Anda di halaman 1dari 6

Pedoman laporan CSR

1. Global Reporting Initiative (GRI)

GRI merupakan pelaporan yang ditujukan sebagai sebuah kerangka yang dapat
diterima umum dalam melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial dari
organisasi. Kerangka ini didesain untuk digunakan oleh berbagai organisasi yang berbeda
ukuran, sektor, dan lokasinya. Kerangka ini juga memperhatikan pertimbangan praktis
yang dihadapi oleh berbagai macam organisasi, mulai dari perusahaan kecil sampai
perusahaan yang memiliki operasi ekstensif dan tersebar di berbagai lokasi.

2. Standar Akuntabilitas Sosial Internasional SA8000

Standar SA 8000 merupakan sebuah standar yang menetapkan persyaratan sukarela


yang harus dipenuhi oleh pengusaha di tempat kerja, termasuk hak pekerja, kondisi
tempat kerja, dan sistem manajemen. Unsur-unsur normatif dari standar ini didasarkan
pada hukum nasional, norma hak asasi manusia dan konvensi ILO. Persyaratan SA 8000
ini tidak hanya berlaku bagi perusahaan saja, tetapi juga berlaku bagi
pemasok/supplier/sub-kontraktor baik produk maupun jasa yang terikat kerjasama dengan
perusahaan tersebut.

3. Standar AA1000
Suatu standar yang dikembangkan oleh Institute of Social and Ethical Accountability
(ISEA) untuk mempromosikan diadopsinya prinsip-prinsip CSR, sehingga memberikan
pihak-pihak yang terkait jaminan akan kualitas akuntansi, audit dan laporan sosial dan
etika. Akuntabilitas atas standar AA1000 yang menggunakan dasar triple bottom line
(3BL) yaitu People, Planet, dan Profit. Dalam prinsip AA1000 ini meliputi completeness,
materiality, regularity and timeliness, quality assurance, information quality,
embeddedness, continuous improvement, accessibility.

4. Proper

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) merupakan salah satu


upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk mendorong penaatan perusahaan
dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Instrumen tersebut
dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diarahkan untuk:

a. Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui


insentif dan disinsentif reputasi.
b. Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya untuk menerapkan
produksi bersih (cleaner production).

Dalam Proper ini terdapat peraturan-peraturan yang mengatur tentang perlindungan


dan pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan sampah, perlindungan dan pengelolaan
air, pelestarian fungsi atmosfer, kapasitas sumber saya manusia, perjanjian internasional,
dan lain sebagainya.

5. Standar Manajemen Lingkungan ISO 14000

Sistem ISO 14000 adalah standar sistem pengelolaan lingkungan yang dapat
diterapkan pada bisnis apapun, terlepas dari ukuran, lokasi, atau pendapatan. Tujuan dari
sitem ini adalah untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh bisnis
dan untuk mengurangi polusi dan limbah yang dihasilkan oleh bisnis. ISO 14000
menawarkan panduan untuk memperkenalkan dan mengadopsi sistem manajemen
lingkungan berdasarkan pada praktek-praktek terbaik. ISO 14000 ada untuk membantu
organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka berdampak negatif pada lingkungan.

6. ISO 26000

Guidance on social responsibility (panduan tanggung jawab sosial) adalah suatu


standar yang memuat panduan perilaku bertanggung jawab sosial bagi organisasi guna
berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Pedoman yang dikeluarkan oleh
International Organization for Standardization (ISO) pada 1 November 2010 ini terdiri
dari 6 bab serta memuat 7 prinsip, 2 praktik dasar, 7 subjek inti, 36 isu, dan 6 praktik
integrasi tanggung jawab sosial organisasi. ISO 26000 merupakan tanggapan ISO
terhadap semakin maraknya perhatian dunia terhadap isu tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility). Bab enam ISO 26000 menjelaskan subjek
inti dan isu yang terkait dengan tanggung jawab sosial. Tiap subjek mengandung
informasi mengenai lingkup, kaitan dengan tanggung sosial, prinsip dan pertimbangan
terkait, serta kegiatan dan harapan untuk subjek tersebut.

Bentuk-bentuk laporan tersebut dimaksudkan untuk membantu perusahaan dalam


menyusun laporan CSR.Bentuk laporan tersebut dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui
apa saja yang menjadi poin penting dalam laporan CSR. Tidak ada aturan wajib tentang
bentuk mana yang harus digunakan perusahaan, semuanya diserahkan kembali pada kesiapan
perusahaan untuk menggunakan acuan yang mana, asalkan tetap konsisten. Karena yang
terpenting bukan sekedar untuk membuat laporan yang baik tetapi juga pelaksanaan dan
tujuan dari laporan tersebut dapat tercapai.

ISO 26000: Guidance Social Responsibility sebagai CSR Report Framework

ISO 26000 merupakan sebuah panduan yang mendefinisikan apa yang disebut sebagai
tanggung jawab sosial organisasi dan alasan perusahaan harus menggunakannya. ISO 26000
sebagai panduan sukarela (voluntary guidance), sehingga tidak dapat digunakan sebagai
standar sertifikasi seperti ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2004. Berdasarkan subjek utama
adalah sebagai berikut:

1. Organizational Governance - sistem dimana sebuah organisasi membuat dan


melaksanakan keputusan dalam mengejar tujuannya dimana dalam konteks tanggung
jawab sosial memiliki karakteristik khusus menjadi subjek inti organisasi yang harus
dilakukan dan dapat meningkatkan kemampuan organisasi dalam konteks sosial
sehubungan dengan inti lainnya.
2. Human Rights - hak dasar semua manusia karena mereka adalah manusia, dengan
keinginan intrinsik untuk kebebasan, perdamaian, kesehatan dan kebahagiaan,
termasuk menghormati hak asasi manusia dan pengaruhnya di lingkungan.
3. Labor Practices - mencakup semua kebijakan dan praktik yang berkaitan dengan
pekerjaan yang dilakukan dalam, oleh atau atas nama organisasi.
4. The Environment - keputusan dan kegiatan organisasi selalu berdampak pada
lingkungan alam, tidak peduli di mana mereka berada, dampak tersebut mungkin
terkait dengan penggunaan sumber organisasi hidup dan tak hidup, polusi dan limbah,
dan implikasi untuk kegiatan organisasi, produk dan jasa di habitat alami.
5. Fair Operating Practices - praktik operasi yang adil menyangkut perilaku etis dalam
transaksi organisasi dengan organisasi lainnya, termasuk hubungan antara organisasi
dan lembaga pemerintah, serta antara organisasi dan mitra mereka, pemasok,
kontraktor, pesaing dan anggota asosiasi mereka.
6. Consumer Issues - organisasi yang menyediakan produk atau layanan kepada
konsumen dan pelanggan memiliki tanggung jawab kepada pelanggan.
7. Community Involvement and Development - keterlibatan dan pengembangan
masyarakat yang baik pada bagian integral dari pembangunan berkelanjutan yang
lebih luas.
Untuk mengembangkan ISO 26000 menjadi sebuah kerangka pelaporan yang terintegrasi,
dapat menggunakan konsep International Integrated Reporting (IR). Melalui rangkuman
tertulis berjudul ISO 26000 and The International Integrated Reporting (IR) Framework
Briefing Summary, ditemukan bahwa sebuah laporan yang terintegrasi dapat dibuat dengan
menggunakan delapan key elements yang terdiri dari:

1. Organizational Overview and External Environment - apa yang dilakukan organisasi


dan keadaan seperti apa yang mempengaruhi operasi dari organisasi tersebut?
2. Governance - bagaimana struktur manajemen organisasi yang dapat mendukung
kemampuan untuk menanamkan value pada jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang?
3. Business Model - model bisnis apakah yang dijalankan organisasi tersebut?
4. Risk and Opportunities - apa risiko spesifik dan kesempatan yang dapat
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk menanamkan value pada jangka
pendek/menengah/panjang, dan bagaimana organisasi menghadapi hal tesebut?
5. Strategy and Resource Allocation - kemanakah arah organisasi berjalan dan
bagaimana cara mencapai tujuan tesebut?
6. Performance - strategi objektif apakah yang dicapai oleh organisasi dalam satu
periode dan hal apa saja yang dikorbankan/dikeluarkan?
7. Outlook - apa saja tantangan dan ketidakpastian organisasi yang mungkin terjadi
dalam mencapai strategi dan apa saja implikasi potensial untuk model bisnis di masa
depan?
8. Basic of preparation and presentation - bagaimana organisasi dapat menentukan hal
yang penting dalam integrated report dan bagaimana cara mengukur atau
mengevaluasinya?
International Integrated Reporting (IR) juga menyebutkan jika CSR yang sudah
dilaksanakan akan dirangkum dalam bentuk sustainability report yang pelaporan di dalamnya
menguraikan mengenai kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Pelaporan tentang
CSR berupa laporan berkesinambungan (sustainability report) berarti informasi akan
dilaporkan secara terus menerus. Agar laporan tersebut memuat informasi-informasi kegiatan
CSR perusahaan, maka laporan tersebut memiliki pedoman yang berstandar. Selain itu,
laporan kegiatan CSR juga dapat mengacu pada Global Reporting Initiative (GRI), yang di
dalam laporan tersebut tidak hanya menginformasikan mengenai proses pelaksanaan CSR,
namun juga memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai profil dan strategi
perusahaan serta pendekatan manajemen yang dilakukan serta manfaat lain yang dapat
menghasilkan keuntungan secara ekonomis.
Dengan Global Reporting Initiative (GRI), perusahaan dapat membuat laporan secara
lengkap dan terperinci mengenai kegiatan CSR perusahaan sehingga masyarakat secara tidak
langsung dapat mengenal perusahaan tersebut. Item-item yang menjadi acuan pada Global
Reporting Initiative (GRI) adalah sebagai berikut:
1. Profil dan Strategi

Dalam proses penyusunan sustainability report tentang CSR, perusahaan perlu


memperkenalkan dirinya terhadap masyarakat luas. Selain memperkenalkan visi dan
misinya secara tertulis, perusahaan dapat menyertakan foto profil dewan komisaris
perusahaan beserta kata pengantar dari orang tersebut. Selain itu perusahaan juga harus
menguraikan letak dan posisi perusahaan utama dan cabang, kedudukan hukum
perusahaan, struktur organisasi, stakeholder yang dimiliki dan keterlibatan stakeholder
dalam CSR, produk utama unggulan dan pelengkap serta berbagai penghargaan yang
diterima.Perusahaan harus melakukan perumusan strategi untuk meningkatkan
perusahaan dan juga menguraikan dampak, ancaman (risiko) dan solusi akibat dari
implementasi strategi tersebut dan pencapaian kerja yang sudah dihasilkan.

2. Pendekatan Manajemen

Perusahaan beserta jajaran manajemennya dalam melaporkan CSR harus memuat hal
yang terkait dengan sektor ekonomi, lingkungan intern, lingkungan eksternal
(masyarakat), kualitas ketenagakerjaan berserta jaminannya, jaminan produk yang
dihasilkan perusahaan tersebut sehingga keseluruhan item di atas dapat dimasukkan ke
dalam prosedur dan kebijakan perusahaan dalam proses membuat pelaporan tentang CSR
yang telah dilakukan.

3. Implementasi

Perusahaan harus membuat prosedur dan kebijakan dalam lingkungan sosial. Prosedur
dan kebijakan dapat memuat hal tentang pemantauan lingkungan (tempat, luas wilayah,
status sosial) dan membuat beberapa perjanjian dengan lingkungan yang ditujukan untuk
CSR, produk beserta jaminan kesehatannya dan jasa perusahaan yang akan diberikan
kepada masyarakat. Jasa yang memungkinkan untuk diberikan adalah jasa berupa uang
kepada masyarakat yang kurang mampu dan bantuan-bantuan dari pemerintah yang
dipercayakan kepada perusahaan untuk didistribusikan. Selain berupa prosedur dan
kebijakan, perusahaan juga harus memikirkan dari segi sektor keuangan untuk melakukan
CSR. Sebelum melaksanakan CSR, perusahaan memastikan dalam bentuk laporan sudah
memberikan jaminan kepada karyawan, misalnya berupa pelatihan karyawan untuk
meningkatkan kualitas kinerja dan memberikan jaminan keselamatan kerja karyawan.

Anda mungkin juga menyukai