PERTEMUAN 7
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENGANGGARAN PADA PEMERINTAH
INDONESIA
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa mampu menyimpulkan sejarah dan
perkembangan penganggaran pada Pemerintah Indonesia.
B. URAIAN MATERI
g. Indikator kinerja pemda tidak hanya menckup tiga hal sebagaimana pada
masa prareformasi, melainkan juga mencakup standar pelayanan yang
diminta.
h. Dengan munculnya PP Nomor 105 Tahun 2000, terjadi perubahan mendasar
dalam pengelolaan anggaran serta Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang
menuntut akan transparansi dan akuntabilitas yang lebih luas dalam
pengelolaan anggaran, sehingga terjadinya pergeseran
i. Perubahan pada sistem pencatatan yaitu dengan dilksanakannya “akuntansi”
pada pengelolaan keuangan daerah serta bukan “pembukuan” sama dengan
diterapkan semasa periode prareformasi. Akuntansi mempunya peran
mendesak dalam pengelolaan keuangan daerah dibandingkan sebelum
reformasi lebih mementingkan kegiatan perbendaharaan, yaitu kegiatan
administrasi penerimaan dan pengeluaran.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, keuangan daerah mengisyaratkan agar
pelaporan keuangan daerah agar lebih informatif.
pada PP No. 71 Tahun 2010 ialah rencana di masa depan untuk entitas
pemerintah (baik pusat ataupun daerah).
yang sekalian jadi permasalahan yang dituju saat ini, adalah meliputi :
a. Dorongan SDM pengelola keuangan yang handal serta kompeten
b. Dorongan oleh auditor laporan keuangan, sebab pergantian basis akuntansi
hendak mengganti metode pengecekan yang dicoba oleh pemeriksa
c. Tersedianya sistem teknologi informasi yang sanggup memenuhi syarat-
syarat dalam pelaksanaan berbasis akuntansi akrual
d. Terdapatnya sistem anggaran akrual, sebab bila anggaran pemasukan,
belanja serta pembiayaan tersebut masih berbasis kas sementara itu
pelaksaannya berbasis akrual, maka anggaran serta pelaksaannya tidak bisa
membandingkannya
e. Pengambil keputusan pemerintah daerah memili tanggung jawab serta
dorongan politik, karena penerapan akuntansi akrual membutuhkan banyak
dana juga memakan waktu yang lama, terutama lebih lama dari masa jabatan
kepala daerah dan anggaota DPRD.
Pada poin (d) dinyatakan bahwa persyaratan buat mempraktikkan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual merupakan dilaksanakannya pula
penganggaran berbasis akrual. Penganggaran berbasis akrual artinya diakui
serta dicatat anggaran serta realisasi pemasukan, belanja, serta pembiayaan
pada dikala peristiwa, ataupun keadaan area mempengaruhi pada keuangan
pemerintah daerah, setiap kali kas atau setara kas diterima atau dikonfirmasi,
tidak mencermati pada dikala kas ataupun setara kas didapat ataupun
dikeluarkan. Pastinya, persyaratan tersebut ialah persyaratan yang sulit
(Ritonga, 2010). Selain pembahasan konsep dan aplikasinya terlalu sulit dalam
area pemerintahan, pula dibutuhkan dorongan SDM dalam jumla yang tidak
sedikit yang betul-betul berkompeten serta ahli (memahami) dalam pengelolaan
keuangan pemerintahan. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah daerah segera
memperbanyak merekrut akuntan yang berkompeten.
PP No 71 Tahun 2010 cuma mengendalikan standar akuntansi pemerintah
berbasis akrual buat penataan laporan keuangan, namun guna melaksanakan
anggarannya masih memakai basis kas. Fakta ini menampilkan sesungguhnya
PP No 71 Tahun 2010 belum sepenuhnya mempraktikkan sistem akuntansi
pemerintah berbasis akrual secara utuh sebab masih memakai basis kas guna
akuntansi anggaran. Walaupun keadaan sebagaimana pada poin (d) tetap
belum terpenuhi, namun masalah komparabilitas atau keterbandingan antara
anggaran dan realisasinya dapat disiasati dengan tetap memberlakukan basis
C. LATIHAN SOAL
1. Bagaimana sistem penganggaran era reformasi?
2. Bagaimana sistem penganggaran era Pasca-Reformasi (Periode 1999-2004)?
3. Bagaimana system penganggaran di era pasca reformasi (2004-sekarang)?
4. Apa tugas berat sektor publik dalam hal penganggaran di era mendatang?
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta,
Salemba Empat.