Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 9 :

ALEX SANDRA 1702121964


FAHRUL NIZAM 1702121900
MILNA DWI JULIA 1702121962

UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PEKANBARU
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nyakami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akuntansi
Keuangan Sektor Publik : Teori, Standar, Teknik atau Prosedur (Perbandingan PP Nomor 24
Tahun 2005 dan PP Nomor 71 Tahun 2010” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik. Dalam proses penyusunannya
tidak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak.

Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.Meski demikian, kami menyadari masih banyak sekali kekurangan
dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.
Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat
umumnya, dan untuk kami sendiri khususnya.

Pekanbaru, 08 September 2019

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................4
2.1 Memahami arti penting PSAP Nomor 01 pada SAP berbasis
kas menuju akrual dan SAP berbasis akrual.................................................4
2.2 Pokok-Pokok bahasan,perbandingan ,dan tinjauan kritis PSAP Nomor
01 Antara SAP berbasis kas menuju akrual dan SAP berbasis akrual..........5
2.3 Arti penting PSAP nomor 01.........................................................................11
2.4 Tinjauan atas PSAP yang terkait dengan laporan realisasi anggaran,
Laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan....................................11
2.5 Tinjauan atas PSAP nomor 02: laporan realisasi anggaran berbasis kas ......12
2.6 Tinjauan atas PSAP nomor 03: laporan arus kas...........................................17
2.7 Tinjauan atas PSAP nomor 04: catatan atas laporan keuangan.....................21
2.8 Tinjauan atas PSAP terkait dengan Akuntansi aset tetap dan Akuntansi
Investasi........................................................................................................22
2.9 Akuntansi aset tetap.......................................................................................22
2.10 Tinjauan akuntansi aset tetap.......................................................................24
2.11 Akuntansi investasi......................................................................................24
2.12 Tinjauan akuntansi investasi........................................................................27

BAB III PENUTUP...............................................................................................................32


3.1 Kesimpulan....................................................................................................32
3.2 Saran...............................................................................................................33
Daftar Pustaka........................................................................................................................34

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasca revormasi tahuin 1998, tuntutan adanya pemerintah efektif yang tercermin dalam
tata kelola pemerintah yang baik terus tergulir. Berbagai penyakit birokrasi terutrama terkait
korupsi, kolusi dan nepotisme di harapkan dapat di selesaikan dengan model pemerintahan yang
efektif tersebut. Di keluarkannya UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Uuno
25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah merupakan wujut
keseriusan pemerintah untuk memperbaiki tata kelola pemerintah yang sentralistis menuju
tatanan pemerintah yang terdesentralisasi serja manajemen keuangan yang baik.
Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana publik terus di gelakkan seiring di
keluarnya PP nomor 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah dan PP nomor 108 tahun 2000 tentang pertanggungjawaban kepala daerah.selamjutnya
PP nomor 105 tahun 2000, departemen dalam negri mengeluarkan kemendegri nomor 29 tahun
2002 yang merupakan petunjuk teknis dalam pelaksanaan PP nomor 105 tahun 2000.
Tujuan dari realisasi atau perhitungan anggaran adalah mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah yang memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan (Astori,2010).
Laporan Realisasi Anggaran(LRA) adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaiaan sumber daya ekonomi yang di kelola oleh pemerintah (pusat ataupun daerah) yang
menggambarkan perbandingan antara realisasi dan anggaran dalam suatu priode tertentu
(Salamun,2007). Secara sederhana LRA merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara
tersending dalam priode tertentu.
Definisi pendapatan-LRA menurut SAP berbasis akrual tidak sama dengan definisi
pendapatan menurut SAP berbasis kas menuju akrual. Pendapatan adalah semua penerimaan kas
umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam priode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu di bayar kembali oleh
pemerintah.sementara pendapatan-LRA adalah semua penerimaan kas untuk daerah yang
menambah saldo anggaran lebih dalam priode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi
hak pemerintah dan tidak perlu di bayar kembali oleh pemerintah.anggaran pendapatan dalam
perda APBD di sebut estimasi pendapatan. Definisi belanja juga mengalami perubahan,sehingga
definisi belaanja adalah semua pengeluaran kas umum daerah yang mengurangi saldo anggaran
lebih dalam priode tahun anggaran bersangkutan dan tidak akan di peroleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah.anggaran belaja yang di tuangkan dalam APBD di sebut dengan
apropriasi, yaitu anggaran yang di setujui DPRD merupakan mahar yang di berikan kepada
gubenur/bupati/walikota untuk melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan yang telah di
tetapkan.
Salah satu hal paling krusial dalam pengelolaan dan pelaporan keuangan pemerintah atau
daerah adalah tidak kunjung jelasnya masalah aset. Banyak daerah yang memperoleh opini

1
disclaimer hanya karena pengelolaan asetnya buruk. Salah saru aset tak bertuan atau tak jelas
kepemilikan dan nilainya. Jika hal ini tak lekas dibenahi, lambat laun semua kekayaan negara
bisa berpindah tangan. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bidang Pencegahan
Haryono Umar kepada Majalah Akuntan Indonesia menuturkan bahwa manajemen aset negeri
ini memang sangat buruk. Hingga saat ini, katanya, belum ada data yang bisa menunjukkan dan
membuktikan seberapa banyak dan seberapa besar nilai aset yang dimiliki pemerintah. Sangat
banyak aset-aset negara, terutama yang di daerah, yang tidak jelas kepemilikannya. Terkait
dengan penataan dan pengelolaan aset, Gubernur Bengkulu, Agusrin M. Najamuddin, pun
mengakui bahwa terjadi persoalan tersendiri bagi daerah yang ingin memperbaiki LKPD, karena
memang sangat banyak aset yang setelah ditelusuri ternyata tidak jelas kepemilikannya.
Dikatakan Agusrin, ketika mulai menjabat sebagai gubernur, ditemukan banyak kepemilikan,
penguasaan, maupun penilaian. Oleh karena itulah, diakui Agusrin, provinsi yang dipimpinnya
masih mendapat opini disclaimer. (Majalah Akuntan Indonesia Edisi No. 18/Tahun III/Juli
2009).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.2.1. Jelaskan arti penting PSAP Nomor 01 Pada SAP berbasis Kas menuju Akrual dan
SAP berbasis Akrual
1.2.2. Jelaskan pokok-pokok bahasan, perbandingan, dan tinjauan kritis PSAP Nomor 01
antara SAP berbasis kas menuju akrual dan SAP berbasis akrual
1.2.3. Jelaskan Arti penting PSAP Nomor 01
1.2.4. Jelaskan tinjauan atas PSAP yang terkait dengan laporan realiusasi anggaran,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
1.2.5. Jelaskan tinjauan atas PSAP nomor 02: laporan realisasi anggaran berbasis kas
1.2.6. Jelaskan Tinjauan atas PSAP nomor 03: laporan arus kas
1.2.7. Jelaskan tinjauan atas PSAP nomor 04: catatan atas Laporan Keuangan
1.2.8. Jelaskan tinjauan atas PSAP terkait dengan Akuntansi aset tetap dan investasi
1.2.9. Jelaskan akuntansi aset tetap
1.2.10. Jelaskan tinjaun akuntansi aset tetap
1.2.11. Jelaskan akuntansi investasi
1.2.12. Jelaskan tinjauan akuntansi investasi

2
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui arti penting PSAP nomor 01 pada SAP berbasis kas menuju akrual
dan SAP berbasis akrual
1.3.2 Mengetahui pokok-pokok bahasan , perbandingan, dan tinjauan kritis PSAP
nomor 01 antara SAP berbasis kas menuju akrual dan SAP berbasis akrual
1.3.3 Mengetahui arti penting SAP Nomor 01
1.3.4 Mengetahui tinjauan atas PSAP yang terkait dengan laporan realisasi anggaran,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
1.3.5 Mengetahui tinjauan atas PSAP nomor 02 : laporan realisasi anggaran berbasis
kas
1.3.6 Mengetahui tinjauan atas PSAP nomor 03: laporan arus kas
1.3.7 Mengetahui tinjauan atas PSAP nomor 04: catatan atas laporan keuangan
1.3.8 Mengetahui tinjauan atas PSAP terkait dengan akuntansi aset tetap dan investasi
1.3.9 Mengetahui akuntansi aset tetap
1.3.10 Mengetahui tinjauan akuntansi aset tetap
1.3.11 Mengetahui akuntansi investasi
1.3.12 Mengetahui tinjauan akuntansi investasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MEMAHAMI ARTI PENTING PSAP NOMOR 01 PADA SAP BERBASIS KAS
MENUJU AKRUAL DAN SAP BERBASIS AKRUAL
Pasca revormasi tahuin 1998, tuntutan adanya pemerintah efektif yang tercermin dalam
tata kelola pemerintah yang baik terus tergulir. Berbagai penyakit birokrasi terutrama terkait
korupsi, kolusi dan nepotisme di harapkan dapat di selesaikan dengan model pemerintahan yang
efektif tersebut. Di keluarkannya UU no 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Uuno
25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah merupakan wujut
keseriusan pemerintah untuk memperbaiki tata kelola pemerintah yang sentralistis menuju
tatanan pemerintah yang terdesentralisasi serja manajemen keuangan yang baik.
Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana publik terus di gelakkan seiring di
keluarnya PP nomor 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah dan PP nomor 108 tahun 2000 tentang pertanggungjawaban kepala daerah.selamjutnya
PP nomor 105 tahun 2000, departemen dalam negri mengeluarkan kemendegri nomor 29 tahun
2002 yang merupakan petunjuk teknis dalam pelaksanaan PP nomor 105 tahun 2000.
Keseriusan pemerintah dalam mewujudkan good gonernance di tunjukkan kembali
dengan di keluarkan kembali UU nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, UU nomor 1
tahun 2004 tentang perbendaharaan, serta UU nomor 14 tahun 2004 tentang pemeriksaan dan
pengelolaan tanggung jawab negara.
Berdasarkan penjelasan UU Nomor 17 tahub 2003, asas pengelolaan keuangan negara
antara lain:
1. Akuntabilitas
2. Profesionalitas
3. Propersionalitas
4. Pembukaan pengelolaan keuangan negara
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Dengan demikian meningkatnya peran daerah dalam pengelolaan keuangan, tuntutan
untuk lebih mempertanggungjawabkan pengelolaan tersebut secara horizontal dan vertikal
semakin tinggi. Akuntabilitas kinerja terwujud dalam bentuk laporan keuangan yang di laporkan
secara priodik sebagai bahan reverensi bagi masarakat untuk menilai kinerja pemerintah.
Dalam hal ini , kesadaran untuk melakukanperbaikan tersebut membawa angin segar bagi
para akuntan, dimana peran akuntansi sektor publik semakin signifikan dalam peroses
penyusunan anggaran ,pelaksanaan anggaran dan pertannggungjawaban atas anggaran.signifikan
peran akuntan sektor publik dengan di keluarkannya PP nomor 71 tahun 2010 mengatur SAP
berbasis akrual. Peraturan pemerintah tersebut menjadi dasaar hukum dalam menyusun laporan

4
keuangan baik untuk pemerintah pusat maupun daerah, setandar tersebut akan menjadi tools bagi
pemerintah dan masyarakat untuk memperbandingkan dan mengukur laporan keuangan
pemerintah.
Standar akuntansi pemerintah ( SAP) di susun oleh komite standar akuntansi pemerintah
(KSAP), yang terdiri atas komite konsultatif SAP dan komite kerja SAP. Unsur yang membentuk
KSAP adalah kementrian keuangan, kementrian dalam negri,dan dari unsur ikatan akuntan
indonesia (IAI).

2.2 POKOK-POKOK BAHASAN , PERBANDINGAN, DAN TINJAUAN KRITIS


PSAP NOMOR 01 ANTARA SAP BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL DENGAN
SAP BERBASIS AKRUAL
 Tujuan pernyartaan, ruang lingkup, dan basis akrual
Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan
laporan keuangan baik terhadap anggaran antar priode maupun antar entitas . menurut PP
nomor 24 tahun 2005, lap[oran keuangan untuk tujuan umum adalah laporann keuangan yang di
tujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar penggunaan laporan. Sementara
pada PP nomor 71 tahun 2010, laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang di
tujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk
lembaga legislatif sebagaimana di tetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan. Penambahan kalimat di atas merupakan penekanan bahwa laporan keuangan sebagai
laporan pertanggungjawaban presiden/gubernur/ bupati/walikota atas pelaksanaan APBN/APBD,
sebagaimana yang tertuang dalam pasal 30 dan 31 UU Nomor 17 tahun 2003, dan pasal 55 dan
56 UU Nomor 1 tahun 2004.
Dalam ruang lingkup paragraf 2 PP nomor 71 tahun 2010 menyatakan:
“laporan keuangan untuk tujuan umum di susun dan di sajikan dengn basis akrual”.
Serta, dalam basis akuntansi paragraf 5:
“basis akuntansi yang di gunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis
akrual”.
Hal ini menegaskan bahwa laporan keuangan pemerintah disusun berdasarkan basis
akrual. Namun, pernyataan lainnya menunjukkan bahwa maksud dan makna yang berbeda,
seperti:
“akuntansi berbasis akrual adalahb SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,
hutang. Dan ekuitas dalam pelapran finansial berbasis akrual,serta mengakui
pendapatan belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggran
berdasarkan basis yang di tetapkan dalam APBN/APBD”.(pasal 1 ayat 8)

5
“basis akuntansi yang di gunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis
akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO(laporan operasional).beban, aset, kewajiban,
dan ekuitas…”(kerangka konseptual;(KK) paragraf 42).”dalam hal anggaran di susun
dan dilaksanakan berdasarkan basis kas, maka LRA di susun berdasarkan basis kas…
namun demikian, bilamana anggaran di susun dan dilaksanakan berdasarkan basis
akrual, maka LRA di susun berdasarkan basis akrual”.(KK SAP berbsasis akrual
paragraf 44)
“PSAP Nomor 02 laporan realisasi berbasis kas” dan tidak ada PSAP yang mengatur
laporan realisasi anggaran berbasis akrual.
Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan adanya perbedaan, dan bahkan pertentangan
atau konflik antar standar terkait basis akuntan yang di gunakan. Apabila di cermati SAP
berbasis aktual menurut PP nomor 71 tahun 2010 tidak menganut basis akuntansi akrual secara
penuh, melainkan basis akuntansi modifikasian, yaitu basis akrual modifikasian. Dalam hal ini
KSAP, selaku komite yang di tugasi undang-undang untuk menyusun SAP, memberi penjelasan
dalam lampiran III PP Nomor 71 tahun 2010, sebagai berikut.
“pasal 12 dan pasal 13 UU Nomor 1 tahun 2004, sebagaimana di acu dalam pasal 70
ayat(2), mengatur bahwa pengakuan pendapartan dan belanja pada APBN/APBD
menggunakan basis akrual. Di lain pihak, praktik penganggaran dan pelaporan
pelaksanaannya pada sebagian besar negara, termasuk indonesia menggunakan basis
kas. Untuk itu KSAP menyususn SAP berbasis akrual mencakup PSAP berbasis kas untuk
pelaporan pelaksanaan anggaran (budgetery reprt), sebagaimana di cantumkan pada
PSAP 2, dan PSAP berbais akrual untuk pelaporan finansial, yang pada PSAP 12
memfasilitasi pencatatan pendapatan dan beban berbasis akrual.”(lampiran III nomor 17
PP 71/2010).
Murlia dalam Halim (2007) mengungkapkan kelemahan utama sistim basis kas, yaitu
tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhmya karna tidak dapat mengukur efisiensi dan
efektifitas suatu kegiatan, program atau aktifitas yang baik.penggunaan basis akrual pada
akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah untuk menentukan cost of service dan charging for
service, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang di butuhkan untuk menghasilkan pelayanan
publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian acrual basis pada sektor swasta yang
tujuannya adalah untuk mengetahui perbandingan besarnya biaya terhadap pendapatan.
Perbedaan ini lebih di sebabkan sektor swasta mengutamakan mencari laba sedangkan sektor
pemerintahan mengutamakan pelayanan publik.

 Tujuan Laporan Keuangan


Paragraf 9 PSAP nomor 011 menurut tujuan laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan
pada paragraf tersebut, terdiri atas tujuan umum dan tujuan spesifik, tujuan umum menurut SAP
berbasis kas menuju akrual, adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi
anggran arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para

6
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Sementara, menurut SAP berbasis akrual, tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggran, saldo anggran lebih, arus kas, hasil
operasi, dan perubahan ekuitas suatu etnis pelaporan yang bermanfaat bagi pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasian sumber daya.
Sedangkan tujuan spesifik laporan keuangan adalah pelaporan keuangan pemerintah
adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang di percayakan kepadanya,
dengan:
1) Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,kewajiban, dan ekuitas
pemerintah
2) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban
dan ekuitas pemerintah
3) Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi
4) Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggrannya
5) Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya
6) Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintahuntuk membiayai penyelenggraan
kegiatan pemerintah
7) menyediakan invormasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan
dalam mendanai aktifitasnya.

 Tanggung Jawab Laporan Keuangan


Paragraf 13 PSAP Nomor 01 memuat tentang tanggung jawab pelapor keuangan. Dalam
hal ini, pihak yang bertanggung jawab atas laporan keuangan adalah berada pada pimpinan
entitas. Dalam akuntansi sektor publik, terdapat dua jenis entitas , yaitu entitas akuntansi dan
entitas pelaporan. Pada SAP bebasis kas menuju akrual tidak di ungkapkan pengertian entitas
akuntansi, sementara pada SAP berbasis akrual pengertian entitas akuntansi di ungkapkan pada
KK paragraf 21. Entitas akuntansi adalah unit pada pemerintah yang mengelola anggran,
kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan
atas dasar akuntansi yang telah di selenggarakan. Sedangkan entitas pelaporan adalah unit
pemerintah yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan.
 Komponen-Komponen Dalam Laporan Keuangan
Paragraf 14 pada SAP berbasis kas menuju akrual memuat komponen-komponen laporan
keuangan dimana terdapat empat komponen laporan keuangan, yaitu sebagai berikut.
1. Laporan Realisasi Anggaran

7
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Berkenaaan dengan komponen laporan keuangan, menimbulkan polemik di kalangan
akademis dan praktisi akuntansi sektor publik. Sebagian akademis menilai ada yang tidak di
masukkan dalam KSAP ke dalam komponen laporan keuangan tersebut, yaitu laporan suplus-
defisit atau laporan laba/rugi pada sektor private.
Dampak dari ketidakadanya laporan laba/rugi di dalam laporan keuangan pemerintah
akan berdampak pada beberapa hal antara lain:
1. Kecendrungan pemerintah untuk mengabaikan kinerja dalam melakukan tugas serta
laporan keuangan kehilangan inti pelaporannya
2. Penggunaan laporan keuangan tidak dapat mengevaluasi kinerja masalalu, tidak
mempunyai dasar prediksi kinerja yang akan datang, dan tidak dapat menilai resiko dan
ketidak pastian pencapaian kas yang akan datang
Kenapa laporan laba/rugi tidak ada dalam akuntansi pemerintah? Teori keagenan
menjelaskan bahwa dalam hubungan antara agen dan prinsipel pada indikasi asimetris informasi.
Dimana agen(pemerintah) selaku pihak yang di amanahkan untuk mengelola keuanmgan
memiliki akses dan informasi lebih banyak dari pada prinsipel(masyarakat). Keengganan agen
tuntuk membuka akses informasi seluas-luasnya kepada prinsipel merupakan dari bagian
perilaku oportunis agen.
Perubahan basis akuntasi yang di gunakan berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi
pada komponen laporan keuangan pemwrintah menurut SAP berbasis akkrual, sehingga
komponen-komponen yang terdapat dalam satu aset laporan keuangan terdiri atas laporan
pelaksanaan anggran (budgetry reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen
menjadi sebagai berikut.
1. Laporan Realisas Anggran (LRA)
2. Laporan Perubahan Saldo Anggran Lebih (SAL)
3. Neraca
4. Laporan operasional (LO)
5. Laporan Arus kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Pada paragraf selajutnya, dijelaskan bahwa setiap entitas laporan menyajikan komponen-
komponen laporan keuangan diatas, kecuali LAKyang hanya di sajikan oleh entitas yang hanya
mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dan laporan perubahan SAL yang hanya di sajikan
oleh BUN dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasi.

8
 Struktur dan isi
Komponen laporan keuangan terdiri atas laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan keuangan.
1. Laporan Realisasi Anggraan (LRA)
Laporan realisasi anggran adalah laporan yang menyajikan iktisar sumber, alokasi, dan
penggunaaan sumber daya ekonomi yang di kelola oleh pemerintah pusat atau daerah
dalam suatu priode laporan. LRA mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat
maupun daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. LRA sekurang-
kurangnya memuat:
 Pendapatan LRA
 Belanja
 Transfer
 Suplus/defisit LRA
 Pembiayaan
 Sisa lebih/kurang pembiayaan anggran
Adanya unsur penganggaran dalam laporan keuangan pemerintah maupun faktor yang
membedakan antara akuntansi sektor publik dan akuntansi sektor swasta.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggran Lebih (SAL)
Laporan perubahan SAL merupakan salah satu laporan yang sebelumnya tidak ada dalam
laporan keuangan pokok pemerintah menurut SAP berbasis kas menuju akrual. Itu arinya
laporan perubahan SAL baru ada dan wajib di sajikan oleh entitas pemerintah pusat dan
entitas pelaporan lainnya yang menyajikan laporan keuangan konsolidasi. Laporan
perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan priode sebelumnya pos-pos
berikut.
a. SAL awal
b. Penggunaan SAL
c. SiLPA/SiKPA tahun berjalan
d. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya
e. Lain-lain
f. SAL akhir
Bersama LRA, laporan perubahan SAL termasuk dalam pelaporan pel;aksanaan anggran
yang berbasis kas.
3. Neraca
Neraja menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca yang terdapat dalam laporan
keuangan pemerintah tidak jauh berbeda dengan neraca yang ada pada organisasi bisnis.
Unsur-unsur dalam neraca meliputi.

9
a. Aset
Slamet dalam Halim (20070 mendefinisikan aset sebagai sumber daya ekonomi
yang di kuasai dan atau di miliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan di mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan di
harapkan dapat di peroleh baik oleh pemerintah maupun masyarakat serta dapat di
ukur dalam satuan uang.
Aset di akui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan di peroleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat di ukur dengan
handal.aset di akui dan di terima oleh kepemelikannya dan/atau penguasa
berpindah.
b. Kewajiban
Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesainya mengakibatkan
aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban di akui pada saat dana
di terima atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban di catat sebesar nilai
nominal. Kewajiban dalam mata uang asing di jabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca. Kewajiban di klasifikasikan dengan kewajiban jangka
panjang dan jangka pendek.
c. Ekuitas
Kekayaan neto pemerintah merupakan selisih antara set dan kewajiban
pemerintah pada tanggal pelaporan.ekuitas tidak lagi di klasifikasikan menjadi
ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan,
sebagaimana pada SAP berbasis kas menuju akrual, saldo ekuitas di neraca
merupakan saldo akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas.
4. Laporan arus kas
Laporan arus kas di sajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Laporan aruskas adalah laporan yang menyajikan informasi melalui sumber,penggunaan ,
perubahan kas dan setara kas selama satu priode akuntansi, dan saldo kas serta kas pada
tanggal pelaporan. Laporan arus kas kerdiri dari laporan arus kas masuk dan laporan arus
kas keluar dengan klasifikasi berdasarkan:
a. Aktifitas operasi
b. Aktifitas investasi
c. Aktifitas pendanaan
d. Aktifitas transitoris
5. Laporan operasional
Sebagai konsekuensi penetapan basis akrual, maka SAP berbasis akrual mensyaratkan
bagi entitas pelaporan untuk menyajikan laporan operasional sebagai bagian dari
pelaporan finansial pada laporan keuangan pokok pemerintah. Laporan operasional
setidaknya menyajikan pos-pos:
a. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
b. Beban dari kegiatan operasional
c. Suplus/defisit dari kegiatan non-operasional,bila ada;
d. Pos luar biasa,jika ada;

10
e. Suplus/defisit-LO
Beban dapat di klasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi( seperti beban
penyusutan/amortisasi, beban alat tulis kantor, beban transportasi, dan beban gaji dan
tunjangan pegawai dan lain-lain) dan kalsifikasi fungsi/program.
6. Laporan perubahan ekuitas
LPE merupakan laporan yang baru wajib di lakukan oleh entitas pemerintah berdasarkan
SAP berbasis akrual. LPE merupakan laporan yang menghubungkan antara LO dengan
neraca, sehingga penyusunan LO, LPE, dan neraca memepunyai keterkaitan yang dapat
di pertanggungjawabkan. LPE sekuranhg-kurangnya menyajikan pos-pos:
a. Ekuitas awal
b. Suplus/defisit-LO pada priode bersangkutan
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas
d. Ekuitas akhir
7. Catatan atas Laporan Keuangn
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terperinci atau analisi atas
nilai suatu pos yang di sajikan dalam LRA, laporan perubahan SAL, neraca, laporan
operasional, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. Namun sebenarnya, catatan
atas laporan keuangn tidak bisa di katakan sebagai laporan keuangan. Kehadirannya,
sekalipun penting, hanya sebagai penjelasan atas keenam laporan keuangan tersebut.
Catatan atas laporan keuangan sekurang-kurangnya di sajikan dengan susunan sebagai
berikut.
a. Informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi.
b. Informasi tentang kebijakan fiskal atau keuangan , dan ekonomi mikro.
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang di hadapi dalam pencapaian target
d. Infornasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebiijakan-kebijakan
akuntansi yang di pilih untuk di terapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya.
e. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang di sajikan pada lembar muka
laporan keuangan
f. Informasi yang di haruskan oleh PSAP yang belum di sajikan dalam lembar muka
laporan keuangn.
g. Informasinya akan di perlukan untuk penyajian yang wajar yang tidak di sajikan
dalam lembar muka laporan keuangan.
Bagian kebijakan akuntansi pada catatan atas laporan keuangan setidak-tidaknya
menjelaskan hal-hal sebagai berikut.
a. Dasar pengukuran yang di gunakan dalam laporan keuangan
b. Sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengn
ketentuan-ketentuan masa transisi SAP diterapkan oleh suatu entitas pelaporan.
c. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang di perlukan untuk memahami laporan
keuangan.

11
 Piode pelaporan dan ketepatan waktu
Paragraf 32 PSAP nomor 01 SAP berbasis akrual ( atau paragraf 29 SAP berbasis kas
menuju akrual ) menjelaskan bahwa laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali
dalam setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dalam pelaporan
keuangan tahunan di sajikan dalam suatu priode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu
tahun , entitas pelaporan mengungkapkan informasi sebagai berikut.
1. Alasan menggunakan priode pelaporan tidak setahun.
2. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas dan catatan-
catatan terkait tidak dapat di perbandingkan.
Kompleksitas yang di hadapi oleh entitas pelaporan terutama terkait dengan kapasitas
sumber daya manusia yang di milikinya membuat entitas pelaporan menghadapi persoalan dalam
menyusun laporan keuangan sesuai dengn priode yang di tetapkan. Berkenaan UU Nomor 17
tahun 2003 mengatur waktu penyampaian laporan keuangan sebagai laporan
pertanggungjawaban APBN/APBD selambat-lambatnya 6(enam) bulan setelah berakhirnya
tahun anggaran.

 Pengungkapan-pengungkapan lainnya
Paragraf 106 menjelaskan bahwa suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut
ini apabila belum di informasikan kedalam bagian maupun dari laporan keuangan, yaitu:
1. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta yurisdiksi dimana entitas tersebut
beroperasi
2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya
3. Ketentuan perundang-undangan yang terjadi landasan kegiatan operasionalnya.

2.3 ARTI PENTING PSAP NOMOR 01


Kehadiran standar akuntansi pemerintah dirasakan begitu penting oleh semua kalangan.
Secara umum, peran akuntansi pemerintah adalah:
1. Meningkatkan kualitas dan reabilitas laporan keuangn dan laporan pemerintah;
2. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian;
3. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan antara laporan ekonomis dan keuangan;
4. Mengusahakan harmonisasiantar yuridiksi dengan menggunakan alat akuntansi sama.
Secara khusus, PSAP Nomor 01 berperan penting bagi penyusunan laporan keuangan
mengenai laporan keuangan apa saja yang seharusnya mereka buat, sebagaimana formatnya serta
sebagaimana priode pelaporannya.

12
2.4 TINJAUAN ATAS PSAP YANG TERKAIT DENGAN LAPORAN REALISASI
ANGGARAN, LAPORAN ARUS KAS, DAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Pada tanggal 17 juni 3005 pemerintah menetapkan PP nomor 24 tahun 2005 tentang
standar akuntansi pemerintahan (SAP) yang merupakan pelaksanaan dari pasal 32 ayat 2 UU
nomor 24 tahun 2003 tentang keuangan negara (Ritango,2010). Berdasarkan PP nomor 24 tahun
2005 di bagian pernyataan standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) nomor 01 tentang penyajian
laporan keuangan masyarakat bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Lima tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 22 Oktober 2010, KSAP menerbitkan SAP
berbasis akrual yang di tetapkan dengan PP nomor 71 tahun 2010, dengan adanya PP nomor 71
tahiun 2010, maka PP nomor 24 tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku lagi. Namun demikian,
SAP berbasis akrual di kembangkan untuk mengacu dari SAP berbasis kas menuju SAP berbasis
akrual, dan bagi entitas pemerintah yang telah menerapkan SAP berbasis kas menuju akrual akan
melihat kesinambungannya. Berdasasrkan SAP berbasis akrual , komponen-komponen laporan
keuangan pemerintah adalah sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
c. Neraca
d. Laporan Operasional
e. Laporan Arus Kas
f. Laporan Perubahan Ekuitas
g. Catatan atas laporan Keuangan

2.5 TINJAUAN ATAS PSAP NOMOR 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS
KAS

Tujuan dari realisasi atau perhitungan anggaran adalah mengungkapkan kegiatan


keuangan pemerintah yang memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan (Astori,2010).
Laporan Realisasi Anggaran(LRA) adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaiaan sumber daya ekonomi yang di kelola oleh pemerintah (pusat ataupun daerah) yang
menggambarkan perbandingan antara realisasi dan anggaran dalam suatu priode tertentu
(Salamun,2007). Secara sederhana LRA merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara
tersending dalam priode tertentu.
Definisi pendapatan-LRA menurut SAP berbasis akrual tidak sama dengan definisi
pendapatan menurut SAP berbasis kas menuju akrual. Pendapatan adalah semua penerimaan kas

13
umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam priode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu di bayar kembali oleh
pemerintah.sementara pendapatan-LRA adalah semua penerimaan kas untuk daerah yang
menambah saldo anggaran lebih dalam priode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi
hak pemerintah dan tidak perlu di bayar kembali oleh pemerintah.anggaran pendapatan dalam
perda APBD di sebut estimasi pendapatan. Definisi belanja juga mengalami perubahan,sehingga
definisi belaanja adalah semua pengeluaran kas umum daerah yang mengurangi saldo anggaran
lebih dalam priode tahun anggaran bersangkutan dan tidak akan di peroleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah.anggaran belaja yang di tuangkan dalam APBD di sebut dengan
apropriasi, yaitu anggaran yang di setujui DPRD merupakan mahar yang di berikan kepada
gubenur/bupati/walikota untuk melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan yang telah di
tetapkan.

 Basis aktuntansi
Anggaran pemerintah di susun dengan basis kas. Akuntansi pemerintah pada dasarnya
menerapkan akuntansi anggaran, maka basis akuntansi yang di gunakan seharusnya sama dengan
basis anggaran. Pada saat ini pemerintah indonesia menggunakan basis kas,untuk anggaran
maupun akuntansi realisasi anggarannya, apabila ada akuntansi pemerintah daerah menerapkan
basis akrual penuh dalam sistim akuntansinya, termasuk untuk pendapatan dan belanja, maka
dalam penyusuran LRA, laporan yang di hasilkan dalam basis akrual tersebut harus di
konfesikan ke LRA berbasis kas. Hal ini di atur dalam PSAP Nomor 04 tentang catatan atas
laporan keuangn, ketentuan ini tetap tidak berubah meskipun PP nomor 24 tahun 2005 telah di
ganti dengan PP nomor 71 tahun 2010.
Dengan menggunakan basis kas, pendapatan di akui pada saat di terima pada rekening
kas umum negara/kas umum daerah. Oleh karna itu , pada saat uang di terima oleh juru pungut
atau bendahara pemerintahan, jumlah tersebut belum di akui sebagaimana pendapatan daerah,
pengakuannya baru di akui setelah uang tersebut di stor ke rekening kas umum daerah.
Berdasarkan basiskas sebagaimana di atur dalam PSAP nomor 2, belanja di akui pada
saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum negara/kas umum daerah.khusus
pengeluaran mengenai bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat
pertatanggungjawaban atas pengeluaran tersebut di sahkan oleh unit yang menjalankan fungsi
perbendaharaan (SKPKB).
Dengan demikian , untuk mambayarkan langsung kepada pihak ke tiga/vendor
pengakuan belanjanya dilakukan pada saat uang di keluarkan , yaitu pada saat terbitnya surat
pemerintah pencairan dana langsung (SP2D LS).sedangkan untuk pembayaran dengan dana kas
kecil (petty cash), pada saat diterbitkannya SP2D untuk pemberian uang persediaan kepada
bendahara pengeluaran (SP2D UP) ataupun untuk menambah uang persediaan (SP2D TU) belum
di akui sebagai belanja.

14
 Akuntansi anggaran
Akuntansi anggaran di selenggarakan dari anggaran yang di sahkan, anggaran di
alokasikan, dan anggaran yang direalisasikan, pengesahan anggaran di tandai dengan terbitnya
pada APBD. Akuntansi di selenggarakan di SKPD dan di BUD. Akuntansi di SKPD
dimaksudkan untuk menghasilkan laporan realisasi anggaran, laporan operasional, laporan
operasional, laporan perubahan ekuitas, dan neraca. Akuntansi di tingkat BUD terutama di
maksudkan untuk menghasilkan laporan arus kas, serta untuk entitas pelaporan yang
penyelenggarakan laporan konsolidasi menyusun laporan perubahan saldo anggaran lebih.
Akuntansi anggaran pada perda APBD dilakukan di BUD. Pada saat perda APBD di
sahkan,bud akan mencatat estimasi pendapatan LRA dan apropriasi belaja, serta mencatat
estimasi penerimaan pembiayaan apropsiasi pengeluaran pembiayaan.
.
 Akuntansi Pendapatan-LRA
Pada umumnya pendapatan adalah penambahan ekuitas dana lancar pemerintah karena
penerimaan yang berasal dari berbagai sumber (Asrori, 2010). Sementara Ritonga (2010)
mengartikan pendapatan dalam konteks keuangan daerah sebagai semua penerimaan pada
bendahara umum daerah atau bendahara penerimaan yang menambah ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Kini definisi tersebut berubah karena pendapatan
(LRA) tidak lagi menambah ekuitas dana lancar melainkan menambah saat kas diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pembukuan pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan
asas bruto, yaitu membukukan penerimaan bruto, dan tidak diperbolehkan mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran) (Asrori, 2010). Asas bruto dapat
dikecualikan apabila besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bersifat variabel terhadap
pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum
selesai. Kini, tidak salo anggaran lebih. Pendapatan diakui pada aset tetap, perlu lagi ada jurnal
pendamping (korolari) untuk mengakui pendapatan berupa Apabila terdapat pengembalian
karena transaksi tersebut diakui melalui pendapatan-LO yang berbasis akrual.
Apabila terdapat pengembalian pendapatan maka harus dianalisis terlebih dahulu sifat
pengembalian tersebut. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak
berulang (non-recurring) penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LRA pada periode yang sama. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak
berulang (non-recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode yang sama.
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya
koreksi dan pengembalian tersebut.
SAP Berbasis Akrual membedakan laporan keuangan menjadi dua pelaporan dengan
memerapkan basis akuntansi yang herbeda, yaitu pelaporan pelakanaan anggaran menggunakan

15
bass kas termasuk di dalamnya LRA dan Laporan Perubahan SAL dan pelaporan finansial
menggunakan basis akrual termasuk di dalamnya Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus
Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Hal ini yang menyebabkan pembedaan antara pendaparan-
LRA dengan pendapatan-LO, dan belanja (LRA) dengan beban (LO) Pembedaan dan penerapan
dua basis akuntansi, kas dan akrual, menurut pendapat penulis, akan menimbulkan masalah dan
kebingungan bagi pengguna SAP unruk mencatat transaksi ke dalam jurnal. Untuk lebih
jelasnya, akan dilustrasikan dalam contoh berikut
a. Transaksi I: pada tanggal 2 Februari 2011, DPPKAD mengirimkan Surat Ketetapan Pak
Daerah (SKP-D) kepada CV Kayyisul'ilmi untuk pajak reklame sebesar Rp2.000.00 CV
Kayyisulilmi baru membayar pajak reklame tersebut pada tanggal 15 Februari 2011
melalui rekening kas umum dacrah. Bagaimana jurnalnya?
2/2 2011-Plutang CV Kayisulm 2.000.000
Pendapatan-LO-pajak reklame 2.000.000
Tidak ada jurnal untuk pendapatan-LRA
15/2 2011-Kas-Rekening kas umum daerah 2.000.000
Plutang-CV Kayysu. 2.000.000
b. Transaksi II: transaksi pendapatan dan pendapatan-LRA (K), maka bagaimana dengan
pendapatan-LO? Apakah tidak ada pencatatan atas pendapatan-LO untuk transaksi
pendapatan secara kas? Bukankah kas termasuk ke dalam kategori aliran masuk sumber
daya ekonomi? Kalau harus juga dicatar, maka akun lawannya apa? Bukankah neraca
memiliki keterkaitan dengan laporan operasional? Sehingga akun kas yang paling layak
menjadi akun lawan dari pendapatan- LO. Jika demikian, bagaimana dengan pengakuan
pendapatan-LRA?
Kedua ilustrasi transaksi di atas memberikan gambaran begitu rumitnya penerapan SAP
Berbasis Akrual. Tentunya, permasalahan ini harus dijawab oleh KSAP melalui
Interpretai Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) dan Buletin Teknis,
IPSAP dan Buletin Teknis merupakan pedoman dan informasi yang diterbitkan oleh
KSAP untuk memudahkan pemahaman dan penerapan SAP, serta untuk mengatasi
masalah-masalah akuntansi dan pelaporan keuangan. secara tunai atau kas.

 Akuntansi Belanja
Belanja adalah pengurangan ekuitas dana lancar pemerintah untuk pengeluaran yang
ditetapkan dalam dokumen otoritas kredit anggaran (allotment). Dalam manajemen anggaran,
pada prinsipnya belanja baru dapat dibayarkan setelah barang atau jasa yang dibeli telahditerima
pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.

16
Pembayaran belanja dapat dilakukan secara langsung (LS) atau melalui dana kas kecil
yang diberikan kepada para bendahara pengeluaran. Pembayaran diberikan secara langsung
kepada yang berhak jika jumlah, peruntukan, dan penerimaannya sudah pasti. Potongan 2s
pembayaran yang dilakukan pemerintah untuk kepentingan pihak lain dicatat sebagai penerimaan
PFK, sebaliknya pada sebagai Penyetoran PFK. Penerimaan dan penyetoran PFK ini bukan
transaksi anggaran tetapi dalam istilah keuangan dikenal sebagai transaksi transito. Oleh karena
itu, penerimaan/ pengeluaran PFK tidak disajikan dalam LRA tetapi disajikan dalam Laporan
Arus Kas.
Apabila terdapat belanja untuk perolehan aset tetap atau aset lainnya.maka pada saat
terjadi pembayaran tidak hanya dilakukan pencatatan belanja tetapi sekaligus perolehan asetnya.
Pencatatan aset tetap yang diperoleh tidak menggunakan jurnal pendamping (korolari) lagi,
melainkan langsung diakui sebagai beban (bukan belanja) yang akan memengaruhi laporan
operasional.
 Akuntansi Surplus/Defisit-LRA
Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pelaporan. Defisit-LRA adalah selisih kurang
antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu. periode pelaporan. Selisih antara dicatat dalam
pos Surplus/Defisit-LRA. Sama halnya, dengan pendapatan, surplus/defisit juga dibedakan
menjadi surplus/defisit-LRA (untuk LRA) dan surplus/defisit-LO (untuk Laporan Operasional).
Perhitungan surplus/defisit-LRA dilakukan di tingkat pemerintah pusat atau daerah (BUN/BUD)
melalui jurnal penutup pada saat dilakukan proses penggabungan atau konsolidasian di
BUN/BUD. Di tingkat SKPD atau entitas alkuntansi tidak dilakukan penandingan pendapatan-
LRA dan belanja selama satu periode pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode
pelaporan pendapatan dan belanja sehingga tidak ada surplus/defisit-LRA
 Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financine) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atzu
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran (Ritonga, 2010). Transaksi pembiayaan
dapat berupa transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan
kepada pihak ketiga, dan penjualan investasi permanen lainnya. Penerimaan pembiayaan diakui
sama seperti pada pendapatan-LRA, yaitu penerimaan kas daerah antara lain berasal dari saat
diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan pengukuran besarannya pada dilakukan
berdasarkan asas bruto. Pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, terhadap setiap penerimaan
pembiayaan dibuat 2 (dua) jurnal. Pertama, untuk mengakui realisasi penerimaan anggaran,
kedua, jurnal korolari untuk mengakui akun neraca terkait yang dipengaruhi transaksi tersebut,
misalnya transaksi penerimaan pinjaman jangka panjang, maka jurnalnya adalah sebagai berikut.

17
Jurnal LRA:
Kas. xxX
Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman Jangka Panjang xxx
Jurnal Korolari:
Ekuitas Dana Investasi. XXX
Utang Jangka Panjang. xxx

Sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) huruf i, k, 1, dan m UU Nomor 1 Tahun 2004, bahwa bendahara
umum daerah berwenang untuk:
1. menempatkan uang daerah dan mengelola atau menatausahakan investasi;
2. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah;
3. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
4. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.
Berdasarkan kewenangan tersebut, transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan
dicatat dan dibukukan oleh bendahara umum daerah.
Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaa setelah di kurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Pembiayaan Neto .
 Akuntansi SILPA/SIKPA
Selisih lebih/kurang pembiayaan anggaran (SILPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang
antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu antara realisasi pendapatan-LRA dan
belanja,serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat
dalam pos SiLPA/SIKPA. SILPA/SIKPA diperoleh dari penutupan akun Surplus/Defisit dan
Pembiayaan Neto pada akhir tahun anggaran, untuk selanjutnya dipindahkan ke Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih.
Perlu, penulis kemukakan, bahwa terdapat ketidakkonsistenan pada SAP Berbasis Akrual
terkait dengan singkatan dari selisih lebih/kurang pembiayaan anggaran dan keterkaitan antara
LRA dengan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Pada PSAP Nomor 02, Sisa
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran disingkat dengan SILPA/SIKPA. Namun penjelasan di
bawahnya disingkat dengan SiLPA/SIKPA. Begitu juga, jika dilihat dalam ilustrasi PSAP 0LE
dan 01.F, diketahui bahwa Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran disingkat dengan
SILPA/SiKPA.
Ketidakkonsistenan penyajian juga terdapat dalam format Laporan Perubahan SAL pada
ilustrasi PSAP 01.F di mana terdapat pos Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan

18
Tahun Berjalan. Berarti pos tersebut akan muncul pada pos penerimaan pembiayaan di LRA.
Namun, jika dilihat pada format LRA pada ilustrasi PSAP 02.B, dan 02.C, maka pada pos
Penerimaan Pembiayaan terdapat pos Penggunaan SiL.PA, manurut penulis, scharusnya pos
Penggunaan SAL. Apabila hal ini dianggap benar, maka harus ada klarifikasi dari KSAP
mengenai hal tersebur. Karena jika tidak ada klarifikasi akan dapat menimbulkan kebingungan
bagi penyusun laporan keuangan pemerintah.
 Transaksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Berbentuk Barang
Transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam bentuk barang atau aset harus
dilaporkan dalam LRA dengan cara menaksir nilai aset tersebut pada tanggal transaksi.
Berhubung transaksi ini harus dicatat sebagai pendapatan dan belanja atau pembiayaan, maka
perlu dibuatkan dokumen anggaran sebagai pendapatan, belanja, atau pembiayaan sebagai
dokumen pengesahan anggaran. Berdasarkan dokumen pengesahan inilah dibuat jurnal untuk
mencatat transaksi ini. Berhubung transaksi ini tidak melibatkan arus kas maka transaksi ini tidak
dilaporkan dalam Laporan Arus Kas. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus
diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan
semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang
diterima. Contoh transaksi berwujud barang adalah hibah dalam wujud barang dan barang
rampasan.
 Transaksi dalam Mata Uang Asing
Terdapat perubahan dalam SAP Berbasis Akrual terkait dengan perlakuan akuntansi
terhadap penyajian transaksi dalam mata uang asing. Penjabaran mata uang asing ke dalam mata
uang rupiah, tergantung pada kondisi berikut
1. Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama dengan yang digunakan
dalam transaksi, maka penjabaran ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah
bank sentral pada tanggal transaksi.
2. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan dalam transaksi
dan mata uang asing tersebut dibeli dengan rupiah, maka transaksi dalam mata uang asing
tersebut dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang
digunakan untuk memperoleh valuta asing tersebut.
3. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang digunakan untuk bertransaksi
dan mata uang asing tersebut dibeli dengan mata uang asing lainnya, maka:
a. transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan
menggunakan kurs transaksi.
b. transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah
berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.

19
2.6 TINJAUAN ATAS PSAP NOMOR 03: LAPORAN ARUS KAS
Laporan Arus Kas merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi historis
mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus
kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris selama satu periode
akuntansi. Laporan Arus Kas diperlukan karena merupakan laporan pertanggungjawaban dari
unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Tujuan dari penyusunan laporan arus kas
adalah agar laporan tersebut dapat disajikan mengenai perkembangan kas yang menjadi
informasi keuangan tentang sumber, penggunaan, dan perubahan kas selama satu periode
akuntansi serta saldo kas pada tanggal pelaporan (Salamun, 2007). Informasi ini disajikan untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Laporan Arus Kas merupakan laporan yang
menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas umum negara/kas
daerah selama priode tertentu. Pada dasarnya aktivitas keuangan pemerintah sebagian besar
merupakan penerimaan dan pengeluaran kas negara/daerah dalam rangka pencapaian sasaran-
sasaran yang di tetapkan
Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas. Arus
kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai pendapatan, penjualan aset tetap, pencairan dana
cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman bahkan penerimaan atas
potongan pembayaran yang dilakukan pemerintah (PFK). Arus kas keluar misalnya pembayaran
tunai belanja pegawai, belanja modal, pembayaran cicilan utang, pemberian pinjaman,
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran rangka pencapaian
sasaran-sasaran yang ditetapkan. kepada pihak ketiga (PFK) atas pemotongan yang telah
dilakukan.
Laporan Arus Kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Informasi arus masuk dan
keluar kas dalam Laporan Arus Kas berguna untuk melihat transaksi kas di masa lalu dan
memprediksi arus kas di masa yang akan datang. Dalam paragraf 5, 6, dan 7 PSAP 03
mengungkapkan bahwa Laporan Arus Kas berguna:
1. sebagai indikator jumlah kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya;
2. sebagai alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan;
3. apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan
kekayaan neto atau equitas suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah
(termasuk likuiditas dan solvabilitas).

 Bentuk dan Struktur Laporan Arus Kas


Bentuk dan struktur Laporan Arus Kas merupakan kerangka atau acuan dalam penyajian
Laporan Arus Kas. Bentuknya terdiri atas uraian berbagai aktivitas yang disajikan secara stafel
diurutkan dari atas ke bawah. Penyajian didahului dengan arus kas masuk dan keluar berbagai
aktivitas. Kemudian disajikan saldo awal dan saldo akhir kas.

20
Struktur Laporan Arus Kas terdiri atas arus masuk dan keluar kas berbagai aktivitas.Dari
arus masuk dan arus masuk setiap aktivitas akan diperoleh arus kas bersih dari setiap aktivitas.
Arus kas neto setiap aktivitas dijumlahkan sehingga diperoleh kenaikan atau penurunan kas. Jika
arus penjumlahan arus kas neto setiap aktivitas positif berarti ada kenaikan kas. Sebaliknya ika
penjumlahan arus kas neto setiap aktivitas negatif maka terjadi penurunan kas. Kenaikan atau
penurunan kas akan ditambahkan dengan saldo akhir sehingga diperoleh saldo akhir Saldo akhir
yang dihasilkan dari penjumlahan ini harus sama dengan yang tercatat di neraca untuk masing-
masing akun yang berkaitan.

 Aktivitas Operasi
Arus kas neto aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan
operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup membiayai aktivitas operasionalnys
dimasa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus kas masuk dari
aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
1. penerimaan perpajakan
2. penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
3. penerimaan hibah
4. penerimaan bagian laba perusahaan negara/dacrah dan investasi lainnya; dan
5. penerimaan lain-lain/penerimaan dari pendapatan luar biasa; dan
6. penerimaan transfer

Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk pengeluaran :
1. pembayaran pegrwai
2. penbayaran barang .
3. bunga
4. subsidi
5. bantuan sosial
6. hibah
7. pembayaran lain-lain/kejadian luar biasa; dan
8. pembayaran transfer
Jika suatu enticas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan:
pesediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk
kegiatan suatu entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja,
penyertaan modal kerja, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan, maka pemberian dana
tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam caratan
atas laporan keuangan.

21
 Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto
dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ckonomi yang bertujuan untuk
meninglatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan
datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri atas:
1. penjualan aset tetap;
2. penjualan aset lainnya
3. pencairan dana cadangan;
4. penerimaan divestasi
5. penjualan investasi dalam bentuk sekuritas.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri atas:
1. perolehan aset tetap;
2. perolehan aset lainnya;
3. pembentukan dana cadangan;
4. penyertaan modal pemerintah;
5. pembelian investasi dalam bentuk sekuritas.

 Aktivitas Pendanaan
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.arus kas masuk dari
aktivitas pembiayaan antara lain:
1. penerimaan utang luar negeri;
2. penerimaan dari utang obligasi;
3. penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
4. penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Arus masuk kas Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
1. pembayaran pokok utang luar negri;
2. pembayaran pokok utang obligasi;
3. pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah;
4. pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.

 Aktivitas Transitoris
Arus kas dari aktivitas non-anggaran mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
bruto yang tidak memengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari

22
aktivitas transitoris antara lain perhitungan fihak ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali
uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, dan kiriman uang. PFK menggambarkan
kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar tunai untuk
pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas
antar-rekening kas umum negara/daerah. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi
penerimaan PFK dan penerimana transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan
kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran. Sedangkan, arus keluar dari aktivitas
transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris seperti kiriman ang keluar dan
pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran.

 Penyajian Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas mempunyai ciri khas dalam penyajiannya. Tidak seluruh entitas
menyajikan Laporan Arus Kas. Laporan ini hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.ini diatur dalam paragraf 13 PSAP 03 SAP Berbasis Akrual yang berbunyi
sebagai berikut
"Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisast yang mempunyai fungi perbendaharaan umum". Selanjutnya dalam
paragraf 14 disebutkan: "unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan
adalah unit yang diterapkan sebagai bendaharawan umum negaraldaerah danlatau
kuasa bendaharawan umum negara/daerah. Entitas pelaporan yang dimaksud mengacu
pada Kerangka Konseptual paragraf 22
Laporan Arus Kas dapat disajikan dalam dua metode. Entitas pelaporan dapat menyajikan
arus kas dari aktivitas operasi dengan cara berikut.
1. Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas
bruto.
2. Metode Tidak Langsung
Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi operasional
nonkas, penangguan (deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan kas atau pembayaran
yang lalu atau akan datang, serta unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang
berkaitan dengan aktivitas investasi aset nonkeuangan dan pembiayaan.
Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknya menggunakan metode langsung
dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Keuntungan penggunaan metode langsung
adalah sebagai berikut.
1. Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas di masa yang
akan datang.
2. Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan.

23
3. Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat langsung diperoleh
dari catatan akuntansi.

 Hubungan Laporan Arus Kas dan Neraca


Paragraf 59 PSAP 03 menyebutkan:
"Entitas pelaporan mengungkapkan komponen kas dan setara kas dalam Laporan Arus
Kas yang jumlahnya sama dengan pos terkait di Neraca"
Artinya ada hubungan atau kesesuaian antara jumlah-jumlah yang ada dalam Laporan
arus kas dan neraca.

2.7 TUJUAN ATAS PSAP NOMOR 04: CaLK


CaLK merupakan bagian dari laporan keuangan pemerintah yang menyajikan penjelasan
secara naratif, analisis atau daftar terperinci atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas,
dan Laporan Perubahan Ekuitas. Tujuan penyajian CaLK adalah untuk meningkatkan
transparansi dan pemahaman yang lebih baik. CaLK disajikan secara sistematis.
CALK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut (Salamun, 2007: 107-108).
1. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal atau keuangan dan
pencapaian target Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target.
2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan, yang dimuat dalam
ikhtisar pencapaian kinerja keuangan adalah ikhtisar tentang realisasi pencapaian target
kinerja APBD menurut urusan pemerintah, berupa gambaran realisasi pencapaian
efektivitas dan efisiensi program dan kegiatan, yang dapat disajikan dalam bentuk tabel,
grafik ataupun diagram.
3. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-yransaksi dan kejadian
penting lainnya.
4. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
CaLK merupakan bentuk laporan yang paling tidak terstruktur, sehingga cara
pembacaannya pun sangat akrab. Oleh karena itu, jika CalK ini dapat memuat aspek-aspek yang
memadai dan lengkap, bisa jadi laporan ini akan menjadi relevan bagi pengambilan keputusan
pengguna umum.

24
2.8 TINJAUAN ATAS PSAP YANG TERKAIT DENGAN AKUNTANSI ASET
TETAP DAN INVESTASI
Salah satu hal paling krusial dalam pengelolaan dan pelaporan keuangan pemerintah atau
daerah adalah tidak kunjung jelasnya masalah aset. Banyak daerah yang memperoleh opini
disclaimer hanya karena pengelolaan asetnya buruk. Salah saru aset tak bertuan atau tak jelas
kepemilikan dan nilainya. Jika hal ini tak lekas dibenahi, lambat laun semua kekayaan negara
bisa berpindah tangan. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bidang Pencegahan
Haryono Umar kepada Majalah Akuntan Indonesia menuturkan bahwa manajemen aset negeri
ini memang sangat buruk. Hingga saat ini, katanya, belum ada data yang bisa menunjukkan dan
membuktikan seberapa banyak dan seberapa besar nilai aset yang dimiliki pemerintah. Sangat
banyak aset-aset negara, terutama yang di daerah, yang tidak jelas kepemilikannya. Terkait
dengan penataan dan pengelolaan aset, Gubernur Bengkulu, Agusrin M. Najamuddin, pun
mengakui bahwa terjadi persoalan tersendiri bagi daerah yang ingin memperbaiki LKPD, karena
memang sangat banyak aset yang setelah ditelusuri ternyata tidak jelas kepemilikannya.
Dikatakan Agusrin, ketika mulai menjabat sebagai gubernur, ditemukan banyak kepemilikan,
penguasaan, maupun penilaian. Oleh karena itulah, diakui Agusrin, provinsi yang dipimpinnya
masih mendapat opini disclaimer. (Majalah Akuntan Indonesia Edisi No. 18/Tahun III/Juli
2009).

2.9 AKUNTANSI ASET TETAP


Aset tetap, dalam perusahaan, merupakan aset yang menjadi hak milk
organisa/perusahaan yang diperganakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan
barang dan jasa organisasi perusahaan (Hendriksen dan Breda, 1992). Peran aset tetap sangat
besar dalam organisasi atau perusahaan ditinjau dari segi funginya, jumlah dana yang
dinvestasikan pengelolaannya, maupun pengawasannya.
Aset tetap merupakan salah saru pos di neraca di samping aset lancar, investasi jangka
panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting
karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca
lainnya. Pengertian aser tetap dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah
aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh maryarakat umum, Dengan batasan
pengertian tersebut, maka pemerintah harus mencatat suatu aset tetap meskipun aset tetap
tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah juga harus mencatat hak atas tanah sebagai tujuan
penggunaannya untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah tidak termasuk dalam pengertian
aset tetap karena tidak memenuhi definisi aset tetap di atas, misalnya aset tetap yang dibeli
pemerintah untuk diserahkan kepada manyarakat.
Aset tetap diakui pada saat menfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya
dapat diukur dengan andal. Sesuai dengan klasifikasi aset tetap, suatu aset dapat diakui sebagal
aset tetap apabila berwujud dan memenuhi kriteria:

25
1. mempunyal masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan
2. blaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
3. tidak dimaksudkan unnuk dijual dalam operasi normal entitas
4. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan
Menurut Kieso dan Weygandt (2001) pada hakikatnya terdapat sedikitnya tiga masalah
utama yang kemungkinan terjadi dalam akuntansi aset tetap, meliputi: perolehan (acquitition),
pemakaian (utilization), dan penarikan (penghapusan) dari peredaran karena masa manfaat
berakhir. Pada perolehan aset yang menjadi pokok permasalahan adalah dengan cara bagaimana
aset perolehan perusahaan atau organisasi sehingga jadi miliknya. Proses perolehan yang
dimaksud meliputi proses sejak pembelian, pengangkutan, pemasangan sampai dengan aset
tersebut siap dipakai dalam kegiatan perusahaan.
Menurut SAP, aset tetap yang di peroleh di bangun secara swakelola dinilai dengan
biaya perolehan. Secara umum, yang dimaksud dengan biaya perolehan adalah jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap sampai dengan aset tetap tersebut dalam kondisi
dan tempat yang siap untuk digunakan. Hal ini dapat diimplementasikan pada aset tetap yang
dibeli atau dibangun secara swakelola.
Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar. Nilai
wajar adalah nilai tukar aset tetap dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada saat penilaian.
Aset tetap yang berasal dari hibah, yang tidak diketahui harga perolehannya, pemerintah dapat
menggunakan nilai wajar pada saat perolehan.
Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan terdiri atas:
1. harga beli;
2. bea impor
3. biaya persiapan tempat;
4. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling
cost);
5. biaya pemasangan (instalation cost);
6. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; serta
7. biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,
sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan
tetap tersebut).
Sedangkan yang tidak termasuk komponen biaya aset tetap adalah sebagai berikut.
1. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersebut tidak dapat
diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi
kerjanya.
2. Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa kecuali biaya tersebut perlu
untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.

26
Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan
masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat
ekonomis atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Metode
penyusutan yang dapat diterapkan sesuai dengan PSAP 07 adalah:
1. metode garis lurus (straight line method); atau
2. metode saldo menurun ganda (double declining method); atau
3. metode unit produksi (unit of production method).
Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus diungkapkan dalam
Catatan atas laporan keuangan (CaLK). Pengungkapan ini sangat penting bagi penjelasannya
tentang hal-hal penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk
meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca laporan keuangan. Dalam CaLK harus
diungkapkan untuk masinhg-masing jenis aset tetap, sebagai berikut.
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat.
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika ada, dan mutasi
aset tetap lainnya.
3. Informasi penyusutan, meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan,
masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan
akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
Selain itu, dalam CALK juga harus diungkapkan:
1. cksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2. kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
3. jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi;
4. jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

2.10 TINJAUAN AKUNTANSI ASET TETAP


SAP Berbasis Kas Menuju Akrual khususnya PSAP Nomor 7, memuat akuntansi aset
tetap. Secara umum, PSAP Nomor 7 ini belum secara terperinci mengatur masalah-masalah yang
sering terjadi di masyarakat umumnya baik perolehan, penggunaan maupun penghapusan/
pelepasan aset tetap. Standar untuk menyelesaikan beberapa permasalahan khusus, terutama
kaitannya dengan aset tetap masih belum ada seperti, pembelian secara kredit jangka panjang
perolehan dengan temuan, perlakuan akuntansi atas aset yang dilimpahkan, perlakuan aset atas
pulau-pulau dan daerah wisata, perlakuan akuntansi atas aset dalam sengketa, dan lain- lain.
Sama halnya dengan yang ada dalam SAP Berbasis Akrual, perubahan yang signifikan hanya
terjadi pada paragraf 48, yaitu perolehan suatu aset tetap yang memenuhi kriteria perolehan aset
donasi maka perolehah tersebut diakui sebaga pendapatan operasional
Terdapat pembahasan yang tidak konsisten dengan pembahasan pada PSAP sebelumnya
seperti pembahasan tentang aset tetap takberwujud dan aset tetap lain-lain. Dalam PSAP Nomor

27
1 tentang "Penyajian Laporan Keuangan", kedua aset tersebut termasuk dari jenis-jenis aset tetap
sehingga harusnya dibahas dalam PSAP Nomor 7. Di samping itu, "Konstruksi dalam
Pengerjaan" juga termasuk dalam jenis aset tetap tetapi pembahasannya dilakukan dalam PSAP
Nomor 8 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan. Pembahasan aset tetap sebaiknya
digabung dengan pembahasan akuntansi konstruksi dalam penyelesaian karena saling keterkaitan
satu dengan yang lainnya, sehingga kedua pembahasan itu menjadi lebih berkesinambungan dan
komprehensif.

2.11 AKUNTANSI INVESTASI


Pernyataan ini, PSAP Nomor 6, mendefinisikan investasi sebagai aset yang dimaksud
untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Maksud dari manfaat sosial adalah manfaat yang tidak dapat diukur langsung satuan
uang namun berpengaruh pada peningkatan pelayanan pemerintah pada dengan masyarakat luas
maupun golongan masyarakat tertentu. Hal ini yang membedakan dengan investasi pada private
sector, di mana tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan monetary benefits. Contohnya
adalah dana bergulir, di mana manfaat sosialnya lebih menonjol dibandingkan manfaat
ekonominya.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan
untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi jangka panjang adalah
investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka
pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut.
1. Dapat segera diperjualbelikan atau dicairkan
2. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat
menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas.
3. Berisiko rendah
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12
(dua belas) bulan. Investasi jangka panjang dibagi yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi
permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan, sedangkan investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Maksud dari berkelanjutan adalah
investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki secara terus-menerus, tanpa ada niat untuk
memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah
kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk
tidak dimiliki terus-menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah antara lain dapat berupa:
1. pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
oleh pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo;
2. penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga;

28
3. dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan
modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
4. investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki
pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk
penyechatan atau penyelamatan perekonomian.
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi salah
satu kriteria berikut.
1. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial di masa yang
akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.
2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliabel) .Dalam
menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau aset memenuhi kriteria pengakuan
investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya manfaat
ekonomis dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang berdasarkan
bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari
kepastian yang cukup bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang
akan diperoleh memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh manfaat
dari aset tersebut dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul.
Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan perubahan
piutang menjadi investasi dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut.
1. Kemungkinan manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan
atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.
2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).
Penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan tiga metode, yairu sebagai berikut.
1. Metode biaya
Metode biaya adalah suatu harga perolehan. Dengan menggunakan metode biaya,
investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan dan tidak memengaruhi besarnya
nilai investasi pada badan usaha atau badan hukum metode penilaian yang mencatat nilai
investasi berdasarkan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima
yang terkait.
2. Metode ekuitas
Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui penurunan atau kenaikan
nilai investasi sehubungan dengan adanya rugi/laba badan usaha yang menerima investasi
(investee), proporsional terhadap besarnya saham atau pengendalian yang dimiliki
pemerintah. Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal
sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi
pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba yang diterima pemerintah akan
mengurangi nilai investasi pemerintah. Sedangkan dividen yang dibayarkan dalam bentuk
saham, tidak memengaruhi nilai investasi pemerintah karena pengakuan kenaikan nilai

29
investasinya sudah dilakukan pada laba dilaporkan. Penyesuaian terhadap nilai investasi
juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya
adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
3. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan
yang akan dilepas atau di jual dalam jangka waktu dekat.
Investasi disajikan sesuai dengan klasifikasi investasi. Investasi jangka pendek disajikan
pada pos aset lancar di neraca, sedangkan investasi jangka panjang disajikan pada pos
investasi jangka panjang sesuai dengan sifatnya, baik yang bersifat permanen maupun
yang nonpermanen. Dalam akuntansi pemerintah digunakan pendekatan "self balancing
group of account" sehingga setiap akun di neraca mempunyai akun pasangan masing-
masing.
Adapun hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah
berkaitan dengan investasi, antara lain:
1. kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
2. jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
3. perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang
4. penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
5. investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
6. perubahan pos investasi.
Perubahan secara signifikan terjadi pada PSAP Nomor 06 SAP berbasis akrual adalah
adanya pengakuan diconto atau premi untuk pembelian investasi.

2.12 TINJAUAN AKUNTANSI INVESTASI


Pada sisi ruang lingkup, antara paragraf ke-2 dan paragraf ke-5 isinya saling
bertentangan. Pada paragraf ke-2 berbunyi:
"Pernyataan standar ini harus diterapkan dalam penyajian scluruh investasi
pemerintah...."
sedangkan dalam paragraf ke-5, berbunyi:
"Pernyataan standar ini tidak mengatur......".
Di satu sisi standar ini harus diterapkan untuk investasi antasa sisi lain standar ini tidak
mengatur untuk menempatkan uang yang termasuk dalam lingkup setara kas, investasi dalam
perubahan asosiasi. Kerja sama operasi dan investasi dalam properti. Hal ini tentunya
membingungkan, selain itu dalam standar ini tidak dijelaskan lebih lanjut mengapa untuk ketiga
jenis investasi ini tidak diatur. Oleh karenanya, kedua hal ini perlu penjelasan lebih lanjut.

30
Terkait dengan klasifikasi investasi, pengelompokan investasi jangka panjang ke dalam
permanen dan nonpermanen agak membingungkan terutama pada penjelasannya ada niat atau
tidak ada niat untuk di perjual belikan atau menarik kembali.karna pemerintah dalam
melakukan investasi jangka panjang, misalkan pada perusahaan negara atau daerah pasti akan
memperimbangkan aspek bisnis karna memang perusahaan negara atau daerah adalah sebagai
profit center walaupun tetap mempertimbangkan aspek pelayanan publik.
Metode penilaian investasi, pada paragraf ke-37, antara poin (b) kepemilikan antara 20%
sampai dengan 50% dan poin (c) kepemilikan lebih besar dari 50% menggunakan metode yang
sama, yaitu menggunakan metode ekuitas. Hal yang menjadi pertanyaan adalah apa tujuan
pemisahan pengelompokan tersebut kalau metode yang digunakan adalah sama? Seharusnya
pada poin (c) menggunakan metode ekuitas dengan melakukan konsolidasi atas laporan
keuangan perusahaan investee karena kepemilikannya yang mayoritas (> 50% ) . Oleh karena
itu, perlu disempurnakan pada paragraf ke-37 poin (c) dengan tambahan klausal dikonsolidasikan
dengan laporan keuangan induk (laporan keuangan pemerintah).
 Perbedaan antara akuntansi berbasis kas dengan akrual
Perbedaan antara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual dapat di lihat
dari sebagai berikut:
a) Basis kas : penerimaan kas di kurang pengeluaran kas dapatlah perubahan kas
b) Berbais akrual: pendapatan di kurangi biaya-biaya dapatlah kita suplus/defisit
c) Pendapatan (income): penerimaan kas selama satu priode akuntansi dikurangi saldo awal
piutang di tambah saldo akhir piutang
d) Biaya: kas yang telah di bayar selama priode akuntansi di kurangio saldo awal utang di
tamnbah saldo akhir hutang.

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meningkatnya peran daerah dalam pengelolaan keuangan, tuntutan untuk
lebih mempertanggungjawabkan pengelolaan tersebut secara horizontal dan
vertikal semakin tinggi. Akuntabilitas kinerja terwujud dalam bentuk laporan
keuangan yang di laporkan secara priodik sebagai bahan reverensi bagi masarakat
untuk menilai kinerja pemerintah..
Mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan
laporan keuangan baik terhadap anggaran antar priode maupun antar entitas
Murlia dalam Halim (2007) mengungkapkan kelemahan utama sistim
basis kas, yaitu tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhmya karna
tidak dapat mengukur efisiensi dan efektifitas suatu kegiatan, program atau
aktifitas yang baik.penggunaan basis akrual pada akuntansi sektor publik pada
dasarnya adalah untuk menentukan cost of service dan charging for service, yaitu
untuk mengetahui besarnya biaya yang di butuhkan untuk menghasilkan
pelayanan publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian acrual basis pada
sektor swasta yang tujuannya adalah untuk mengetahui perbandingan besarnya
biaya terhadap pendapatan. Perbedaan ini lebih di sebabkan sektor swasta
mengutamakan mencari laba sedangkan sektor pemerintahan mengutamakan
pelayanan publik.
Tujuan umum menurut SAP berbasis kas menuju akrual, adalah
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggran arus kas dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Sementara, menurut SAP berbasis akrual, tujuan umum laporan keuangan adalah
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggran, saldo
anggran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu etnis
pelaporan yang bermanfaat bagi pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasian sumber daya.
Sedangkan tujuan spesifik laporan keuangan adalah pelaporan keuangan
pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber
daya yang di percayakan kepadanya,
Dalam PSAP NOMOR 04: CaLK, CaLK merupakan bagian dari laporan
keuangan pemerintah yang menyajikan penjelasan secara naratif, analisis atau
daftar terperinci atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus
Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Tujuan penyajian CaLK adalah untuk
meningkatkan transparansi dan pemahaman yang lebih baik.

32
Ada banyak beragam jenis laporan keuangan yang dapat di gunakan untuk
memenihi kebutuhan pengguna laporan serta untuk mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya.
Tinjauan atas PSAP terkait dengan akuntansi aset tetap, merupakan aset
yang menjadi hak milk organisa/perusahaan yang diperganakan secara terus-
menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa organisasi perusahaan
(Hendriksen dan Breda, 1992). Peran aset tetap sangat besar dalam organisasi atau
perusahaan ditinjau dari segi funginya, jumlah dana yang dinvestasikan
pengelolaannya, maupun pengawasannya.
Dan juga dalam PSAP Nomor 6, mendefinisikan investasi sebagai aset
yang dimaksud untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen, dan
royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

3.2 Saran
Dengan bergantinya standar akuntansi pemerintah dari berbasis kas,menueju
berbasis kas menuju akrual, lalu berbasis akrual, membuat penyusunan dan
perencanaan dalam apenganggaran menjadi lebih baik dan terstruktur dan
membawa manfaat bagi masyarakat , sehingga tindakan penyelewengan anggaran
pada pemerintah dapat berkuran dan terkontrol dengan baik , sehingga anggaran
tersebut benar-benar tepat sasarannya.

33
DAFTAR PUSTAKA
Halim,Abdul dan M. Syam Kusufi, 2012 Akuntansi Sektor Publik edisi ke 2 Jakarta: Salemba empat
http://resumekampus.blogspot.com/2015/08/teori-akuntansi-sektor-publik.html?
m=1http://resumekampus.blogspot.com/2015/08/teori-akuntansi-sektor-publik.html?m=1

34

Anda mungkin juga menyukai