Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN STRATEJIK DAN KEPEMIMPINAN

ETIKA, TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT, KEBERLANJUTAN


LINGKUNGAN, DAN STRATEGI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Etika, Tanggung Jawab Sosial
Korporat, Keberlanjutan Lingkungan, Dan Strategi ini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, perkembangan bisnis maju pesat seiring dengan perkembangan teknologi dan
informasi. Mulai dari bisnis secara tradisional maupun bisnis secara on-line. Bahkan pangsa
pasar bisnis on-line lebih luas dan tentunya dapat memperoleh keuntungan yang maksimal
walaupun tidak sedikit pula orang yang meragukan kualitas produk yang ditawarkan secara
on-line. Namun, diantara bisnis-bisnis yang menghasilkan keuntungan, ternyata masih banyak
para pebisnis yang mengacuhkan etika bisnis yang baik, seperti misalnya tidak
memperhatikan kepuasan konsumen terhadap produk yang dijual. Sejatinya, etika bisnis harus
tertanam dalam jika para pebisnis, karena dengan etika bisnis yang baik tidak hanya
keuntungan saja yang didapatkan namun kepuasan dan keloyalitasan konsumen pun akan
didapatkan pula. untuk itu, para pebisnis harus mengetahui hal-hal apa saja yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pebisnis.
Bagi dunia Internasional maupun Nasional, bisnis merupakan aktivitas yang tidak dapat
dipisahkan dalam kegiatan sehari-hari. Tidak jenuh para pebisnis memajukan dan memperluas
usahanya dalam rangka mencari keuntungan semaksimal mungkin. Mulai dari Negara adidaya
hingga negara berkembang melakukan bisnis sebagai mata pencaharian mereka. Begitu pula
dengan Indonesia yang tidak mau kalah bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

Dalam kegiatan usaha perusahaan, sebagai pelaku bisnis perusahaan memiliki tanggung
jawab untuk membangun hubungan yang harmonis terhadap masyarakat yang berada
disekitar lingkungan operasi perusahaan itu. Pada teorinya, perusahaan dianggap memilik
tanggung jawab moral terhadap lingkungan, masyarakat yang terlingkup dalam seluruh
aktivitas bisnisnya, baik yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung. Secara
historis, tanggung jawab sosial ini telah ada sejak jaman dahulu. Dalam Kode Hammurabi
terdapat 282 hukum yang berisi sanksi terhadap pengusaha yang lalai dalma melaksanakan
aktivitas bisnisnya. Salah satu contoh adalah pengusaha harus menjaga kenyaman
dalam menjalankan bisnis usahanya. Jika terjadi ketidaknyamanan bahkan
menyebabkan kematian, pengusaha tersebut bisa dikenai sanksi hukuman mati.
Penggunaan istilah Corporate Social Responsibility dimulai sejak tahun 1970an
setelah John Elkington mengemukakan tiga komponen penting untuk Sustainable
Development yaitu, economic growth, environmental protection, dan social equity, yang
digagas juga The World Commission on Environment and Development (WCED)
dalam Brundtland Report (1987). Yang selanjutnya ditegaskan kembali menjadi 3(tiga)
fokus yaitu profit, people and planet. Yang selanjutnya dideskripsikan bahwa perusahan
yang baik adalah perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan tapi sekaligus
perusahaan yang peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dan kemaslahatan
masyarakat. Tanggung jawab sosial ini merupakan strategi bisnis jangka Panjang
perusahaan untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi
untuk peningkatan ekonomi yang bersamaan dalam peningkatan kualitas hidup,
pelestarian lingkungan dan kesejahteraan rakyat secara lebih luas. Tanggung jawab sosial
merupakan proses untuk mengevaluasi stakeholder dan tuntutan lingkungan serta
mengimplementasikan program social
Dalam kegiatan usaha perusahaan, sebagai pelaku bisnis perusahaan memiliki tanggung
jawab untuk membangun hubungan yang harmonis terhadap masyarakat yang berada
disekitar lingkungan operasi perusahaan itu. Pada teorinya, perusahaan dianggap memilik
tanggung jawab moral terhadap lingkungan, masyarakat yang terlingkup dalam seluruh
aktivitas bisnisnya, baik yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, salah satu usaha untuk melindungi lingkungan atau masyarakat yang ada di sekitar tempat
perusahaan, maka pemerintah melalui UndangUndang Perseroan Terbatas (UUPT) Nomor 40
Tahun 2007 mewajibkan bagi perusahaan untuk melaksanakan program Corporate Social
Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Kewajiban untuk melaksanakan
program CSR ini sejalan dengan ketentuan dalam dokumen ISO 26000 yang menerjemahkan
tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan
dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan
etis melalui empat cara yaitu: (1) konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat, (2) memperhatikan kepentingan dari para stakeholder, (3) sesuai
hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional, (4) terintegrasi di
seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik kegiatan, produk maupun jasa.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi Etika dan tanggung jawab sosial?
2. Apa saja prinsip etika berbisnis?
3. Apa saja kriteria untuk pembuatan keputusan yang etis?
4. Bagaimana kriteria tanggung jawab sosial?
5. Apa saja macam-macam tanggung jawab social perusahaan?
6. Bagaimana mengelola etika dan tanggung jawab social perusahaan?
7. Apa saja manfaat etika dan tanggung jawab social perusahaan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari etika dan tanggung jawab social
2. Mengetahui prinsip etika berbisnis
3. Mengetahui kriteria untuk pembuatan keputusan yang etis
4. Mengetahui bagaimana kriteria tanggung jawab sosial
5. Memahami apa saja macam-macam tanggung jawab social perusahaan
6. Memahami bagaimana mengelola etika dan tanggung jawab social perusahaan
7. Mengetahui apa saja manfaat etika dan tanggung jawab social perusahaan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika bisnis dan Tanggung Jawab Sosial


2.1.1 Pengertian Etika Bisnis

Etika adalah aturan mengenai prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang mengatur perilaku
seseorang atau kelompok mengenai apa yang benar dan yang salah. Etika menyusun standar
mengenai apa yang baik atau buruk dalam melaksanakan dan membuat keputusan. Etika
berhubungan dengan nilai-nilai internal yang merupakan bagian dari budaya perusahaan dan
membentuk keputusan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial sehubung dengan lingkungan
eksternal. Suatu masalah etikaada dalam situasi ketika tindakan seseorang atau organisasi dapat
merugikan atau menguntungkan orang lain.

Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilalku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan
norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan
atau bisnis.

Karena standar etika tidak diatur, ketidaksepakatan dan dilema mengenai perilakuyang layak
sering timbul. Suatu dilema etika timbul dalam situasi ketika setiapalternatif pilihan atau perilaku
dipandang tak layak karena berpotensi menimbulkankonsekuensi etis yang negatif, sehingga
antara salah dan benar sulit dibedakan. Benar atau salah tak dapat diidentifikasi dengan jelas.
Dilema etika ataupun berbagaimasalah etika dapat dipecahkan dengan membuat keputusan yang
etis.

Definisi formal dari tanggung jawab sosial adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan
dan mengambil tindakan yang berperan dalam mewujudkankesejahterahan masyarakat.

Walaupun definisinya cukup jelas, tanggung jawab sosial dapat menjadi sebuah konsep yang sulit
untuk dicerna, karena setiap orang mempunyai keyakinan yang berbeda mengenai tindakan apa
yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Yang membuat masalah semakin buruk, tanggung
jawab meliputi serangkaian masalah, banyak di antaranya membingungkan, sehubungan dengan
benar atau salah.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

• Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena
itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi
manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan
dengan biaya serendah-rendahnya.
• Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari
apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
• Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.

2.1.1.1 Prinsip-prinsip Etika Bisnis

Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para pelaku bisnis. Etika
bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya
dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan
dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-
33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:

a) Prinsip Otonomi
Yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang
apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang
diambil.
b) Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena kejujuran
merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan
kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
c) Prinsip Keadilan
Bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai dengan haknya
masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
d) Prinsip Saling Menguntungkan
Agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan, demikian pula untuk
berbisnis yang kompetitif.
e) Prinsip Integritas Moral

Prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam
menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap
dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.

