Anda di halaman 1dari 3

PT Indofarma merupakan pabrik obat yang didirikan pada tahun 1918 dengan nama

Pabrik Obat Manggarai. Pada tahun 1950, Pabrik Obat Manggarai diambil alih oleh
Pemerintahh Republik Indonesia dan dikelola oleh Departemen Kesehatan.
Yang melatar belakangi kasus PT. Indofarma yaitu karena setelah diadakan
pemeriksaan di kantor akuntan terhadap hasil laporan PT. Indofarma untuk tahun buku 2002
yang melaporkan adanya kerugian sebesar 60 milyar. Sedangkan banyak kalangan yang
mengatakan hingga akhir kwartal ketiga tahun 2002, indofarma masih mencatatkan
keuntungan sebesar Rp. 86 Milyar.
Sehingga BAPEPAM menemukan indikasi adanya penyembunyian informasi penting
menyangkut kerugian selama dua tahun berturut-turut yang diderita PT. Indofarma Tbk.
Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam Abraham Bastari mengatakan temuan ini
terungkap setelah Institusinya memanggil sejumlah pihak, termasuk direksi dan mantan
direksi indofarma karena BAPEPAM menduga ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak
diungkapkan.
Karena permasalahan inilah maka BAPEPAM meminta kepada tim untuk secara
detail meneliti khususnya yang berkaitan dengan barang-barang yang dihapus, asal-usul dari
pembelian barang itu,dan mengawasi apakah pembelian itu karena tindakan kriminal atau
salah manajemen.Selain itu BAPEPAM juga memeriksa KAP Hadori dan Rekan dengan
Hadori Yunus sebagai auditornya yang telah mengaudit Laporan Keuangan Indofarma 2003
Berdasarkan hasil penelitian BAPEPAM ditemukan bukti-bukti :
1. Nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya (overstated) dalam
penyajian dinilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar RP.
28.870.000.000 ( Dua Puluh Delapan Milyar Delapan Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah ),
akibat overstated persediaan sebesar RP.28.870.000.000 tersebut, maka penjualan akan
Undestated sebesar Rp. 28.870.000000 dan laba bersih juga akan mengalami overstated yang
sama juga.
2. Berdasarkan pasal 69 Undang-undang pasar modal yang menyatakan bahwa laporan
keuangan yang disampaikan kepada BAPEPAM wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku umum
3. Berdasarkan angka 2 huruf a peraturan BAPEPAM no. VIII. G. 7 tentang pedoman penyajian
laporan keuangan disebutkan bahwa manajemen emiten atau perusahan public bertangung
jawab atas penyusunan dan penyajian laoran keuangan.
4. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan khususnya
berkaitan dengan materialistis, paragraph 30 menyatakan bahwa informasi dipandang
material kalau kelalaian atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
5. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan khususnya
berkaitan dengan keandalan, paragraph 31 menyatakan bahwa agar bermanfaat, informasi
juga harus andal (realiable). Informasi memiliki kualitas andal dan bebas dari pengertian
yang menyesatkan.
6. PSAK No.1 paragraf 10 dinyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan secara wajar
posisi keuangan,kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan
penerapan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
7. Kepada direksi yang menjabat pada periode terbitnya laporan keuangan tahun periode 2001
diberkan sanksi administratif berupa denda sebesar RP. 500.000.000 ( Lima Ratus Juta
Rupiah
PT Indofarma merupakan perusahaan public dimana sahamnya tercatat di bursa
saham. Bila status sebagai perusahaan public tetap melekat hampir dipastikan manajemen
BUMN tersebut tidak dapat berfungsi efektif. Kerugian yang dialami cukup mengagetkan
berbagai pihak. Sebab selama 9 bulan dalam 2002 lalu kinerja dan citra Indofarma cukup
bagus. Meraih peningkatan laba yang cukup signifikan selama periode tersebut dimana pada
setiap laporan keuangan triwulannya, tidak pernah mengalami masalah. Karena selama
periode itu. Indoframa selalu mencatat untung dan mengalami pertumbuhan penjualan.
II. Analisis Kasus
a. Berdasarkan ISA 330
Terkait dengan tanggung jawab auditor dalam merancang dan menerapkan respon terhadap
risiko adanya salah saji material yang dinilai auditor dalam proses pengauditan laporan
keuangan. PT Indofarma menunjuk KAP Hadori dan Rekan dengan Hadori Yunus sebagai
auditornya. Auditor tidak mengetahui mengenai adanya risiko salah saji yang material
terhadap nominal barang dalam proses dikarenakan tidak dirancang pengujian subtantif
dengan baik untuk mendeteksi kesalahan penyajian dalam tingkat asersi. Proses konfirmasi
dari berbagai sumber saja dinilai kurang kuat karena tidak bisa mengungkap salah saji
material. Pengungkapan yang dilakukan PT Indofarma tidak diselidiki dan dirinci lagi
mengenai kebenarannya bukti yang ada. Padahal jika auditor mengaplikasikan pengujian
subtantif dengan baik, salah saji material dalam asersi PT Indofarma dapat terdeteksi.
b. Berdasarkan ISA 402
Terkait tentang tanggung jawab Auditor pengguna untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat ketika suatu entitas pengguna memanfaatkan jasa dari satu atau lebih organisasi
jasa. Auditor memberikan laporan audit yang salah mengenai keadaan entitas yang
sebenarnya. Jasa audit yang salah menimbulkan ketidakprofesionalan KAP atau auditor
tersebut. Kurangnya pengetahuan mengenai entitas menyebabkan kesalahan penyajian dan
perhitungan yang dilaporkan entitas gagal dideteksi

c. Berdasarkan ISA 450


Terkait dengan tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi dampak kesalahan penyajian
yang diidentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak koreksi, jika ada,
terhadap laporan keuangan. Auditor wajib menentukan apakah strategi audit secara
keseluruhan dan rencana audit perlu direvisi. Adanya nilai barang dalam proses dinilai lebih
tinggi dari nilai yang seharusnya (overstated) dalam penyajian dinilai persediaan barang
dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar RP. 28.870.000.000 ( Dua Puluh Delapan Milyar
Delapan Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah ) menunjukkan bahwa auditor tidak memahami
rencana audit yang telah dibuat sebelumnya berhubungan dengan issue issue yang ada dalam
entitas. Auditor tidak mengetahui bahwa tahun 1999 ada indikasi adanya persediaan barang
yang seharusnya dijual tapi tidak laku laku. Padahal nilainya sangat besar dan juga ada
kesalahan yang dilakukan oleh akuntan dalam mengimplementasi sistem teknologi
informasinya. Dampak salah saji yang tidak dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan terkait, serta laporan keuangan secara keseluruhan
tahun lalu itu menyebabkan auditor tidak menemukan salah saji material yang sebenarnya
ada.

Anda mungkin juga menyukai