Anda di halaman 1dari 15

DEFINISI DAN TEKSONOMI PENIPUAN

1. FRAUD KONSUMEN DAN INVESTOR

Fraud dalam pengertian dari The Institute of Internal Auditor (“IIA”), “An arrayof
irregularities and illegal acts characterized by intentional deception”:sekumpulan tindakan yang
tidak diizinkan dan melanggar hukum yang ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang
disengaja.

Terdapat beberapa factor yang menyebabkan maraknya penipuan dalam bisnis dan
investasi di Indonesia, atrala lain:

a) Kurangnya pembinaan dan sosialisasi tentang penipuan dari pemerintah sehingga banyak
masyarakat yang tidak atau kurang mengerti tentang bisnis menjadi percaya dengan
penipuan.
b) Persaingan yang tinggi dari perusahaan yang ada di Indonesia sehingga terjadinya
persaingan yang tidak sehat. Hal tersebut dapat terjadi karena suatu perusahaan ingin
menjatuhkan lawan bisnisnya yang dirasa memiliki produk yang lebih menarik daripada
perusahaan tersebut
c) Meningkatnya kasus penipuan dapat disebabkan karena kurang tegasnya aparat penegak
hukum dalam menindak kasus penipuan. Kurang tegasnya aparat penegak hukum dapat
menyebabkan para penipu leluasa dalam melakukan penipuan

Sekarang ini banyak yang melakukan transaksi bodong yang maraknya terjadi di Negara
kita yang kita cintai ini, salah satunya yaitu investasi dalam MeMiles merupakan aplikasi
investasi bodong yang belum lama ini berhasil diungkap Polda Jawa Timur (Jatim). Kasus
investasi bodong itu beromzet Rp 750 miliar.Investasi bodong tersebut dijalankan dengan
menggunakan PT Kam and Kam. Mereka menawarkan lewat aplikasi
bernama MeMiles.Pengguna menggunggah aplikasi MeMiles kemudian menjadi anggota dan
melakukan top up uang.

Dengan menggunakan iming-iming memberikan hadiah dengan menginvestasi dengan


sejumlah harga agar mendapatkan hadiah yang lebih besar dari nilai investasi yang mereka
lakukan. Dalam hal ini sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang mana mereka
ingin cepat kaya tanpa ada usaha yang maksimal yang di lakukan. Namun kenyataannya bahwa
uang yang mereka investasikan tersebut digunakan oleh yang pemilik aplikasi dan PT tersebut
untuk memperkaya diri mereka sendiri tanpa adanya pengembalian terhadap yang beinvestasi.

Dalah hal di atas tersebut pelaku usaha juga diancam ketentuan pidana dalam Pasal
378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang berbunyi:

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4
tahun.”

Oleh sebab itu kita harus cedas dalam memilih investasi yang akan kita lakukan tersebut,
pemerintah telah membuat suatu tempat untuk investasi yang aman serta keuantungan yang
lumayan besar sesuai dengan investasi yang kita lakukan atau masukkan, yaitu di BEI (bursa
efek Indonesia) tempat para investor menanamkan modalnya dengan aman dan menguntungkan.

Dalam hal ini, ada beberapa cara kita supaya terhindar dari investasi yang sifatnya
bodong tersebut adalah:

a) Waspada Jika Terdapat tawaran keuntungan yang luar biasa menarik


b) Periksa dokumen perizinan lembaga atau perusahaan investasi
c) Telitilah bentuk dan pemesaran produk yang di investasi

Tiga cara diatas merupakan penyeleksian dasar dalam kita melakukan investasi, agar bias
terhindar dari investasi yang bersifat illegal. Dan bagi perusahaan yang membutuhkan modal
maka daftarlah perusahaan nya di bursa efek agar timbulnya kepercayaan para investor untuk
investasi kepada perusahaan yang mebutuhkan modal tersebut.
2. PENIPUAN PIDANA, PERDATA DAN KONTRAK

Peraturan perundang-undangan merujuk pada beberapa tindak pidana yang oleh para
akuntan dikenal sebagai fraud.kecurangan atas perbuatan curang hanyalah salah satu dari
tindakan pidana tersebut.

Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), misalnya beberapa fakta yang menjelaskan
pengertian fraud yaitu seperti:

1) Pasal 362 tentang pencurian (defines KUHP:”mengambil sesuatu barang, baik


keseluruhan maupun sebagian kepunyaan orang, dengan maksud untuk memiliki secara
melawan hukum”);
2) Pasal 368 tentang pemerasan dan pengancaman (definisi KUHP:”dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan sesuatu barang, yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, ataupun membuat
hutang atau menghapus piutang.”)
3) Pasal 372 tentang penggelapan (definisi KUHP:”dengan sengaja atau melawan hukum
untuk memiliki suatu barang yang keseluruhan atau sebagian adalah punya orang lain,
tetapi yang ada dalam kekuasaan bukan merupakan kekerasan”)
4) Pasal 378 tentang pembuatan curang (defines KUHP:” dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu,dengan tipu muslihat atau rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang kepadanya,supaya
memberikan hutang atau menghapus piutang kepadanya”)
5) Pasal 396 tentang merugikan pemberian piutang dalam keadaan pailit.
6) Pasal 406 tentang menghancurkan atau merusak barang( definisi KUHP:” dengan sengaja
atau melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin hingga tidak dapat di
pakai atau menghi;angkan sesuatu barang atau sebagian saja milik orang lain”)
7) Pasal 290,387,388,415,417,418,419,420,423,425 dan 435 yang secara khusus di atur
dalam undang-undnag pemberantasan tindak pidana korupsi (Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999)

Disamping KUHP adajuga perundang-undangan lain yang mengatur perbuatan melawan


hukum yang termasuk dalam kategori fraud, seperti undang-undang pemberantasan tindak
pidana korupsi, berbagai undang-undnag perpajakan yang mengatur tindak pidana perpajakan,
undang-undang tentang pencurian uang, undnag-undang perlindungan konsumen, dan lain-lain.

3. PENIPUAN UNTUK MELAWAN PERUSAHAAN

Dalam istilah akuntansi dan auditing di sebut dengan occupational fraud tree, hal ini
mempunyai tiga cabang utama, yakni korupsi, penyalahgunaan asset, fraudulent statements.

 Korupsi

Dalam hal ini korupsi yang dimaksud adalah benturan kepentingan yang dalam berbagai
bentuk. Bisnis yang mengandung bentuan kepentingan sering disamarkan dengan kegiatan
soaial,-keagamaan, dan muncul dalam yayasan-yayasan.

Konsep ini digunakan dalam PBB mengenai pemeberantasan korupsi. Indonesia


meratifikasi konversi ini. Benturan kepentingan bias terjadi pada skema permainan pembelian
maupun penjualan. Lembaga pemerintah selaku bisnis pembeli ber-KKN dengan penjual.
Indikasi mengenai hal ini terlibat dalam hal pembelian merupakan lembaga besar, nilai
pembeliannya tertinggi, dan penjual merupakan penyuplai tingkat dunia. Maka seharusnya jual
beli dapat dilakukan secara langsung, dan bukan melalui penjualan perantara.

Lembaga pemerintah atau bisnis selaku penjual (baik brang ataupun jasa) dapat juga ber-
KKN dengan pembeli. Praktek ini sangat mencolok dalam pembelian akhir (pembelian
sebenarnya) merupakan captive market dari penjual, namun oenjual juga tetap mengeluarkan
marketing fee atau sejenisnya yang tidak lain adalah penyuapan.

 Penyalahgunaan asset
Pengambilan asset secara illegal dalam bahasa sehari-hari di sebut mencuri. Namun
dalam isntilah hukum yaitu pengambilan asset yang di lakukan oleh orang-orang yang
berwewenang dalam menglola asset tersebut atau menggelapkan asset tersebut.

Cabang danranting menggambarkan fraud dengan istilah atau diberi labe;”asset


missaporpiaction” dalam bentuk penjarahan kas yang dilakukan dalam tig bentuk
skimming,larceny,dan fraudulent disbursemens. Klasifikasi peenjarahan kas dalam tiga bentuk
di sesuaikan dengan kas masuk.

 Fraudulent statement

Jenis fraud ini sangat dikenal oleh para auditor yang melakukan general audit. Fraud
yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan, sangat menjadi perhatian auditor,
masyarakat maupun LSM, namun tidak menjadi perhatian akuntan forensik.

Ranting pertama fraud dalam menyusun laporan keuangan. Fraud ini berupa salah
saji.bentuk kedua lebih banyak berhubungan dengan laporan keuangan yang disampaikan pada
isntansi perpajakan atau istansi bea dan cukai.

Ranting kedua ialah menggambarkan fraud ke dalam laporan non-keuangan. Fraud ini
merupan penyimpangan dalam laporan non-keuangansecara menyesatkan. Lebih bagus dar
keadaan sebenarnya, seringkali berupa pemalsuan dan pemutarbalikkan keadaan.

4. PENIPUAN INTERNAL DAN EKSTERNAL

Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal. Kecurangan
eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu
perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha; wajib pajak
terhadap pemerintah. Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer
dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia bekerja. Dalam tabel berikut tipe kecurangan
menurut Albrecht .W.Steve

Pada dasarnya terdapat dua sumber kecurangan, yaitu ekstemal dan internal. Kecurangan
eksternal (external fraud) adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap entitas.
Misalnya, kecurangan ekstemal mencakup: kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap
usaha; wajib pajak terhadap pemerintah; atau pemegang polis terhadap perusahaan asuransi.
Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Tipe kecurangan yang lain adalah kecurangan internal
(internal fraud). Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan
eksekutif terhadap perusahaan.

1) Oleh pihak perusahaan, yaitu :


a) Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting)
b) Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan
aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets)

5. PENIPUAN MANAJEMEN DAN NON-MANAJEMEN

Secara umum kecurangan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :

1) Management Fraud (kecurangan manajemen)


2) Employee Fraud (kecurangan karyawan)
3) Computer Fraud (kecurangan computer)

Management Fraud (kecurangan manajemen)


Kecurangan ini dilakukan oleh orang dari kelas sosial ekonomi yang lebih atas dan terhormat
yang biasa disebut white collar crime, karena orang yang melakukan kecurangan biasanya
memakai kemeja warna putih dan kerahnyapun putih. Kecurangan manajemen ada dua tipe
antara lain:
1) Kecurangan jabatan. 2.
2) Kecurangan korporasi (misalnya manipulasi pajak)

Employee Fraud (kecurangan karyawan)


Kecurangan karyawan biasanya melibatkan karyawan bawahan. Kadang-kadang merupakan
pencurian atau manipulasi. Dibandingkan dengan kesempatan melakukan kecurangan pada
manajemen maka kesempatan melakukan kecurangan pada bawahan relatif kecil. Hal ini
disebabkan mereka tidak mempunyai wewenang karena pada umumnya semakin tinggi
wewenang semakin besar kemungkinan melakukan kecurangan

Computer Fraud
Tujuan pengadaan komputer antara lain digunakan untuk pencatatan komputer antara lain untuk
pencatatan operasional atau pembukuan suatu kantor/perusahaan.Kejahatan komputer dapat
berupa pemanfaatan berbagai sumber daya komputer diluar peruntukan yang syah dan
perusakam atau pencurian fisik atas sumber daya komputer itu sendiri.

6. AUDIT FRAUD, AKUNTANSI FORENSIK, AUDIT KEUANGAN

a) Audit fraud

Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan
dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan
transaksi komersial memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan
kriminal investigator.

Selain peran utama mereka, auditor diharuskan untuk mempertimbangkan potensi


kecurangan audit, sesuai dengan standar audit masing-masing negara yang berbeda di seluruh
dunia.

Tanggung jawab utama untuk pencegahan dan deteksi kecurangan ada pada mereka yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas (yaitu, Dewan Direksi)
dan manajemen (klien). Terutama peran manajemen untuk memberikan penekanan kuat pada
pencegahan penipuan, yang dapat sangat mengurangi peluang untuk kesalahan perusahaan.

Peran auditor adalah melakukan audit sedemikian rupa untuk memperoleh keyakinan
yang wajar bahwa laporan keuangan , secara keseluruhan, bebas dari salah saji material, baik
karena penipuan atau kesalahan. Perbedaan antara penipuan dan kesalahan adalah masalah
niat. Kesalahan yang disengaja dianggap penipuan dan kesalahan yang tidak disengaja hanyalah
kesalahan.

Keluarnya sarbanas oxley memaksa independensi auditor di seluruh dunia agar lebih
berhati-hati dalam melakukan general audit.kususnya dalam upaya menentukan fraudulent
stastmen . kegagalan mereka menentukan froud yang menyebabkan laporan keuangan menjadi
menyesatkan, akan membawa konsekuensi besar, bahkan fatal seperti dalam kasus Arthur
enderson.

b) Akuntansi forensik

Akuntansi forensik atau audit investigative hamper tidak menyentuh fraud yang
menyebabkan laporan keuangan menjadi meyesatkan, dengan dua pengecualian:

 Seperti regulator seperti Bapepam (OJK), yang menmpunyai dugaan kuat bahwa laporan
audit suatu kantor akuntan public mengandung kekeliruan yang serius ( atau kantor
akuntan public yang bersangkutan mengakui hal tersebut ). Regulator dapat meminta
kantor akuntan lain melakukan pendalaman, atau mereka melakukan penyelidikan.
Dalam hal ini akuntan forensik melakukan audit investigative.
 Ketika froudulend statement dilakukan dengan mengolah data secara elektronik,
terintegritas dan besar-besaran atau penggunaan computer yang domain dalam
menyapkan laporan. Selain mempertimbangkan didalam maupun diluar pengadilan, juga
ada pertimbangan melakukan pengendalian khusus, yakni computer forensik.

Awal mulanya adalah pada bulan Oktober 1997, Indonesia telah menjajagi kemungkinan
untuk meminjam dana dari IMF dan World Bank untuk menangani krisis keuangan yang
semakin parah. Sebagai prasayarat pemberian bantuan, IMF dan World Bank mengharuskan
adanya proses Agreed Upon Due Dilligence (ADDP) yang dikerjakan oleh akuntan asing dibantu
beberapa akuntan Indonesia.

Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation).


Disamping itu, ada juga peran akuntan forensik dalam bidang hukum diluar pengadilan (non
itigation) misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam
sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak pemutusan /
pelanggaran kontrak.

James (2008) menggunakan 9 (sembilan) item kompentensi keahlian akuntansi forensic


yang digunakan dalam penilaian perbedaan persepsi dari pihak Akademisi akuntansi, Praktisi
akuntansi, dan pengguna jasa Akuntan forensik yaitu:

1) Analisis deduktif: kemampuan untuk menganalisis kejanggalan yang terjadi dalam


laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai dengan kondisi yang wajar.
2) Pemikiran yang kritis : kemampuan untuk membedakan antara opini dan fakta
3) Pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk melakukan
pendekatan terhadap masing-masing situasi (khususnya situasi yang tidak wajar)
melalui pendekatan yang tidak terstruktur.
4) Fleksibilitas penyidikan: kemampuan untuk melakukan audit di luar
ketentuan/prosedur yang berlaku.
5) Keahlian analitik: kemampuan untuk memeriksa apa yang seharusnya ada (yang
seharusnya tersedia) bukan apa yang telah ada (yang telah tersedia).
6) Komunikasi lisan: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif secara lisan
melalui kesaksian ahli dan penjelasan umum tentang dasar-dasar opini.
7) Komunikasi tertulis: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan tulisan
melalui laporan, bagan, gambar, dan jadwal tentang dasar-dasar opini.
8) Pengetahuan tentang hukum: kemampuan untuk memahami proses-proses hokum
dasar dan isu-isu hukum termasuk ketentuan bukti (rules of evidence).
9) Composure: kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang meskipun dalam
situasi tertekan.

Akuntansi forensik dibagi ke dalam dua bagian: jasa penyelidikan (investigative services)
dan jasa litigasi (litigation services). Jasa Penyelidikan mengarahkan pemeriksa penipuan atau
auditor penipuan, yang mana mereka menguasai pengetahuan tentang akuntansi mendeteksi,
mencegah, dan mengendalikan penipuan, dan misinterpretasi. Jasa litigasi merepresentasikan
kesaksian dari seorang pemeriksa penipuan dan jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan
untuk memecahkan isu-isu valuasi, seperti yang dialami dalam kasus perceraian. Sehingga, tim
audit harus menjalani pelatihan dan diberitahu tentang pentingnya prosedur akuntansi forensik di
dalam praktek audit dan kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu memecahkan
masalah.

c) Audit Keuangan

Audit Keuangan atau lebih tepat disebut sebagai Audit laporan keuangan merupakan penilaian
atas suatu perusahaan atau badan hukum lainnya (termasuk pemerintah) sehingga dapat dihasilkan
pendapat yang independen tentang laporan keuangan yang relevan, akurat, lengkap, dan disajikan secara
wajar. Audit keuangan biasanya dilakukan oleh firma-firma akuntan karena pengetahuannya akan laporan
keuangan.

Tujuan audit dari laporan keuangan yaitu untuk menilai kewajaran atau kelayakan penyajian
laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Adapun kelayakan dan kewajaran ini mengacu pada
prinsip akuntansi yang berterima umum dan selanjutnya atas penilaian tersebut akan tercermin pada opini
audit. Opini audit laporan keuangan ada empat macam, yaitu:

a. Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), artinya laporan keuangan disajikan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku.
b. Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), artinya laporan keuangan dapat diandalkan
tetapi masih ada beberapa masalah atau pos yang dikecualikan agar tidak salah dalam mengambil
keputusan.
c. Tidak Wajar (Adversed), artinya laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan standar akuntansi
atau ada kesalahan material dalam laporan keuangan tersebut.
d. Tidak Memberikan Pendapatan (Disclaimer), artinya laporan keuangan memiliki kesalahan yang
material dan manajemen membatasi lingkup pemeriksaan sehingga auditor tidak menemukan bukti
yang cukup.

7. PENIPUAN TRANSAKSI DAN PERNYATAAN

Theodorus M. Tuanakotta menyampaikan beberapa kondisi yang bisa mengidentifikasikan risiko


terjadinya kecurangan yaitu lemahnya manajemen yang tidak bisa menerapkan pengendalian intern yang
ada atau tidak bisa mengawasi proses pengendalian; Pemisahan tugas yang tidak jelas, terutama yang
berkaitan dengan tugas-tugas pengendalian dan pengamanan sumberdaya; Transaksi-transaksi yang tidak
lazim dan tanpa penjelasan yang memuaskan; Kasus dimana pegawai cenderung menolak liburan atau
menolak promosi; Dokumen-dokumennya hilang atau tidak jelas, atau manajemen selalu menunda
memberikan informasi tanpa alasan yang jelas; Informasi yang salah atau membingungkan, dan
pengalaman audit atau investigasi yang lalu dengan temuan mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu
dipertanyakan atau bersifat kriminal. Seperti telah disinggung dalam uraian tersebut bahwa audit ini tidak
sama dengan pelaksanaan audit secara umum, audit forensik lebih menekankan pada hal-hal atau tindakan
yang diluar kewajaran atau diluar kebiasaan maupun yang seringkali dikatakan pengecualian maupun
keanehan (exception, addities, irregularities) dan pola tindakan (pattern of conduct) daripada halhal yang
sifatnya normatif yaitu kesalahan (error) dan keteledoran (ommisions) seperti audit umumnya. Dapat
dikatakan bahwa audit forensik merupakan suatu metodologi dan pendekatan khusus dalam menilisik
kecurangan (fraud), atau audit yang bertujuan untuk membuktikan ada atau tidaknya fraud yang dapat
digunakan dalam proses litigasi.

Orang yang dipercaya untuk mengisi cek yang akan di tandatangi atasan, membuat fraut yang
berkaitan dengan pengisisan cek, petugas yang menangani rekening Koran bank, mencuri dari nasabah
yang jarang bertransaksi,dan lain-lain.

8. MOTIVASI DAN OPORTUNITI FRAUD

Ada situasi yang mana membawa orang kepada kebutuhan penyelesaian persoalan secara diam-
diam, secara rahasia. Bukan penciran yang di lakukan secara diam-diam, tetapi sesuatu yang mendahukui
pencurian itu. Tentunya dengan adanya peluang untuk melakukan kecurangan dan juga adanya dorongan
yang kuat terhadap kebutuhan , maka terjadilah hal ini.

Ada dua komponen yang yang tersepsi dalam peluang ini:

 General information,yang merupakan bahwa kedudukan dan kepercayaan dapat dilanggar tanpa
konsekuensi. Pengetahuan ini diperoleh apa yang telah ia lihat dan dengar
 Keahlian yang dibutuhkan dalam melakukan rencana kejahatan tersebut.

9. PENCEGAHAN DAN MENDETEKSI PENIPUAN

A. Mencegah Kecurangan

Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:109), salah satu cara yang
dapat dilakukan perusahaan untuk mencegah fraud yaitu dengan mengurangi peluang
terjadinya fraud dengan memperhatikan hal–hal berikut ini:

a. Memiliki Sistem Pengendalian Yang Baik


Berkaitan dengan pengendalian internal, Committee of Sponsoring
Organizations (COSO) mengharuskan perusahaan untuk memiliki kerangka pengendalian internal
sebagai berikut:

1) lingkungan pengendalian yang baik


2) penilaian resiko
3) aktivitas pengendalian yang baik
4) arus komunikasi dan informasi yang baik
5) pengawasan

Dari kelima unsur yang disebutkan pada kerangka di atas, Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan
Zimbelman (2009:110) terfokus pada:

1) Lingkungan pengendalian,

Merupakan lingkungan kerja yang diciptakan atau dibentuk oleh perusahaan bagi para karyawan.
Unsur – unsur lingkungan pengendalian meliputi hal–hal berikut:

 Peran dan contoh manajemen


 Komunikasi manajemen
 Perekrutan yang tepat
 Struktur organisasi yang jelas
 Internal audit perusahaan yang efektif

2) Arus komunikasi dan informasi yang baik (sistem akuntansi)

Setiap fraud yang terjadi pasti meliputi tindakan kecurangan, menyembunyikan kecurangan, dan
konversi. Oleh karena sistem akuntansi yang baik dan benar dapat menyediakan jejak audit yang dapat
membantu fraud ditemukan dan mempersulit penyembunyian.

Sistem akuntansi yang baik harus memastikan bahwa transaksi yang tercatat mencakup kriteria
berikut:

 Sah
 Diotorisasi dengan benar
 Lengkap
 Diklasifikasikan dengan benar
 Dilaporkan pada periode yang benar
 Dinilai dengan benar
 Diikhtisarkan dengan benar

3) Aktivitas atau prosedur pengendalian

Agar perilaku karyawan sesuai dengan apa yang diinginkan Anda sebagai pebisnis dan
membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya, tentu diperlukan lima prosedur pengendalian yang
utama:

 Pemisahan tugas atau pengawasan ganda


 Sistem otorisasi
 Pengecekan independen
 Pengamanan fisik
 Dokumen dan pencatatan

b. Menghambat terjadinya kolusi


c. Mengawasi karyawan dan menyediakan saluran telekomunikasi untuk pelaporan fraud
d. Menciptakan gambaran hukuman yang akan diterima bila melakukan fraud
e. Melaksanakan pemeriksaan secara proaktif.

B. Mendeteksi Kecurangan

Mendeteksi terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan beberapa
teknik dibawah ini:

1. Memeriksa jajaran menejerial

Kasus penggelapan, kecurangan laporan keuangan seringkali melibatkan pihak di jajaran


manajerial atau pengambil keputusan. Karena itu, jajaran manajemen harus diselidiki untuk mengetahui
tujuan mereka melakukan keurangan.

2. Adanya keterkaitan dengan pihak eksternal

Salah satu cara yang sering digunakan dalam melakukan kecurangan adalah dengan memberikan
bantuan pada organisasi baik yang nyata atau fiktif. Untuk itu harus dideteksi adanya hubungan antara
organisasi dengan lembaga keuangan, organisasi dengan individu, eksternal auditor, lembaga
pemerintahan, atau investor.
3. Sifat organisasi

Sebuah kecurangan seringkali tidak terendus karena adanya struktur organisasi yang digunakan
untuk menyembunyikan kecurangan tersebut. Misalnya struktur organisasi yang terlalu kompleks atau
tidak adanya internal audit dalam sebuah departemen. Untuk itu peneliti harus mengetahui seluk beluk
organisasi termsuk pemilik perusahaan.

4. Laporan keuangan dan karakteristik operasional

Melakukan pemeriksaan diantaranya rekening pendapatan, aset, kewajiban, pengeluaran atau


ekuitas. Tanda kecurangan yang seringkali terdeteksi adalah adanya perubahan dalam laporan keuangan.

5. Auditor Internal

Merupakan aktivitas konsultasi yang independen dan obyektif untuk menambah nilai dan
memperbaiki operasional organisasi. Definisi lainnya adalah penilaian yang dilakukan oleh personel
dalam organisasi uang memiliki kompetensi dalam hal meneliti catatan akuntansi perusahaan dan
pengendalian internal dalam perusahaan. Tujuan dari auditor internal adalah untuk membantu pihak
manajemen dalam pertanggungan jawab dengan memberikan analisa, saran, penilaian tentang kegiatan
yang diaudit.

6. Auditor Eksternal

Auditor eksternal diperlukan untuk mendeteksi kecurangan dalam organisasi serta melakukan
analisa jika auditor internal mengalami kesulitan.

Timbulnya kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan harus dicegah. Faktor yang paling
menentukan dalam melakukan tindakan pencegahan tersebut adalah dari internal perusahaan, karena
mereka yang secara langsung terjun dalam operasional organisasi. Karena itu sosok pimpinan yang
amanah dan anti kecurangan sangat dibutuhkan untuk itu. Selain dari internal organisasi, adanya
keterlibatan pihak luar seperti auditor eksternal dapat memberikan penilaian yang obyektif dimana untuk
memastikan laporan keuangan yang dihasilkan adalah wajar yaitu bebas dari keraguan dan ketidakjujuran.
Karena penilaiannya tersebut, maka seorang auditor eksternal hendaklah memiliki sikap profesionalisme
dalam menjalankan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai