Jelaskan keterkait/perbandingan antara agency theory dengan transaction cost theory dan
jelaskan juga kaitan kedua teori tersebut dengan konsep corporate governance.
Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi, yaitu rasionalitas idividu bersifat terbatas
(bounded rationality), dan individu memiliki sifat oportunisme (Wiliamson, 1979).
Rasionalitas individu dikatakan terbatas oleh Herbert A. Simon pemenang hadiah nobel
Ekonomi tahun 1978, karena pada dasarnya seorang individu tidak akan pernah mampu memiliki
informasi yang lengkap tentang kejadian di masa yang akan datang. Dengan kata lain, seseorang
secara alamiah tidak akan mampu memprediksi dengan sempurna kejadian di masa depan. Akibat
keterbatasan rasionalitas, menyebabkan individu tidak akan pernah bisa melaksanakan negosiasi
dan kontrak secara sempurna terhadap kejadian-kejadian di masa depan. Dengan demikian seluruh
kontrak yang dilakukan individu dalam kegiatanya sehari-hari selalu bersifat tidak sempurna
(incomplete contract). Agar kontrak dilaksanakan dengan baik maka diperlukan biaya atau
pengawasan.
Sifat oportunisme individu juga mempengaruhi kontrak terutama sebelum terjadi kontrak
dan sesudah terjadi kontrak. Sifat oportunisme yang muncul sebelum kontrak disebut perilaku
menghindar risiko (adverse selection) dan sifat oportunisme yang muncul setelah kontrak disebut
perilaku menyimpang secara etis (moral hazard). Keduanya muncul karena adanya asimetri
informasi.
Implikasi teori ini untuk mengatasi keterbatasan rasionalitas dan asimetri informasi yang
dapat menimbulkan perilaku adverse selection dan moral hazard adalah mengadakan biaya
transaksi.
SOAL 4
Struktur GCG
Merupakan organ Perusahaan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan yang
mewakili kepentingan pemegang saham dan mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang
atau anggaran dasar.
A. RUPS tahunan, yang wajib diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun buku berakhir
B. RUPS lainnya, yang dapat diselenggarakan pada setiap waktu berdasarkan
kebutuhan untuk kepentingan Perusahaan.
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris merupakan organ Perusahaan yang bertanggung jawab atas pengawasan
terhadap kebijakan dan pengelolaan Perusahaan yang dijalankan oleh Direksi, dan
memberikan nasihat kepada Direksi demi kepentingan Perusahaan. Dewan Komisaris
bertanggung jawab kepada RUPS.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris dibantu oleh
komite penunjang yaitu Komite Audit yang merupakan organ pendukung perusahaan.
3. Direksi
Direksi merupakan organ perusahaan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perusahaan sesuai dengan anggaran dasar dalam rangka pencapaian visi dan misi
Perusahaan yang dituangkan dalam RJPP dan RKAP. Anggota Direksi diangkat dan
diberhentikan oleh RUPS. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan
perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG.
Organ Pendukung Tata Kelola Perusahaan Dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan
tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris dibantu oleh komite-komite sebagai berikut:
a. Komite Audit yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan pendapat profesional
dan independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang
disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris dan membantu Dewan Komisaris
melaksanakan tugasnya mengawasi dan memberikan nasihat kepada Dewan Direksi,
mengawasi dan memastikan bahwa Perusahaan dijalankan sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku, serta terselenggaranya pengendalian internal yang efektif.
b. Komite Pemantau Risiko yang berfungsi untuk memantau dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris dalam usaha mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Dewan Komisaris terkait penerapan dan pengawasan Manajemen Risiko
Perusahaan.
c. Komite Nominasi dan Remunerasi yang bertugas melakukan evaluasi serta menyusun
dan memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai sistem/kebijakan
nominasi dan remunerasi kepada Komisaris dan Direksi.
Unsur Pengaduan
Pengaduan Anda akan mudah ditindaklanjuti apabila memenuhi unsur sebagai berikut:
LANDASAN HUKUM
Dalam rangka mendorong peran serta pejabat/pegawai dan masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan
pelanggaran terhadap ketentuan good governance di Kementerian Riset dan Teknologi.
- Dasar hukum dari Peraturan ini adalah : UU No. 8 Tahun 1974; UU No. 29 Tahun 1999; UU
No. 31 Tahun 1999; UU No. 13 Tahun 2006; UU No. 14 Tahun 2008; PP No. 71 Tahun 2000; PP
No. 42 Tahun 2004; PP 53 Tahun 2010; Kepres No. 59/P/2011; Inpres No. 5 Tahun 2004;
Permenegristek No. 03/M/PER/VI/2010.
2. Pengaturan teknis sebagaimana tersebut dijadikan acuan bagi Kementerian Riset dan Teknologi
untuk melaksanakan pedoman whistleblower di Kementerian Riset dan Teknologi berdasarkan
Peraturan ini.