Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RMK AUDIT FORENSIK

“RED FLAGS AND FRAUD DETECTION”

Disusun Oleh :
Nurhaliza ( 1702110117 )

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Riau

 
Statement of Authorship

Statement of Authorship Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa RMK/
makalah/ tugas terlampir murni hasil pekerjaan sayalkami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya/kami gunakan tanpa menyehutkan sumbernya.

Makalah ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami
menggunakannya.

Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah : Audit forensik

Judul RMK/Makalah/Tugas : Red Flags And Fraud Detection

Tanggal : 10 Maret 2020


Dosen : Dr. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA
Nama : Nurhaliza (1702110117)
Tanda Tangan :

Nurhaliza

(1702110117)
PEMBAHASAN

“ RED FLAGS AND FRAUD DETECTION ”

Para akuntan telah disarankan melalui SAS No. 53 agar memperhatikan "bendera merah"
(gejala-gejala kecurangan/ red flags) seperti:

1. Keputusan finansial dan operasi didominasi oleh satu orang


2. Struktur organisasi yang kurang disentralisasi dan dimonitor
3. Situasi yang banyak mengandung masalah akuntansi yang sulit dan pertengkaran.

Auditor juga harus mempertimbangkan "redflags" dalam hubungannya dengan informasi


yang diketahui tentang sistem pengendalian intern auditee.

1. Invitations to Corporate Fraud


Seiring dengan perkembangan ekonomi saat ini yang merupakan hasil dari proses
pembangunan, telah membuat dunia usaha semakin semarak, kompleks, variatif dan
dinamis. Masing-masing perusahaan berusaha untuk menggali segala potensi yang ada
agar tetap bertahan dan memenuhi kebutuhan pelanggannya. Namun, seperti juga yang
dialami oleh negara-negara maju maupun Negara berkembang, setiap pencapaian
kemampuan di bidang ekonomi, cenderung diiringi pula dengan munculnya bentuk-
bentuk kejahatan baru, baik di bidang ekonomi maupun social. Para pelaku kejahatan
tersebut cenderung untuk mencari dan memanfaatkan berbagai kelemahan yang ada
dalam prosedur, tata kerja, perangkat hukum, kelemahan para pegawai maupun
pengawasan yang belum sempat dibenahi. Berbagai cara dan usaha telah dilakukan oleh
hampir seluruh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecurangan baik dengan cara
mempromsikan integritas, maupun pengenaan sanksi yang sepadan dengan perbuatan
yang dilakukannya. Namun, risiko kecurangan tetap mungkin saja terjadi dalam
suatu perusahaan. Hal yang menjadi prtanyaan selanjutnya adalah bagaimana menilai
kemungkinan masalah demikian muncul.
Dengan memahami gejala kecurangan (Red Flags) manajemen dapat
mengidentifikasikan kondisi kecurangan yang kemungkinan besar akan terjadi atau telah
terjadi. Dengan belajar dari kecurangan yang pernah terjadi,maka kecurangan dapat
sedini mungkin ditangani oleh manajemen atau internal auditor. Dalam hal ini
manajemen dan internal auditor harus "jeli" melihat tanda-tanda atau kecurangan, yaitu
antara lain:

1. Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun


sebelumnya
2. Perbedaan antara Buku Besar dengan Buku Tambahannya
3. Perbedaan yang terungkapkan dari hasil konfirmsi
4. Transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang memadai
5. Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen baik yang khusus
maupun yang umum
6. Terdapat perbedaan kepentingan (conflict of interest) pada tugas pekerjaan
karyawan

Tanda awal (Red Flags) terjadinya kecurangan sebagai berikut:


a. Situasi pribadi yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak
diharapkan,seperti dililit hutang ,dan menderita sakit berat.
b. Keadaan perusahaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak
semestinya,seperi kesulitan ekonomi,banyaknya hutang.meningkatnya persaingan
dan kredit pinjaman yang terbatas
c. Risiko pengendalian yang spesifik,seperti satu orang menangani semua bagian
dari suatu transaksi yang penting,supervise yang buruk,penugasan dan tanggung
jawab yang tidak jelas.

2. Landmark Cases in Corporate Fraud


Dalam melakukan pendeteksian terhadap kecurangan,tentunya tidak dapat
dilepaskan dari pengetahuan tentang hal-hal yang menjadi pemicu terjadinya kecurangan
dan siapa atau pihak mana yang kemungkinan dapat melakukan kecurangan. Hal ini
sangat perlu diketahui oleh pihak yang mendapat tugas untuk melakukan pendeteksian
kecurangan,karena dengan mengetahui faktor pemicu terjadinya kecurangan dan siapa
atau pihak mana yang dilakuakan akan lebih terarah.
Secara umum hal-hal yang menjadi pemicu terjadinya kecurangan baik yang
dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok orang dapat dirangkum dalam kata
(GONE THEORY) yang merupakan singkatan dari Greed (Keserakahan). Opportunity
(Kesempatan), Need (Kebutuhan), dan Exposure (Pengungkapan). Dua faktor yaitu
Greed dan Need terutama berhubungan dengan individu (pelaku kecurangan), sedangkan
Opportunity dan Exposure berhubungan dengan organisasi (korban perbuatan
kecurangan). Dalam pembahasan selanjutnya, factor-faktor tersebut dikelompokkan ke
dalam faktor generik dan faktor individu.

Tujuan utama dari pendeteksian kecurangan adalah dalam rangka membantu perusahaan
menciptakan suasana sehat dan menguntungkan di dalam lingkungan perusahaan dengan
mencegah terjadinya kerugian akibat kecurangan.

3. How Can Management and Corporate Fraud be Detected?


Teknik mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Critical Point Audting (CPA)
CPA merupakan suatu teknik dimana melalui pemeriksaan atas catatan
pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi. Hasilnya berupa gejala atau
kemungkinan terjadinya kecurangan yang pada gilirannya mengarah kepada
penyelidikan yang lebih rinci. Metode ini dapat digunakan pada setiap perusahaan.
Semakin akurat dan komprehensif suatu catatan, maka semakin efektif teknik ini
dalam mengetahui gejala kecurangan.

Critical Point Auditing ini adalah :


 Analisis Tren, Pengujian ini terutama dilakukan atas kewajaran pembukuan
pada rekening buku besar dan menyangkut pula pembandingannya dengan
data sejenis untuk periode sebelumnya maupun dengan sejenis dari cabang-
cabang perusahaan. Data-data yang digunakan biasanya berupa : Rekening
Buku Besar, Neraca, dan Anggaran,
 Pengujian Khusus, Pengujian khusus dilakukan terhadap kegiatan- kegiatan
yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kecurangan.

2) Job Sensitivity Anaysis (JSA)


Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job sensitivity analysis) ini didasarkan
pada suatu asumsi, yakni bila sescorang/sekelompok karyawan bekerja pada posisi
tertentu, peluang/tindakan negative (kecurangan) apa saja yang dapat dilakukan.
Dengan kata lain, teknik ini merupakan analisis dengan risiko kecurangan dari sudut
“pelaku potensial”, sehingga pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecurangan dapat dilakukan misalnya dengan memperketat pengendalian intern pada
posisi-posisi yang rawan kecurangan,
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, Thcodorus M. 2007. "Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif", Edisi Kedua.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Zimbelman, Mark F., dkk. 2014. "Akuntansi Forensik", Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat

Tunggal, Drs. Amin Widjaja, Ak., MBA.1992. "Pemeriksaan Keeurangan (Fraud Auditing)".
Jakarta: Rineka Cipta

Tommi W. Singleton, Aaron J. Singleton, G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist. 2006. Fraud
Auditing and Forensic Accounting. Third Edition, John Wiley &amp: Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai