Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………...………………… i

Daftar isi …………………………………...………………… ii

Bab 1 Pendahuluan …………………………………...………………… 1

Bab 2 Landasan Teori …………………………………...………………… 2

2.1 Polemik tentang Laba …………………………………...………………… 2

2.2 Laba Ekonomi …………………………………………………...... 3

2.2.1 Konsep Capital Maintenance ……………………………………………………... 4

2.3 Laba Akuntansi dan Money Income ……………………………………………………... 5

2.3.1 Modal ……………………………………………………... 6

2.3.2 Replacment Cost Income …………………………………...………………… 6

2.3.3 Perbedaan Money …………………………………...………………… 6


Income danAccounting Income
…………………………………...………………… 7
2.4 Laba Menurut Konsep Akuntansi
…………………………………...………………… 9
2.5 Konsep Laba

Bab 3 Kasus …………………………………...………………… 9

3.1 Perbedaan Konsep Laba Akuntansi dan ……………………………………………………... 11


Ekonomi
……………………………………………………... 12
3.2 Perbedaan Konsep Laba Financial
Capital dan Physical Capacity

Bab IV Penutup …………………………………...………………… 14

Daftar Pustaka ……………………………………………………... 15

Lampiran
Konsep Laba

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk pengukuran prestasi, hasil
usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam pengukuran itu adalah
pengukuran laba. Pengukuran laba ini salah satunya sangat penting untuk menentukan prestasi
perusahaan.

Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan
cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dari sudut pandang
perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan
informasi tentang kinerja perusahaan secara luas.

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi
yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang
mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue)
atau investasi pemilik.

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka
waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak,
kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi.

Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan
perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari
transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada
periode tertentu. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomi,
akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk
mengukur laba ekonomi yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomi perusahaan.

Siapa pun yang melakukan kegiatan bisnis pasti memiliki alasan ekonomis yaitu mendapatkan
laba. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus bisa memiliki pandangan tentang apa yang dimaksud
laba menurutnya dan bagaimana menentukan laba tersebut. Banyak pandangan dan praktik di
masyarakat dalam pengukuran laba ini. Karena perbedaan pandangan tersebutlah maka muncul
berbagai polemik atau perbedaan persepsi tentang laba ini.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Polemik tentang Laba

Sebelum memasuki pembahasan konsep laba, kami akan mengemukakan sebuah polemik yang
didapat dari rubrik Ekonomi & Bisnis yang berjudul “Tidak Cukup dengan Itikad Baik,” yang
dimuat dalam surat pembaca Tempo edisi 25 November 1989. Rubrik tersebut memuat
tanggapan dari Kwik Kian Gie mengenai agio saham. Beliau mengatakan bahwa agio saham
adalah laba, dengan alasan sebagai berikut.

a. Perusahaan biasanya minta agio dengan alasan akan membagikan keuntungan di kemudian
hari.

Jawaban penulis : Alasan ini tidak mudah untuk mengatakan bahwa agio sebagai laba. penulis
berpendapat agio bukan diminta melainkan agio muncul dari perbedaan harga jual saham dengan
harga nominal yang telah dibayar investor. Alasan membagikan keuntungan di kemudian hari
juga tidak dapat menguatkan bahwa agio adalah laba.

b. Prinsip akuntansi secara ketat menetapkan agio harus dicantumkan secara terpisah karena agio
bukan modal saham

Jawaban penulis : Pencantuman agio saham secara terpisah dari perkiraan modal saham berarti
setiap pos yang dipisahkan dari modal otomatis dianggap sebagai laba. Agio saham merupakan
unsur modal disetor.

c. Agio juga merupakan laba. Perusahaan boleh membagi dividen dari agio saham.

Jawaban penulis : Dividen adalah bagian laba yang diterima oleh pemilik perusahaan.
Pembagian dividen ini didasarkan pada laba, baik laba ditahan maupun laba tahun berjalan.
Secara teoritis tanpa laba tidak akan ada dividen. Namun, di Indonesia sering terjadi dividen
sudah terjamin, kendati pun perhitungan laba rugi perusahaan belum final. Ini terjadi karena
praktik pasar modal kita masih belum sepenuhnya diatur pasar.

d. Agio boleh langsung dikantongi emiten

Jawaban penulis : agio bisa langsung dikantongi emiten adalah benar, namun jika karena
dikantongi lalu dianggap sebagai laba, ini alasan yang sangat absurd. Agio sebagai unsur harga
saham bukan laba. Agio hanya penerimaan kas, tidak setiap penerimaan kas menjadi laba, namun
untuk mengakui laba harus ada penerimaan kas.

Laba berasal dari kelebihan dari selisih antara penghasilan danbiaya. Penghasilan adalah
kenaikan aktiva atau penurunan aktiva atau penurunan kewajiban akibat penjualan barang atau
jasa perusahaan. sementara biaya adalah penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban akibat
aktivitas produksi. Agio sebagai unsur harga saham bukan laba. Agio hanya penerimaan kas,
tidak setiap penerimaan kas menjadi laba, namun untuk mengakui laba harus ada penerimaan
kas.
2.2 Laba Ekonomi

Laba ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan nilai wajar aktiva.
Berdasarkan definisi ini, laba mencakup baik komponen yang sudah direalisasi (arus kas)
maupun yang belum (laba atau rugi kepemilikan). Konsep laba ini mirip dengan pengukuran
tingkat pengembalian suatu efek (surat berharga atau sekuritas) atau portofolio efek, yaitu tingkat
pengembalian mencakup baik dividen maupun apresiasi modal.

Laba ekonomi mengukur perubahan nilai pemegang saham. Karenanya, laba ekonomi berguna
jika tujuan analisis adalah menentukan tingkat analisis pengembalian pada pemegang saham
yang tepat untuk periode berjalan (tanpa menggunakan harga pasar). Dengan kata lain, laba
ekonomi merupakan indikator dasar kinerja perusahaan, mengukur dampak keuangan seluruh
kejadian pada suatu periode secara komprehensif.

Von Bohm Bawerk pada akhir abad XIX telah memperkenalkan pendapat bahwa laba bukan saja
unsur kas, dia memperkenalkan konsep laba non moneter. Kemudian pada awal abad XX
Fischer, Lindahl, dan Hick menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap, yaitu
sebagai berikut :

a. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan
kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur.

b. Real Income, adalah ungkapan kejadian yang memeberikan peningkatan terhadap kesenangan
fisik. Dengan kata lain, kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan
yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum
dan sesudah dikonsumsi.

c. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam
memenuhi kebutuhan hidup.

2.5.1 Konsep Capital Maintenance

Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan masih tetap masih ada
atau biaya yang telah tertutupi atau pengembalian modal.

Konsep ini dinyatakan baik dalam ukuran uang yang disebutfinancial capital atau dalam ukuran
tenaga beli yang disebut physical capital. berdasarkan kedua konsep ini, konsep capital
maintenancemenghasilkan empat konsep sebagai berikut:

Financial Capital

a. Money Maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut unit uang. Menurut konsep
ini modal yang ditanamkan tetap terpelihara.
b. General Purchasing Power Money Maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut
tenaga beli yang sama. Menurut konsep ini , tenaga beli dari modal yang diinvesatsikan pemilik
tetap dipertahankan sehingga menurut konsep ini laba adalah perubahan net asset setelah
disesuaikan dengan tenaga beli yang sama.

Physical Capital

a. Productive Capacity Maintenance, yaitu physical capital yang diukur menurut konsep uang.
Menurut konsep ini, kapasitas produksi perusahaan dipertahankan. Konsep ini sama
dengan Current Value Accounting. Current value Accounting dapat dihitung dengan lima
metode.

1. Capitalization atau Present Value Method, yaitu jumlah bersih dari arus kas yang diharapkan
diterima selama umur ekonominya yang didiskontokan pada saat sekarang.

Untuk menghitung ini perlu diketahui:

a. arus kas dari penjualan aset tersebut

b. jangka waktu arus kas tersebut

c. jumlah sisa umur aktiva tersebut

d. discount rate

2. Current entry Price, yaitu jumlah kas / aktiva lainnya dibutuhkan untuk mendapatkan aktiva
yang sejenis. Istilah yang sering ada adalah sebagai berikut:

a. Replacement Cost Used adalah jumlah kas yang diperlukan untuk mendapatkan aset yang
serupa yang memiliki umur pemakaian yang sama di pasaran barang bekas.

b. Reproduction Cost adalah jumlah kas / aktiva yang diperlukan untuk mendapatkan aset yang
persis sama dengan aktiva yang ada sekarang.

3. Current Exit Price, adalah jumlah kas yang diterima atau utang yang dianggap lunas apabila
aset tersebur dijual.

b. General Purchasing Power, Productive Capacity Maintenance, yaituphysical capital yang


diukur dengan tenaga beli yang sama. Menurut konsep ini kapasitas produksi fisik perusahaan
yang diukur dalam unit tenaga beli yang sama dipertahankan.

2.6 Laba Akuntansi dan Money Income

Money Income berbeda dengan Accounting Income. Accounting Income adalah perbedaan
antara realisasi penghasilan perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Vernon Kam (1986) menggunakan
istilahbusiness income yang berarti kelebihan dari harga akhir yang dibayar individu dan
lembaga lain atas output perusahaan di atas biaya yang dikeluarkannya. Perhitungan income atau
profit ini sangat sederhana jika transaksi itu completed, tidak ada saldo piutang, sisa persediaan
atau aktiva. Semua terjual menjadi kas. Untuk kasus seperti ini, laba adalah jumlah kas yang ada
pada akhir periode dikurangi dengan jumlah kas pada awal periode. Kalau hasil penjualan barang
dan sebagainya Rp 15.000 sedangkan modal awal adalah Rp 10.000, laba bisnis adalah Rp 5.000.

Sedangkan money income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk
konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Fischer, money income lebih dekat pada
pengertian akuntansi tentang income.

2.6.1 Modal

Modal (capital) adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau aktiva bersih. Laba adalah arus
kekayaan sedangkan modal adalah simpanan kekayaan. Modal bisa berarti financial capital
dimana tekanannya adalah nilai uang dari aktiva dikurangi dengan nilai kewajiban yang
merupakan kontribusi uang pemilik kepada perusahaan.

2.6.2 Replacement Cost Income

Dalam konsep replacement cost income dikenal dua komponen income, yaitu:

a. current operating profit yang dihitung dari pengurangan biaya pengganti (replacement cost)
dari penghasilan.

b. realized holding gain and loss yang dihitung dari perbedaan antara replacement cost dari
barang yang dijual dengan biaya historis dari barang yang sama. Laba rugi ini dapat dibagi dua,
yaitu:

1. barang yang direalisasi dan accrued selama periode itu

2. yang direalisasi pada periode itu tetapi accrued pada periode sebelumnya.

2.3.3 Perbedaan Money Income dan Accounting Income

Money Income berbeda dengan Accounting Income dalam hal :

1. Money income dihitung berdasarkan nilai replacement cost,


sedangkan accounting income berdasarkan historical cost.

2. Money income hanya mengikuti gain yang accrued pada periode itu.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa money income dapat dihitung sebagai berikut:

Pm = Pa – Z + W
Dan menurut Belkaoui, Accounting Income dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pa = X + Y + Z

Keterangan :

Pm = money income

Pa = accounting income

Z = realisasi holding gain and loss

W = holding gain and loss yang belum direalisasi

Y = Realisasi dan accrued holding gains pada periode itu

2.7 Laba Menurut Konsep Akuntansi

Menurut akuntansi yang dimaksudkan dengan laba akuntansi itu adalah perbedaan
anatara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan
dengan biaya-biaya yang dikeluarka pada periode tersebut.

Beberapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat terus-menerus didasarkan pada kenyataan yang terjadi.

2. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan dilaporkan secara
objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (verifiability)

3. Memenuhi prinsip conservative, karena yang diakui hanya laba yang direalisasi dan tidak
memperhatikan perubahan nilai.

4. Dapat dijadikan sebagai alat control oleh manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen.

Beberapa kelemahan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari kenaikan nilai.
Kenaikan ini ada, namun belum direalisasi.
2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena perbedaan
dalam metode menghitung cost, perbedaan waktu antara realisasi hasil dan biaya.

3. Penerapan prinsip realisasi, historical cost, dan conservatisme dapat menimbulkan salah
pengertian terhadap data yang disajikan.

Beberapa kritik atas laba akuntansi dalam bentuk tradisional :

1. Konsep laba belum jelas dirumuskan

2. Tidak ada dasar teoritis jangka panjang untuk perhitungan penyajian laba akuntansi

3. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum memungkinkan tidak konsisten dalam


pengukuran laba periodik dari perusahaan-perusahaan yang berbeda

4. Perubahan tingkat harga mengubah arti laba yang di ukur dalam satuan rupiah historis

5. Infomasi lain dapat terbukti lebih berguna bagi investor dan pemegang saham untuk
mengambil keputusan investasi.

Mengingat bahwa pengukuran laba mempunyai masalah konseptual dan praktikal maka berikut
ini beberapa usulan pemecahan masalah penggunaan laba :

1. Laba akuntansi dipusatkan pada data transaksi dan data actual

2. Konsep tunggal dari operasi dari laba dapat digunakan sebagai indakasi kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden

3. Kemajuan masa depan teori akuntansi tergantung pada kesepakatan tentang konsep tunggal
dari laba yang akan lebih sesuai dengan apa yang di sebut sebagai laba ekonomi

4. Beberapa konsep laba harus diukur dan dilaporkan untuk tujuan yang berbeda

5. Semua pengukuran laba kurang cukup dan hal itu harus diganti dengan pengukuran aktivitas
ekonomi lain.

Tujuan utama dari pelaporan laba adalah memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang
paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Tujuan yang paling spesifik untuk mencakup :

1. Penggunaan laba digunakan sebagai pengukuran efisiensi management

2. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari
perusahaan atau pembagian deviden masa depan

3. Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan
managerial di masa depan.
2.8 Konsep Laba

1. Konsep Laba Konvensional

ð Berdasarkan konsep ini, laba didefinisi sebagai selisih pendapatan dan biaya yang diukur dan
disajikan atas dasar prinsip akuntansi berterima umum (PABU). Laba akuntansi menurut konsep
konvensional memiliki beberapa kelemahan, yaitu: tidak bermakna semantik, berfokus
pemegang saham, PABU memberi peluang perbedaan antar entitas, berbasis kos historis, dan
hanya sebagian masukan informasi bagi investor.

2. Konsep Laba dalam Tataran Semantik

ð Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus
dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba bermanfaat
dan bermakna sebagai informasi. Terdapat beberapa konsep atau fungsi laba dalam tataran
semantik, yaitu: pengukur kinerja, konfirmasi harapan investor, dan sebagai estimator laba
ekonomik.

3. Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik

ð Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sitaktik adalah mendefinisi laba sebagai
selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Konsep laba dalam tataran
sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan.

4. Konsep Laba dalam Tataran Pragmatik

ð Dalam teori akuntansi tataran pragmatik membahas mengenai apakah informasi laba
bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Beberapa pendekatan laba dalam
konsep laba tataran pragmatik yaitu prediktor aliran kas, sarana kontrak efisien, alat
pengendalian manajemen, dan kandungan informasi laba dalam teori pasar efisien.

5. Konsep laba operasi berjalan

ð Konsep laba operasi berjalan memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi usaha
perusahaan. Istilah efisiensi mengacu pada pemanfaatan secara efektif sumber daya perusahaan
dalam menjalankan usaha dan dalam menghasilkan laba. Dalam arti luas, konsep ini berkaitan
dengan kombinasi yang tepat dari faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan
manajemen.

6. Konsep laba komprehensif

ð Konsep laba ini didefinisikan sebagai total perubahan dalam pemilikan yang diakui dengan
mencatat transaksi.

Hendriksen (1992:155) menyusun beberapa konsep laba dalam bentuk tabel, sebagai berikut:
BAB III

KASUS

3.1 Perbedaan Konsep Laba Akuntansi dan Ekonomi

Sebagai ilustrasi berikut diuraikan perbedaan konsep laba menurut akuntansi dan ekonomi yang
diambil dari Wild,Subramanyam, and Halsey (2007).

Seseorang membeli apartemen dengan harga $ 100.000,00 secara tunai. Apartemen tersebut
diperkirakan berumur 50 tahun dan mempunyai nilai sisa $ 75.000,00. Apartemen tersebut
selanjutnya disewakan dengan harga $ 12.000,00 per tahun. Pada akhir tahun pertama nilai
apartemen tersebut dinilai seharga $ 125.000,00.

ð Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui terjadi kenaikan harga apartemen sebesar $
25.000,00 dan pendapatan sewa sebesar $ 12.000,00.

ð Secara akuntansi perusahaan mengalami keuntungan sebesar $ 11.500,00 yang diperoleh dari
pendapatan sewa $ 12.000,00 dikurangi penyusutan per tahun $ 500,00.

Penjelasan :

- Penyusutan per tahun = $ 100.000,00 - $ 75.000,00 : 50 tahun = $ 500,00

- Laba = $ 12.000,00 - $ 500,00 = $ 11.500,00

ð Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa pada akhir tahun pertama, perusahaan mengalami
keuntungan sebesar $ 37.000,00.

Penjelasan :

- Harga beli = $ 100.000,00

- Pendapatan sewa = $ 12.000,00 per tahun

- Nilai tahun pertama = $ 125.000,00

- Laba = ($ 125.000,00 - $ 100.000,00) + $ 12.000,00 = $ 37.000,00

ð Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa penghasilan secara ekonomi merupakan
aliran kas bersih ditambah present valuedari aliran kas bersih pada masa yang akan datang.

ð Penghasilan diukur dengan aliran kas masuk ditambah dengan perubahan dalam harga pasar
kekayaan bersih. Dengan demikian, maka penghasilan meliputi penghasilan yang telah
direalisasi (cashflow dan yang belum direalisasi yang berupa keuntungan atau kerugian karena
memiliki (holding gain/loss). Dengan kata lain laba diperoleh dengan mengakui penghasilan
yang belum terjadi karena belum direalisasi.

3.2 Perbedaan Konsep Laba Financial Capital dan Phisical Capacity

PT Fash Food Indonesia Tbk memiliki kekayaan bersih sebesar Rp 629.491.106.000,00 pada
tanggal 1 Januari 2008 dan pada tanggal 31 desember 2008 menjadi Rp 784.758.815.000,00
untuk mempertahankan kapasitas produksi fisik perusahaan yang sebenarnya diperlukan biaya
Rp 781.627.389.000,00 sedangkan tingkat harga umum naik 10 % selama periode itu.

Laba menurut konsep financial capital :

1. Money Maintenance

Net Asset 31 Desember 2008 Rp. 784.758.815.000,00

Net Asset 01 Januari 2008 Rp. 629.491.106.000,00 –

Laba Rp. 155.267.709.000,00

2. General Purchasing Power Money Maintenance

Net Asset 31 Desember 2008 Rp. 784.758.815.000,00

Net Asset 01 Januari 2008 = Rp 629.491.106.000,00

Penyesuaian GPL =

10% x Rp 629.491.106.000 = Rp 62.949.110.600,00 +

Rp 692.440.216.600,00 –

Laba Rp 92.318.598.400,00

Laba menurut konsep physical capacity :

1. Productive Capacity Maintenance

Net Assets 31 Desember 2008 Rp. 784.758.815.000,00

Bagian yang diperlukan untuk mempertahankan

kapasitas produksi perusahaan Rp. 781.627.389.000,00 -

Laba Rp. 3.131.426.000,00

2. GPP Productive Capacity Maintenance :

Net Asset 31 Desember 2008 Rp. 784.758.815.000,00


Bagian untuk mempertahankan kapasitas produksi

yang diperlukan Net Asset 1 Januari 2008 Rp 781.627.389.000

Penyesuaian GPL =

10 % * Rp. 781.627.389.000 = Rp. 78.162.738.900 +

Rp. 859.790.127.900,00 –

Rugi (Rp 75.031.312.900,00)


Ekuitas

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PANDAHULUAN

1.1. Latarbelakang Masalah

1.2. Tujuan

1.3. Rumusan Masalah

1.4. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN (ISI)

2.1. Pengertian Ekuitas

2.2. Komponen Ekuitas Pemegang Saham

2.3. Tujuan Penyajian Ekuitas

2.4. Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan

2.5. Modal Yuridis

2.5.1. Pengertian

2.5.2. Besarnya modal yuridis

2.6. Modal Setoran Lain

2.7. Perubahan Modal Setoran

2.7.1. Pemesanan Saham

2.7.2. Obligasi Terkonversi

2.7.3. Saham Prioritas Terkonversi


2.7.4. Dividen Saham

2.7.5. Hak Beli Saham

2.7.6. Opsi Saham

2.7.7. Waran

2.8. Penurunan Modal Setoran

2.9. Perubahan Laba Ditahan

2.9.1. Penyesuaian Perioda Lalu

2.9.2. Koreksi Kesalahan

2.9.3. Perubahan akuntansi

2.9.4. Kuasi reorganisasi

2.10. Penyajian Modal Pemegang Saham

2.10.1. Urutan penyerapan rugi

2.10.2. Urutan menerima distribusi aset

2.11. Perincian Laba Ditaha

2.11.1. Perincian Atas Dasar Sumber

2.11.2. Perincian atas dasar tujuan penggunaan

2.12. Laba Komprehensif

2.12.1. Laba Semua Termasuk

2.12.2. Alasam Mendasar


2.13. Penyajian Laba Komprehensif

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

BAB II

PEMBAHASAN (ISI)

2.1. Pengertian Ekuitas

Ekuitas tidak dapat didefinisikan secara independen terhadap aset dan kewajiban. Dalam
kerangka dasar Standar Akuntasi Keuangan (2002), misalnya Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
mendefinisikan ekuitas sebagai berikut (pasal 49):

2.2. Komponen Ekuitas Pemegang Saham

Dari segi riwayat dan sumbernya, ekutas pemegang saham dibagi menjadi dua komponen
penting, yaitu:

3. Lain-lain

Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukan dalam komponen modal
setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuiatas pemegang
saham.

2.3. Tujuan Penyajian Ekuitas


Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya, tujuan
pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang
berkepintingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen.

2.4. Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan

Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang saham
yaitu:

2.5. Modal Yuridis

2.5.1. Pengertian

Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah
rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain.Bentuk
ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus empunyai nilai nominal atau nilai minimun yang
dinyatakan untuk menunjukan hak yuridis.

2.5.2. Besarnya Modal Yuridis

Dalam hal saham bernilai nominal , modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang dikenal
dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah rupiah perkalian antara cacah
saham beredar dengan nilai nominal persaham.

2.6. Modal Setoran Lain

Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektip saham sehingga secara
akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomik. Dalam hal
tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan distribusi pemilikan
daripada untuk menunjukan nilai salaham itu sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham
dapat diterbitkan tanppa nilai nominal.

2.7. Perubahan Modal Setoran

Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas
antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal. Dalam hal
kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan
akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang trsedia untuk
pembagian dividen.

2.7.1. Pemesanan Saham

Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham harus memesan lebih dahulu saham
yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat pemesanan. Yang menjadi
masalah adalah apakan jumlah rupiah saham pesanan tersebut dapat diakui sebagai modal
setoran?

2.9. Perubahan Laba Ditahan

Jika pemisahan antara transaksi modal dan transaksi operasi harus tetap dipertahankan, Hanya
terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba atau rugi
periodic dan pembagian dividen. Laba yang dipindahkan dari laba akun laba – rugi (income
summary) adalah laba yang pindahkan dari akun selisih seluruh elemen transaksi operasi dalam
arti luas disebut laba komprehensif. Transaksi lain yang dapat mempengaruhi laba yang ditahan
adalah transaksi yang tergolong dalam transaksi modal seperti yang diuraikan di atas .

2.9.1. Penyesuaian Perioda Lalu

Penyeuaian ini adlah perlakuan terhadap suatu jumlah rupiah yang memepengaruhi operasi
perioda masa lalu.bukan segai pengurang atau penambah perhitungan laba tahun sekarang.
Tetapi sebagai penyesuai terhadap laba dithan awal perioda sekarang .perlakuan semacam ini
dimaksudkan untuk menjadikan laba di tahan awal perioda sekarang menunjkuan saldo yang
semestinya seadainya jumlah rupiah tersebut telah diakui dalam perioda yang lalu.

2.9.2. Koreksi Kesalahan

System akuntansi biasanya sudah dengan cukup cermat sehingga kesalahan dalam pencatatan
akan segera dapat dideteksi sehingga dapat segera dilakukan koreksi. Dalam hal tertentu,
kesalahan tidak segera diketahui dan baru diketahui beberapa waktu atau bahkan beberapa
perioda setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan. APB opinion no. 20 paragraf 13
mendefinisikan kesalahan sebagai berikut:
2.9.3. Perubahan akuntansi

Karena alasan tertentu suatu perusahaan mungkin melakukan kebijakan yang mempunyai
pengaruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan yang disebut
dengan perubahan akuntansi.

2.9.4. Kuasi reorganisasi

Kuasi reorganisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadi suatu defisit.PSAK no.51 pasal 9
mendeskripsikan pengertian kuasi reorganisasi sebagai berikut

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Konsep kesatuan usaha memisahkan secara fisik dan konseptual antara manajemen dan pemilik.
Ekuitas pemegang saham menggambarkan hubungan yuridis antara perseroan dengan para
pemegang saham. Ekuitas pemegang saham terdiri atas dua komponen yaitu modal setoran dan
laba ditahan. Modal setoran dipecahkan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain.

3.2. Saran

Alasan mendasar dianutnya pendekatan penyajian laba semua termasuk adalah konsep
pemanfaatan aset. statemen laba-rugi harus menyajikan secara efektif semua akibat dari
pemanfaatan aset yang diserahkan sepenuhnya kepada manajemen. Pemisahan laba menjadi
normal dan tidak normal dalam dua statemen (laba rugi dan laba ditahan) akan cenderung
mengalihkan pusat perhatian pemakai secara tidak semestinyake laba normal dan dengan
demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen secara
keseluruhan.

Pengungkapan dalam Laporan Keuangan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor,
karyawan, pemerintah serta lembaga keuangan, dan masyarakat. Kemudian dalam pengambilan
keputusan ekonomi dipengaruhi banyak faktor, misalnya keadaan perekonomian, politik dan
prospek industri.

Adapun kualitas dalam pengambilan keputusan itu dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan
perusahaan yang diberikan melalui laporan tahunan (Annual Report) agar informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami dan tidak menimbulkan salah interpretasi,
maka penyajian laporan keuangan harus disertai dengan pengungkapan yang cukup (Adequate
disclosure).

Catatan atas laporan keuangan merupakan media untuk pengungkapan yang diharuskan dalam
standar akuntansi dan yang tidak dapat disajikan dalam neraca, laporan laba rugi atau laporan
arus kas. Sehingga keberadaan dari disclosure atau pengungkapan dalam perusahaan sangat
penting karena pada kondisi ketidakpastian pasar, nilai informasi yang relevan dan realiable
tercermin di dalamnya.

Sedangkan dalam mekanisme pasar modal, pengungkapan badan usaha merupakan suatu cara
untuk menyalurkan pertanggung jawaban perusahaan kepada para investor untuk memudahkan
alokasi sumber daya yang menunjukkan laporan tahunan (Annual Report) berupa media yang
sangat penting untuk menyampaikan Corporate Disclosure (pengungkapan pada laporan
tahunan).
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengungkapan dalam laporan keuangan?

2. Apa tujuan pengungkapan laporan keuangan?

3. Kepada siapa informasi tersebut diungkapkan dan apa yang diungkapkan?

4. Apa sifat-sifat atau jenis-jenis pengungkapan dalam laporan keuangan?

5. Apa saja metode-metode pengungkapan?

6. Apa saja keluasan dan kerincian dalam pengungkapan laporan keuangan?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang pengungkapan dalam laporan keuangan.

2. Untuk mengetahui tujuan dari pengungkapan laporan keuangan.

3. Untuk mengetahui kepada siapa informasi diungkapkan dan apa yang diungkapkan.

4. Untuk mengetahui sifat dan jenis dari pengungkapan laporan keuangan.

5. Untuk mengetahui metode apa saja yang terdapat dalam pengungkapan laporan keuangan.

6. Untuk mengetahui keluasan dan kerincian pengungkapan laporan keuangan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan

Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara
teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian
informasi dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan. Evans (2003) dalam
Suwardjono(2014) mengartikan pengungkapan sebagai berikut:

Disclosure means supplying information in the financial statements including the statements
themselves, the notes to the statements and the implementary disclosures assosiated with the
statements. It does not extend to public or private statements made by management or
information provided outside the financial statements.

Dari pengertian diatas Evans menyatakan bahwa pengungkapan adalah penyediaan informasi
dalam laporan keuangan termasuk laporan keuangan itu sendiri, catatan atas laporan keuangan,
dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Pengertian
pengungkapan oleh Evans ini terbatas hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan,
pernyataan manajemen atau informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak termasuk.
Secara lebih spesifik, Wolk, Tearney, and Dold (2001) dalam Suwardjono (2014)
menginterpretasi pengertian pengungkapan sebagai berikut:

Broadly interpreted, disclosure is concerned with information in both the financial statements
and suplementary communications including footnotes, post statement events, management’s
discussion and analysis of operations for the fortcoming year, financial and operating forecasts,
and additional financial statements covering segmental disclosure and extentions beyond
historical cost.

Arti dari pengertian pengungkapan menurut Wolk, Tearney, and Dold (2001) pengungkapan
adalah berkaitan dengan informasi baik dalam laporan keuangan maupun komunikasi tambahan
termasuk catatan kaki, peristiwa-peristiwa setelah tanggal laporan, diskusi dan analisis
manajemen, prakiraan keuangan dan operasi, dan laporan keuangan tambahan yang meliputi
pengungkapan segmental dan informasi pelengkap lebih dari kos historis.

Evans membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan
keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau media masa lain serta informasi di luar
lingkup pelaporan keuangan tidak masuk dalam pengertian pengungkapan. Sementara itu, Wolk,
Tearney, dan Dold memasukan pula laporan keuangan segmental dan laporan yang merefleksi
perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan.

Pengungkapan sering juga dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang didapat
disampaikan dalam bentuk laporan keuangan formal. Hal ini tampaknya sejalan dengan gagasan
FASB dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC no.1 ,prg.5):

“Although financial reporting and fianncial statement have essentially the same objectives, some
useful information is better provided by financial statement and some is better provided, or can
only be provided, by means of financial reporting other than financial statements.”

Pengertian pengungkapan dalam laporan keuangan menurut Stice (2000) dalam Sidharta dan
Sherly Christianti (2007), pengungkapan dalam laporan keuangan adalah pelaporan rinci sebuah
transaksi dalam catatan pada laporan keuangan. Hendriksen (2002:429) mengatakan secara
sederhana, pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of
information).

Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi.
Sedangkan menurut para akuntan memberi pengertian secara terbatas yaitu penyampaian
informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya laporan
tahunan. Pengungkapan informasi dalam Laporan Keuangan dilakukan untuk melindungi hak
pemegang saham yang cenderung terabaikan akibat terpisahnya pihak manajemen yang
mengelola perusahaan dan pemegang saham yang memiliki modal. Informasi dalam Laporan
Keuangan harus disajikan dengan memadai untuk memungkinkan dilakukannya sebuah prediksi
kondisi keuangan, arus kas, dan profitabilitas perusahaan di masa depan.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pengungkapan
(disclosure) adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai keadaan perusahaan. Didalam pengungkapan semua informasi harus
diungkapkan termasuk informasi kuantitatif (seperti komponen persediaan dalam nilai mata
uang), dan komponen kualitatif (seperti tuntutan hukum).

2.2. Tujuan Pengungkapan Laporan Keuangan

Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk
mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai
kepentingan berbeda-beda. Setelah disinggung bahwa investor dan kreditor tidak homogen,
tetapi bervariasi dalam hal kecanggihannya (sophistication) karena pasar modal merupakan
sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk tujuan
melindungi (protective), informatif (informative), atau melayani kebutuhan khusus (differential).

Tujuan Melindungi

Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga
pemakai yang naif perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka tidak
mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi
ekonomi yang melandasi suatu pos statemen keuangan. Dengan kata lain, pengungkapan
dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil dan terbuka
(unfair). Dengan tujuan ini, tingkat dan volume pengungkapan akan menjadi tinggi.

Tujuan Informatif

Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan tingkat
kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi
yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut.

Tujuan Kebutuhan Khusus

Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif. Apa yang
harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai
yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada
badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan
secara rinci.

Di sisi lain, dalam buku Accounting Theory, Riahi dan Belkaoui (2006) menjelaskan bahwa
tujuan dari pengungkapan diantaranya:

- Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai resiko
dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
- Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

Tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan menurut (Chariri, Anis dan Ghozali 2007:382),
mengungkapkan bahwa tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:

1. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya dalam
mengambil keputusan secara rasional.

2. Memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lainnya menilai
jumlah, pengakuan tentang penerimaan kas bersih.

3. Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan.

4. Menyediakan informasi tentang hasil usaha (performance keuangan) suatu perusahaan


selama 1 periode.

5. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur sesuai kepentingan
pemilik.

6. Untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun. Untuk menyediakan informasi
mengenai aliran kas masuk dan kas keluar dimasa mendatang.

7. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.

2.3. Kepada Siapa Informasi Diungkapkan dan Apa yang Diungkapkan

Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan pihak yang
dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama untuk mereka.
Namun, pengungkapan yang dilakukan perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan informasi para pemangku kepentingan, seperti investor, kreditor, pemerintah,
masyarakat dan pihak-pihak lainyang terkait. FASB misalnya menetapkan tingkat kecanggihan
para investor dan kreditor cukup tinggi sehingga pengungkapan yang diwajibkan dapat dikatakan
lebih sedikit dibandingkan yang dituntut oleh SEC. SEC menuntut lebih banyak pengungkapan
karena pelaporan keuangan mempunyai aspek sosial dan publik (public interest). Oleh karena itu,
pengungkapan menuntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula
penyampaian informasi kualitatif maupun kuantitatif. Karena beragam pihak yang dituju lebih
luas dan model pengambilan keputusannya yang kurang dapat diidentifikasi, pengungkapan
cenderung untuk meluas dan jarang menjadi sempit (spesifik).

Telah disebutkan dimuka bahwa pengungkapan meliputi statemen keuangan itu sendiri dan
semua informasi pelengkap. Penyusun standar dan badan pengawas seperti SEC dan BAPEPAM
mengeluarkan ketentuan tentang apa yang harus diungkapkan. SEC mewajibkan perusahaan
publik untuk menyusun dua laporan tahunan. Satu laporan tahunan harus diserahkan ke SEC
untuk memenuhi ketentuan dan satu laporan tahunan harus disusun untuk keperluan pemegang
saham dan pihak eksternal lainnya.

2.4. Jenis-jenis atau Sifat-sifat Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan

Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan
akuntansi yang ditempuh, kontijensi, metode persediaan, jumlah saham yang beredar dan ukuran
alternatif, misalnya pos-pos yang dicatat berdasarkan historical cost.

Sifat atau jenis pengungkapan yang dilakukan perusahaan yang digunakan perusahaan untuk
memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan terbagi menjadi dua, yakni
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dan pengungkapan wajib (discretionary
disclosure).

1. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara sukarela oleh
perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan melebihi yang
diwajibkan.

Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika


mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka
tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan-
perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan
akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan
berbagai pihak.

Dengan adanya pengungkapan sukarela ini maka upaya untuk berkomunikasi secara efektif
dengan pembaca-pembaca asing, karena tidak adanya standar akuntansi di pelaporan yang
diterima secara internasional.

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang dilakukan perusahaan diluar apa yang
diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas.

Teori Pensignalan

Teori pensignalan (signalling theory) melandasi pengungkapan sukarela ini. Manajemen selalu
berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati
oleh investor dan pemegang saham khususnya jika informasi tersebut merupakan berita baik
(good news). Manajemen juga menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan
kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.
Perusahaan-perusahaan yang besar akan memiliki kebutuhan yang meningkat untuk dana-dana
eksternal. Semakin besar perusahaan memiliki insentif yang lebih besar untuk memberi sinyal
mengenai kualitas perusahaan melalui pengungkapan informasi keuangan yang meningkat
(Marston, 2003). Teori Signalling dapat menjelaskan hubungan antara profitabilitas perusahaan
dengan pengungkapan informasi keuangan. Berdasarkan teori signalling, Malone et al. (1993)
menyatakan bahwa pengungkapan digunakan oleh para manajer perusahaan yang profitabel
untuk memberi sinyal profitabilitas perusahaan kepada para investor dan untuk membantu
mendukung keberlanjutan dan kompensasi manajemen.

Lang dan Lundholm (1993) menyatakan ada persepsi yang umum bahwa manajemen pada
perusahaan yang berkinerja baik, lebih terbuka dengan informasi daripada manajemen pada
perusahaan yang berkinerja buruk. Berdasarkan teori signalling, pada situasi-situasi yang
demikian manajemen semakin giat untuk meningkatkan keyakinan pemegang saham dan
mendukung kontrak-kontrak manajemen (Malone et al., 1993).

Perusahaan-perusahaan yang profitabel akan memiliki lebih banyak sumber daya keuangan
untuk mematuhi pengungkapan tambahan. Jadi, dianggap semakin profitabel suatu perusahaan,
maka semakin besar kemungkinannya bagi mereka untuk mengungkapkan informasi keuangan
tambahan (Marston, 2003). Teori signalling juga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan
industri di dalam pengungkapan. Dengan pengungkapan informasi yang lebih luas dapat
memberikan sinyal yang lebih banyak kepada publik mengenai kondisi perusahaan. Craven dan
Marston (1999) menyatakan jika perusahaan dalam suatu industri gagal untuk mengikuti
praktek-praktek pengungkapan dari perusahaan lain, maka mungkin perusahaan tersebut
menyembunyikan berita buruk.

2. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)

Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan atas apa yang diwajibkan
oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas.

Pengungkapan ini merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang
berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam),
namun sebelum dikeluarkan keputusan Ketua Bapepam Nomor 38/PM/1996 tanggal 17 Januari
1996 mengenai laporan tahunan bahwa yang dimaksud dengan pengungkapan wajib adalah
meliputi semua pengungkapan informasi dalam laporan keuangan.

2.5. Metode-Metode Pengungkapan

Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi disajkan
kepada pemakai dalam satu perangkat laporan keuangan beserta informasi lain yang berpaut.
Metode ini biasanya ditentukan secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan lain.
Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain pos laporan keuangan,
catatan kaki (catatan atas laporan keuangan), penggunaan istilah teknis (terminologi), penjelasan
dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan auditor, dan komunikasi manajemen
dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.

1. Pos Laporan Keuangan

Informasi keuangan dapat diungkapkan melalui Laporan keuangan dalam bentuk pos atau
elemen laporan keuangan sesuai dengan standar tentang definisi, pengukuran, penilaian, dan
penyajian (jenis laporan, format laporan, klasifikasi pos, dan susunan pos). Jenis laporan meliputi
neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan aliran kas. PSAK No 1 Pasal
39 dan 44, misalnya menetapkan pengungkapan pos-pos neraca sebagai berikut:

39 Perusahaan menyajikan aktiva lancar terpisah dari aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka
pendek terpisah dari kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam
SAK khusus. Aktiva lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan
menurut urutan jatuh tempo.

44 suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika (a) diperkirakan akan
diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, dan (b) jatuh tempo dalam
jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.

Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Ketentuan diatas mengatur tentang format, klasifikasi, dan susunan statemen keuangan dalam
rangka pengungkapan. Ketentuan yang lain mengatur tentang pengukuran dan penilaian.

2. Catatan Kaki

Catatan kaki (footnotes) atau catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements)
merupakan metode pengungkapan untuk informasi yang tidak praktis atau tidak memenuhi
kriteria untuk disajikan dalam bentuk pos atau elemen statemen keuangan. Catatan atas laporan
keuangan menjadi bagian integral dari laporan keuangan secara keseluruhan.

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dan berkaitan dengan pos.
Maksud dari sistematis dan berkaitan dengan pos adalah catatan kaki harus diberikan indeks
yang jelas dan teratur sehingga memudahkan pengacuan. Hendriksen dan Van Breda (1992)
merinci lebih lanjut yang dapat diungkapkan bentuk catatan kaki, yaitu perubahan metoda, hak
kreditor atas asset tertentu, aset atau kewajiban bergantung (contingent), pembatasan atas
pembayaran dividen, transaksi yang mempengaruhi modal saham dan hak pemegang ekuitas,
kontrak eksekutori, dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Catatan kaki memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan catatan kaki adalah:

Mengungkapkan informasi non kuantitatif tanpa harus mengganggu penyajian utama


dalam statemen keuangan.

Mengungkapkan kualifikasi (pengecualian) dan pembatasan pos-pos tertentu dalam


statemen keuangan.

Mengungkapkan rincian pos-pos tertentu yang dianggap penting tanpa mendistraksikan


jumlah total suatu pos atau tanpa mengganggu susunan penyajian pos-pos dalam statemen.

Mengungkapkan hal-hal yang bersifat kuantitatif atau deskriptif yang tidak memenuhi
kriteria pengakuan tetapi penting untuk disampaikan atau yang mempunyai arti penting
sekunder.

Mempertahankan laporan keuangan sebagai ciri sentral pelaporan keuangan dengan


ringkas dan jelas meskipun catatan kaki merupakan bagian integralnya.

Kelemahan catatan kaki harus dipertimbangkan dalam pengembangan standar akuntansi:

Catatan kaki sering dilewatkan oleh pembaca karena memuat banyak kalimat daripada
angka sehingga dianggap sulit dibaca.

Catatan kaki kurang menjelaskan sendiri (self-explanatory) dibanding penyajian pos


dalam statemen keuangan. Misalnya pos di Kas dan Bank Rp100.000 di neraca.

Kompleksitas perusahaan cenderung menempatkan catatan kaki menjadi sasaran atau


fokus pelaporan daripada statemen keuangan itu sendiri.

Catatan kaki sering dijadikan substitusi untuk menyajikan suatu informasi sebagai pos
laporan keuangan.

Catatan kaki dapat membingungkan pembaca kalau isinya menegasi atau berlawanan
dengan apa yang disajikan dalam statemen keuangan. Keraguan pembaca akan timbul bila
catatan kaki bersifat meringankan apa yang sebenarnya material.

3. Penjelasan Dalam Kurung

Penjelasan singkat berbentuk tanda kurung mengikuti suatu pos dapat dijadikan cara untuk
mengungkapkan informasi. Informasi yang dapat disajikan dalam tanda kurung yaitu metode
akuntansi, makna suatu istilah, ketermasukan suatu unsur, penilaian alternatif, dan acuan
(misalnya schedule). Pengungkapan dalam bentuk tanda kurung lebih merupakan konvensi
daripada sebagai ketentuan standar akuntansi. Contoh pengungkapan dalam kurung:
Sediaan barang (pasar Rp540.000)............................................Rp500.000

Piutang wesel (diskonan Rp100.000)........................................Rp700.000

Kos barang terjual (Lampiran 3)................................................Rp600.000

Utang obligasi (Rp50.000 jatuh tempo 1 Maret 2005)..............Rp500.000

Aset tetap (neto, Rp800.000 dijadikan jaminan utang).............Rp3.400.000

4. Istilah Teknis

Istilah teknis dan strategik merupakan bagian dari pengungkapan. Istilah yang tepat harus
digunakan secara konsisten untuk nama pos, elemen, judul, atau subjudul. Nama elemen
merupakan hal yang sangat strategik karena merupakan objek penting dalam akuntansi.
Penyusun standar banyak menggunakan istilah-istilah teknis untuk mempresentasikan suatu
realita atau makna dalam akuntansi.

Di Indonesia, istilah teknis perlu diterjemahkan untuk keperluan pelaporan dalam bahasa
Indonesia dan pendidikan. Karena standar akuntansi akan digunakan sebagai acuan baik bagi
penyusun laporan maupun oleh pembelajar akuntansi, penyusun standar harus menciptakan
istilah dengan penuh kecermatan dan mendidik para anggota profesi tentang istilah teknis
tersebut. Oleh karena itu, penyusun standar harus mempunyai pengetahuan dasar tentang bahasa
(Inggris dan Indonesia) agar istilah tidak diciptakan dengan perasaan dan telinga saja tetapi
dengan kaidah yang tepat.

5. Lampiran

Penggunaan lampiran merupakan metode pengungkapan. Laporan keuangan merupakan salah


satu bentuk ringkasan untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit yang dapat dipandang
sebagai keputusan strategik. Laporan keuangan utama dapat dipandang seperti ringkasan
eksekutif dalam pelaporan manajemen (internal). Rincian, laporan tambahan, daftar rincian
(schedule), atau semacamnya dapat disajikan sebagai lampiran atau disajikan dalam seksi lain
yang terpisah dengan laporan utama.

Hendriksen Van Breda membedakan antara laporan tambahan dan skedul. Laporan tambahan
berfungsi untuk menambah informasi lebih dari yang dimuat dalam laporan keuangan utama atau
untuk menyajikan kembali informasi dalam laporan utama dalam susunan atau format yang
berbeda. Laporan tambahan biasanya tidak merupakan bagian dari laporan keuangan yang
dicakupi oleh laporan auditor. Artinya, laporan tambahan bukan bagian dari lampiran laporan
auditor. Daftar rincian berisi penjabaran atau rincian suatu pos yang dimuat dalam laporan
utama.misalnya rincian penjualan atas dasar produk, rincian piutang usaha, dan rincian aset tetap
atas dasar jenisnya.

6. Komunikasi Manajemen

Manajemen dapat menyampaikan informasi kualitatif atau nonfinansial yang dirasa penting
untuk diketahui pemakai laporan melalui berbagai cara. Wawancara manajer dengan wartawan
(jumpa pers) merupakan salah satu bentuk pengungkapan atau komunikasi manajemen.
Manajemen merupakan pihak yang paling tahu tentang apa yang terjadi dibalik apa yang
disampaikan melalui laporan keuangan.

Komunikasi manajemen secara resmi dapat disampaikan bersamaan dengan penerbitan laporan
tahunan dalam bentuk surat ke pemegang saham (letter to shareholders), laporan dewan
komisaris, laporan direksi, dan diskusi analisis manajemen (DAM).

Surat ke pemegang saham dari direksi yang dimuat dalam laporan tahunan biasanya memuat
tanggapan atau penjelasan umum direksi tentang apa yang telah dicapai dan upaya-upaya apa
saja yang telah dilakukan serta apa yang akan dilakukan dalam kaitannya dengan visi dan misi
perusahaan.

Laporan dewan komisaris berisi pandangan umum tentang kinerja manajemen secara
keseluruhan. Laporan ini biasanya juga berisi tentang persetujuan dewan komisaris terhadap
laporan keuangan yang disajikan manajemen serta usulan yang berkaitan dengan dividen dan
usulan lain sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perseroan.

Laporan direksi berisi tentang penjabaran lebih lanjut dari surat ke pemegang saham yang
menjelaskan atau menguraikan perubahan-perubahan penting dalam posisi keuangan dan hasil
operasi tahun berjalan dibanding tahun sebelumnya. Penjelasan tersebut diuraikan dalam konteks
visi/misi perusahaan, kondisi ekonomik, dan kondisi ketidakpastian masa datang serta kebijakan
yang telah dilaksanakan beserta alasan-alasannya. Kebijakan ini biasanya berkaitan pula dengan
taksiran, pertimbangan, dan asumsi yang digunakan dalam laporan keuangan. Dengan kata lain,
penjelasan manajemen (direksi) tentang pengaruh finansial transaksi, kejadian, dan keadaan
tertentu terhadap perusahaan merupakan hal penting yang menambah kebermanfaatan informasi
keuangan.

Bila penjelasan manajemen diatas ditambah dengan analisis terhadap hasil operasi perusahaan
tahun berjalan dibanding tahun-tahun sebelumnya terbentuklah apa yang disebut DAM dan
merupakan informasi yang harus disertakan dalam laporan tahunan. Walaupun DAM merupakan
bagian dari laporan tahunan, DAM bukan merupakn bagian integral dari seperangkat laporan
keuangan penuh yang menjadi sasaran atau objek pengauditan.

7. Catatan Dalam Laporan Auditor

Pengungkapan oleh manajemen lebih dari apa yang dapat disampaikan melalui seperangkat
penuh statemen keuangan. Pengungkapan yang bermanfaat dapat pula dilakukan oleh pihak lain
yaitu auditor independen. Pengungkapan yang dinilai auditor telah memadai dan wajar sesuai
dengan PABU secara automatis akan terefleksi dalam laporan keuangan. Laporan keuangan
merupakan asersi dan representasi manajemen sehingga pengungkapan adalah kewajiban
manajemen bukan auditor. Auditor hanya meyakinkan bahwa pengungkapan sudah cukup
berdasarkan standar pelaporan.

Pengungkapan auditor yang dianggap penting dan bermanfaat adalah pengungkapan informasi
yang berkaitan dengan hal-hal yang menghalangi auditor untuk menerbitkan laporan auditor
bentuk standar (sering disebut pendapat wajar tanpa syarat).

Auditor harus menjelaskan dalam laporan auditor keadaan-keadaan yang menyebabkan tidak
dipenuhinya syarat dan menunjukkan pengaruhnya terhadap kewajaran statemen keuangan
secara keseluruhan. Pengungkapan oleh auditor pada umumnya berkaitan dengan antara lain hal-
hal sebagai berikut:

1. Perubahan akuntansi dan konsistensi.

2. Keraguan tentang kelangsungan perusahaan.

3. Persetujuan atas penyimpangan dari PABU.

4. Penekanan suatu hal dalam statemen atau kejadian.

5. Pengaitan nama auditor dengan statemen keuangan tak auditan.

6. Statemen keuangan komparatif yang salah satu diaudit auditor lain.

7. Pembatasan lingkup audit dan independensi auditor.

Sarana Interpretif

Pengungkapan dapat dikatakan sebagai sarana interpretif dalam tataran praktis untuk menambah
kebermanfaatan dan keberpautan informasi akuntansi yang disajikan melalui
media laporan keuangan. Sarana interpretif dalam tataran praktis mengandung pengertian bahwa
butir-butir pengungkapan telah diakui sesuai dengan standar akuntansi yang mengaturnya
sehingga sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan itu sendiri.

Dalam tataran praktis, terdapat suatu rerangka atau struktur akuntansi pokok atau pelaporan
keuangan pokok yang membatasi pengungkapan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan.
Tanpa rerangka pokok tersebut akan banyak hal yang akan dituntut untuk diungkapkan,
dilampirkan, atau dimasukkan dalam pelaporan keuangan. Rerangka pokok juga diperlukan
untuk membatasi tanggungjawab auditor dalam menetapkan kewajaran laporan keuangan.
Pelaporan keuangan pokok itu sendiri diartikan sebagai pelaporan yang langsung ditentukan oleh
standar akuntansi atas dasar pertimbangan keterandalan dan keberpautan.

Sarana interpretif adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kebermanfaatan rerangka akuntansi


pokok dengan berbagai usulan untuk mengatasi kelemahan kos historis sebagai basis penilaian.
Terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan teori ini, yaitu dengan berjalannya
waktu, nilai berubah sementara kos tidak, dan apakah rerangka akuntansi pokok diganti atau
sekadar ditambah sarana interpretif. Kos dapat didefinisikan sebagai penghargaan sepakatan
pada saat suatu objek diperoleh dan menjadi data dasar dalam akuntansi, sedangkan nilai
didefinisikan sebagai persepsi terhadap manfaat suatu objek setiap saat dan dinyatakan dalam
satuan moneter.

2.6. Keluasan Dan Kerincian Pengungkapan

Luas pengungkapan berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus
diungkapkan, disebut dengan tingkat pengungkapan (levels of disclosure). Evans (2003: 336)
dalam Suwardjono (2008) mengidentifikasikan tiga pengungkapan yang dilakukan perusahan,
yaitu:

a. Adequate Disclosure (Pengungkapan Cukup)

Adequate disclosure merupakan konsep yang sering digunakan, yaitu pengungkapan minimum
yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, sehingga angka-angka yang disajikan dapat
diinterpretasikan dengan benar oleh investor.

b. Fair Disclosure (Pengungkapan Wajar)

Fair disclosure secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang
sama kepada semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak terhadap
pembaca potensial.

c. Full Disclosure (Pengungkapan Penuh)

Full disclosure menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang diungkap secara relevan.
Scott (1997) dalam Suwardjono (2008) menunjukkan dua manfaat pengungkapan penuh yang
dapat dicapai secara simultan, yaitu terdapat kemungkinan investor membuat keputusan investasi
menjadi lebih baik dan meningkatkan kemampuan.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian (release) informasi.
Sedangkan menurut para akuntansi memberi pengertian secara terbatas yaitu penyampaian
informasi keunagan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan biasanya laporan
tahunan

Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak
eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan
pengungkapan dengan lebih lengkap.

Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) informasi yang diharuskan oleh peraturan yang
berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan secara
sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku atau pengungkapan
melebihi yang diwajibkan..

Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan minimal jika


mereka merasa pengungkapan semacam itu akan menurunkan biaya modalnya atau jika mereka
tidak ingin ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan-
perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan
akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk perusahaan di depan
berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono.2014.Teori Akuntansi dan Perekayasaan Laporan Keuangan.Yogyakarta:BPFE
Yogyakarta

http://e-journal.uajy.ac.id/2662/3/2EA16912.pdf

http://www.duniapelajar.com/2012/01/18/pengertian-jenis-dan-manfaat-disclosure-
pengungkapan-laporan-keuangan/
AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA
Merupakan akuntansi yang membahas perubahan nilai (harga) dan cara-cara mengatasinya .
perubahan nilai disini meliputi perubahan harga karena perubahan nilai barang dan perubahan
harga karena perubahan daya beli uang akibat berjalanya waktu.
Rerangka akuntansi pokok
Rerangka akuntansi pokok menghasilkan statemen keuangan dasar. Karena rerangka akuntansi
pokok akan menentukan batas pengakuan transaksi sehingga data yang masuk dalam statemen
keuangan dasar akan merupakan informasi yang minimal harus dipenuhi dalam pelaporan
keuangan. Kos historis merupakan data dasar yang menjadi basis penyusunan statemen keuangan
dasar. Berbagai usulan akuntansi untuk memperbaikki kelemahan akuntansi berbasis kos dapat
diadopsi oleh rerangka akuntansi pokok tanpa harus mengganti struktur akuntansinya.
Masalah akuntansi
Perubahan harga menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian unit pengukur dan
pemertahanan kapital. Masalah penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk
mengukur nilai pos pada suatu saat. Masalah pemertahanan kapital berkaitan dengan pengertian
laba sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan jenisnya (finansial / fisis).Sebagai data
dasar, dalam kondisi perubahan harga akuntansi kos historis menghadapi tiga masalah
fundamental yang berkaitan dengan :

1. Masalah penilaian. Akuntansi menghadapi masalah dalam hal ini karena kos tercatat
untuk suatu asset tidak lagi menggambakan nilai asset tersebut. Model akuntansi untuk
menghadapi masalah ini adalah akuntansi nilai sekarang yang pengukuran nilainya
bergantung pada dasar penilaian yang dianut yaitu kos sekarang atau nilai keluaran
sekarang.
2. Masalah unit pengukur. Bila perubahan nilai dan daya beli terjadi bersama-sama
pengaruh keduanya terhadap kos historis harus ditunjukkan dalam pelaporan keuangan.
Untuk mengatasinya disebut secara umum sebagai akuntansi kos sekarang/rupiah
konstan.
3. Masalah pemertahanan capital. Bila pengaruh perubahan harga tidak diperhatikan, dalam
keadaan perubahan harga menaik, perhitungan laba atas dasar kos historis cenderung
tersaji-lebih. Bila jenis capital diperhatikan,

Model akuntansi untuk mengatasi masalah perubahan harga adalah kos sekarang/capital fisis
atau disebut akuntansi nilai pengganti yang secara teknis sama dengan akuntansi kos sekarang.
Perbedaanya terletak pada penyajian dan interpretasi jumlah rupiah untuk mempertahankan
capital dalam statemen laba-rugi.
Pos-pos Moneter dan Nonmoneter
Perubahan harga mempunyai implikasi yang berbeda antara pos-pos moneter
dan nonmoneter.Pos moneter berkaitan dengan untung/rugi daya beli., Pos nonmoneter berkaitan
dengan untung/rugi penahanan.
Perubahan harga
Perubahan harga adalah perbedaan antara kos tercatat suatu objek dan jumlah rupiah yang
menggambarkan nilai objek pada saat tertentu. Ditinjau dari karakteristik perubahan harga
barang dan jasa ada tiga jenis perubahan harga yaitu :
1. Perubahan harga umum. Perubahan karena inflasi atau daya beli. Terjadi perubahan
meskipun manfaat atau daya tukar barang sama.
2. Perubahan harga spesifik . Perubahan karena persepsi terhadap manfaat barang atau
perubahan teknologi. Terjadi perubahan meskipun tidak terjadi perubahan daya beli.
3. Perubahan harga relative. Perubahan harga spesifik setelah pengaruh perubahan daya beli
dipisahkan atau diperhitungkan.

REPORT THIS AD
Akuntansi daya beli konstan
Tujuannya adalah mempertahankan capital atas dasar daya beli. Dalam operasinya perusahaan
akan menggunakan atau mengorbankan daya beli asset untuk memperoleh asset lain dalam
rangka menghasilkan pendapatan. Dengan konsep daya beli konstan, daya beli dapat menjadi
golongan kapital yang lain yaitu kapital daya beli. Kapital daya beli sebenarnya merupakan
kapital finansial.
Pemilihan indeks harga untuk konversi
Indeks rata-rata (tengah) menghasilkan rupiah konversian pos-pos operasi yang mendekati rupiah
nominal bila transaksi terjadi secara merata sepanjang tahun.
Kapital daya beli.
Kapital daya beli adalah jumlah rupiah capital financial yang telah dikonversi menjadi daya beli.
Dengan dasar pikiran ini, selisih konversi merupakan penyesuai capital untuk mempertahankan
capital daya beli sebagai capital financial.
Akuntansi kos sekarang
Tujuannya adalah mengukur laba suatu perioda dengan mempertahankan
capital semula.Dasar pengukuran dalam kaitan dengan perubahan harga :

1. Kos pengganti.

Dengan dasar ini, penekanan diletakkan pada kos penggantian asset yang dikuasai perusahaan
dengan asset yang sejenis atau sama fungsinya.

1. Nilai jual sekarang.

Dengan dasar ini, kos sekarang asset diukur atas dasar harga asset seandainya pada saat sekarang
perusahaan memilih untuk menjual asset tersebut alih-alih memakainya untuk operasi.

1. Nilai terrealisasi harapan

Pada prinsipnya, pendekatan ini sama dengan nilai jual sekarang hanya pengukuran dilakukan
atas dasar nilai sekarang aliran kas masa datang yang diterima dari asset atau dibayar untuk asset
atau utang bersangkutan.
Kos sekarang dan pemertahanan kapital
Akuntansi daya beli dilandasi konsep mempertahankan kapital. Perubahan harga aset yang
ditahan selama suatu periode menimbulkan untung atau rugi penahanan.
Perbedaan utama antara konsep mempertahankan kapital fisis dan kapital finansial adalah bahwa
dalam mempertahankan kapital fisis, untung atau rugi penahanan tidak dimasukkan sebagai
kompenen laba tetapi diperlakukan sebagai penyesuai ekuitas pemegang saham.
Sumber informasi dan teknik pengukuran
kos sekarang harus ditentukan secara cermat sehingga memepunyai keterandalan yang cukup
tinggi sebagai informasi.
Teknik Pengukuran :

 Pengindeksan. Sumber informasi dapat berupa :

1. Indeks harga yang dihasilkan pihak eksternal untuk kelompokk barang atau jasa yang
diukur
2. Indeks harga yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan berdasarkan catatan historis untuk
kelompok barang atau jasa yang diukur.

 Penghargaan langsung

REPORT THIS AD
Teknik ini membebankan secara langsung bahan dan tenaga kerja ke suatu asset atau kelompok
asset. Informasi dari luar misalnya harga faktur sekarang, daftar harga dari penjual barang atau
jasa, dan kos produksi standar yang menggambarkan kos sekarang.

 Pengkosan unit

Teknik ini digunakan untuk menaksir kos reproduksi suatu barang. Setiap komponen kos yang
membentuk kos reproduksi harus dihitung dengan menggunakan data yang tersedia.

 Penghargaan fungsional

Teknik ini digunakan untuk menentukan kos pengganti suatu fungsi produksi atau pemrosesan
dan bukannya suatu asset secara individual atau kelompok asset yang masing-masing berdiris
sendiri.

 Informasi kos sekarang sebagai pelengkap

Pertimbangan untuk menyediakan kos sekarang tidak lagi didasarkan atas kelemahan kos
sekarang tetapi didasarkan pada pertimbangan kos dan manfaat.
Akuntansi hibrida
Menggabungkan keunggulan akuntansi daya beli dan akuntansi kos sekarang. Penggabungan
akuntansi daya beli dan akuntansi kos sekarang akan mengatasi kelemahan yang terdapat pada
masing-masing pendapatan.
Standar Akuntansi Perubahan Harga
SFAS No. 33
Pelaporan berbasis kos sekarang dan daya beli konstan diwajibkan untuk perusahaan yang
memenuhi kriteria.
SFAS No. 82
Hanya pelaporan berbasis kos sekarang diwajibkan.
SFAS No. 89
Pelaporan pengaruh perubahan harga hanya bersifat anjuran.
Model akuntansi dan implementasinya
Suatu model akuntansi perubahan harga ditentukan oleh kombinasi tiga faktor:

1. Dasar penilaian
2. Skala pengukuran
3. Jenis kapital

Model 1
Berbasis kos historis dengan skala pengukuran nomimal untuk capital bersifat financial.
Model 2
Besarnya untung atau rugi daya beli suatu periode ditentukan oleh indeks harga yang dipilih
sebagai basis
Model 3
REPORT THIS AD
Kos sekarang sebenarnya adalah kos sekarang pada saat penjualan.
Model 4
Model ini merupakan model hibrida yaitu penggabungan akuntansi daya beli konstan dan
akuntansi kos sekarang yang semula berdiri sendiri.
Model 5
Model ini sama dengan model 3 tetapi jenis capital yang diukur adalah fisis
Model 6
Laba yang didistribusi sama dengan model 5. Perbedaannya terletak pada unit pengukur yang
berubah dan diperhitungkannya rugi daya beli dan besarnya jumlah penyesuaian capital fisis
untuk mempertahankan kapital
Model 7
Model ini tidak berbeda dengan kos sekarang hanya kos sekarang didefinisi sebagai harga jual
sehingga laba dimaknai sebagai aliran kas bersih masa datang baik yang telah terealisasi maupun
belum.
Model 8
Model ini merupakan pengembangan model 7 dengan memasukkan unsur perubahan daya beli
dalam hitungan laba sehingga semua angka rupiah dikalikan dengan indeks yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai