita perlu megurangi aset lancar (tidak lancar) sebesar $425 juta ($6 juta) dan
sekaligus menurunkan ekuitas pemegang saham (khususnya laba ditahan) sebesar
$431 juta.
Menghitung Nilai Sekarang Aset dan Kewajiban Pajak Tangguhan
Aset (kewajiban) pajak tangguhan mencerminkan potensi arus kas masa depan
yang timbul dari pembalikan perbedaan temporer. Namun, pembalikan ini, dapat
terjadi bebrapa tahun kemudian, dimana nilai sekarang dampak arus kas akan jauh
lebih kecil daripada yang tercatat pada neraca. Oleh karena itu, beberapa analisis
merekomendasikan aset atau kewajiban ini dihitung nilai sekarangnya.
Meramalkan Arus Kas dan Laba Masa Depan
Perbedaan temporer (diukur oleh aset atau kewajiban pajak tangguhan) berguna
dalam peramalan arus kas (tetapi tidak dalam peramalan laba). Adanya kewajiban
(aset) pajak tangguhan dalm jumlah besar menunjukkan pembayaran pajak
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Makalah ini terpusat pada analisi aktivitas operasi dan laba. Didalam makalah ini
telah dibahas mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. membahas konsep dan pengukuran laba serta perbedaannya dengan arus
kas.
DAFTAR PUSTAKA
John J. Wild, K.R Subramanyam, Robert F. Halsey. 2005. Analisis Lporan
Keuangan.