Menurut Penulis
Liabilitas jangka pendek adalah liabilitas perusahaan
kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo atau harus
dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu
tahun, atau dalam satu siklus operasi normal
perusahaan, biasanya dengan menggunakan aset lancar
(current assets) perusahaan.
Beberapa contoh liabilitas jangka pendek adalah sebagai berikut:
1. Utang Usaha (Accounts Payable)
Utang usaha yaitu kewajiban kepada pihak ketiga yang berasal dari
pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam
waktu kurang atau sama dengan satu tahun.
2. Pinjaman dari Bank (Short Term Loan)
Pinjaman dari bank yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank dan
didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam
bentuk kredit modal kerja (working capital loan) ataupun kredit
rekening koran (overdraft facility).
Kredit modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan
rutinnya seperti membeli bahan baku, barang dagangan dan lain-
lain.
Bunga kredit modal kerja dihitung dari jumlah kredit yang diberikan
bank (plafon kredit). Kredit rekening koran juga diperlukan untuk
membiayai kegiatan rutin perusahaan, tetapi bunganya dihitung dari
saldo kredit yang digunakan bukan dari plafon kredit.
3. Bagian dari Kredit Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam
Waktu Kurang atau Sama dengan Satu Tahun (Current Portion
of Long Term Loan)
Per tanggal laporan posisi keuangan, bagian dari liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang harus
direklasifikasi dari liabilitas jangka panjang ke liabilitas jangka
pendek.
4. Utang Pajak (Taxes Payable)
Utang pajak yaitu kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi
dalam periode berikutnya, misalnya utang PPh 21 (pajak
penghasilan atas gaji, upah, honorarium), PPh 25 (pajak
penghasilan badan), PPN (pajak pertambahan nilai), dan lain-lain.
5. Biaya yang Masih Harus Dibayar (Accrued Expenses)
Biaya yang masih harus dibayar yaitu biaya yang sudah terjadi dan
menjadi beban periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi
dalam periode berikutnya. Misalnya biaya gaji, biaya listrik, telepon,
air, dan lain-lain. Perlu diingat bahwa dalam pencatatan
akuntansinya perusahaan harus menggunakan accrual basis, bukan
cash basis.
6. Voucher Payable (dalam hal digunakan voucher
system)
7. Utang Dividen (Dividend Payable)
8. Pendapatan yang Diterima di Muka (Unearned
Revenue)
9. Uang Muka Penjualan
10. Utang Pemegang Saham
11. Utang Leasing (Kewajiban Sewa) yang Jatuh Tempo
Satu Tahun yang Akan Datang
12. Utang Bunga
13. Utang Perusahaan Afiliasi (Utang dalam Rangka
Hubungan Khusus)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memeriksa liabilitas
jangka pendek, adalah sebagai berikut.
1. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat liabilitasnya lebih
rendah dari yang sebenarnya (understatement of liabilities) dengan
tujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari jumlah yang
sebenarnya.
Misalnya dengan tidak mencatat sebagian biaya dan pembelian
barang dagangan/bahan baku yang belum dibayar.
Untuk itu auditor harus melakukan prosedur yang disebut
“searching of unrecorded liabilities”, dengan cara memeriksa
pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
2. Perbedaan antara accounts payable dan accrued expenses.
Accounts payable angkanya lebih pasti karena perusahaan
mencatat kewajibannya berdasarkan invoice yang diterimanya dari
supplier.
Accrued expenses angkanya didasarkan pada estimasi, sehingga
jumlahnya kurang pasti dibandingkan accounts payable.
TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES)
LIABILITAS JANGKA PENDEK