Anda di halaman 1dari 9

NAMA : FITRI LARASATI

NIM : 1911070201

MATA KULIAH : Akuntansi Keuangan Menengah 2

PROGRAM STUDI : S1 AKUNTANSI EKSTENSI (SABTU – BEKASI)

DOSEN : Drs. Panubut Simorangkir., Ak.MM.,CA

BAB I
PERSEKUTUAN FIRMA

I. Pengertian Persekutuan Firma


Persekutuan firma (partnership) didefinisikan sebagai asosiasi antara dua atau lebih individu
sebagai pemilik untuk menjalankan perusahaan dengan tujuan mendapatkan laba. Di sini kata individu
dianggap mencakup perorangan, persekutuan firma, perseroan terbatas, dan berbagai bentuk asosiasi
lainnya. Persekutuan firma adalah kaitan atau hubungan yuridis yang timbul dari perjanjian sukarela
antara beberapa pihak yang bersangkutan, baik secara lisan, maupun tertulis atau tersirat dari tindakan
pribadi sekutu bersangkutan.

II. Sifat Persekutuan Firma


1. Keagenan atau Perwakilan Bersama
Masing-masing sekutu menjadi agen atau wakil dari persekutuan firma untuk tujuan usahanya.
2. Umur Terbatas
Setiap perubahan dari hubungan perjanjian antara pihak yang bersangkutan ini akan mengakhiri
perjanjian itu dan membubarkan persekutuan firma tersebut.
3. Tanggung Jawab Tak Terbatas
Tanggung jawab seorang sekutu tidak terbatas pada jumlah investasinya.
4. Pemilikan Kepentingan dalam Persekutuan Firma
Harta benda yang diinvestasikan dalam persekutuan firma tidak lagi dimiliki secara terpisah
oleh masing-masing sekutu, melainkan sekarang menjadi milik asosiasi perorangan yang
berbentuk persekutuan firma.
5. Partisipasi (Keikutsertaan) dalam Laba Persekutuan Firma
Masing-masing sekutu ikut serta dan memperoleh pembagian laba persekutuan firma.
III. Persekutuan Sebagai Asosiasi Perorangan dan Sebagai Kesatuan Usaha Yang Terpisah
Persekutuan Firma didefinisikan seabagai asosiasi antara individu-individu. Persekutuan ini
didirikan berdasarkan persetujuan antara pihak-pihak yang bersangkutan, dan persekutuan firma tidak
berlaku apabila persetujuan itu berakhir. Akan tetapi dalam tujuan tertentu, persekutuan firma
merupakan suatu kesatuan usaha yang terpisah.

IV. Pemilihan Antara Bentuk Persekutuan Firma dan Perseroan Terbatas


Apabila beberapa individu memutuskan untuk menyatukan sumber daya mereka dalam suatu
usaha tunggal, maka mereka harus memilih antara bentuk persekutuan firma atau perseroan terbatas.
Posisi relative pajak penghasilan kedua bentuk ini juga perlu dipertimbangkan. Menurut undang-
undang pajak penghasilan yang berlaku. Undang-Undang pajak penghasilan mengharuskan
persekutuan firma mengirimkan laporan informasional, yang berisi iktisar mengenai kegiatan usaha
persekutuan firma dan menunjukan distribusi pendpatan diantara para sekutu. Faktor pajak
penghasilan baik yang diterapkan dalam keadaan normal maupun merupakan ketetapan maupun
pilihan pada keadaan tertentu.

V. Jenis Persekutuan Firma


 Persekutuan Firma Dagang dan Non Dagang
Kegiatan-usaha utamanya memproduksi atau membeli dan menjual barang-barang disebut
persekutuan firma dagang. Sedangkan persekutuan firma non-dagang yang didirikan dengan tujuan
untuk memberikan jasa-jasa, contohnya kantor akuntan, kantor pengacara, dan makelar barang tak
bergerak. Pemisahannya firma artinya untuk menentukan wewenang seorang sekutu dalam bertindak
atas nama peusahaan.

 Persekutuan Firma Umum Dan Terbatas


Pesekutuan firma umum adalah persekutuan firma dimana semua sekutu boleh bertindak
secara umum atas nama perusahaan dan masing-masing sekutu dapat bertanggung jawab atas
kewajiban perusahaan. Undang-undang sebagian besar Negara Amerika Serikat menginginkan
pendirian suatu persekutuan firma terbatas.

 Perusahaan Saham Patungan


Persekutuan firma dapat didirikan dengan struktur modal dalam bentuk saham pindahtangan.
Organisasi ini disebut perusahaan saham patungan. Pemilikannya dapat dibuktikan dengan sertifikat
saham dan kepada orang yang bersangkutan diberi hak untuk ikut serta dalam mengelola perusahaan.
Pemindahan saham tidak mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tanggungan dalam sekutu
tIdak terbatas, sama halnya dengan persekutuan firma umum. Dengan demikian perusahaan saham
patungan mempunyai ciri-ciri persekutuan firma dan perseroan terbatas.

VI. Akte Persekutuan Firma


Persekutuan firma atau singkatnya firma didirikan dengan persetujuan yang harus mencakup
semua unsur penting yang dibutuhkan dalam perjanjian, yamg bersifat memaksa. Persetujuan ini
disebut akte persekutuan firma. Akte persekutuan firma harus mengandung semua ketentuan yang
berkaitan dengan pendirian fima. Akte ini harus menguraikan dengan lengkap dan jelas persetujuan
yang telah dicapai seperti beikut:
1) Nama persekutuan firma, pihak-pihak yang bersangkutan dalam persetujuan dan lokasi
perusahaan.
2) Tanggal mulai berdirinya firma dan jangka waktu perjanjian.
3) Sifat serta ruang lingkup perudahaan dan lokasi.
4) Investasi oleh masing-masing sekutu dan nilai yang ditetapkan atas investasi tersebut.
5) Hak, wewenang, dan kewajiban sekutu juga batasan-batasan berdasarkan otoritas para sekutu.
6) Buku-buku serta pemikiran firma dan tahun fiksal yang digunakan.
7) Rasio pembagian laba atau rugi, yang meliputi ketentuan-ketentuan khusus untuk menentukan
selisih dalam investasi dan sumbangan jasa.
8) Beban dan kredit bunga khusus yang berkaitan dengan investasi para sekuu, dan imbalan
khusus yang diberikan atas jasa para sekutu tersebut.
9) Investasi dan pengambilan prive sekutu-sekutu setelah firma didirikan dan penangannannya
dalam perkiraan.
10) Asuransi jiwa atas sekutu dan penanganan premi asuransi, perolehan kembali polis dan
sebagainya.
11) Prosedur-prosedur khusus untuk menyelesikan kepentingan sekutu atas pengunduran diri atau
meninggalnya sekutu.
12) Metode-metode untuk memecahkan perselisihan di antara para sekutu.

VII. Kepentingan Dalam Modal dan Pembagian Laba


Masalah akuntansi yang khas pada persekutuan firma yang menyangkut pengukuran kekayaan
pemilikan atau kepentingan masing-masing sekutu dalam perusahaan. Persekutuan ini harus dipisah
dari haknya dalam perusahaan.

Contoh:
A dan B mendirikan sebuah firma. Masing-masing sekutu menanamkan aktiva dan akan
menerima kredit sebesar $ 30.000 dan $ 10.000 untuk setoran modal atau penyertaan mereka. Kedua
sekutu ini setuju untuk membagi rata rugi-laba. Kegiatan pengeluaran diikhtisarkan sebagai berikut:

Aktiva bersih Modal A Modal B


Investasi….. $40.000 $30.000 $10.000

A memiliki kepentingan $30.000 dalam perusahaan yang mempunyai jumlah modal sebesar
$40.000; kepentingan A dapat dinyatakan sebagai ¾ atau 75%. Kepentingan B adalah $10.000, yang
merupakan ¼ atau 25%.

Dimisalkan persekutuan firma berikutnya menghasilkan laba bersih sebesar $25.000, perkiraan
persekutuan firma ini akan melaporkan angka-angka berikut ini:

Aktiva bersih Modal A Modal B


Investasi ………. $40.000 $30.000 $10.000
Laba bersih…….. 25.000 12.500 12.500
Total…. ……….. $ 65.000 $42.500 $22.500

Persetujuan antara A dan B menetapkan bahwa laba harus dibagi rata. Oleh karena itu,
kepentingan modal kedua sekutu meningkat sebesar $12.500. Telah terjadi perubahan tidak saja
dalam jumlah kepentingan mereka, namun juga dalam kaitan mereka antara satu dengan yang lain,
yang tidak lagi dalam propeksi 3:1. Namun, perubahan dalam kepentingan baik mutlak maupun
relative, tidak mempengaruhi rasio rugi-laba. Kedua sekutu akan terus berbagi rata dalam rugi-laba
perusahaan mereka di waktu mendatang. Jika saat ini terjadi likuidasi dan aktiva perusahaan dicairkan
menurut nilai bukunya, maka A berhak atas sejumlahg $42.500 dan B $22.500.

VIII. Pencatatan Investasi Sekutu


Arti penting penilaian yang layak terhadap aktiva yang ditanamkan oleh para sekutu tidak dapat
dibesar-besarkan. Kenaikan dan penurunan nilai aktiva tersebut yang harus ditetapkan untuk masing-
masing sekutu hanyalah kenaikan dan penurunan nilai yang berlaku selama masih berdirinya
persekutuan firma.
IX. Mengubah Perusahaan Perorangan Menjadi Persekutuan Firma
Apabila buku perusahaan perorangan digunakan untuk persekutuan firma yang baru didirikan,
maka dalam buku ini harus dibuat ayat-ayat jurnal untuk menjalankan persekutuan firma yang baru
itu. Dan apabila harus dibuka buku-buku baru untuk persekutuan firma ini maka harus dibuat ayat-
ayat jurnal dalam buku-buku perusahaan perorangan untuk membukukan pemindahan aktiva bersih ke
persekutuan firma, dan dibuat ayat-ayat jurnal dalam buku yang baru untuk menunjukkan saldo awal
aktiva, kewajiban, dan modal.

X. Konsolidasi Perusahaan
Prosedur akuntansi yang diuraikan di atas juga diterapkan apabila dua buah perusahaan atau
lebih dikonsolidasi dalam mendirikan persekutuan firma. Akte pendirian persekutuan firma harus
menunjukkan dengan jelas bagaimana kepentingan para sekutu ditetapkan. Penilaian yang ditetapkan
untuk aktiva dan kewajiban juga memerlukan persetujuan dari para sekutu. Buku-buku dari salah satu
kesatuan usaha bersangkutan dapat digunakan untuk firma yang baru dibentuk atau dapat pula dibuka
buku-buku baru.

XI. Perkiraan Sekutu


a. Perkiraan pengambilan-Prive dan Modal
Investasi awal dari para sekutu dicatat dalam perkiraan modal masing-masing sekutu.
Transaksi antara perusahaan firma dan masing-masing sekutu, yang ditimbulkan akibat perubahan
pada kepentingan pemilikan sekutu, dapat diikhtisarkan dalam perkiraan modal atau perkiraan
pengambilan-prive secara terpisah. Perubahan daam kepentingan sekutu timbul dari transaksi-
transaksi berikut:
(1) Kenaikan (Penambahan)
 Investasi uang kas, barang dagangan, atau aktiva lainnya dalam persekutuan firma.
 Penanggungan atau pembayaran kewajiban persekutuan firma oleh para sekutu.
 Penagihan klaim atau pribadi para sekutu oleh persekutuan firma.
 Laba dari kegiatan persekutuan firma.
(2) Penurunan (Pengurangan)
 Pengambilan-prive uang kas, barang dagangan, atau aktiva-aktiva lain dari persekutuan firma.
 Penagihan klaim persekutuan firma oleh masing-masing sekutu.
 Penanggungan atau pembayaran kewajiban pribadi para sekutu oleh persekutuan firma (pajak
penghasilan pribadi, premi asuransi jiwa, dan sebagainya).
 Rugi dari kegiatan persekutuan firma.

b. Piutang dan Hutang Usaha


Pengambilan prive oleh seorang sekutu, yang dilakukan dengan asumsi akan dibayar kembali
pada akhirnya kepada perusahaan, biasanya membutuhkan suatu penetapan saldo piutang khusus.
Jumlah piutang yang masih harus diterima dari sekutu dapat dicatat dalam perkiraan panjar kepada
sekutu atau perkiraan Wesel Tagih dari sekutu, mana yang lebih tepat.
Panjar kepada perusahaan oleh seorang sekutu, yang dilakukan dengan asumsi akan dibayar-kembali
oleh perusahaan pada akhirnya, biasanya membutuhkan penetapan saldo hutang khusus. Jumlah yang
terutang kepada sekutu ini dapat dicatat dengan mengkredit perkiraan Pinjaman Yang Terutang
kepada Sekutu atau perkiraan Wesel Bayar kepada Sekutu, mana yang lebih tepat.

XII. Pembagian Laba Rugi Firma


Pada awal pendirian suatu persekutuan, biasanya sudah disepakati tata cara pembagian
keuntungan/laba/rugi dan sudah tercantum dalam akta pendirian firma. Gaji bagi sekutu yang bekerja
dalam persekutuan, bonus, bunga atas investasi kepada sekutu merupakan akun yang tidak boleh
diakui sebagai biaya operasional dari suatu persekutuan dan harus dikeluarkan dari perhitungan
laporan laba rugi persekutuan. Namun harus diberlakukan sebagai pengurang net income sebelum
dibagi sisa dari laba/rugi bersih sebagai hak dari sekutu sesuai dengan rasio yang disepakati.
Laba dan rugi umumnya dibagi menurut salah satu dari cara-cara berikut ini:
(1) Merata.
(2) Dalam rasio arbitrary.
(3) Dalam rasio modal para sekutu.
(4) Bunga diberikan atas modal sekutu, saldonya dibagikan dengan dasar arbitrary yang disetujui.
(5) Gaji atau bonus diberikan untuk jasa para sekutu, saldonya dibagikan dengan dasar arbitrary yang
disetujui.
(6) Bunga diberikan atas modal sekutu, gaji diberikan untuk jasa para sekutu, saldonya dibagikan
dengan dasar arbitrary yang disetujui.

Diasumsikan bahwa laba sebesar $36.000 ditetapkan untuk “Firma A & B” pada akhir tahun fiskal.
Pengambilan prive reguler oleh sekutu sebelum laba diperoleh diikhtisarkan dalam perkiraan
pengambilan prive; perubahan modal permanen diikhtisarkan dalam perkiraan modal. Pekiraan prive
dan modal pada akhir tahun itu terlihat sebagai berikut:
Prive A Prive B
1 Jan-31 des $19.000 1 Jan- 31 des $6.000

Modal A Modal B
1 Jan $50.000 1 Mar $5.000 1 Jan $70.000
1 Apr 10.000 1 Nov 10.000
1) Laba dan Rugi Dibagi Merata
Dalam hal tidak ada persetujuan khusus yang menyangkut hal yang sebaliknya, maka baik
hukum biasa maupun undang-undang mengharuskan pembagian yang merata atas laba dan rugi,
terlepas dari penyertaan (sumbangan atau setoran) aktiva dan jasa. Ayat-ayat jurnal yang
digunakan untuk mencatat pembagian yang merata atas laba sebesar $36.000 adalah sebagai
berikut:
Ikhtisar Rugi-laba . . . . . . . . . . . . . . $36.000 -
Prive A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - $18.000
Prive B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 18.000
Bagian laba A:1/2 dari $36.000 = $18.000
Bagian laba B:1/2 dari $36.000 = $18.000
Total . . . . . . . . . . . . . . . . . . . = $36.000
Saldo yang timbul dalam perkiraan prive sekarang dapat ditutup pada perkiraan modal.

2) Laba dan Rugi Dibagi Dalam Rasio Arbitrary


Untuk dapat menetapkan selisih dalam setoran modal dan sumbangan jasa para sekutu, suatu
persetujuan dapat dicapai di antara para sekutu tersebut untuk membagi laba dalam rasio
arbitrary yang menetapkan selisihnya. Sebagai contoh, bahwa karena pengalaman, kemampuan
dan reputasi A merupakan faktor-faktor penting bagi keberhasilan perusahaan, maka A dan B
setuju untuk berbagi laba dalam rasio 3:2, ayat jurnal untuk mencatat pembagian laba sebesar
$36.000 adalah sebagai berikut:
Ikhtisar Rugi-laba . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . $36.000 -
Prive A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - $21.600
Prive B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 14.400
Bagian laba A:3/5 dari $36.000 = $21.600
Bagian laba B:2/5 dari $36.000 = $14.400
Total . . . . . . . . . . . . . . . . . . . = $36.000
Jika kegiatan usaha itu menimbulkan kerugian sebesar $36.000, maka A akan menanggung
bagian 3/5 dari kerugian dan B 2/5 nya, kecuali apabila dalam perseyujuan ditetapkan bahwa kerugian
tersebut harus dibagi dengan rasio yang lain daripada rasio pembagian laba. Adalah mungkin bahwa
antara A dan B setuju untuk membagi laba dengan rasio 3:2 dan sementara itu untuk rugi yang
diderita akan dibagi rata atau dengan cara lain.

3) Laba dan Rugi Dibagi Dalam Rasio Modal Sekutu


Persetujuan untuk membagi laba dalam rasio modal sekutu harus menunjukkan saldo khusus
apakah rasio modal ini harus didefenisikan menurut:
(1) Modal awal.
Jika persetujuan antara A dan B menetapkan pembagian laba berdasarkan modal awal,
maka rasionya adalah jumlah investasi awal yang ditanamkan oleh para sekutu.

(2) Modal pada tiap awal periode fiskal.


Yaitu saldo awal sekarang, seperti yang dilporkan dalam perkiraan modal akan menjadi
dasar pembagian. Dengan dasar ini, maka ayat jurnal untuk mencatat pembagian laba
sebesar $36.000 untuk tahun itu adalah:
Ikhtisar Rugi-laba . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . $36.000 -
Prive A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - $15.000
Prive B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . - 21.000
Modal A per 1 januari. . . . . . . . . . . . . . $50.000
Modal B per 1 januari. . . . . . . . . . . . . . 70.000
Total modal per 1 januari . . . . . . . . . . . $120.000

Bagian laba A:
50.000/120.000 dari $36.000 = . . . . . $15.000
Bagian laba B:
70.000/120.000 dari $36.000 = . . . . . $21.000
Total . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . $36.000

(3) Modal pada tiap akhir periode fiskal.


Jika pembagian laba berdasarkan modal para sekutu pada akhir tahun, maka kalkulasi
pembagian laba akan dilakukan sebagai berikut:
Modal A per 31 Desember . . . . . . . . . . $60.000
Modal B per 31 Desember . . . . . . . . . . 75.000
Total modal per 31 Desember . . . . . . . $135.000
Bagian laba A:
60.000/135.000 dari $36.000 = $16.00:Bagian laba B:
75.000/135.000 dari $36.000 = 20.000
Total . . . . . . . . . . . . . . . . . $36.000

(4) Modal rata-rata untuk tiap periode fiskal


Modal rata-rata untuk tiap periode fiskal, maka kalkulasinya adalah sebagai berikut:
Saldo Jumlah bulan
Tanggal Investasi tidak berubah Jumlah menurut bulan
A: 1 Jan $50.000 X 3 $150.000
1 Apr 60.000 X 9 540.000 $690.000
12

B: 1 jan $70.000 X 2 $140.000


1 Mar 65.000 X 8 520.000
1 Nov 75.000 X 2 150.000
$810.000
Total . . . . . . . . . . . . 12
$1.500.000
Bagian laba A:
690.000/1.500.000 dari $36.000 = $16.560
Bagian laba B:
810.000/1.500.000 dari $36.000 = $19.440
Total . . . . . . . . . . . $36.000

Jika para sekutu ingin membagi laba menurut investasi relatif mereka, maka penggunaan
modal rata-rata, yang menetapkan perubahan modal selama periode itu, biasanya merupakan metode
yang paling adil.

XIII. Koreksi Laba Pada Periode Sebelumnya


Apabila ditemukan ditemukan kesalahan kesalahan dalam menghitung menghitung laba
pada periode sebelumnya, maka persetujuan persetujuan bagian laba dan rugi untuk periode fiskal
dimana laba salah hitung harus dipertimbangkan dipertimbangkan dalam mengoreksi perkiraan
modal. Laba yang tepat untuk periode periode sebelumnya sebelumnya dan bagian laba atau rugi yang
menjadi menjadi hak masing – masing sekutu harus dihitung dihitung untuk menetapkan koreksi yang
dibutuhkan dalam perkiraan modal, bagian laba yang sebenarnya diterima oleh masing – masing
sekutu dibandingkan dengan bagian yang seharusnya ia terima.

Anda mungkin juga menyukai