Di samping 5 (lima) prinsip diatas, dalam menciptakan etika bisnis ada beberapa hal yang
juga perlu diperhatikan, antara lain adalah:

1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati Bersama
10. kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.

2.1.1.2 Krtiteria Untuk Pembuatan Keputusan yang Etis

Para manajer yang menghadapi jenis pilihan etis yang sulit sering memanfaatkan
suatu pendekatan normatif yang berdasarkan norma dan nilai-nilai untuk
membimbing perbuatan keputusan mereka. Etika normatif menggunakan beberapa
pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam pembuatan keputusan
yang etis. Empat di antaranya yang relevan bagi para manajer adalah pendekatan
manfaat, pendekatan individualisme, pendekatan hak-hak moral, dan pendekatan
keadilan.

a. Pendekatan manfaat
Dengan pendekatan ini, seorang pengambil keputusan diharapkan untuk
mempertimbangkan akibat dari setiap alternatif keputusan yang akan diambil terhadap
semua pihak, dan memilih salah satu yang memberikan kepuasan optimal bagi
mayoritas orang. Karena penghitungan sesungguhnya dapat menjadi sangat rumit, usaha
penyederhanaan dianggap layak.
b. Pendekatan individualisme
Menyatakan bahwa suatu tindakan adalah bermoral jika tindakan tersebut mendukung
kepentingan jangka panjang individu yang akhirnya mengarah pada kebaikan yang lebih
besar. Para individu menghitung manfaat jangka panjang terbaik yang mereka peroleh
sebagai ukuran dan keberhasilan sebuah keputusan. Dalam teori ini, di mana setiap
orang mengejar tujuan pribadi, kebaikan yang lebih besar pasti akan timbul karena
orang-orang belajar saling mengakomodasi kepentingan jangka panjang masing-
masing.
c. Pendekatan hak-hak moral
Menegaskan bahwa manusia mempunyai hak-hak asasi dan kemerdekaan yang tak dapat
diambil oleh keputusan seorang individu. Maka sebuah keputusan yang benar secara
etika adalah keputusan-keputusan yang tidak melanggar hak asasi dari mereka yang
dipengaruhi oleh keputusan-keputusan tersebut.
d. Pendekatan keadilan
Menyatakan bahwa keputusan-keputusan moral harus didasarkan kepada standar,
keadilan, kewajaran, dan tidak memihak. Pendekatan keadilan mengasumsikan bahwa
keadilan diterapkan melalui perturan-peraturan. Teori ini tidak membutuhkan hitungan
seperti pada pendekatan manfaat, juga tidak membenarkan kepentingan pribadi seperti
pendekatan individualisme.
2.1.1.3 Pengaruh Pada Pengambilan Keputusan yang Etis

Ketika para manajer dituduh berbohong, menipu, atau mencuri, kesalahan itu
biasanya ditujukan pada individu atau situasi perusahaan. Sebagian besar orang
percaya bahwa individu membuat pilihan yang etis karena memiliki integritas
individu, yang memang benar, tapi itu belum seluruhnya. Praktik bisnis yang etis atau
tidak biasanya mencerminkan nilai-nilai sikap, keyakinan, dan pola perilaku dari
budaya organisasi.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi keputusan yang etis, yaitu: intensitas etika dari
keputusan, perkembangan moral dari manajer, dan prinsip-prinsip etika yang
digunakan untuk memecahkan persoalan.

2.1.1.4 Dampak Standar Etika Terhadap Penyusunan Strategi


Dampak atau Pengaruh Etika Bisnis :
a) Menuangkan ke dalam Hukum Positif Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan
dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan
dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
“proteksi” terhadap pengusaha lemah.
b) Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Kalau pelaku bisnis itu memang tidak
wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi
dan jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi”
kepada pihak yang terkait.
c) Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Pelaku bisnis disini
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang”
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
d) Memelihara Kesepakatan Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan
Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu
usaha menciptakan etika bisnis.
e) Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Kalau pelaku bisnis itu memang tidak
wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi
dan jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi”
kepada pihak yang terkait.

Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh Adiwarman Karim,
Presiden Direktur Kzrim Business Consulting, seharusnya jangan dilanggar, yaitu:

• Kejujuran
Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-menipu demi mendapat
keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran merupakan salah satu kunci
keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk bertahan di tengah
persaingan bisnis.
• Keadilan
Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada karyawan
sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan mendapatkan
keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan
tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
• Rendah Hati
Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam mempromosikan
produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan produk bersaing, entah
melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen memiliki kemampuan
untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak
sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar terlalu
sempurna, pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
• Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di
depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang yang
mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.
• Kecerdasan
Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi bisnis sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menghasilkan keuntungan yang
memadai. Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu mewaspadai dan
menghindari berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang mungkin dilancarkan
oleh lawan-lawan bisnisnya.
2.1.1.5 Pemicu Strategi dan Perilaku Bisnis yang Tidak Etis
Kebanyakan perusahaan yang berada disekitar kita hampir 45% tidak menggunakan
etika dalam menjalankan bisnisnya, sedangkan sisanya 55% sudah menggunakan
etika dalam 7 menjalankan bisnisnya. Jadi bisa dikatakan bahwa hampir setengahnya
produsen atau perusahaan yang ada di sekitar kita melakukan pelanggaran etika.
Beberapa contoh dari bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang
berada di Indonesia adalah :
• Anti nyamuk HIT yang menggunakan pestisida.
• Semburan lumpur dan gas di Sidoarjo oleh Lapindo Branas karena tidak
menggunakan pengaman pada saat pengeboran.
• Produksi rokok yang terus meningkat seiring dengan promosi iklannya yang
menarik. Seharusnya jika kita ingin Negara ini bersih dan sehat produsen rokok
tidak membuat iklan sebagus dan semenarik itu dan seharusnya iklan tersebut
dibuat dengan akibat yang ditimbulkan dari rokok itu sendiri.
• Pemalsuan merk dagang palsu di Surabaya (Jawa Pos, mei 2009)
• Susu dan makanan bayi yang terkontaminasi bakteri enterobacter sazakii yang
dapat menyebabkan radang selaput otak dan usus.
• Telkomsel di duga melakukan Manipulasi iklan Talkmania.
• Indomie mengandung zat methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam
benzoat).

Factor penyebab perusahaan atau produsen melakukan pelanggaran adalah:

• Menurunnya formalism etis (moral yang berfokus pada maksud yang berkaitan
dengan perilaku dan hak tertentu.
• Kurangnya kesadaran moral utilarian (moral yang berkaitan dengan
memaksimumkan hal terbaik bagi orang sebanyak mungkin)
• Undang – undang atau peraturan yang mengatur perdagangan, bisnis dan
ekonomi masih kurang
• Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi hak – hak konsumen.
• Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi mengenai bahan,
material berbahaya
• Pandangan yang salah dalam menjalankan bisnis (tujuan utama bisnis adalah
mencari keuntungan semata, bukan kegiatan social)
• Rendahnya tanggung jawab social atau CSR (Corporate Social Responsibility)
• Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis

Adapun upaya yang diharapkan untuk menghindari pelanggaran kode etik salah
satunya bagi para pengguna internet adalah:

• Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan


dengan masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
• Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi
menyinggung secara langsung dan negative masalah suku, agama dan
ras(SARA), termasuk di dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan,
penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok/
lembaga/ institusi lain.
• Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi Instruksi untuk
melakukan perbuatan melawan hukum(illegal) positif di Indonesia dan ketentuan
internasional umumnya.
• Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.
• Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan
informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan
cracking.
• Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar/ foto, animasi, suara atau
bentuk materi dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus
mencantumkan identitas sumber dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia
untuk melakukan pencabutan bila ada yang mengajukan keberatan serta
bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.

Perilaku Etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah
bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif baik
lingkup makro ataupun mikro.
1. Perspektif Makro

Pertumbuhan suatu negara tergantung pada efektivitas dan efisiensi sistem pasar dalam
mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan supaya sistem dapat
bekerja secara efektif dan efisien adalah:

a) Adanya hak memiliki dan mengelola properti swasta


b) Adanya kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa
c) Adanya ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa

Jika salah satu subsistem dalam sistem pasar ini melakukan perilaku yang tidak etis, maka
hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan mengambat pertumbuhan sistem
secara makro.

2. Perspektif Mikro

Dalam lingkup mikro perilaku etis identik dengan kepercayaan atau trust. Dalam lingkup
mikro terdapat rantai relasi dimana pemasok (supplier), perusahaan, konsumen, karyawan
saling berhubungan dalam kegiatan bisnis yang saling mempengaruhi. Tiap mata rantai di
dalam relasi harus selalu menjaga etika sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan
bisnis dapat terjaga dengan baik.

2.1.2 Pengertian Tanggung Jawab Sosial

Corporate Social Responsibility (CSR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
istilah Tanggung Jawab Social Perusahaan adalah suatu tindakan atau konsep yang
dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk
tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan
kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan,
pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan
fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada.

CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau
meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau
citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan
yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan
dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai
dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan
CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan
tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak, konsumen mendapatkan
produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai
yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung.

CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat tergantung dari
orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank
Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR
meliputi pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya,
dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan
organisasi. Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan dukungan pemerintah
daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil
peran penting tanpa harus melakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat
ini. Ditengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami
Indonesia,pemerintah harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melalui
CSR (Corporate Social Responsibilty).

2.1.2.1 Kriteria Tanggung Jawab Sosial


Tanggung jawab sosial dapat dibagi ke dalam beberapa kriteria, yaitu :
1) Tanggung Jawab Ekonomi

Kriteria pertama dalam tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab ekonomi. institusi
bisnis, diatas segalanya, adalah unit ekonomi dasar. tanggung jawabnya adalah
menghasilkan barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat dan memaksimalkan laba bagi
pemiliknya serta pemegang saham. tanggung jawa bekonomi, sampai batas ekstrim,
disebut pandangan memaksimalkan laba.

2) Tanggung Jawab Legal


Tanggung jawab legal mendefinisikan apa yang dianggap penting oleh masyarakat
sehubung dengan perilaku perusahaan yang layak. Bisnis diharapkan untuk memenuhi
tujuan ekonomi mereka dengan kerangka kerja yang legal. Persyaratan legal ditentukan
oleh dewan-dewan kota setempat, pembuat undang-undang negara bagian, dan agen
peraturan federal.
3) Tanggung jawab etika
Tanggung jawab etika meliputi perilaku yang tidak perlu disusun dalam undang-undang
dan boleh tidak melayani kepentingan ekonomi langsung perusahaan. Cara pembuat
keputusan organisasi harus bertindak atas dasar kesetaraan, keadilan, dan tidak memihak,
menghormati hak-hak individu, dan memberikan perlakuan yang berbeda hanya jika
relevan dengan tujuan dan tugas organisasi. Perilaku yang tidak etis timbul ketika
keputusan memungkinkan individu atau perusahaan mendapat keuntungan dengan
mengorbankan masyarakat.
4) Tanggung jawab diskresioner
Tanggung jawab diskresioner adalah murni suka rela dan dituntun oleh keinginan sebuah
perusahaan untuk memberi kontribusi sosial yang tidak diperintahkan oleh ekonomi,
undang-undang, atau etika. (ktivitasnya meliputi kontribsi amal yang murah hati yang tidak
mendapat balasan bagi perusahaan dan memang tidak diharapkan. Tanggung jawab
diskresioner adalah kriteria tertinggi dari tanggung jawab sosial, karena berada di atas
harapan sosial untuk memberi kontribusi bagi kesejahteraan komunitas.

2.1.2.2 Jenis-jenis Tanggung Jawab Sosial


a) Tanggung jawab social kewirausahaan
Tanggung jawab sosial yang pertama ini (Social Responsible Entrepreneurship / SRE)
merupakan aksi atau tindakan minimal terkait dengan kewajiban sosial sebuah
perusahaan. Aksi tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk program yang memiliki
tujuan tersendiri. SRE tidak memiliki keterlibatan lebih jauh lagi selain memenuhi
tanggung jawab sosialnya.
Setelah tanggung jawab sosial dipenuhi, bisnis dijalankan seperti semula. Misalnya, ada
program penanaman 100 pohon di bukit Asri atau pembersihan lingkungan Jatibaru, itu
semua sebatas program saja, setelah menanam 100 pohon atau membersihkan lingkungan
maka sudah sampai di situ saja tanggung jawabnya. Jadi, SRE memang menghasilkan
perbedaan yang jelas antara principle dan commerce.
b) Keterlibatan Sosial dalam Kewirausahaan
Keterlibatan bisnis dalam dimensi sosial (Social Involved Entrepreneurship /SIE)
memiliki keterikatan dan kesamaan tujuan dengan masyarakat. Keterlibatan dapat
ditunjukkan dengan kerjasama yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam
masyarakat. Perbedaannya dengan SRE adalah bahwa SIE memiliki dasar keterlibatan
yang dalam. SIE memiliki tinjauan umum bahwa bisnis bukan semata-mata hanya
tanggung jawab sosial, tetapi lebih dalam dari itu, salah satunya yaitu persamaan rasa
ingin membangun masyarakat lebih baik lagi.

2.1.2.3 Macam-macam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


1. Tanggung jawab terhadap lingkungan.
Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan,
melestarikan, dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang
mencemari lingkungan.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan

Menurut zimmerer Tanggung jawab terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:

• Menghormati dan mendengarkan pendapat karyawan


• Meminta Masukan kepada karyawan
• Memberi kepercayaan kepada karyawan
• Memberi imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan biak
• Selalu menekankan kepercayaan kepada karyawan
• Tanggung jawab terhadap pelanggan.
Tanggung jawab terhadap pelanggan ada dua kategori:

• Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas


• Memberikan harga barang dan jasa yang adil dan wajar
3. Tanggung Jawab terhadap investor

Tanggung Jawab terhadap investor adalah menyediakan pengembalian investasi yang


menarik, seperti memaksimumkan laba

4. Tanggung jawab terhadap Masyarakat

Perusahaan harus ber Tanggung jawab terhadap Masyarakat sekitarnya, misalnya menyediakan
pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta kontribusi terhadap mayararakat sekitarnya.

2.2 Mengelola Etika dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Para manajer harus mengambil langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa perusahan
berdiri dengan dasar etika. Metode menejemen untuk membantu organisasi supaya lebih
bertanggung jawab meliputi kepemimpinan dengan contoh, kode etik, struktur etika dan
mendukung orang yang mengungkapkan penyimpangan.
a) Kepemimpinan Dengan Contoh
Dalam sebuah studi kebijakan dan praktik etika di perusahaan-perusahaan yang sukses dan
etis seperti Boeing, Xerox, tidak ada yang lebih jelas daripada peranan penting para
manajer puncak. Para pemimpin menyusun etika organisasi melalui tindakan mereka
sendiri. Para pemimpin membuat komitmen pada nilai-nilai etika dan membantu orang lain
di seluruh organisasi untuk mewujudkan dan mencerminkan nilai-nilai itu.
b) Kode etik
Kode etik adalah suatu pernyataan resmi yang memuat nilai-nilai perusahaan mengenai
etika dan isu-isu sosial; serta mengkomunikasikan prinsip-prinsip perusahaan kepada
karyawan. Kode etik cenderung muncul dalam dua jenis: pernyataan yang berdasarkan
prinsip dan pernyataan yang berdasarkan kebijakan. Pernyataan yang berdasarkan prinsip
dirancang untuk mempengarauhi budaya perusahaan; mereka mendefinisikan nilai-nilai
fundamental dan mengandung bahasa yang umum mengenai tanggung jawab perusahaan,
kualitas produk dan perilaku terhadap karyawan. Pernyataan yang berdasarkan kebijakan
umumnya memberi garis besar prosedur yang akan digunakan dalam situasi etika tertentu.
Situasi-situasi ini dapat mencakup praktik pemasaran, konflik kepentingan, pengamatan
undang-undang, informasi hak milik, pemberian politik, dan kesempatan yang sama.
c) Stuktur etika
Struktur etika mengambarkan sistem, posisi dan program yang beragam yang dapat diambil
sebuah perusahaan untuk mengimplementasikan perilaku yang etis. Komite etika adalah
sebuah kelompok eksekutif yang ditunjuk untuk mengawasi etika perusahaan. Komite itu
memberikan keputusan atas masalah etika yang dipertanyakan. Ombudsman etika adalah
seseorang petugas yang diberikan tanggung jawab untuk menyelidiki keluhan-keluhan
pelangaran etika dan juga member tahu manjemen puncak mengenai potensi-potensi
pelangaran etika.
d) Pengungkapan penyimpangan
Penyikapan oleh seorang karyawan mengenai praktik ilegal, tak bermoral, atau tidak sah
yang dilakukan oleh organisasi disebut pengungkapan penyimpangan. Sampai derajat
tertentu, usaha untuk membuat sebuah perusahaan bertanggung jawab tergantung pada
individu-individu yang bersedia untuk mengungkapkan jika mereka mendeteksi adanya
aktivitas yang ilegal, berbahaya, atau tidak etis. Para pengungkap sering melaporkan
tindakan tercela kepada orang luar, seperti agen peraturan, senator, atau reporter
suratkabar. Namun untuk menjadi pengawal etika yang efektif, perusahaan harus
memandang pengungkapan sebagai manfaat bagi perusahaan dan membuat usaha-usaha
yang berdedikasi untuk melindungi para pengungkap.

2.3 Manfaat Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis dan memiliki tanggung jawab sosial adalah:

1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat
dari steakholder
2. Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan memiliki tanggung jawab social
akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan masyarakat sekitar.
3. Perusahaan yang memiliki tanggung jawab social terhadap lingkungan akan membantu
dalam pembangunan daerah sekitar perusahaan
4. Menghindarkan dari konflik internal dan lingkungan sekitar perusahaan
5. Tanggung jawab social Secara tidak langsung Membantu dalam promosi perusahaan
6. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin
kompleks
7. Suatu perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan
reputasi
8. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab social dapat
menambah uang dalam bisnis mereka.

Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan
secara konsisten dan konsekuen.

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan
perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :

• Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
• Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
• Melindungi prinsip kebebasan berniaga
• Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Etika bisnis suatu kode etik perilalku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma
yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan
atau berusaha. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan juga masyarakat.

Tanggung Jawab Social Perusahaan adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh
perusahaan(sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab
mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. CSR dapat
dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan
dengan cara manajemen dampak (minimimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi
dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.

Selain etika, yang tidak kalah penting adalah tanggung jawab perusahaan, yaitu kepada
lingkungan, karyawan, pelanggan, investor dan masyarakat sekitarnya, Sehingga akan
terbentuk suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat membantu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis yang
sesuai dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Berperilakulah jujur dalam segala hal guna menunjang kesuksesan
kita dalam berbisnis.
Daftar Pustaka

Anonim. http://www.othe.org/ilmu-pengetahuan/ekonomi/2112/etika-dan-tanggung-jawab-
sosial-masa-kini/. (Diakses5 May 2021)

Anonim. http://wiliiamlia.blogspot.com/2013/12/tanggung-jawab-sosial-dan-etika-
dalam.html?m=1. (Diakses5 May 2021)

Anonim. http://tribiznetwork.com/m/blogpost?id=6620194%3ABlogPost%3A4481. (Diakses5


May 2021)

Daft, Richard L. 2000. Manajemen Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

HC. Heru kristanto.2009. Kewirausahaan Enterprenership (kewirausahaan pendekatan


manajemen dan praktik). Jakarta. ISBN.
Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 1999. Manajemen Edisi Keenam. PT. Prenhallindo.
Jakarta.
Schermerhorn, John R.,Jr. 1998. Manajemen Buku 1. Andi. Yogyakarta
Williams, Chuck. 2001. Manajemen Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
William, Chuck. 2001. Manajemen 1st edition. Jakarta: Salemba Empat.
Wiludjeng SP, Sri. 2007. Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai