Anda di halaman 1dari 5

SOAL 3

Jelaskan keterkait/perbandingan antara agency theory dengan transaction cost theory dan
jelaskan juga kaitan kedua teori tersebut dengan konsep corporate governance.

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)


menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional yang lebih memahami
menjalankan bisnis sehari-hari. Semakin besar perusahaan maka akan terjadi pemisahan antara
pemilik dan pengendali perusahaan. Pemegang saham bertindak sebagai pemilik dan manajer
merupakan pengendali perusahaan. Pemisahan peran ini terjadi karena pemegang saham tidak
dapat lagi mengikuti kegiatan perusahaan setiap hari. Banyak pemegang saham yang bertindak
pasif artinya tidak ikut serta dalam kegiatan operasional perusahaan, oleh karena itu manajer
diharapkan dapat bertindak demi kepentingan pemegang saham. Namun, dalam kenyataannya
manajer juga memiliki keinginan sendiri dan bertindak untuk memenuhi keinginan pribadinya.
Perbedaan kepentingan ini dikenal dengan nama konflik keagenan.

Implikasi teori keagenan terhadap konsep Corporate Governance adanya pemberian


insentif dan melakukan monitoring (pengawasan). Mekanisme insentif mendorong para manajer
bertindak untuk mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
berupa insentif seperti gaji, dan insentif berbasis kinerja, seperti pemberian saham perusahaan dan
kebijakan kompensasi lainnya.

Monitoring yang dilakukan oleh pihak independen memerlukan biaya pengawasan


(monitoring cost) berupa biaya audit, yang merupakan salah satu dari agency cost (jensen dan
meckling, 1976). Biaya pengawasan (monitoring cost) biaya untuk mengawasi agen apakah agen
telah bertindak sesuai kepentingan prinsipal dengan melaporkan secara akurat semua aktivitas
yang telah ditugaskan kepada manajer. Uraian tersebut diatas memberi makna bahwa auditor
merupakan pihak yang dianggap dapat menjembati kepentingan pihak pemegang saham
(principal) dengan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan.

Teori Biaya Transaksi (Cost Transaction)

Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi, yaitu rasionalitas idividu bersifat terbatas
(bounded rationality), dan individu memiliki sifat oportunisme (Wiliamson, 1979).

Rasionalitas individu dikatakan terbatas oleh Herbert A. Simon pemenang hadiah nobel
Ekonomi tahun 1978, karena pada dasarnya seorang individu tidak akan pernah mampu memiliki
informasi yang lengkap tentang kejadian di masa yang akan datang. Dengan kata lain, seseorang
secara alamiah tidak akan mampu memprediksi dengan sempurna kejadian di masa depan. Akibat
keterbatasan rasionalitas, menyebabkan individu tidak akan pernah bisa melaksanakan negosiasi
dan kontrak secara sempurna terhadap kejadian-kejadian di masa depan. Dengan demikian seluruh
kontrak yang dilakukan individu dalam kegiatanya sehari-hari selalu bersifat tidak sempurna
(incomplete contract). Agar kontrak dilaksanakan dengan baik maka diperlukan biaya atau
pengawasan.

Sifat oportunisme individu juga mempengaruhi kontrak terutama sebelum terjadi kontrak
dan sesudah terjadi kontrak. Sifat oportunisme yang muncul sebelum kontrak disebut perilaku
menghindar risiko (adverse selection) dan sifat oportunisme yang muncul setelah kontrak disebut
perilaku menyimpang secara etis (moral hazard). Keduanya muncul karena adanya asimetri
informasi.

Implikasi teori ini untuk mengatasi keterbatasan rasionalitas dan asimetri informasi yang
dapat menimbulkan perilaku adverse selection dan moral hazard adalah mengadakan biaya
transaksi.

SOAL 4

1. JELASKAN ORGAN UTAMA DAN ORGAN PENUNJANG DARI SEBUAH


PERUSAHAAN.

Struktur GCG

Struktur Tata Kelola Perusahaan


Organ utama Perusahaan yang terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi, mempunyai peran
penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Organ Perusahaan harus menjalankan fungsinya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ mempunyai
transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya untuk kepentingan Perusahaan.

1. Rapat Umum Pemegang Saham

Merupakan organ Perusahaan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan yang
mewakili kepentingan pemegang saham dan mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang
atau anggaran dasar.

Kewenangan RUPS antara lain mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan


Komisaris dan Direksi, mengevaluasi kinerja Dewan Komisaris dan Direksi, menyetujui
perubahan Anggaran Dasar, menyetujui laporan tahunan dan menetapkan jumlah
remunerasi anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta mengambil keputusan terkait
tindakan korporasi atau keputusan strategis lainnya yang diajukan Direksi. RUPS terdiri
atas :

A. RUPS tahunan, yang wajib diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun buku berakhir
B. RUPS lainnya, yang dapat diselenggarakan pada setiap waktu berdasarkan
kebutuhan untuk kepentingan Perusahaan.

Keputusan yang diambil dalam RUPS didasarkan pada kepentingan Perusahaan.

2. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris merupakan organ Perusahaan yang bertanggung jawab atas pengawasan
terhadap kebijakan dan pengelolaan Perusahaan yang dijalankan oleh Direksi, dan
memberikan nasihat kepada Direksi demi kepentingan Perusahaan. Dewan Komisaris
bertanggung jawab kepada RUPS.

Dewan Komisaris berwenang memberhentikan sementara anggota Direksi dengan


menyebutkan alasannya. Dewan Komisaris dapat pula melakukan tindakan pengurusan
Perusahaan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris dibantu oleh
komite penunjang yaitu Komite Audit yang merupakan organ pendukung perusahaan.

3. Direksi
Direksi merupakan organ perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perusahaan sesuai dengan anggaran dasar dalam rangka pencapaian visi dan misi
Perusahaan yang dituangkan dalam RJPP dan RKAP. Anggota Direksi diangkat dan
diberhentikan oleh RUPS. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan
perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG.

Untuk membantu tugas-tugas Direksi dalam melaksanakan pengolahan Perusahaan,


Direksi menunjuk seorang Sekertaris Perusahaan (Corporate Secretary) dan membentuk
Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Utama.

Organ Pendukung Tata Kelola Perusahaan Dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan
tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris dibantu oleh komite-komite sebagai berikut:

a. Komite Audit yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan pendapat profesional
dan independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang
disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris dan membantu Dewan Komisaris
melaksanakan tugasnya mengawasi dan memberikan nasihat kepada Dewan Direksi,
mengawasi dan memastikan bahwa Perusahaan dijalankan sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku, serta terselenggaranya pengendalian internal yang efektif.
b. Komite Pemantau Risiko yang berfungsi untuk memantau dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris dalam usaha mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Dewan Komisaris terkait penerapan dan pengawasan Manajemen Risiko
Perusahaan.
c. Komite Nominasi dan Remunerasi yang bertugas melakukan evaluasi serta menyusun
dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai sistem/kebijakan
nominasi dan remunerasi kepada Komisaris dan Direksi.

2. WHISTLEBLOWING SYSTEM MERUPAKAN SALAH SATU


INFRASTRUKTUR(soft structure) PENTING YANG HARUS DIMILIKI
PERUSAHAAN. JELASKAN APA FUNGSI WBS DAN APA SAJA YANG
HARUS DIATUR DALAM WBS.

Fungsi pedoman Whistleblowing Systemadalah sebagai berikut:1.Mencegah dan sebagai


alat deteksi dini terhadap suatu tindakan pelanggaran kode etik, pedoman perilaku dan
benturan kepentingan oleh insan Indonesia Redi lingkungan Perusahaan.2.Sebagai sarana
bagi stakeholder (whistleblower) untuk melaporkan tindakan pelanggaran kode etik,
pedoman perilaku dan benturan kepentingan yang dilakukan baik oleh Pegawai maupun
Direksi

Unsur Pengaduan

Pengaduan Anda akan mudah ditindaklanjuti apabila memenuhi unsur sebagai berikut:

 What: Perbuatan berindikasi pelanggaran yang diketahui


 Where: Dimana perbuatan tersebut dilakukan
 When: Kapan perbuatan tersebut dilakukan
 Who: Siapa saja yang terlibat dalam perbuatan tersebut
 How: Bagaimana perbuatan tersebut dilakukan (modus, cara, dsb.)

LANDASAN HUKUM

Dalam rangka mendorong peran serta pejabat/pegawai dan masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan
pelanggaran terhadap ketentuan good governance di Kementerian Riset dan Teknologi.

- Dasar hukum dari Peraturan ini adalah : UU No. 8 Tahun 1974; UU No. 29 Tahun 1999; UU
No. 31 Tahun 1999; UU No. 13 Tahun 2006; UU No. 14 Tahun 2008; PP No. 71 Tahun 2000; PP
No. 42 Tahun 2004; PP 53 Tahun 2010; Kepres No. 59/P/2011; Inpres No. 5 Tahun 2004;
Permenegristek No. 03/M/PER/VI/2010.

- Dalam Peraturan Menteri ini ditetapkan :

1. Pelapor (whistleblower) yang melihat dan mengetahui adanya Pelanggaran oleh


pejabat/Pegawai di Kementerian, dapat menyampaikan laporan Pengaduan kepada UPP.

2. Pengaturan teknis sebagaimana tersebut dijadikan acuan bagi Kementerian Riset dan Teknologi
untuk melaksanakan pedoman whistleblower di Kementerian Riset dan Teknologi berdasarkan
Peraturan ini.

Anda mungkin juga menyukai