Anda di halaman 1dari 10

Sustainability Reporting

Sustainability Reporting perusahaan memiliki sejarah yang kembali ke pelaporan


lingkungan. Laporan lingkungan pertama diterbitkan pada akhir 1980-an oleh perusahaan-
perusahaan di industri kimia yang memiliki masalah citra serius. KelompokBlainnya adalah
sekelompok usaha kecil dan menengah yang berkomitmen dengan sistem pengelolaan
lingkungan yang sangat maju. Selain itu, industri tembakau menerapkan pelaporan semacam itu
lebih awal dari pada usaha yang lainnya karena usaha mereka untuk mengakses investor baru
dari kenaikan investasi, yang terjadi pada saat itu.

Pelaporan non-keuangan, seperti pelaporan keberlanjutan dan CSR, merupakan tren


yang cukup baru yang telah berkembang selama dua puluh tahun terakhir. Banyak perusahaan
sekarang menghasilkan laporan keberlanjutan. Ada berbagai alasan mengapa perusahaan
memilih untuk menghasilkan laporan ini, namun pada intinya mereka dimaksudkan untuk
menjadi "perusahaan yang menerapkan transparansi dan akuntabilitas". Seringkali mereka juga
bermaksud memperbaiki proses internal, melibatkan pemangku kepentingan dan meyakinkan
investor.

Pengertian Sustainability Reporting

Sustainability Reporting dapat didefinisikan mengenai laporan yang diterbitkan oleh


perusahaan untuk mengungkapkan (disclose) kinerja perusahaan pada aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial, serta upaya perusahaan untuk menjadi perusahaan yang akuntabel bagi
seluruh pemangku kepentingan(stakeholders) untuk tujuan kinerja perusahaan menuju
pembangunan yang berkelanjutan.

Laporan keberlanjutan adalah laporan yang memberikan informasi tentang dampak


sosial-ekonomi dan kinerja organisasi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. (Pedoman
GRI 2006).

Perusahaan yang telah go public memiliki kewajiban membuat laporan keberlanjutan


(sustainability report) sesuai dengan amanat Pasal 66 Ayat 2 Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Bapepam-LK telah mengeluarkan aturan yang mengharuskan
perusahaan publik untuk mengungkapkan pelaksanaan kegiatan CSR di dalam laporan
tahunannya. Melalui penerapan Sustainability Reporting diharapkan perusahaan dapat
berkembang secara berkelanjutan (sustainable growth) yang didasarkan atas etika bisnis
(business ethics). Proses penyajian Sustainability Reporting dilakukan melalui 5 (lima)
mekanisme,yaitu:

1. Penyusunan kebijakan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan membuat kebijakan yang
berkaitan dengan sustainability development, kemudian mempublikasikan kebijakan
tersebut beserta dampaknya.
2. Tekanan pada rantai pemasok (supply chain). Harapan masyarakat pada perusahaan
untuk memberikan produk dan jasa yang ramah lingkungan juga memberikan tekanan
pada perusahaan untuk menetapkan standar kinerja dan sustainability reporting kepada
para pemasok dan mata rantainya.
3. Keterlibatan stakeholders.
4. Voluntary codes. Dalam mekanisme ini, masyarakat meminta perusahaan untuk
mengembangkan aspek-aspek kinerja sustainability dan meminta perusahaan untuk
membuat laporan pelaksanaan sustainability. Apabila perusahaan belum melaksanakan,
maka perusahaan harus memberikan penjelasan.
5. Mekanisme lain adalah rating dan benchmaking, pajak dan subsidi, ijin-ijin yang dapat
diperdagangkan, serta kewajiban dan larangan.

Sustainability Report dapat diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan
tahunan (annual report).

Beberapa alasan perusahaan menyajikan Sustainability Report terpisah dari annual report,
antara lain :

a. Sustainability Report sebagai alat komunikasi bagi manajemen dengan para stakeholder
untuk menyampaikan pesan bahwa perusahaan telah menjalankan sustainable
development.
b. Memperoleh image baik (citra positif) dari stakeholder.
c. Pencarian legitimasi dari stakeholder.
Tujuan dan Peran Sustainability Reporting

Tujuan dari pembuatan laporan keberlanjutan ini adalah untuk mengkomunikasikan


komitmen dan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial perusahaan kepada para pemangku
kepentingan serta masyarakat luas secara transparan. Melalui laporan ini para pemangku
kepentingan bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terbuka mengenai segala kegiatan
pembangunan berkelanjutan yang telah dilakukan oleh Perusahaan.

Adanya pelaporan bisa menjadi alat untuk melakukan komunikasi tentang apa yang
sudah dilakukan oleh suatu perusahaan sehubungan dengan perbaikan kinerja lingkungan dan
sosialnya. Global Reporting Initiative menganut beberapa prinsip dalam mendefinisikan isi
report-nya. Berdasarkan GRI Guidelines, prinsip-prinsip tersebut ialah:

Inclusivity: Perusahaan harus mengidentifikasi stakeholders dan menjelaskan bagaimana


menanggapi issues dan mencantumkanya dalam laporan.
Relevance and Materiality: Informasi dalam laporan harus mencakup isu dan indikator yang
secara substantif akan mempengaruhi keputusan stakeholders yang menggunakan laporan
tersebut.
Sustainability Context: Organisasi pelapor harus mempresentasikan kinerjanya dalam konteks
keberlanjutan yang lebih luas, dimana konteks tersebut memiliki nilai interpretatif yang
signifikan.
Completeness: Cakupan isu dan indikator relevan dan material, dan definisi batas laporan harus
cukup memungkinkan pemangku kepentingan menilai kinerja organisasi, ekonomi, lingkungan
dan sosial organisasi tersebut dalam periode yang dilaporkan.

Pengungkapan Standar Menurut GRI Guidelines

Berdasarkan GRI Guidelines Terdapat dua jenis Pengungkapan Standar yang berbeda
yaitu Pengungkapan Standar Umum dan Pengungkapan Standar Khusus. Pengungkapan Standar
Umum berlaku untuk semua organisasi yang menyiapkan laporan keberlanjutan. Bergantung
pada pilihan organisasi , organisasi harus mengidentifikasi Pengungkapan Standar Umum yang
wajib untuk dilaporkan.
Pengungkapan Standar Umum
Pengungkapan Standar Umum dibagi menjadi tujuh bagian: Strategi dan Analisis, Profil
Organisasi, Aspek Material dan Boundary Teridentifikasi, Hubungan dengan Pemangku
Kepentingan, Profil Laporan, Tata Kelola, serta Etika dan Integritas.

 Strategy and Analysis,


Pengungkapan Standar berikut ini memberikan gambaran strategis umum tentang
keberlanjutan organisasi, untuk memberikan konteks pada bagian laporan selanjutnya
yang lebih detail dibandingkan bagian-bagian dalam Pedoman. Strategi dan Analisis
dapat diambil dari informasi yang ada pada bagian lain dalam laporan, namun sebenarnya
dimaksudkan untuk memberikan wawasan tentang topik strategis bukan sekadar
ringkasan konten laporan.
 Organization Profile,
Pengungkapan Standar ini merupakan gambaran keseluruhan mengenai karakteristik
organisasi, untuk memberikan konteks bagi rincian-rincian dalam laporan dibandingkan
dengan bagian-bagian yang ada dalam Pedoman, meliputi nama organisasi, produk-
produknya, struktur operasional, negara-negara di mana perusahaan beroperasi, kondisi
kepemilikan dan badan hukumnya, pasar, skala organisasi, serta keputusan-keputusan
penting selama periode pelaporan.
 Material dan Boundary Teridentifikasi
Pengungkapan Standar ini memberikan gambaran keseluruhan tentang proses yang telah
diikuti oleh organisasi untuk menentukan Konten Laporan, Aspek Material dan
Boundary Teridentifikasi, serta pernyataan ulang.
 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan
Pengungkapan Standar tersebut merupakan gambaran keseluruhan tentang hubungan
dengan pemangku kepentingan organisasi selama periode pelaporan. Pengungkapan
Standar ini tidak hanya terbatas pada keterlibatan yang dilakukan untuk tujuan
penyusunan laporan.
 Reporting Parameters: lingkup atau profilnya, keterangan mengenai prosesnya, dan
batasan pelaporan, daftar isi dan assurance yang menerangkan lingkup dan dasar
penilaian dari pihak independen yang digunakan ketika melakukan penilaian dan
melaporkannya.

 Etika dan Integritas


Pengungkapan Standar ini merupakan gambaran keseluruhan tentang: Nilai, prinsip,
standar, dan norma di organisasi, Mekanisme internal dan eksternal untuk memperoleh
masukan mengenai perilaku etis dan taat hokum, Mekanisme internal dan eksternal untuk
melaporkan permasalahan tentang perilaku yang tidak etis atau melanggar hukum dan
masalah integritas.
 Governance (struktur organisasi dan tata kepemimpinan dalam organisasi tersebut),
Commitments to External Initiatives (keterangan mengenai apakah dan bagaimana
pendekatan tertentu diambil oleh perusahaan dengan mengacu pada prinsip-prinsip/
perjanjian/ kesepakatan dalam hal sosial dan lingkungan yang dikembangkan secara
eksternal dan diterapkan secara sukarela) dan Engagement (sebagai gambaran luasnya
pemangku kepentingan yang didefinisikan oleh organisasi dan relasi dengan para
pemangku kepentingan tersebut)

Pengungkapan Standar Khusus


Pedoman ini mengatur Pengungkapan Standar Khusus ke dalam tiga Kategori - Ekonomi,
Lingkungan, dan Sosial. Kategori Sosial lebih lanjut dibagi ke dalam empat sub-Kategori, yaitu
Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja, Hak Asasi Manusia, Masyarakat, dan
Tanggung Jawab atas Produk. Laporan keberlanjutan organisasi menyajikan informasi terkait
dengan Aspek Material, yaitu Aspek yang dampaknya diidentifikasi sebagai penting bagi
organisasi. Aspek Material adalah aspek yang mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan
sosial organisasi yang signifikan; atau yang secara nyata memengaruhi asesmen dan
pengambilan keputusan para pemangku kepentingan. Prinsip-prinsip Pelaporan untuk
Menentukan Konten Laporan telah dirancang untuk membantu organisasi dalam
mengidentifikasi Aspek Material dan Boundary dan untuk menunjukkan di mana pengaruhnya
dapat diidentifikasi sebagai penting.
Ada beberapa indikator kinerja yang dikembangkan untuk membantu organisasi-organisasi
pelapor mengetahui lingkup dan aspek yang dibahas dalam laporannya. Indikator-indikator
kinerja tersebut ialah:

 Kinerja perekonomian, meliputi: pencipataan dan pendistribusian nilai ekonomi,


kehadiran di pasar serta dampak ekonomi secara tak langsung.
 Kinerja lingkungan, meliputi: bahan yang digunakan, energi dan konsumsinya, air dan
konsumsinya, pembuangan – emisi – pelepasan limbah (cair, padat dan gas), produk dan jasa,
kepatuhan, transport, dan penilaian aspek-aspek itu secara keseluruhan
 Kinerja sosial dalam praktek perburuhan dan pemenuhan aturan-aturan hubungan
industrial, meliputi: kondisi pekerja (jumlah, komposisi gender, pekerja purna waktu dan
paruh waktu), relasi buruh dengan manajemen, keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan –
pendidikan – pengembangan karyawan, serta keberagaman dan peluang.
 Kinerja sosial dalam aspek HAM, meliputi: praktek manajemen, penerapan prinsip
non-diskriminasi, kebebasan untuk mengikuti perkumpulan, tenaga kerja anak, pemaksaan
untuk bekerja, praktek pendisiplinan, praktek pengamanan, dan hak-hak masyarakat adat.
 Kinerja sosial terhadap masyarakat, meliputi bebagai kepedulian dan langkah
perusahaan mengantisipasi atau mengelola isu-isu: komunitas, korupsi, kebijakan publik, serta
perilaku anti-kompetitif seperti anti-trust dan monopoli.
 Kinerja sosial dalam aspek product responsibility, yaitu mencakup beberapa aspek:
kesehatan dan keselamatan dari pengguna produk dan pelanggan pada umumnya, produk dan
jasa, komunikasi untuk pemasaran, serta customer privacy.
Perusahaan yang akan mengembangkan sustainability reporting bisa menggunakan prinsip-
prinsip ini dalam pelaporannya sebagai acuan sementara pemangku kepentingan lainnya bisa
melakukan benchmark sehingga bisa menilai dalam aspek yang sesuai serta mengupayakan
kerjasama untuk meningkatkannya karena sustainability reporting pada prinsipnya ialah inisiatif
bersama dari berbagai pihak dalam membangun kepedulian untuk peningkatan kinerja bisnis
terhadap lingkungan dan masyarakat.

Sustainability report akan menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan
ekonomi, lingkungan dan dampak sosial (seperti halnya konsep triple bottom line, pelaporan
CSR, dsb). Sustainability report juga digunakan oleh institusi pemerintah misalnya kementerian
lingkungan untuk membuat penilaian atas kinerja perusahaan terhadap lingkungan dalam setiap
pelaporan organisasi. Seperti halnya di Indonesia, peraturan dalam pengungkapan sustainability
report dapat ditemukan dalam aturan yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK (saat ini OJK) dan
Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengungkapan sustainability
report dalam aturan yang telah ditetapkan berupa laporan yang berdiri sendiri, meskipun masih
banyak pengimplementasian sustainability report yang diungkapkan bersamaan dengan laporan
tahunan suatu perusahaan (Gunawan, 2010). Pengungkapan sustainability report yang sesuai
dengan GRI (Global Reporting Initiative) harus memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini
tercantum dalam GRI-G3 Guidelines, yaitu keseimbangan, dapat dibandingkan, akurat, urut
waktu, kesesuaian dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun pengungkapan standar dalam
sustainability report menurut GRI-G3 Guidelines terdiri dari:

1. Ekonomi yaitu menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan pada kondisi


ekonomi dari stakeholders dan pada sistem ekonomi di tingkat lokal, nasional,
dan global.
2. Lingkungan yaitu menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan terhadap
makhluk di bumi, dan lingkungan sekitar termasuk ekosistem, tanah, udara, dan
air.
3. Hak Asasi Manusia, yaitu adanya transparansi dalam mempertimbangkan
pemilihan investor dan pemasok/kontraktor. Dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
4. Masyarakat, yaitu memusatkan perhatian pada dampak organisasi terhadap
masyarakat dimana mereka beroperasi, dan mengungkapkan bagaimana risiko
yang mungkin timbul dari interaksi dengan lembaga sosial lainnya.
5. Tanggung jawab produk, yaitu berisi pelaporan produk yang dihasilkan
perusahaan dan layanan yang secara langsung mempengaruhi pelanggan, yaitu
kesehatan dan keamanan, informasi, pelabelan, pemasaran dan privasi.
6. Sosial, yaitu berisi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, apa saja yang
sudah dilakukan dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.

Manfaat Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)


Menyampaikan kepada publik upaya-upaya keberlanjutan/sustainabilitas yang dilakukan
oleh perusahaan dapat berfungsi sebagai pembeda dalam industri yang kompetitif serta
mengangkat kepercayaan investor dan meningkatkan loyalitas karyawan. Para analis sering
mempertimbangkan pengungkapan sustainabilitas perusahaan dalam penilaian mereka mengenai
kualitas dan efektivitas manajemen sehingga pelaporan dapat memperbaiki akses perusahaan
terhadap modal.
Manfaat pelaporan meliputi:

1. Reputasi yang lebih baik.  Sebuah survei tahun 2011 tentang reputasi


perusahaan menemukan bahwa memperbaiki transparansi dan melaporkan hal-hal
yang positif merupakan dua cara terpenting untuk membangun kepercayaan
publik terhadap bisnis. Survei Boston College Center for Corporate Citizenship
dan EY tahun 2013 mengungkapkan bahwa lebih dari 50% responden yang
mengeluarkan laporan sustainabilitymengatakan bahwa laporan tersebut
membantu meningkatkan reputasi perusahaan.
2. Memenuhi harapan karyawan. Sebuah survei tahun 2011 yang dilakukan oleh
EY dan GreenBiz menemukan bahwa karyawan adalah khalayak pembaca yang
penting untuk laporan keberlanjutan, di mana 18% karyawan dinyatakan
membaca laporan itu. Pada sekitar 30% perusahaan, penerbitan laporan
diperkirakan berdampak pada loyalitas karyawan yang lebih tinggi.
3. Peningkatan akses terhadap modal. Penelitian terbaru menemukan bahwa
perusahaan yang mengeluarkan laporan keberlanjutan memiliki indeks Kaplan-
Zingales Indeks dengan skor 0,6 lebih rendah, yang menandakan lebih sedikit
batasan akses modal.
4. Peningkatan efisiensi dan pengurangan limbah. Dalam survei tahun 2012
mengenai keberlanjutan, 88% perusahaan yang melaporkan menilai bahwa hal itu
membantu proses pengambilan keputusan organisasi  menjadi lebih efisien.
Pelaporan keberlanjutan (sustainability reporting) mengharuskan perusahaan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan dampak yang mungkin tidak
mereka ukur sebelumnya. Dengan data baru tersebut selain menciptakan
transparansi yang lebih besar tentang kinerja perusahaan juga dapat memberi
informasi yang diperlukan untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam,
meningkatkan efisiensi dan meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Selain
itu, laporan keberlanjutan dapat mempersiapkan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi risiko lingkungan dan sosial yang mungkin berdampak keuangan
pada bisnis mereka, sembari menjalankan bisnis secara lebih baik dalam aspek
sosial, lingkungan dan keuangan.

Sustainability Report VS Annual Report

Yang menjadi pertanyaan banyak praktisi komunikasi, dengan kewajiban yang semakin
membebani dengan mengerjakan 2 laporan yakni Annual Report dan Sustainability Report.
Timbul wacana bagaimana bila perusahaan hanya membuat satu laporan saja yang
mengkombinasikan antara pendekatan yang dipergunakan dalam Annual Report dan
Sustainability Report. Wacana lainnya adalah bagaimana jika seandainya perusahaan hanya
membuat Sustainability Report, karena pendekatan yang dipergunakan dalam Sustainability
Report lebih komprehensif daripada pendekatan yang dipergunakan dalam Annual Report.

Annual Report menggunakan pendekatan historikal dimana yang disajikan dalam Annual
Report adalah format pelaporan akan apa yang sudah terjadi di tahun buku pelaporan dan
perbandingannya dengan tahun-tahun sebelumnya. Annual Report lebih menekankan penyajian
informasi pada aspek keuangan dan pengelolaan perusahaan. Sustainability Report menggunakan
pendekatan yang lebih komprehensif yakni melaporkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan,
atau yang lebih dikenal dengan konsep triple bottom line (people, planet, profit).

Pertanyaan kedua, adalah apakah sustainability report akan benar-benar menggantikan


peran Annual Report? Sepertinya dalam waktu dekat, Annual Report masih akan tetap menjadi
concern utama dari Sustainabiility Report. Karena proses penyusunan Sustainability Report
sebenarnya lebih rumit daripada Annual Report. Ada proses diskusi dengan para pemangku
kepentingan dalam menentukan isi dari Sustainability Report, ada proses assessmentnya terlebih
dahulu dan lain sebagainya yang membutuhkan energi, waktu dan biaya tambahan.

Selain itu, informasi yang disajikan dalam Sustainability Report erat kaitannya dengan
green accounting, dimana perusahaan harus melaporkan berapa listrik, air, telekomunikasi,
transportasi yang dipergunakan dan apakah aspek-aspek tersebut dapat menunjang keberlanjutan
dan keberlangsungan usaha dari perusahaan. Yang menjadi permasalahannya, adalah masih
banyak perusahaan yang tidak memperhatikan dan melakukan pelaporan yang terkesan sepele
ini, namun ternyata merupakan aspek yang sangat kritikal dalam penyusunan Sustainability
Report. Kriteria Annual Report Award  (ARA), dijelaskan bahwa penyusunan laporan
keberlanjutan menjadi sesuatu yang penting, karena di dalamnya terdapat prinsip dan standar
pengungkapan yang mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan secara menyeluruh, tidak hanya
fokus pada aspek keuangan seperti dalam laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai