Anda di halaman 1dari 25

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN KASUS

ANALISIS KANTOR AKUNTAN PUBLIK ANDERSEN DAN ENRON

KELOMPOK 6

ETIKA PROFESI

DISUSUN OLEH:

1. Dyaz Aqidatul Izza D42192091


2. Desy Puspita Widhi S D42192215
3. Natasya Aprillia K. D42192203
4. Alfi Suhariyani D42191623
5. Dimas aprilianto fanani D42191994

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


JURUSAN MANEJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENYAJIAN
DAN PEMBAHASAN KASUS ANALISIS KANTOR AKUNTAN PUBLIK
ANDERSEN DAN ENRON” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari mkalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada Etika Profesi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang penyajuan dan pembahasan kasus analisis kantor akuntan publik Andersen
dan Enron bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Endro Sugiartono. SE. MM selaku


dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jember, 20 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

Bab I: Pendahuluan..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................3

Bab II: Pembahasan..................................................................................................4

2.1 Profil KAP Arthur Andersen dan Enron............................................................4

2.2 Kronologi Kasus KAP Arthur Andersen dan Enron..........................................5

2.3 Dampak yang Terjadi pada KAP Arthur Andersen dan Enron........................13

2.4 Usaha Mengatasi Pelanggaran KAP Arthurn Andersen dan Enron.................18

Bab III: Penutup.....................................................................................................21

3.1 Kesimpulan......................................................................................................21

3.2 Saran.................................................................................................................22

Daftar Pustaka........................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat
memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya, termasuk jasa
akuntan. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas akuntan publik akan
menjadi lebih baik, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota
profesinya. Aturan Etika Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
dikeluarkan oleh Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional
bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik di Indonesia.
Menurut Machfoedz (1997), seorang akuntan dikatakan profesional
apabila memenuhi tiga syarat, yaitu berkeahlian, berpengetahuan dan
berkarakter. Karakter menunjukkan kepribadian seorang profesional, yang
diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan
etis akuntan akan sangat menentukan posisinya di masyarakat pemakai jasa
profesionalnya.
Adams, et al dalam Ludigdo (2007) menyatakan, ada beberapa alasan
mengapa kode etik perlu untuk dibuat antara lain:
1. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional
sehingga individu-individu dapat berlaku secara etis.
2. Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu
mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral
dalam setiap keputusan bisnisnya.
3. Perusahaan memerlukan kode etik untuk menentukan status bisnis sebagai
sebuah profesi, dimana kode etik merupakan salah satu penandanya.
Dengan demikian, pelanggaran terhadap kode etik profesi oleh KAP
akan menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi
1
akuntan publik. Padahal hasil audit dari Akuntan publik merupakan referensi
yang sangat berharga bagi para para pemangku kepentingan (stakeholder)
dalam mengambil keputusan ekonomi. UU. No. 5/2011 tentang Akuntan
Publik menyatakan bahwa jasa akuntan publik merupakan jasa yang
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan berpengaruh secara
luas dalam era globalisasi yang memiliki peran penting dalam mendukung
perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan
transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan.
Terjadinya kasus-kasus penyimpangan kode etik tersebut
menunjukkan bahwa menegakkan kode etik akuntan publik tidaklah mudah.
Arens dan Loebbecke (2000) menyatakan, persoalannya terletak pada dilema
etis adalah situasi yang dihadapi seseorang sehingga keputusan mengenai
perilaku yang layak harus dibuat.
Salah satunya, kasus Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen dan
Enron pada tahun 2001, telah terjadi kesalahan yaitu dengan memanipulasi
laporan keuangan sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal
dan tidak melaporkan jumlah hutang perusahaan ditambah lagi penghancuran
dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
Sehubungan dengan kasus tersebut, kami membuat makalah yang
menyajikan dan membahas kasus tersebut dengan judul PENYAJIAN DAN
PEMBAHASAN KASUS “ANALISIS KANTOR AKUNTAN PUBLIK
ANDERSEN DAN ENRON” untuk menguraikan kasus yang berkaitan
dengan etika dalam kantor akuntan publik.

1.2. Rumusan Masalah

2
1. Bagaimana profil dari Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen dan
Enron?
2. Bagaimana kronologi kasus yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik
Arthur Andersen dan Enron?
3. Bagaimana dampak yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik Arthur
Andersen dan Enron?
4. Bagaimana usaha dalam mengatasi pelanggaran yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen dan Enron?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui profil dari Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen
dan Enron.
2. Agar kita mengetahui dan mengerti detail kasus yang terjadi pada Kantor
Akuntan Publik Arthur Andersen dan Enron.
3. Agar mengetahui dampak yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik
Arthur Andersen dan Enron.
4. Agar kita bisa ikut serta dalam usaha mengatasi pelanggaran yang
dilakukan oleh kantor akuntan publik.

1.4. Manfaat Penulisan


1. Agar kita bisa mengetahui bagaimana kasus yang terjadi terhadap KAP
Arthur Andersen dan Enron.
2. Agar kita bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah terjadi
dalam KAP Arthur Andersen dan Enron.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Profil KAP Arthur Andersen dan Enron


2.1.1 PROFIL ENRON COORPORATION
Enron Coorporation didirikan pada tahun 1985. Enron Corporation
adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas,
Amerika Serikat. Enron merupakan hasil merger antara perusahaan Houston
Natural Gas dan InterNorth, sebuah perusahaan pipa di Nebraska. Pada saat
itu, Enron dipimpin oleh Kenneth Lay sebagai CEO dan hanya
berkecimpung dalam industri pipa gas.
Enron Coorporation yang merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang energi tersebut melakukan penjualan listrik dengan menggunakan
harga pasar pada awal tahun 1990. Adanya hasil Kongres Amerika Serikat
yang memutuskan untuk melakukan deregulasi penjualan gas alam telah
menyebabkan Enron mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan.
Enron merupakan penjual gas alam terbesar pada tahun 1992 di Amerika
Utara, kontrak penjualan gas Enron menghasilkan laba sebelum pajak
sebesar $122 juta, dan merupakan penyumbang kedua terbesar dalam laba
usaha perusahaan.
Dalam upaya untuk memperluas pertumbuhan bisnis perusahaan,
Enron menerapkan strategi bisnis diversifikasi. Perusahaan tersebut memiliki
dan mengoperasikan berbagai aset meliputi gas pipelines, electricity plants,
pulp and paper plants, water plants, dan broadband services.
Perkembangan pesat Enron telah menyebabkan harga saham
perusahaan tersebut mengalami kenaikan sebesar 311% dari awal tahun 1990
sampai akhir tahun 1998. Pada tahun 1999 harga saham mengalami kenaikan
sebesar 56% dan pada tahun 2000 sebesar 87%.  Harga saham per lembar
perusahaan adalah sebesar $83.13. Dari hasil survey majalah Fortune tentang

4
“Most Admired Company”, Enron dinobatkan sebagai “the Most Innovative
Company” di Amerika.

2.1.2 PROFIL KAP ARTHUR ANDERSEN


KAP Arthur Andersen adalah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis
di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan oleh Arthur
Andersen pada tahun 1913.  Kantor Akuntan Publik tersebut termasuk
dalam “The Big Five” bersama dengan Pricewaterhouse Coopers, Deloitte,
Ernst & Young, dan KPMG. Arthur Andersen menjadi auditor eksternal
Enron sekaligus konsultan manajemennya dengan bayaran $5 juta untuk
biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi. Hal inilah yang
menyebabkan konflik kepentingan ditubuh Arthur Andersen sendiri, karena
pembayaran atas jasa yang dilakukannya terlampau besar, sehingga
memunculkan kurangnya independensi dalam proses pengauditan laporan
keuangan Enron. Sehingga, pada tahun 2002 perusahaan ini secara sukarela
menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan Publik setelah
dinyatakan bersalah dan terlibat dalam skandal Enron dan menyebabkan
85.000 orang kehilangan pekerjaannya.

2.2 Kronologi Kasus KAP Arthur Andersen dan Enron


Adapun Kronologis yang didasarkan pada fakta, data dan informasi dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non
eksekutif) membiarkan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu mengandung
unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi
berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam
perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak
sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
5
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan
out sourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
a) Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik
perusahaan.
b)  Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c)  Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap
kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien
perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek
akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap
mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4.  Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek
akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan
kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAP
Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat
hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran
tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk
mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang
dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut
menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu
diperhatikan.
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan
triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron
telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode
sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak
menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus
(special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya
6
menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta.
Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai
beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CEO Enron.
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan
perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu
terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan
senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai
investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang dalam
jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk
penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas
kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses peradilan.
8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham
Enron. Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir
tidak ada nilainya.
9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni
2002. sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh
Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan
pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002
akan tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan.
Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur
perusahaan.
11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta
US dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan
kepada KAP Andersen.

7
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration)
melarang Enron dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan
dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP
Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses
peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di
selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron
berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP
yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan
pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang
direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan
kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar manajeman KAP
Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang
diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan
diri dari jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan,
yang bertindak sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah
atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk
menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron .
18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri
sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1
Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen
bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
Permasalahan Audit

8
Skandal Enron, tak bisa dimungkiri, merupakan kejahatan ekonomi
multidisiplin. Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang
sangat awam tentang seluk-beluk transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri
dari para professional-CEO, akuntan, auditor, pengacara, bankir, dan analis
keuangan yang telah mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga kepentingan
publik yang tak berdosa.
Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak,
dalam kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam
kasus Enron sangatlah besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen
bertanggung jawab memberikan assurance services. Sementara manajeman,
dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan konsultan, menyajikan informasi
keuangan, akuntan publik bertugas menilai apakah informasi keuangan itu dapat
dipercaya atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu perusahaan
sangat bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata  “publik” yang
menyertai akuntan menunjukkan bahwa  otoritasnya diberikan oleh publik dan
karena itu tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest).
Sementara itu, kata “wajar tanpa pengecualian”, yang menjadi pendapat akuntan
publik, mengandung makna bahwa informasi keuangan yang telah diauditnya
layak dipercaya, tidak mengandung keragu-raguan. Karena itu, dalam
menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan kecurangan dan
kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron bekerja dengan penuh kehati-
hatian (due professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen
dapat dibongkar sejak dulu dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih
dini. Buktinya, Watskin dengan mudah dapat menemukan manipulasi itu.
Sebaliknya, hilangnya obyektivitas dan independensi dapat membuat
penglihatan auditor menjadi kabur. Penyimpangan (irregularities) dan
kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai kelaziman. Kegagalan untuk bersikap
obyektif dan independensi sama artinya dengan hilangnya eksistensi profesi.
Membenarkan, bahkan menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-
9
jelas merupakan pengkhianatan terhadap tugas “suci” profesi akuntan publik.
Karena itu, sangat wajar jika, dalam kasus Enron, auditor paling dipersalahkan
karena telah gagal melindungi kepentingan publik-sang pemberi otoritas.
Dalam hal ini, Arthur Andersen LPP salah satu firma akuntansi di Amerika
Serikat telah melakukan pelanggaran etika dalam pelaksanaan pengauditan. Hal
ini dapat dibuktikan dengan hal – hal berikut :
 Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat
dari tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan
besar pada kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma
etika corporate governance dan corporate responsibility oleh manajemen
perusahaan, dan perilaku manajemen perusahaan merupakan pelanggaran
besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.
 Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak
manajemen Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek
akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi mempertahankan
kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa laporan
keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur
berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap
melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak
mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal
tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.
 Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan
manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang
tidak etis, dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-
dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen
memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke
permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi
10
kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur
Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme
sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan menerbitkan laporan
audit yang salah dan meyesatkan.
Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan
berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan, diantaranya:
 Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada
perekrutran dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan
independensi audit dikorbankan.
 Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh
perusahaan-perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraup
keuntungan yang lebih besar.
 Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar
menghasilkan perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan
sikap lebih memprioritaskan mendapatkan bisnis konsultasi yang
memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding
menyediakan layanan auditing yang obyektif yang merupakan dasar dari
awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Pada
akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.
 Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat
kurangnya check and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah
menyimpang dari kebijakan semula.
 Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak
kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya
panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai
kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hokum
dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya,
banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen
pun ditutup.
11
Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis paling
paling mengemuka disini adalah adalah adanya manipulasi laporan keuangan
untuk menunjukkan seolah-olah kinerja perusahaan baik. Andersen telah
menciderai kepercayaan dari pihak stock holder untuk memberikan suatu
informasi yang adil mengenai pertanggungjawaban dari pihak agen dalam
mengemban amanah.
Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan
dengan nilai-nilai keadilan dalam Islam dan dalam bisnis membahayakan. Faktor
penyebab kecurangan tersebut diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis,
tidak jujur, karakter moral yang rendah, dominasi kepercayaan, dan lemahnya
pengendalian. Hal tersebut akan dapat dihindari melalui meningkatkan moral,
akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena tindakan yang bermoral akan
memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik.
Dalam kasus Andersen diketahui terjadinya perilaku moral
hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan
padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Ini merupakan salah
satu contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor yang terjadi di Amerika
Serikat, sebuah negara yang memiliki perangkat Undang-undang bisnis dan pasar
modal yang lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat keegoisan satu pihak terhadap
pihak lain, dalam hal ini pihak-pihak yang selama ini diuntungkan atas penipuan
laporan keuangan terhadap pihak yang telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah
ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yang
berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi
banyak pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hokum
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang
sehat bebas dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan
hal apa yang baik dan tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan

12
sebagai anggota profesi baik dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik
dan karyawan sendiri.
Yang harus menjadi sebuah pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau
perilaku yang dilandasi dengan ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai
ketidakbaikan pula termasuk kerugian bagi banyak pihak.

2.3 Dampak yang terjadi pada KAP Arthur Andersen dan Enron
A. Adapun dampak dari kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi
para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas
pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula
PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:
a) Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan public
b) Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian
mutu, etika, independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit
perusahaan publik.
c) Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings,
dan mengenakan sanksi jika perlu.
d) Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan
standar professional di KAP
e) Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB,
standar professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit
perusahaan publik.
2. Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act
Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan
jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah
jasa non audit yang dilarang :
a. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.
b. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.

13
c. appraisal dan valuation
d. Opini fairness
e. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen
f. Broker, dealer, dan penasihat investasi
Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan
sebelum melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee
ini karena definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh
dewan komisaris menjadi audit committee.
Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah
memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada
klien tersebut.
KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang
menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan,
alternatif perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah
dibicarakan dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh
manajemen dan preferensi auditor.
KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief
accounting officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut
dan mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya
3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat
menghalangi investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan
bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan
bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan
peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak
ada kesalahan material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman
pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.
4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi
kode etik bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower
sebagai berikut “ para profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional
14
dalam kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam
menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada
tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku”.
5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang
melarang KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi
lainnya kepada perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang
bersangkutan.
6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe
SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun
Undang-Undang yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan
dan melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.
7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange
(NYSE), menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran
dalam pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi
bisnis, dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern
(James : 2003).
B. Dampak lain dari kasus ini yang saya kutip dari sebuah artikel yang berjudul
“Audit Eksternal dan Hubungannya dengan Komite Audit”
(Oleh IKAI ).
Dalam artikel tersebut dijelaskan menurut Agus Kretarto-Anggota Komite
Audit PT Bank BII, Tbk dalam pembahasannya tentang “Kriteria Pemilihan
Auditor Eksternal” menjelaskan bahwa profesi akuntan publik saat ini sedang
mendapatkan sorotan tajam bahkan sinis dari masyarakat umum akibat
terjadinya skandal-skandal besar di negara maju seperti AS yaitu kasus Enron
dan WorldCom. Akibat kasus-kasus tersebut kini kredibilitas akuntan publik
menjadi jatuh terutama disebabkan oleh keterlibatan Arthur Andersen salah
satu KAP terbesar di dunia di dalam skandal tersebut. Akuntan Publik tidak

15
lagi dipandang sebagai profesi yang unik melainkan sebagai industri yang
tidak lepas dari kepentingan bisnis yang sempit.

Fenomena ini telah mendorong berbagai upaya untuk memulihkan


kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik. Contoh yang paling
nyata adalah inisiatif Sarbanes-Oxley yang merekomendasikan pembentukan
badan pengawas akuntan publik di pasar modal. Indonesia sendiri tidak
terlepas dari pengaruh skandal tersebut sehingga berbagai pihak seperti IAI
dan BAPEPAM kini tengah membahas pengawasan kompetensi dari Akuntan
publik terutama yang terlibat di pasar modal Indonesia.
Bagi perusahaan di Indonesia sendiri, pelajaran dari AS tersebut harus
menjadi acuan agar tidak sampai terulang di Indonesia. Untuk itu di dalam
menunjuk auditor eksternalnya perusahaan harus memiliki kriteria yang
mampu meminimalkan resiko manipulasi audit.
C. Kasus ini juga berdampak di Indonesia, seperti yang saya kutip dari Jum’at,
05 April 2002 | 10:27 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta dengan judul “Arthur
Andersen Indonesia Belum Terpengaruh Enron”.
Berikut adalah kutipan dari artikel tersebut: TEMPO Interaktif,
Jakarta:Prasetio, Utomo & Co, member akuntan publik Arthur Andersen di
Indonesia, belum mendapat pengaruh bangkrutnya Enron. Country Managing
Partner Arthur Andersen Indonesia, Soemarso Slamet Rahardjo, di kantornya,
Jumat (5/4), juga mengatakan akan mengikuti kantor pusat berkaitan dengan
soal merger. “Kami tetap bekerja seperti biasa tanpa gangguan, dengan
dukungan infrastruktur dan administratif penuh dari jaringan global maupun
regional Andersen Worldwide,” katanya.
Arthur Andersen LLP – member di Amerika Serikat – dianggap ikut
bersalah dalam kebangkrutan Enron. Akibatnya, Member Arthur Andersen di
beberapa negara seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan

16
merger dengan KPMG, Australia dan Selandia Baru dengan Ernst & Young,
dan Spanyol dengan Deloitte Touche Tohmatsu.
Soemarso mengatakan di Amerika Serikat, sejumlah kliennya tidak lagi
menggunakan Andersen sebagai konsultannya akibat kasus Enron. “Kalau
Indonesia, seperti saya katakan, secara bisnis masih bisa dipertahankan,”
katanya. “Belum ada klien yang drop gara-gara kasus Enron.”
Ia mengatakan perkembangan terakhir yang terjadi pada Andersen LLP
dapat mempengaruhi hubungan kerjasama perusahaan yang berdiri sejak 1968
itu dengan Andersen. Tapi, katanya, “Sampai saat ini kami masih bekerjasama
dengan Andersen.”
Tapi jika Andersen di Amerika Serikat kondisinya tidak membaik, katanya,
“Mau tidak mau kita juga nantinya terpaksa harus merger.”
Ia mengatakan Arthur Andersen Indonesia, yang memiliki lebih dari 1000
eksekutif, akan mengikuti kebijakan pusat. “Dengan siapa [kita merger], kita
ikutin,” katanya. Alasannya, jika merger sendiri, meskipun berhak, nilainya
akan dipandang kecil.
Ia juga mengatakan dirinya dan sekitar 40 partner Prasetio Utomo akan
terus mengkaji dengan hati-hati beberapa opsi sambil mencermati
perkembangan di AS. Pada waktunya nanti, lanjut dia, Prasetio Utomo akan
membuat keputusan yang sebaik-baiknya untuk melindungi kepentingan
karyawan. “(Seandainya merger)Tidak ada pemutusan hubungan kerja. Tidak
ada itu,” tegasnya.
Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh member Andersen dibekukan
pemerintah. Akibatnya, menurut Asian Wall Street Journal edisi Jumat (5/4),
klien-klien Andersen LLP beralih ke berbagai auditor. Antara lain Delotte and
Touche (10 persen), KPMG (11 persen), PriceWaterhouseCooper (20 persen),
dan Ernst & Young (28 persen). Dan yang berpindah ke auditor-auditor kecil
lainnya atau mengaku belum tahu berpindah kemana sebanyak 40 persen.

17
Prasetio, Utomo&Co didirikan tahun 1968. Pada awal pendiriannya, firm
ini bekerja sama dengan SGV Group (Sycip, Gorres, Velayo) yang berbasis di
Manila, Filipina. Pada saat itu, SGV Group merupakan KAP independen yang
memiliki jaringan terbesar di Asia Timur. Pada tahun 1985, SGV Group
bergabung menjadi mitra Arthur Andersen & Co., Societe Cooperative, yang
diikuti pula oleh Prasetio Utomo. (Ucok Ritonga-Tempo News Room)

2.4 Usaha Mengatasi Pelanggaran KAP Arthur Andersen dan Enron


Mencermati pelanggran yang dilakukan oleh Akuntan Publik dan KAP, kita
patut prihatin mengingat bidang pekerjaan profesional sangat mengutamakan
kepercayaan, public trust and public interest harus merupakan suatu yang sakral
bagi praktisi akuntan Publik. Oleh sebab itu sistem yang sudah dibangun harus
dilaksanakan agar Jurnal Liquidity: Vol. 3, No. 1, 42 Januari-Juni 2014: 36-43
profesi akuntan publik mendapatkan tempat yang terhormat bagi klien, dunia
usaha, pemerintah dan pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap profesi
akuntan publik.
Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, yang selanjutnya disingkat PPAJP
adalah unit di Kementerian Keuangan yang salah satu tugas dan fungsinya
melakukan pembinaan terhadap Akuntan. Sanksi dapat diberikan kepada Kantor
Akuntan Pablik (KAP) berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana. Pertama,
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada UU. No. 5/2011 ayat (1) dapat
berupa:
a. rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu;
d. pembatasan pemberian jasa tertentu;
e. pembekuan izin;
f. pencabutan izin; dan/atau
g. denda.
18
Denda sebagaimana dimaksud pada ayat tiga huruf g dapat diberikan
tersendiri atau bersamaan dengan pengenaan sanksi administratif lainnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif dan
besaran denda diatur dalam Peraturan Pemerintah. Kedua Pidana UU. No. 5/2011
Pasal 55 tentang Akuntan Publik yang:
a. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau
memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf j; atau
b. dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau
menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas
kerja yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam
rangka pemeriksaan oleh pihak yang berwenang dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus jutarupiah).
Peraturan Pemerintah No. 84/2012 tentang Komite Profesi Akuntan Publik
menyatakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pembinaan, pemberdayaan, dan pengawasan terhadap profesi Akuntan Publik
dalam rangka untuk melindungi masyarakat, UU. No. 5/2011 tentang Akuntan
Publik mengamanatkan pembentukan Komite Profesi Akuntan Publik yang
bersifat independen.
Komite ini diharapkan dapat menjembatani kepentingan praktisi Akuntan
Publik dan Asosiasi Profesi Akuntan Publik serta Menteri sebagai pembina dan
pengawas profesi Akuntan Publik. Keberadaan Komite akan mendorong
terwujudnya perlindungan yang seimbang terhadap kepentingan publik dan
profesi Akuntan Publik. Komite bertugas memberikan pertimbangan terhadap hal
yang berkaitan dengan profesi Akuntan Publik serta berfungsi sebagai lembaga
Banding atas hasil pemeriksaan dan/atau sanksi administrative yang ditetapkan

19
oleh Menteri terhadap Akuntan Publik dan/atau KAP. Pertimbangan yang
diberikan oleh Komite mencakup pertimbangan terhadap:
1. Kebijakan pemberdayaan, pembinaan, dan pengawasan Akuntan Publik dan
KAP;
2. Penyusunan standar akuntansi dan SPAP; dan
3. Hal lain yang diperlukan berkaitan dengan profesi Akuntan Publik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari kasus tersebut bisa saya simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur
Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam
melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran
tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat
menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur
Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen
tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah,
kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan
hutang milyaran dolar sedangakn KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan
keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut,
juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana
mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Kesimpulan
20
yang bisa diambil dar ketiga sumber yang saya kutip kurang lebih sama seperti
yang saya simpulkan.
Salah satunya adalah kesimpulan yang saya kutip dari blog yang Diposkan
oleh Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47 yang berisi sebagai berikut :
• Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagaimacam pelanggaran praktik
bisnis yang sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion,
bribery) dan keluar dari prinsif good corporate governance.Akhirnya Enron harus
menuai suatu kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang milyaran
dolar.
• KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi
independensi, dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik
profesi dan ingkar dari tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat
diantaranya melalui Deception, discrimination of information, coercion, bribery.
Akhirnya KAP Andersen di tutup disamping harus mempertanggungjawabkan
tindakannya secara hukum.

3.2 Saran
Agar kasus serupa dengan kasus KAP Arthur Endersen dan Enron tidak
terulang kembali dalam peusahaan dan kemudian merugikan berbagai pihak yang
terlibat, makauntuk perusahaan agar dalam memilih untuk menempatkan sumber
daya manusia, terutama pihak manajemenyang akan memegang kendali dalam
perusahaan, tidak hanya memperhatikan segi kemampuannya saja, tetapi juga
memperhatikan pula kepribadiannya dalam etika profesi akuntan dalam
pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan prinsip etika dan peraturan yang
berlaku.
Kasus sekandal KAP Arthur Endersen dan Enron dapat dijadikan pelajaran
berharga bagi dunia. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan agar tidak terjebak
dalam kasus KAP Arthur Endersen dan Enron antaralain sebagai berikut:

21
a) Menjunjung tinggi nlai-nilai spiritualitas dan etika agar setiap perilaku
senantiasa berpijak untuk kebikan semua.
b) Jangan melakukan hal yang dapat merugikan orang banyak untuk
memperkaya diri sendiri.
c) Kantor Akuntan Publik seharusnya menjunjung tinggi kejujuran dan
profesionalitas, mematuhi kode etik menggunakan prinsip akuntansi, dan
menjaga integrtas profesi serta tidak merangkap jabatan sekaligus.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/29427132/MAKALAH_KASUS_AUDIT_ENRON_CORP
ORATION

https://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/

http://akuntansimaster.blogspot.com/2016/06/analisis-kasus-enron-
coorporation.html

http://zakaria-alfaeyza.blogspot.com/2014/12/perusahaan-enron-dan-kap-arthur-
andersen.html

Amrizal. (2014). ANALISIS KRITIS PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI


AKUNTAN PUBLIK DI INDONESIA. Jurnal Liquidity Vol. 3, No. 1, Januari-Juni
2014, hlm. 36-43

22

Anda mungkin juga menyukai