Anda di halaman 1dari 16

RMK AUDIT KEUANGAN NEGARA

“HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL, RESIKO


PENGENDALIAN DAN PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH”

DISUSUN OLEH :

1. Andini Anugrah (NIM : 1502115925)

2. Anesia Syaftyani (NIM : 1502122623)

3. Tengku Yola Dhazira (NIM : 1502115362)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2018
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa RMK terlampir adalah murni hasil
pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.

Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada
mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarism.

Mata kuliah : Audit Keuangan Negara

Judul RMK : Hubungan antara struktur pengendalian internal, resiko


pengendalian dan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
pusat dan daerah

Tanggal : Selasa, 25 September 2018

Dosen : Dr. M. Rasuli, SE., M.Si., AK., CA

Nama Kelompok : Kelompok 3

Nama Anggota : 1. Andini Anugrah (NIM : 1502115925)

2. Anesia Syaftyani (NIM : 1502122623)

3. Tengku Yola Dhazira (NIM : 1502115362)

Tanda Tangan :

(Andini Anugrah) (Anesia Syaftyani) (Tengku Yola Dhazira)


HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL, RESIKO
PENGENDALIAN DAN PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Agar tujuan dari kegiatan instansi dapat dicapai secara efektif, efisien, dipercayanya
informasi dan data, serta ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku maka diperukan yang
namanya pengendalian intern. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) harus disusun dan
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, supay pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan daerah terlaksana dengan baik. Ketika pengendalian intern dalam suatu Organisasi
Pemerintah Daerah makin baik, maka akuntabilitas dari OPD tesebut makin baik juga.

Dalam Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 pasal 58 ayat 1 dikatakan bahwa “Dalam
rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian
intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh”. Sistem Pengendalian Intern adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadaiatas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SPIP sendiri adalah adalah
Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diatur
lebih lanjut di Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun 2008.

TUJUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Dari segi tujuannya, Sistem pengedalian intern terdiri dari 2 macam yaitu:

1. Pengendalian Interen Akuntansi (internal accounting control)

Dalam pengendalian ini termasuk didalamnya struktur organisasi, metode, dan ukuran-
ukuran yang dilimpahkan terutama untuk memerikasa kebenaran data keuangan dan menjaga
aset entitas.

2. Pengendalian Intern Administrasi (internal administration control)


Masuk dalam pengendalian ini adalah struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran
yang dilimpahkan untuk mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Tujuan Sistem Pengendalian Intern secara umum:

1. Struktur Organisasi

Merupakan rerangka pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit


organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan organisasi atau dapat disrtikan
sebagai menggidentifikasikan kerangka hubungan formal untuk Mencapai Tujuan
Organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji ketelitiannya dalam
melaksanakan operasi. Sistem pengendalian intern dapat mencegah dan menemukan
kesalahan.

3. Mendorong Efesiensi Usaha

Pengendalian dalam organisasi ditujukan untuk menghindari pekerjaan berganda


yang tidak perlu, dan mencegah pemborosan terhadap semua aspek kegiatan termasuk
pencegahan penggunaan dana yang tidak efesien.

4. Mendorong Efesiensi ditaatinya Kebijakan Manajemen

Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk mencapai tujuan organisasi.


Sistem pengendalian intern (SPI) memberikan jaminan bahwa prosedur dan peraturan
tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan.

UNSUR SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN

Para pegawai akan memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan pekerjaannya


karena mereka termotivasi ketika kemampuan pimpinan untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan kerja yang kondusif. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang
kompeten dalam menciptakan lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi
pegawai untuk melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan instansinya. Pimpinan
Instansi Pemerintah dapat menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang
menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern
dalam lingkungan kerjanya, melalui:

a. penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:


- menyusun dan menerapkan aturan perilaku;
- memberikan keteladanan;
- menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau pelanggaran;
- menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian
pengendalian intern;
- menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis.

b. komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:


- mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi
pada masing-masing posisi;
- menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi;
- menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi;
- memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas

c. kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:


- mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan;
- menerapkan manajemen berbasis kinerja;
- mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;
- melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah;
- melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih rendah;
- merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan,
penganggaran, program, dan kegiatan.
d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal dilakukan
dengan cara:
- menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan;
- memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab;
- memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern;
- melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis;
- menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.

e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan dengan
cara:
- wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung
jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah;
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami
bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain
dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan; dan
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b memahami
bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP.

f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia; minimal dilakukan dengan cara :
- penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian
pegawai;
- penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; dan
- supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;


- memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
- memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
- memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah.

h. hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya mekanisme
saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.

2. PENILAIAN RISIKO
Penilaian risiko terdiri atas:

a. identifikasi risiko, minimal dilakukan dengan cara:


- menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada
tingkatan kegiatan secara komprehensif;
- menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari factor eksternal
dan factor internal; dan
- menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.
b. analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah dengan berpedoman pada
peraturan perundang- undangan. menetapkan

a. Tujuan Instansi Pemerintah;


Tujuan Instansi memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis, dan terikat waktu serta wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai. Untuk
mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan:

- strategi operasional yang konsisten


- strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.

b. Tujuan pada tingkatan kegiatan,


Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

- berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis;


- saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya;
- relevan dengan seluruh kegiatan utama;
- mengandung unsur kriteria pengukuran;
- didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup;
- melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

3. KEGIATAN PENGENDALIAN
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
yang bersangkutan. Minimal memiliki karakteristik sebagai berikut:

- kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok;


- kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
- kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi
Pemerintah;
- kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
- prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan;
- kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur.

Bentuk-bentuk kegiatan pengendalian:

- reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan dengan membandingkan


kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
- pembinaan sumber daya manusia; minimal dengan cara:
1. mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada pegawai;
2. membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang
mendukung pencapaian visi dan misi; dan
3. membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan pelatihan
pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas pegawai,
ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan
karir.
- pengendalian atas pengelolaan sistem informasi yang dilakukan untuk memastikan
akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan system
informasi meliputi:
a. pengendalian umum;
 pengamanan sistem informasi;
 pengendalian atas akses;
 pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi;
 pengendalian atas perangkat lunak sistem;
 pemisahan tugas; dan
 kontinuitas pelayanan.
b. pengendalian aplikasi:
 pengendalian otorisasi;
 pengendalian kelengkapan;
 pengendalian akurasi; dan
 pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.

- pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,


mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
 rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik
 rencana pemulihan setelah bencana.
- penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
 menetapkan ukuran dan indikator kinerja;
 mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan keandalan
ukuran dan indikator kinerja;
 mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan
 membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran
yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
- pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek
utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh
pegawai.
- pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan Instansi
Pemerintah perlu mempertimbangkan:
 transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
 klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus
transaksi atau kejadian.
- pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi Pemerintah
memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas
pembatasan tersebut secara berkala.
- akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi Pemerintah
menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan
pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala.
- dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian
penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan
secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem
Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

4. INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi
Pemerintah harus sekurang-kurangnya:

a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi


b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.

5. PEMANTAUAN
Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:

1. pemantauan berkelanjutan; melalui:


a. pengelolaan rutin
b. pembandingan

c. tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas

d. supervisi

e. rekonsiliasi

2. evaluasi terpisah
 Dilaksanakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem
Pengendalian Intern.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau
pihak eksternal pemerintah.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji pengendalian
intern
tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; diselesaikan dan dilaksanakan sesuai
dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.

Berikut tabel unsur-unsur dan sub unsure SPIP secara singkat:

No Uraian Unsur dan Sub Unsur SPIP


I Lingkungan Pengendalian :
1) Penegakan Integritas dan Nilai Etika
2) Komitmen Terhadap Kompetensi
3) Kepemimpinan yang Kondusif
4) Struktur Organisasi sesuai Kebutuhan
5) Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat
6) Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan
SDM
7) Perwujudan Peran APIP yang Efektif
8) Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait
II Penilaian Resiko :
1) Identifikasi Resiko
2) Analisis Resiko
III Kegiatan Pengendalian :
1) Reviu atas Kinerja
2) Pembinaan Sumber Daya Manusia
3) Pengendalian atas pengelolaan Sistem Informasi
4) Pengendalian Fisik atas Aset
5) Penetapan dan reviu Indikator
6) Pemisahan Fungsi
7) Otoritas Transaksi dan Kejadian Penting
8) Pencatatan yang Akurat dan Tepat waktu
9) Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Catatan
10) Akuntabilitas Pencatatan dan Sumber Daya
11) Dokumentasi yang Baik atas SPI serta transaksi dan kejadian penting
IV Informasi dan Komunikasi :
1) Sarana Informasi
2) Penyelenggaraan Komunikasi yang Efektif
V Pemantauan :
1) Pemantauan Berkelanjutan
2) Evaluasi Terpisah

PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP


Efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern merupakan tanggungjawab
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota di masing-masing tempat.
pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP) dilakukan untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dengan tujuan memberikan keyakinan yang pasti bahwa kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Pengawasan intern ini adalah
salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern, yang berfungsi untuk melakukan penilaian
independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
PENGAWASAN INTERN ATAS PENYELENGGARAAN TUGAS DAN FUNGSI
INSTANSI PEMERINTAH TERMASUK AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:

 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Dalam PP nomor 60 Tahun 2008 pasal 1 ayat 4 dikatakan “Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat BPKP, adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden”.
BPKP melaksanakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas
kegiatan tertentu dimana kegiatan tersebut meliputi:
- kegiatan yang bersifat lintas sektoral
- Kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan melakukan koordinasi kegiatan
yang terkait dengan Instansi Pemerintah lainnya)
- Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.

 Inspektorat Jendral

Dalam PP nomor 60 tahun 2008 pasal 1 ayat 5 dikatakan “Inspektorat Jenderal


atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern adalah aparat
pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada
menteri/pimpinan lembaga”.

 Inspektorat Provinsi

Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan


tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.

 Inspektorat Kabupaten/Kota
Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan
tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota

Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui:

 Audit (kinerja dan tujuan tertentu)


 Reviu
 Evaluasi
 Pemantauan
 Kegiatan pengawasan lainnya

Ketentuan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

1. Dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang telah
memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor (melalui keikutsertaan dan
kelulusan program sertifikasi)
2. Untuk menjaga perilaku pejabat disusun kode etik
3. aparat pengawasan intern pemerintah dan wajib ditaati oleh semua pejabat.
4. Kode etik disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang
ditetapkan pemerintah.
5. Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan intern pemerintah,
disusun standar audit. Dan setiap wajib melaksanakan audit sesuai dengan standar audit
6. Standar audit disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan oleh pemerintah.
7. Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah wajib
membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada pimpinan Instansi
Pemerintah yang diawasi.
8. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum Negara
laporan hasil pengawasan disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara dan kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi.
9. Secara berkala, BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan
kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara.
10. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal atau,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan
ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan
kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
11. BPKP, Insepktorat Jendral/Inspektorat Kota/Inspektorat Provinsi melakukan reviu atas
laporan keuangan sebelum disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bupati/Bendahara Umum Negara/Presiden
12. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara berkala
dilaksanakan telaahan sejawat.
13. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
14. Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus independen
dan obyektif.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2008

Anda mungkin juga menyukai