1. Penyusunan kebijakan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan membuat kebijakan yang
berkaitan dengan sustainability development, kemudian mempublikasikan kebijakan
tersebut beserta dampaknya.
2. Tekanan pada rantai pemasok (supply chain). Harapan masyarakat pada perusahaan
untuk memberikan produk dan jasa yang ramah lingkungan juga memberikan tekanan
pada perusahaan untuk menetapkan standar kinerja dan sustainability reporting kepada
para pemasok dan mata rantainya.
3. Keterlibatan stakeholders.
4. Voluntary codes. Dalam mekanisme ini, masyarakat meminta perusahaan untuk
mengembangkan aspek-aspek kinerja sustainability dan meminta perusahaan untuk
membuat laporan pelaksanaan sustainability. Apabila perusahaan belum melaksanakan,
maka perusahaan harus memberikan penjelasan.
5. Mekanisme lain adalah rating dan benchmaking, pajak dan subsidi, ijin-ijin yang dapat
diperdagangkan, serta kewajiban dan larangan.
Sustainability Report dapat diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan
tahunan (annual report).
Beberapa alasan perusahaan menyajikan Sustainability Report terpisah dari annual report,
antara lain :
a. Sustainability Report sebagai alat komunikasi bagi manajemen dengan para stakeholder
untuk menyampaikan pesan bahwa perusahaan telah menjalankan sustainable
development.
b. Memperoleh image baik (citra positif) dari stakeholder.
c. Pencarian legitimasi dari stakeholder.
Tujuan dan Peran Sustainability Reporting
Adanya pelaporan bisa menjadi alat untuk melakukan komunikasi tentang apa yang
sudah dilakukan oleh suatu perusahaan sehubungan dengan perbaikan kinerja lingkungan dan
sosialnya. Global Reporting Initiative menganut beberapa prinsip dalam mendefinisikan isi
report-nya. Berdasarkan GRI Guidelines, prinsip-prinsip tersebut ialah:
Berdasarkan GRI Guidelines Terdapat dua jenis Pengungkapan Standar yang berbeda
yaitu Pengungkapan Standar Umum dan Pengungkapan Standar Khusus. Pengungkapan Standar
Umum berlaku untuk semua organisasi yang menyiapkan laporan keberlanjutan. Bergantung
pada pilihan organisasi , organisasi harus mengidentifikasi Pengungkapan Standar Umum yang
wajib untuk dilaporkan.
Pengungkapan Standar Umum
Pengungkapan Standar Umum dibagi menjadi tujuh bagian: Strategi dan Analisis, Profil
Organisasi, Aspek Material dan Boundary Teridentifikasi, Hubungan dengan Pemangku
Kepentingan, Profil Laporan, Tata Kelola, serta Etika dan Integritas.
Sustainability report akan menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan
ekonomi, lingkungan dan dampak sosial (seperti halnya konsep triple bottom line, pelaporan
CSR, dsb). Sustainability report juga digunakan oleh institusi pemerintah misalnya kementerian
lingkungan untuk membuat penilaian atas kinerja perusahaan terhadap lingkungan dalam setiap
pelaporan organisasi. Seperti halnya di Indonesia, peraturan dalam pengungkapan sustainability
report dapat ditemukan dalam aturan yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK (saat ini OJK) dan
Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengungkapan sustainability
report dalam aturan yang telah ditetapkan berupa laporan yang berdiri sendiri, meskipun masih
banyak pengimplementasian sustainability report yang diungkapkan bersamaan dengan laporan
tahunan suatu perusahaan (Gunawan, 2010). Pengungkapan sustainability report yang sesuai
dengan GRI (Global Reporting Initiative) harus memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini
tercantum dalam GRI-G3 Guidelines, yaitu keseimbangan, dapat dibandingkan, akurat, urut
waktu, kesesuaian dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun pengungkapan standar dalam
sustainability report menurut GRI-G3 Guidelines terdiri dari:
Yang menjadi pertanyaan banyak praktisi komunikasi, dengan kewajiban yang semakin
membebani dengan mengerjakan 2 laporan yakni Annual Report dan Sustainability Report.
Timbul wacana bagaimana bila perusahaan hanya membuat satu laporan saja yang
mengkombinasikan antara pendekatan yang dipergunakan dalam Annual Report dan
Sustainability Report. Wacana lainnya adalah bagaimana jika seandainya perusahaan hanya
membuat Sustainability Report, karena pendekatan yang dipergunakan dalam Sustainability
Report lebih komprehensif daripada pendekatan yang dipergunakan dalam Annual Report.
Annual Report menggunakan pendekatan historikal dimana yang disajikan dalam Annual
Report adalah format pelaporan akan apa yang sudah terjadi di tahun buku pelaporan dan
perbandingannya dengan tahun-tahun sebelumnya. Annual Report lebih menekankan penyajian
informasi pada aspek keuangan dan pengelolaan perusahaan. Sustainability Report menggunakan
pendekatan yang lebih komprehensif yakni melaporkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan,
atau yang lebih dikenal dengan konsep triple bottom line (people, planet, profit).
Selain itu, informasi yang disajikan dalam Sustainability Report erat kaitannya dengan
green accounting, dimana perusahaan harus melaporkan berapa listrik, air, telekomunikasi,
transportasi yang dipergunakan dan apakah aspek-aspek tersebut dapat menunjang keberlanjutan
dan keberlangsungan usaha dari perusahaan. Yang menjadi permasalahannya, adalah masih
banyak perusahaan yang tidak memperhatikan dan melakukan pelaporan yang terkesan sepele
ini, namun ternyata merupakan aspek yang sangat kritikal dalam penyusunan Sustainability
Report. Kriteria Annual Report Award (ARA), dijelaskan bahwa penyusunan laporan
keberlanjutan menjadi sesuatu yang penting, karena di dalamnya terdapat prinsip dan standar
pengungkapan yang mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh, tidak hanya
fokus pada aspek keuangan seperti dalam laporan keuangan.