Anda di halaman 1dari 10

AUDIT FORENSIK

“RED FLAGS AND FRAUD DETECTION”

Oleh:
Tiana Fransischa 1502120807
Yunita Hasana 1502111112

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2017/2018
Statement of Authorship

Saya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/
tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/
tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami
menggunakannya.

Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah : Audit Forensik

Judul RMK/ Makalah/Tugas : Red Flags and Fraud Detection

Tanggal : 1 April 2018

Dosen : Dr. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA

Nama dan NIM : 1. Tiana Fransischa 1502120807


2. Yunita Hasana 1502111112

Pekanbaru, 1 April 2018

Tiana Fransischa Yunita Hasana


Anggota 1 Anggota 2
*RED FLAGS AND FRAUD DETECTION
*FRAUD PREVENTION AND CONTROL

Para akuntan telah disarankan melalui SAS No. 53 agar memperhatikan “bendera
merah” (gejala-gejala kecurangan/ red flags) seperti:
1. Keputusan finansial dan operasi didominasi oleh satu orang
2. Struktur organisasi yang kurang disentralisasi dan dimonitor
3. Situasi yang banyak mengandung masalah akuntansi yang sulit dan pertengkaran.
Auditor juga harus mempertimbangkan “redflags” dalam hubungannya dengan
informasi yang diketahui tentang sistem pengendalian intern auditee.

1. Invitations to Corporate Fraud


Seiring dengan perkembangan ekonomi saat ini yang merupakan hasil dari
proses pembangunan, telah membuat dunia usaha semakin semarak, kompleks,
variatif dan dinamis. Masing-masing perusahaan berusaha untuk menggali segala
potensi yang ada agar tetap bertahan dan memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Namun, seperti juga yang dialami oleh negara-negara maju maupun Negara
berkembang, setiap pencapaian kemampuan di bidang ekonomi, cenderung diiringi
pula dengan munculnya bentuk-bentuk kejahatan baru, baik di bidang ekonomi
maupun social. Para pelaku kejahatan tersebut cenderung untuk mencari dan
memanfaatkan berbagai kelemahan yang ada dalam prosedur, tata kerja, perangkat
hukum, kelemahan para pegawai maupun pengawasan yang belum sempat dibenahi.
Berbagai cara dan usaha telah dilakukan oleh hamper seluruh perusahaan untuk
mencegah terjadinya kecurangan baik dengan cara mempromsikan integritas,
maupun pengenaan sanksi yang sepadan dengan perbuatan yang dilakukannya.
Namun, risiko kecurangan tetap mungkin saja terjadi dalam suatu perusahaan. Hal
yang menjadi prtanyaan selanjutnya adalah bagaimana menilai kemungkinan
masalah demikian muncul.
Dengan memahami gejala kecurangan (Red Flags) manajemen dapat
mengidentifikasikan kondisi kecurangan yang kemungkinan besar akan terjadi atau
telah terjadi.Dengan belajar dari kecurangan yang pernah terjadi,maka kecurangan
dapat sedini mungkin ditangani oleh manajemen atau internal auditor.Dalam hal ini
manajemen dan internal auditor harus “jeli” melihat tanda-tanda atau kecurangan,
yaitu antara lain:
 Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan
tahun-tahun sebelumnya
 Perbedaan antara Buku Besar dengan Buku Tambahannya
 Perbedaan yang terungkapkan dari hasil konfirmsi
 Transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang memadai
 Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen baik
yang khusus maupun yang umum
 Terdapat perbedaan kepentingan (conflict of interest) pada tugas
pekerjaan karyawan
Tanda awal (Red Flags) terjadinya kecurangan sebagai berikut:
a. Situasi pribadi yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidk
diharapkan,seperti dililit hutang ,dan menderita sakit berat.
b. Keadaan perusahaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak
semestinya,seperi kesulitan ekonomi,banyaknya hutang,meningkatnya
persaingan dan kredit pinjaman yang terbatas
c. Risiko pengendalian yang spesifik,seperti satu orang menangani semua bagian
dari suatu transaksi yang penting,supervise yang buruk,penugasan dan
tanggung jawab yang tidak jelas.

2. Landmark Cases in Corporate Fraud


Dalam melakukan pendeteksian terhadap kecurangan,tentunya tidak dapat
dilepaskan dari pengetahuan tentang hal-hal yang menjadi pemicu terjadinya
kecurangan dan siapa atau pihak mana yang kemungkinan dapat melakukan
kecurangan.Hal ini sangat perlu diketahui oleh pihak yang mendapat tugas untuk
melakukan pendeteksian kecurangan,karenadengan mengetahui factor pemicu
terjadinya kecurangan dan siapa atau pihak mana yang dilakuakan akan lebih terarah.
Secara umum hal-hal yang menjadi pemicu terjadinya kecurangan baik yang
dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok orang dapat dirangkum dalam kata
GONE (GONE THEORY yang merupakan singkatan dari Greed (Keserakahan),
Opportunity (Kesempatan), Need (Kebutuhan), dan Exposure (Pengungkapan). Dua
factor yaitu Greed dan Need terutama berhubungan dengan individu (pelaku
kecurangan), sedangkan Opportunity dan Exposure berhubungan dengan organisasi
(korban perbuatan kecurangan). Dalam pembahasan selanjutnya,factor-faktor
tersebut dikelompokkan ke dalam factor generic dan factor individu.
Tujuan utama dari pendeteksian kecurangan adalah dalam rangka membantu
perusahaan menciptakan suasana sehat dan menguntungkan di dalam lingkungan
perusahaan dengan mencegah terjadinya kerugian akibat kecurangan.

3. How Can Management and Corporate Fraud be Detected?


Teknik mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Critical Point Auditing (CPA)
CPA merupakan suatu teknik dimana melalui pemeriksaan atas catatan
pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi. Hasilnya berupa
gejala atau kemungkinan terjadinya kecurangan yang pada gilirannya
mengarah kepada penyelidikan yang lebih rinci. Metode ini dapat digunakan
pada setiap perusahaan. Semakin akurat dan komprehensif suatu catatan, maka
semakin efektif teknik ini dalam mengetahui gejala kecurangan.
Critical Point Auditing ini adalah :
 Analisis Tren, Pengujian ini terutama dilakukan atas kewajaran
pembukuan pada rekening buku besar dan menyangkut pula
pembandingannya dengan data sejenis untuk periode sebelumnya maupun
dengan sejenis dari cabang-cabang perusahaan. Data-data yang digunakan
biasanya berupa : Rekening Buku Besar, Neraca, dan Anggaran.
 Pengujian Khusus, Pengujian khusus dilakukan terhadap kegiatan-
kegiatan yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kecurangan.
2) Job Sensitivity Analysis (JSA)
Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job sensitivity analysis) ini
didasarkan pada suatu asumsi, yakni bila seseorang/sekelompok karyawan
bekerja pada posisi tertentu, peluang/tindakan negative (kecurangan) apa saja
yang dapat dilakukan. Dengan kata lain, teknik ini merupakan analisis dengan
risiko kecurangan dari sudut “pelaku potensial”, sehingga penegahan terhadap
kemungkinan terjadinya kecurangan dapat dilakukan mesalnya dengan
memperketat pengendalian intern pada posisi-posisi yang rawan kecurangan.

4. Is Corporate Fraud Cyclical?


Kecurangan dalam pembukuan terdiri atas 2 (dua) kelompok utama :
kecurangan transaksi dan kecurangan laporan. Kecurangan laporan mencakup
kesalahan pelaporan yang disengaja dari nilai keuangan tertentu untuk memerbesar
penampilan keuntungan dan menipu pemegang saham ataukreditor. Kecurangan
transaksi biasanya ditujukan untuk mempermudah pencurian atau konversi aset
organisasi ke penggunaan pribadi.
Kecurangan laporan keuangan biasanya terdeteksi ketika informasi dalam
laporan keuangan dibandingkan dengan karaktristik riil dari perusahaan tersebut,
dengan konteks manajemen yang melakukan kegiatan operasional dan sedang
dimotivasi. Empat elemen dari kotak eksposur (exposure rectangle) berguna dalam
mengidentifikasi eksposur kecurangan menajemen dan memahami berbagai konteks
oerasionl bisnis. Empat elen tersebut yaitu: (1) manajemen dan direksi, (2) hubungan
dengan pihak pihak lain, (3) organisasi dan industri, (4) haisl knerja keuangan dan
karakteristik operasional.

5. Can Management Controls become too Much of a Good Thing

Kecurangan manajemen memerlukan pertimbangan. Ia adalah suatu bentuk


kecurangan yang mempunyai arti lebih sempit dari penggelapan, kecurangan, dan
pencurian. Ia mencakupm semua bentuk penipuan yang dipraktekkan manajer yang
merupakan rang yang dalam posisi kekuasaan dan kepercayaan sering dibicarakan. Ia
lebih tersembunyi (concealed) dari pada dinyatakan (revealed). Ia sering ditutupi
oleh korban untuk menghindari akibat publikasi jelek. Kecurangan manajemen dapat
ditemukan dimana saja. Manajer mempunyai kesempatan untuk menguntungkan
dmpet mereka, status mereka, atau ego mereka melalui penipuan. Kesempatan
terletak luas diposisi keuangan yang dipunyai manajer dalam organisasi. Dalam
posisi kepercayaan, mereka diberi kepercayaan dan penghargaan (motif mereka
jarang dipertanyakan dan penjelasan mereka jarang dipertentangkan). Peranan
mereka yang dihargai sebagai manajer pusat laba (kepala unit yang otonom)
menempatkan mereka diatas kecurigaan. Mereka sering bebas terhadap pengecekan
biasa.
Tekanan yang berbeda mendesak manajer melakukan penipuan. Tekanan ini
dapat eksternal maupun internal. Manajer mempunyai dorongan internal
melaksanakan secara berlebihan dalam banyak hal, Melebihi peroma yang terlihat
pada akhir tahun fiskal, mengalahkan pesaing/ lawan untuk promosi karena iri hati,
atau menerima bonus insentif yang lebih besar. Tujuan yang ditentukan mungkin
diluar kemampuan manajer untuk mencapainya.
Landasan atau dasar dalam struktur yang dirancang untuk mengawasi
kecurangan manajemen adalah lingkungan yang diciptakan oleh pembuat keputusan
organisasi. Ia adalah suatu lingkungan yang membantu perkembangan moralitas dan
etika usaha yang tinggi. Membiarkan praktek kecurangan atau penipuan (sharp
practices) tumbuh diatas, seperti pergeseran pendapatan (Income smoothing).
Entertaimen yang berlebihan, penyogokan pejabat berarti membiarkan bibit
kecurangan manajer menyebar. Manajer senior juga harus mengerti bahwa manajer
sebuah pusat biaya mempunyai otonomi dan kesempatan. Semakin besar kebebasan,
semakin mudah ia jatuh dari godaan.
Beberapa ukuran pengawasan yang manajer eksekutif perlu adakan adalah sebagai
berikut:
a. Mengadakan standar-standar, anggaran dan statistikal, dan investigasi semua
penyimpangan yang material.
b. Menggunakan teknik kuantitatif dan analitikal (analisis time series, analisis
regresi dan korelasi, dan random sampling) untuk menyoroti perilaku yang
menyimpang dari kebiasaan, mengembangkan indikator seperti ruangan yang
digunakan, waktu yang diperlukan, batas berat yang ditentukan, perbandingan
penggunaan (masukan) dan keluaran. Apabila mungkin, mengembangkan sistem
informasi manajemen yang memasok data yang diperlukan untuk analisis
demikian.
c. Membandingkan perfoma dengan norma-norma industri, demikian halnya dengan
perfoma dari pusat biaya yang dapat dibandingkan dalam organisasi.
d. Mengidentifisir indikator proses yang kritikal; seperti kerugian dalam produk,
pengerjaan kembali dalam manufakturing dan perakitan dan pengujian laba kotor
dalam jual-beli atau operasi ceceran.
e. Secara teliti menganalisis perfoma yang tampaknya terlalu baik, demikian halnya
terhadap perfoma yang tidak memenuhi standar.
f. Mengadakan suatu departemen audit yang profesional. Berikan departemen
tersebut suatu pengakuan resmi (piagam), yang ditandatangani CEO dan disetujui
oleh panitia audit dan dewan direksi, yang memberikan indepedensi atas aktivitas
yang diaudit, obyektifitas jaminan, menyetujui peninjauan periodik dari semua
operasi dan mengharuskan pertimbangan yang tepat atas semua temuan difisiensi
yang dilaporkan dan rekomendasi untuk tindakan korektif.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecurangan manajemen adalah
suatu bentuk kecurangan yang tidak sering didiskusikan, akan tetapi jumlah kerugian
yang besar membuatnya menjadi suatu pertimbangan yang penting bagi auditor.
Internal auditor harus mempunyai suatu piagam (charter) yang memberi mereka
kekuasaan naik ke jenjang yang tertinggi dari perusahaan, apabila mereka
mempunyai kecurigaan yang berdasar terhadap kecurangan. Mereka mempunyai hal
menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan kepada orang yang ada pada
setiap eselon perusahaan.
Kecurangan dapat dicegah oleh manajemen dengan memperhatikan
pengendalian interen (internal control) yang baik sebagai berikut:
 Memberikan insentif atau benefit yang cukup memadai
 Penyederhanaan struktur organisasi
 Adanya “Internal check” antara beberapa bagian yang berhubungan dengan
memperhatikan pemisahan fungsi membuat atau menyetujui transaksi,
melaksanakan transaksi dan membukukan transaksi.
 Supervisi dan pengawasan yang cukup
 Evaluasi dari kewajaran transaksi hubungan istimewa (related party
transaction)
 Adanya rotasi pegawai
 Diwajibkan setiap pegawai untuk menggunakan hak cutinya dan selama itu
pekerjaannya dikerjakan oleh orang lain
 Tindakan yang tegas atau berat bagi setiap pelaku kecurangan
 Adanya pelaksanaan yang komponen (ahli dalam bidangnya) dan dapat
dipercaya dengan garis dan kewajiban yang jelas
 Tersedianya catatan atau dokumen-dokumen yang memadai
 Adanya pengawasan secara phisik terhadap setiap harta serta catatan
perusahaan.
 Pelaksanaan audit secara independen (melalui internal atau eksternal auditor)
 Menerapkan kebijakan “Conflic of interest” dengan menekankan pada :
pemeriksaan uang, hadiah atau jasa dari setiap orang atau perusahaan kepada
siapa perusahaan melakukan bisnis, penggunaan infomasi perusahaan untuk
tujuan pribadi, penggunaan waktu perusahaan atau fasilitas untuk kepentingan
pribadi, ikut serta dalam manajemen (secara langsung) pada setiap
perusahaan swasta serta meminjam atau meminjamkan kepada pegawai lain.
 Melakukan asuransi kerugian atau kehilangan.
Akhirnya, hal yang perlu disadari manajemen adalah walaupun pengendalian
intern suatu perusahaan sudah baik sekali, kemungkinan terjadinya kecurangan
tetap ada yaitu apabila terjadi persekongkolan (collusion) antara karyawan, yang
dapat menghancurkan pengendalian intern.

6. Preventing Fraud in Particular Account Categories


Kecurangan biasanya ditemui :
a) Melalui sistem pengawasan yang diterapkan (misalnya melalui pemeriksa
inten)
b) Kebetulan (by accident)
c) Laporan dari pihak lain.

Kecurangan sering kali terungkap dalam catatan akuntansi. Catatan akuntansi


didasarkan pada dokumen transaksi, baik kertas maupun elektronik. Untuk menutupi
kecurrangan, pendokumentasian kertas atau elektronik harus diubah, disalahgunakan
atau dibuat menjadi suatu bentuk kecurangan. Kecurangan dapat ditemukan dalam
catatan akuntansi dengan memeriksa jurnal transaksi yang tidak memiliki dokumen
pendukung atau dengan mempermasalahkan saldo laporan keuangan yang tidak
masuk akal. Tanpa sistem akuntansi yang baik, membedakan antara kecurangan yang
sebenarnya terjadi dan kesalahan yang tidak disengaja sering kali menjadi sulit.
Sistem akuntansi yang baik harus memperhatikan bahwa transaksi yang tercatat telah
1) valid, 2) diotorisasi secara cepat, 3) lengkap, 4) diklasiikasi dengan sesuai, 5)
dilaporkan dalam periode yang sesuai, 6) dinilai secara tepat, dan 7) diringkas secara
benar.

Pencegahan kecurangan secara umum merupakan cara yang paling efektif


untuk mengurangi kerugian akibat kecurangan. setelah kecurangan dilakukan, tidak
ada pemenang. Pelaku merugi karena mereka biasanya merupakan pelaku yang baru
pertama kali melakukan kecurangan yang akan merasa terhina dan malu apalagi
ketika akan menerima konsekuensi hukum. Mereka biasanya harus membayar pajak
dan juga ganti rugi, dan sering kali ada sanksi secara finansial dan konsekuensi
lainnya. Korban merugi karena tidak hanya aset yang dicuri, tetapi mereka juga harus
membayar biaya hukum, kehilangan waktu, publisitas negatif, dan konsekuensi
merugikan lainnya. Lebih lanjut lagi, jika organisasi menganggap bahwa pelaku
kecurangan tidak dikenakan sanksi yang serius, sehingga memungkinkan orang lain
untuk melakukan kecurangan. Organisasi dan individu yang menggunakan metode
pencegahan kecurangan secara proaktif biasanya menemukan bahwa usaha
pencegahan mereka dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Disisi lain,
investigasi kecurangan memerlukan biaya yang sangat besar.

Tujuan utama mendeteksi kecurangan adalah mencegah terjadinya, bukan


mendeteksi seluruh kecurangan. Mendeteksi kecurangan ini dapat dilakukan dua cara:
 Critical Point Auditing (CPA), yaitu melalui pemeriksaan atas catatan
pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi. CPA berupa analisis
tren dan pengujian khusus
 Job Sensitivity Analysis (JSA), yaitu teknik analisis kepekaan pekerjaan yang
didasarkan pada suatu asumsi tertentu.

Upaya mencegah fraud dan penipuan dimulai dari pengendalian intern.


Disamping pengendalian intern, dua konsep penting lainnya dalam pencegahan fraud,
yakni menanamkan kesadaran tentang adanya fraud (fraud awareness) dan upaya
menilai risiko terjadinya fraud (fraud risk assessment). Pengendalian intern atau
internal control mengalami perkembangan dalam pemikiran dan praktiknya. Oleh
karena itu, Davia et al. mengingatkan kita untuk meyakinkan apa yang dimaksud
dengan pengendalian intern, ketika orang menggunakannya dalam percakapan sehari-
hari. Adapun beberapa pengertian yang mereka catat seperti definisi 1 (sebelum
September 1992), The condition sought by, and/or resulting rom, processes
undertaken by an entity to prevent and deter fraud (kondisi yang diinginkan, atau
merupakan hasil, dari berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk
mencegah (prevent) dan menimbulkan eek jera (deter) terhadap fraud. Inilah definisi
umum yang dikenal sebelum September 1992 (sebelum definisi COSO). Meskipun
demikian, definisi ini masih dikenal dan sering dipakai sampai sekarang. Tidak ada
rujukan yang bisa dipakai untuk definisi ini. Para akuntan menganggapnya begitu
gambang sehingga tidak memerlukan suatu definisi yang formal.

Pencegahan kecurangan melibatkan dua elemen: 1) mengambil tahapan untuk


menciptakan dan mempertahankan budaya jujur dan beretika dan 2) menilai resiko
kecurangan dan mengembangkan respons yang konkret untuk mengurangi resiko dan
mengeliminir kesempatan terjadinya kecurangan. Lima elemen yang paling umum
dan penting adalah: 1) memastikan bahwa manajemen puncak memberikan contoh
perilaku yang tepat, 2) mempekerjakan pegawai yang tepat, 3) mengomunikasikan
sejumlah ekspektasi diseluruh posisi yang ada dalam struktur organisasi dan meminta
konfirmasi tertulis atas penerimaan ekspektasi secara periodik, 4) menciptakan
lingkungan kerja yang positif, dan 5) mengembangkan dan mempertahankan
kebijakan yang efektif untuk menangani kecurangan ketika hal itu benar-benar terjadi.
Organisasi dapat secara proaktif menghilangkan kesempatan dilakukannya
kecurangan dengan: 1) secara akurat mengidentifikasi sumber dan mengukur risiko,
2) mengimplementasikan pengendalian preventif dan pengendalian detektif yang
sesuai untuk mengurangi risiko-risiko tersebut, 3) membuat pemonitoran secara
menyeluruh oleh pegawai, dan 4) memiliki auditor internal dan eksternal yang
melakukan pengecekan independen pada kinerja. Dalam mencegah kecurangan perlu
diciptakan budaya jujur, terbuka, dan memberi dukungan.
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, Theodorus M. 2007. “Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif”. Edisi Kedua.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Zimbelman, Mark F., dkk. 2014. “Akuntansi Forensik”. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat

Tunggal, Drs. Amin Widjaja, Ak., MBA.1992. “Pemeriksaan Kecurangan (Fraud


Auditing)”. Jakarta: Rineka Cipta

Tommi W. Singleton, Aaron J. Singleton, G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist. 2006. Fraud

Auditing and Forensic Accounting. Third Edition, John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai