Anda di halaman 1dari 9

BUSINESS SUSTAINBILITY

Memahami Laporan Keberlanjutan (Sesi 08)


 Apa itu Laporan Keberlanjutan?
Laporan keberlanjutan adalah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan secara
berkala, biasanya setiap tahun, dengan tujuan untuk berbagi informasi tentang
tindakan dan tanggung jawab sosial perusahaan mereka. Laporan keberlanjutan ini
mencakup informasi mengenai kebijakan lingkungan, praktik kerja yang adil, inisiatif
keberagaman, pengelolaan risiko sosial, dampak produk terhadap lingkungan, serta
kontribusi perusahaan terhadap masyarakat dan komunitas sekitar. Dengan
menerbitkan laporan keberlanjutan, perusahaan memberikan kesempatan bagi para
pemangku kepentingan, seperti karyawan, pelanggan, pemasok, investor, dan
masyarakat umum, untuk memahami bagaimana perusahaan mengintegrasikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kegiatan operasional sehari-hari
mereka. Banyak perusahaan di seluruh dunia menerapkan laporan keberlanjutan, dan
salah satu kerangka kerja yang paling banyak digunakan adalah Global Reporting
Initiative (GRI). GRI dianggap sebagai standar umum untuk pelaporan non-keuangan,
yang juga dikenal dengan istilah pelaporan triple bottom line dan tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR). Membangun dan menjaga kepercayaan dalam bisnis dan
pemerintahan merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai ekonomi dan dunia
yang berkelanjutan.
Catatan:
Perusahaan (CSR) adalah perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility) sebagai bagian integral dari operasional mereka.
 Manfaat Laporan Keberlanjutan?- Internal
1. Meningkatkan pemahaman tentang risiko dan peluang yang terkait dengan isu-isu
keberlanjutan.
2. Menekankan hubungan antara kinerja keuangan dan non-keuangan
3. Mempengaruhi strategi dan kebijakan manajemen jangka panjang, dan rencana
bisnis
4. Merampingkan proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan efisiensi
5. Menggunakan tolok ukur dan penilaian kinerja keberlanjutan terkait dengan
hukum, norma, kode, standar kinerja, dan inisiatif sukarela
6. Menghindari terlibat dalam insiden atau kegagalan yang dapat membahayakan
lingkungan, masyarakat, atau tata kelola yang dapat diperoleh oleh publik.
 Manfaat Laporan Keberlanjutan?-External
1. Mengurangi dampak negatif lingkungan, sosial, dan tata kelola
2. Meningkatkan reputasi dan loyalitas merek
3. Memungkinkan pemangku kepentingan eksternal untuk memahami nilai
sebenarnya dari organisasi, serta aset berwujud dan tidak berwujud
4. Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi, dan dipengaruhi oleh,
harapan tentang pembangunan berkelanjutan
 Komponen Laporan Keberlanjutan
1. Pernyataan CEO yang secara singkat memperkenalkan visi dan motivasi di balik
laporan keberlanjutan.
2. Penyajian struktur tata kelola organisasi dan model bisnis dalam bentuk
presentasi.
3. Konteks keberlanjutan yang mencakup analisis SWOT untuk menggambarkan
situasi pasar dan industri.
4. Penilaian dampak yang terinspirasi oleh analisis SWOT untuk mengidentifikasi
dampak negatif utama dan risiko bisnis organisasi, serta menentukan indikator
untuk mengukur kemajuan.
5. Identifikasi pemangku kepentingan utama organisasi dan fokus isu-isu yang
paling relevan bagi mereka.
6. Analisis materialitas yang menyoroti perhatian utama organisasi dan pemangku
kepentingan sebagai prioritas.
7. Tinjauan kinerja dari waktu ke waktu yang membagikan kemajuan melalui
indikator dan metrik utama.
8. Inklusi beberapa cerita dan gambar menarik yang menggambarkan bagaimana
strategi keberlanjutan memotivasi karyawan, mendapatkan dukungan investor,
atau berkolaborasi dengan LSM dalam proyek strategis.
 Pelaporan Keberlanjutan di Indonesia
Di Indonesia, jumlah perusahaan yang menerbitkan laporan keberlanjutan telah
mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun 2009, hanya terdapat 6
laporan keberlanjutan yang diterbitkan, namun angka tersebut meningkat menjadi 37
pada tahun 2014. Hal ini mencerminkan kesadaran yang semakin tinggi di kalangan
perusahaan di Indonesia akan pentingnya pelaporan keberlanjutan dan integrasi
keberlanjutan ke dalam strategi mereka. Laporan keberlanjutan telah bertransformasi
dari sesuatu yang "baik untuk dimiliki" menjadi sesuatu yang "harus dimiliki".
 Penggerak regulasi utama di Indonesia
Peraturan No.KEP-431/BL/2012 dan Peraturan Pemerintah no. 47/2012 mewajibkan
perusahaan terbuka untuk melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam
laporan tahunan mereka. Pelaporan ini mencakup kebijakan perusahaan, program-
program yang dilakukan, dan pengeluaran yang terkait dengan kinerja lingkungan,
praktik ketenagakerjaan, pemberdayaan sosial dan masyarakat, serta tanggung jawab
terhadap produk.
 Prinsip Pelaporan: Konten dan Kualitas
Prinsip Pelaporan digunakan untuk memastikan kualitas dan keandalan laporan
keberlanjutan. Prinsip-prinsip ini meliputi:
1. Ketepatan: Laporan harus akurat, andal, dan didasarkan pada data dan informasi
yang valid dan terverifikasi.
2. Keseimbangan: Laporan harus mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial
secara seimbang, memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja
keberlanjutan perusahaan.
3. Inklusivitas Pemangku Kepentingan: Laporan harus mencakup perspektif dan
masukan dari berbagai pemangku kepentingan yang relevan, memberikan
gambaran yang komprehensif tentang dampak organisasi.
4. Konteks Keberlanjutan: Laporan harus menggambarkan konteks keberlanjutan,
termasuk analisis SWOT dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja
perusahaan dalam aspek keberlanjutan.
5. Kelengkapan Materialitas: Laporan harus mencakup informasi yang materiil dan
relevan, yaitu isu-isu yang paling signifikan dan memiliki dampak substansial
terhadap keberlanjutan organisasi.
6. Kejelasan Perbandingan: Laporan harus memungkinkan perbandingan kinerja
keberlanjutan dari waktu ke waktu, serta perbandingan dengan perusahaan lain
atau sektor industri yang serupa.
7. Keandalan Ketepatan Waktu: Laporan harus disusun secara teratur dan tepat
waktu, memastikan konsistensi dan keandalan dalam penyampaian informasi
keberlanjutan kepada pemangku kepentingan.

Aspek Lingkungan Praktek Bisnis Keberlanjutan (Sesi 11)


 Aspek lingkungan GRI 301 – Material
GRI 301 - Bahan adalah standar dalam kerangka kerja Global Reporting Initiative
(GRI) yang memberikan pedoman untuk melaporkan kinerja dan dampak lingkungan
terkait pengelolaan bahan suatu organisasi. Standar ini berfokus pada pengungkapan
informasi terkait penggunaan bahan baku, siklus hidup produk, limbah, dan
pemulihan bahan. Selain itu, organisasi juga diharapkan melaporkan upaya mereka
dalam mengurangi penggunaan bahan yang terbatas atau berpotensi berbahaya serta
mengadopsi strategi pengelolaan bahan yang berkelanjutan.
Untuk menghitung persentase bahan input daur ulang yang digunakan, organisasi
pelapor harus menggunakan rumus berikut:

1. Saat menyusun informasi yang diminta dalam Pengungkapan 301-3, organisasi


pelapor harus:
a. Mengkecualikan penolakan dan penarikan produk.
b. Menghitung persentase produk yang direklamasi dan persentase bahan
kemasannya untuk setiap kategori produk menggunakan rumus berikut:

 GRI 302 – Energy


GRI 302 - Energi adalah standar dalam kerangka kerja Global Reporting Initiative
(GRI) yang membantu organisasi melaporkan kinerja energi dan dampaknya. Standar
ini fokus pada pengelolaan dan pengungkapan konsumsi energi, intensitas energi, dan
emisi energi. GRI adalah kerangka pelaporan keberlanjutan yang digunakan untuk
mengukur dan komunikasikan dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola organisasi.
Standar ini membantu organisasi menunjukkan komitmen mereka terhadap
penggunaan energi yang berkelanjutan dan memberikan informasi berharga kepada
pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan berdasarkan kinerja lingkungan
organisasi.
 GRI 303 – Air dan Efluen
GRI 303 - Air dan Efluen adalah standar dalam kerangka kerja Global Reporting
Initiative (GRI) yang memberikan panduan untuk pelaporan kinerja dan dampak
terkait pengelolaan air dan efluen (limbah cair) suatu organisasi. Standar ini bertujuan
untuk mendorong organisasi untuk mengukur, melaporkan, dan mengelola
penggunaan air serta dampak efluen mereka terhadap lingkungan. Hal ini mencakup
jumlah air yang dikonsumsi, sumber air yang digunakan, dan upaya untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan air.
 GRI 304 – Keanekaragaman Hayati
GRI 304 - Keanekaragaman Hayati adalah standar dalam kerangka kerja Global
Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan untuk pelaporan kinerja dan
dampak terkait pelestarian dan pengelolaan keanekaragaman hayati suatu organisasi.
Standar ini bertujuan untuk mendorong organisasi untuk mengidentifikasi,
memahami, dan mengelola dampak mereka terhadap keanekaragaman hayati dan
ekosistem.
 GRI 305 – Emisi
GRI 305 - Emisi adalah standar dalam kerangka kerja Global Reporting Initiative
(GRI) yang memberikan panduan untuk pelaporan kinerja dan dampak terkait emisi
gas rumah kaca (GRK) suatu organisasi. Standar ini bertujuan untuk mendorong
organisasi untuk mengukur, melaporkan, dan mengelola emisi GRK mereka untuk
mengatasi perubahan iklim. GRI 305 mendorong organisasi untuk melaporkan data
dan informasi terkait emisi GRK mereka.
Catatan :
Emisi GRK (gas rumah kaca) adalah emisi gas-gas yang menyebabkan efek rumah kaca di
atmosfer. Gas-gas ini, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida
(N2O), dapat menangkap panas di atmosfer dan berkontribusi terhadap pemanasan global dan
perubahan iklim.
 GRI 306 – Efluen dan Limbah
GRI 306 - Efluen dan Limbah merupakan standar dalam kerangka kerja Global
Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan bagi organisasi dalam
melaporkan kinerja dan dampak terkait pengelolaan efluen (limbah cair) dan limbah
mereka. Tujuan dari standar ini adalah mendorong organisasi untuk secara tanggung
jawab mengukur, melaporkan, dan mengelola efluen dan limbah yang dihasilkan.
 GRI 307 – Kepatuhan Lingkungan
GRI 307 - Kepatuhan Lingkungan merupakan sebuah standar dalam kerangka kerja
Global Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan bagi organisasi dalam
melaporkan kinerja dan dampak terkait kepatuhan mereka terhadap regulasi dan
persyaratan lingkungan. Standar ini bertujuan untuk mendorong organisasi agar dapat
mengukur, melaporkan, dan mengelola kepatuhan mereka terhadap peraturan
lingkungan yang berlaku dan mempengaruhi kegiatan operasional mereka
 GRI 308 – Penilaian Lingkungan Pemasok
GRI 308 - Penilaian Lingkungan Pemasok adalah standar dalam kerangka kerja
Global Reporting Initiative (GRI) yang memberikan pedoman bagi organisasi dalam
melaporkan penilaian kinerja lingkungan terkait pemasok mereka. Tujuannya adalah
mendorong organisasi untuk mengidentifikasi, mengukur, dan memantau dampak
lingkungan dari kegiatan yang dilakukan oleh pemasok mereka.

Aspek Ekonomi Keberlanjutan Praktek Bisnis (Sesi 12)


 GRI 201 – Kinerja Ekonomi
GRI 201 - Kinerja Ekonomi merupakan sebuah standar dalam kerangka kerja Global
Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan bagi organisasi dalam
melaporkan kinerja ekonomi mereka. Tujuannya adalah mendorong organisasi agar
dapat mengukur, melaporkan, dan mengelola aspek ekonomi yang terkait dengan
kegiatan operasional mereka.
 GRI 202 – Keberadaan Pasar
GRI 202 - Keberadaan Pasar adalah sebuah standar dalam kerangka kerja Global
Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan bagi organisasi dalam
melaporkan mengenai kehadiran mereka di pasar. Tujuannya adalah mendorong
organisasi untuk dapat mengukur, melaporkan, dan mengelola hubungan mereka
dengan pasar dan pelanggan.
 GRI 203 – Dampak Ekonomi Tidak Langsung
GRI 203 - Dampak Ekonomi Tidak Langsung adalah standar dalam kerangka kerja
Global Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan bagi organisasi dalam
melaporkan tentang dampak ekonomi yang tidak langsung dihasilkan oleh kegiatan
mereka. Tujuannya adalah mendorong organisasi untuk mengidentifikasi, mengukur,
dan melaporkan dampak ekonomi yang tidak langsung tersebut.
 GRI 204 – Praktik Pengadaan
GRI 204 - Praktik Pengadaan adalah sebuah standar dalam kerangka kerja Global
Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan bagi organisasi dalam
melaporkan praktik pengadaan mereka. Tujuannya adalah mendorong organisasi
untuk dapat mengukur, melaporkan, dan mengelola praktik pengadaan yang
berkelanjutan dan bertanggung jawab
 GRI 205 – Antikorupsi
 GRI 205 - Antikorupsi merupakan sebuah standar dalam kerangka kerja Global
Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan bagi organisasi dalam
melaporkan upaya mereka dalam mencegah dan mengatasi korupsi. Standar ini
bertujuan untuk mendorong organisasi agar dapat mengukur, melaporkan, dan
mengelola risiko korupsi serta mempromosikan integritas dalam praktik bisnis
mereka. GRI 206 – Perilaku Anti Persaingan
GRI 206 - Perilaku Anti Persaingan adalah sebuah standar dalam kerangka kerja
Global Reporting Initiative (GRI) yang memberikan panduan bagi organisasi dalam
melaporkan perilaku mereka terkait dengan persaingan. Tujuannya adalah mendorong
organisasi agar dapat mengukur, melaporkan, dan mengelola kepatuhan mereka
terhadap prinsip-prinsip persaingan yang sehat dan fair.
 GRI 207 – Pajak
GRI 207 - Pajak adalah standar dalam kerangka kerja Global Reporting Initiative
(GRI) yang memberikan pedoman untuk melaporkan kinerja dan dampak terkait pajak
suatu organisasi. Standar ini bertujuan untuk mendorong organisasi agar dapat
mengukur, melaporkan, dan mengelola praktik pajak mereka secara transparan dan
bertanggung jawab. Hal ini mencakup pelaporan tentang jumlah pajak yang
dibayarkan, keterlibatan dalam praktik pajak agresif, pemenuhan kewajiban
perpajakan, dan kontribusi kepada pembangunan masyarakat melalui pembayaran
pajak.

Aspek Sosial dari Praktek Bisnis Keberlanjutan (Sesi 13)


 GRI 401 – Ketenagakerjaan
GRI 401 - Ketenagakerjaan adalah standar dalam kerangka kerja Global Reporting
Initiative (GRI) yang memberikan pedoman untuk melaporkan kinerja dan dampak
terkait ketenagakerjaan suatu organisasi. Standar ini bertujuan untuk mendorong
organisasi agar dapat mengukur, melaporkan, dan mengelola aspek-aspek yang terkait
dengan tenaga kerja mereka secara komprehensif.
 GRI 402 – Hubungan Tenaga Kerja/Manajemen
GRI 402 - Hubungan Tenaga Kerja/Manajemen adalah standar dalam kerangka kerja
Global Reporting Initiative (GRI) yang memberikan pedoman untuk melaporkan
hubungan antara tenaga kerja dan manajemen suatu organisasi. Standar ini bertujuan
untuk mendorong organisasi agar dapat mengukur, melaporkan, dan mengelola
hubungan yang sehat, berkelanjutan, dan saling menguntungkan antara tenaga kerja
dan manajemen.
 GRI 403: Kesehatan dan Keselamatan Kerja
GRI 403 - Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah standar dalam kerangka kerja
Global Reporting Initiative (GRI) yang memberikan pedoman untuk melaporkan
kinerja dan dampak terkait kesehatan dan keselamatan kerja di suatu organisasi.
Standar ini bertujuan untuk mendorong organisasi agar dapat mengukur, melaporkan,
dan mengelola aspek-aspek yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja
secara efektif. GRI 404: Pelatihan dan Pendidikan
GRI 404 - Pelatihan dan Pendidikan adalah standar dalam kerangka kerja Global
Reporting Initiative (GRI) yang memberikan pedoman untuk melaporkan kinerja dan
dampak terkait pelatihan dan pendidikan di suatu organisasi. Standar ini bertujuan
untuk mendorong organisasi agar dapat mengukur, melaporkan, dan mengelola aspek-
aspek terkait pengembangan karyawan dan upaya pendidikan di lingkungan kerja.
 GRI 405: Keragaman Dan Peluang Yang Setara
GRI 405 - Keragaman dan Peluang yang Setara adalah standar dalam kerangka kerja
Global Reporting Initiative (GRI) yang memberikan pedoman untuk melaporkan
kinerja dan dampak terkait keragaman dan kesetaraan peluang di suatu organisasi.
Standar ini bertujuan untuk mendorong organisasi agar dapat mengukur, melaporkan,
dan mengelola aspek-aspek terkait keragaman, inklusi, dan kesetaraan dalam
lingkungan kerja.
 GRI 406: Non-Diskriminasi
GRI 406 Non- Diskriminasi adalah salah satu standar yang dikeluarkan oleh Global
Reporting Initiative (GRI), yang merupakan kerangka kerja pemberi laporan
keberlanjutan terkemuka di dunia. GRI 406 membahas tentang non-diskriminasi,
yaitu komitmen perusahaan atau organisasi dalam memastikan perlakuan yang adil
dan setara terhadap semua individu, tanpa memandang ras, agama, gender, orientasi
seksual, usia, disabilitas, atau faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan
diskriminasi.
 GRI 407: Kebebasan Berserikat Dan Perundingan Bersama
GRI 407: Kebebasan Berserikat dan Perundingan Bersama adalah standar yang baru
dari Global Reporting Initiative (GRI) yang dirilis setelah pengetahuan terakhir saya
pada September 2021. GRI 407 memberikan pedoman kepada perusahaan dalam
melaporkan praktik mereka terkait kebebasan berserikat dan perundingan bersama.
Beberapa poin yang mungkin dicakup dalam laporan GRI 407 antara lain:1.
Kebijakan dan praktik perusahaan, 2. Kebebasan berserikat, 3. Perundingan bersama,
4. Pelibatan pekerja, 5. Solusi sengketa.
 GRI 408: Pekerja Anak
GRI 408: Pekerja Anak berisi pengungkapan bagi organisasi untuk melaporkan
informasi tentang dampak mereka terkait pekerja anak, dan cara mereka mengelola
dampak-dampak ini. Dalam laporan keberlanjutan, perusahaan dapat mencakup
informasi tentang kebijakan dan praktik mereka untuk mencegah dan mengatasi
pekerja anak, serta upaya mereka dalam memastikan pemenuhan standar internasional
terkait isu tersebut.
 GRI 409: Kerja Paksa Atau Wajib
GRI 409: Kerja Paksa atau Wajib adalah salah satu standar dari Global Reporting
Initiative (GRI) yang mengarahkan perusahaan dalam melaporkan informasi terkait
praktik dan kebijakan mereka terkait kerja paksa atau wajib.
 GRI 410: Praktik Keamanan
GRI 410 membahas topik praktik keamanan. Topik ini berfokus pada perilaku petugas
keamanan terhadap pihak ketiga, dan potensi risiko adanya penggunaan kekuatan
berlebihan atau pelanggaran hak asasi manusia lain. Petugas keamanan dapat
mengacu pada karyawan dari organisasi pelapor atau karyawan dari organisasi pihak
ketiga yang menyediakan pasukan keamanan. Penting bagi perusahaan untuk
memastikan keamanan di tempat kerja, termasuk melindungi karyawan dan pemangku
kepentingan dari risiko dan ancaman serta mempromosikan budaya kerja yang aman.
 GRI 411: Hak Masyarakat Adat
GRI 411: Hak Masyarakat Adat menetapkan persyaratan pelaporan mengenai topik
hak-hak masyarakat adat. Standar ini dapat digunakan oleh organisasi dari berbagai
ukuran, jenis, sektor, atau lokasi geografis yang ingin melaporkan dampaknya terkait
dengan topik ini. Penting bagi perusahaan untuk menghormati dan bekerja sama
dengan masyarakat adat untuk memastikan dampak positif, penghindaran konflik, dan
pemenuhan hak-hak mereka.
 GRI 412: Penilaian Hak Asasi Manusia
GRI 412: Penilaian Hak Asasi Manusia adalah standar yang dirilis oleh Global
Reporting Initiative (GRI) untuk memberikan panduan kepada perusahaan dalam
melaporkan praktik mereka terkait penilaian risiko dan dampak terhadap hak asasi
manusia. Standar ini bertujuan untuk mendorong perusahaan untuk memahami dan
mengelola dampak mereka terhadap hak asasi manusia serta menerapkan tindakan
yang relevan untuk mengurangi risiko negatif dan meningkatkan dampak positif.
 GRI 413: Masyarakat Lokal
GRI 413: Masyarakat Lokal adalah standar dari Global Reporting Initiative (GRI)
yang memberikan panduan kepada perusahaan dalam melaporkan praktik mereka
terkait interaksi dengan masyarakat lokal di lokasi operasional mereka. Standar ini
bertujuan untuk mendorong perusahaan untuk berkomunikasi secara efektif dengan
masyarakat lokal, memahami kebutuhan dan kepentingan mereka, serta berkontribusi
pada pembangunan yang berkelanjutan di tingkat lokal.
 GRI 414: Penilaian Sosial Pemasok
GRI 414: Penilaian Sosial Pemasok adalah salah satu standar dari Global Reporting
Initiative (GRI) yang memberikan panduan kepada perusahaan dalam melaporkan
praktik mereka terkait penilaian sosial terhadap pemasok mereka. Standar ini
bertujuan untuk mendorong perusahaan untuk memahami dan mengelola dampak
sosial yang timbul dari rantai pasokan mereka, serta mendorong praktek bisnis yang
bertanggung jawab dan berkelanjutan di antara pemasok mereka.
 GRI 415: Kebijakan Publik
GRI 415 membahas mengenai topik kebijakan publik. Hal ini mencakup partisipasi
organisasi dalam pengembangan kebijakan publik, melalui kegiatan seperti melobi
dan membuat kontribusi keuangan atau sejenisnya kepada partai-partai politik,
politisi, atau alasan- alasan politik.
 GRI 416: Kesehatan Dan Keselamatan Pelanggan
GRI 416 membahas topik kesehatan dan keselamatan pelanggan, termasuk upaya
sistematis sebuah organisasi untuk menangani kesehatan dan keselamatan di seluruh
siklus kehidupan dari sebuah produk atau jasa, dan kepatuhannya terhadap regulasi
dan peraturan sukarela tentang kesehatan dan keselamatan pelanggan.
 GRI 417: Pemasaran Dan Pelabelan
GRI 417: Pemasaran dan Pelabelan adalah salah satu standar dari Global Reporting
Initiative (GRI) yang memberikan panduan kepada perusahaan dalam melaporkan
praktik mereka terkait pemasaran dan pelabelan produk mereka. Standar ini bertujuan
untuk mendorong perusahaan untuk berkomunikasi secara transparan, jujur, dan
akurat kepada pelanggan dan pemangku kepentingan terkait mengenai produk yang
mereka tawarkan.
 GRI 418: Privasi Pelanggan
GRI 418: Privasi Pelanggan menetapkan persyaratan pelaporan mengenai topik
kepatuhan sosial ekonomi. Standar ini dapat digunakan oleh organisasi dari berbagai
ukuran, jenis, sektor, atau lokasi geografis yang ingin melaporkan dampaknya terkait
dengan topik ini. Agar privasi pelanggan terlindungi, sebuah organisasi diharapkan
untuk membatasi pengumpulan data pribadi, mengumpulkan data sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku, dan memberikan transparansi mengenai cara
pengumpulan, penggunaan, dan keamanan data tersebut.

Anda mungkin juga menyukai