Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN MINI RISET DAN PROJEK

TEORI AKUNTANSI

KONSEP ELEMEN LAPORAN KEUANGAN : LABA

Disusun Oleh :

ANASTASYA ELISABET MANALU 7173342003

MAHANAIM HOREB SITANGGANG 7173142018

ALLY DANIEL SIBURIAN 7172142010

CONNY MARGARETH RUMAHORBO 7171142001

AFENIA NATASYAH SARAGIH 7173342004

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan lancar. Makalah ini kami susun dengan judul judul
“Konsep Elemen Laporan Keuangan :Laba”. Makalah ini kami ajukan sebagai
tugas dari mata kuliah Teori Akuntansi.

Terima kasih kami sampaikan selaku dosen Teori Akuntansi yang telah
membimbing dan memberi kuliah demi lancarnya tugas ini. Juga rekan-rekan
mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun semoga bermanfaat dapat memenuhi


tugas Teori Akuntansi. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.

Medan, Desemeber 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
2.1 Polemik tentang Laba
2.2 Laba Ekonomi
2.2.1 Konsep Capital Maintenance
2.3 Laba Akuntansi dan Money Income
2.3.1 Modal
2.3.2 Replacment Cost Income
2.3.3 Perbedaan Money Income dan
Accounting Income
2.4 Laba Menurut Konsep Akuntansi
2.5 Konsep Laba
Bab 3 metodologi penelitian
Bab 4 hasil penelitian

Bab V Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk
pengukuran prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu
berat dalam pengukuran itu adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini salah
satunya sangat penting untuk menentukan prestasi perusahaan.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena
angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan
secara keseluruhan. Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba
dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja
perusahaan secara luas.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari
semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu
periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-
biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai
suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta
pengambilan keputusan dan unsur prediksi.
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.
Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomi,
akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan
pemakai untuk mengukur laba ekonomi yang gilirannya untuk menentukan nilai
ekonomi perusahaan.
Siapa pun yang melakukan kegiatan bisnis pasti memiliki alasan ekonomis
yaitu mendapatkan laba. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus bisa memiliki
pandangan tentang apa yang dimaksud laba menurutnya dan bagaimana
menentukan laba tersebut. Banyak pandangan dan praktik di masyarakat dalam
pengukuran laba ini. Karena perbedaan pandangan tersebutlah maka muncul
berbagai polemik atau perbedaan persepsi tentang laba ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Polemik tentang Laba

Sebelum memasuki pembahasan konsep laba, kami akan mengemukakan


sebuah polemik yang didapat dari rubrik Ekonomi & Bisnis yang berjudul “Tidak
Cukup dengan Itikad Baik,” yang dimuat dalam surat pembaca Tempo edisi 25
November 1989. Rubrik tersebut memuat tanggapan dari Kwik Kian Gie
mengenai agio saham. Beliau mengatakan bahwa agio saham adalah laba, dengan
alasan sebagai berikut.
a. Perusahaan biasanya minta agio dengan alasan akan membagikan
keuntungan di kemudian hari.

Jawaban penulis : Alasan ini tidak mudah untuk mengatakan bahwa agio
sebagai laba. penulis berpendapat agio bukan diminta melainkan agio muncul
dari perbedaan harga jual saham dengan harga nominal yang telah dibayar
investor. Alasan membagikan keuntungan di kemudian hari juga tidak dapat
menguatkan bahwa agio adalah laba.

b. Prinsip akuntansi secara ketat menetapkan agio harus dicantumkan secara


terpisah karena agio bukan modal saham

Jawaban penulis : Pencantuman agio saham secara terpisah dari perkiraan


modal saham berarti setiap pos yang dipisahkan dari modal otomatis dianggap
sebagai laba. Agio saham merupakan unsur modal disetor.

c. Agio juga merupakan laba. Perusahaan boleh membagi dividen dari agio
saham.

Jawaban penulis : Dividen adalah bagian laba yang diterima oleh pemilik
perusahaan. Pembagian dividen ini didasarkan pada laba, baik laba ditahan
maupun laba tahun berjalan. Secara teoritis tanpa laba tidak akan ada dividen.
Namun, di Indonesia sering terjadi dividen sudah terjamin, kendati pun
perhitungan laba rugi perusahaan belum final. Ini terjadi karena praktik pasar
modal kita masih belum sepenuhnya diatur pasar.

d. Agio boleh langsung dikantongi emiten


Jawaban penulis : agio bisa langsung dikantongi emiten adalah benar, namun
jika karena dikantongi lalu dianggap sebagai laba, ini alasan yang sangat
absurd. Agio sebagai unsur harga saham bukan laba. Agio hanya penerimaan
kas, tidak setiap penerimaan kas menjadi laba, namun untuk mengakui laba
harus ada penerimaan kas.

Laba berasal dari kelebihan dari selisih antara penghasilan dan biaya.
Penghasilan adalah kenaikan aktiva atau penurunan aktiva atau penurunan
kewajiban akibat penjualan barang atau jasa perusahaan. sementara biaya
adalah penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban akibat aktivitas produksi.
Agio sebagai unsur harga saham bukan laba. Agio hanya penerimaan kas, tidak
setiap penerimaan kas menjadi laba, namun untuk mengakui laba harus ada
penerimaan kas.

2.2 Laba Ekonomi

Laba ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan nilai
wajar aktiva. Berdasarkan definisi ini, laba mencakup baik komponen yang sudah
direalisasi (arus kas) maupun yang belum (laba atau rugi kepemilikan). Konsep
laba ini mirip dengan pengukuran tingkat pengembalian suatu efek (surat berharga
atau sekuritas) atau portofolio efek, yaitu tingkat pengembalian mencakup baik
dividen maupun apresiasi modal.

Laba ekonomi mengukur perubahan nilai pemegang saham. Karenanya, laba


ekonomi berguna jika tujuan analisis adalah menentukan tingkat analisis
pengembalian pada pemegang saham yang tepat untuk periode berjalan (tanpa
menggunakan harga pasar). Dengan kata lain, laba ekonomi merupakan indikator
dasar kinerja perusahaan, mengukur dampak keuangan seluruh kejadian pada
suatu periode secara komprehensif.

Von Bohm Bawerk pada akhir abad XIX telah memperkenalkan pendapat
bahwa laba bukan saja unsur kas, dia memperkenalkan konsep laba non moneter.
Kemudian pada awal abad XX Fischer, Lindahl, dan Hick menjelaskan sifat-sifat
laba ekonomi mencakup tiga tahap, yaitu sebagai berikut :

a. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya
memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak
dapat diukur.
b. Real Income, adalah ungkapan kejadian yang memeberikan peningkatan
terhadap kesenangan fisik. Dengan kata lain, kepuasan timbul karena
kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran
uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah
dikonsumsi.
c. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk
konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup.

2.5.1 Konsep Capital Maintenance

Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan masih
tetap masih ada atau biaya yang telah tertutupi atau pengembalian modal. Konsep
ini dinyatakan baik dalam ukuran uang yang disebut financial capital atau dalam
ukuran tenaga beli yang disebut physical capital. berdasarkan kedua konsep ini,
konsep capital maintenance menghasilkan empat konsep sebagai berikut:

Financial Capital

a. Money Maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut unit uang.
Menurut konsep ini modal yang ditanamkan tetap terpelihara.
b. General Purchasing Power Money Maintenance, yaitu financial capital yang
diukur menurut tenaga beli yang sama. Menurut konsep ini , tenaga beli dari
modal yang diinvesatsikan pemilik tetap dipertahankan sehingga menurut
konsep ini laba adalah perubahan net asset setelah disesuaikan dengan tenaga
beli yang sama.

Physical Capital
a. Productive Capacity Maintenance, yaitu physical capital yang diukur menurut
konsep uang. Menurut konsep ini, kapasitas produksi perusahaan
dipertahankan. Konsep ini sama dengan Current Value Accounting. Current
value Accounting dapat dihitung dengan lima metode.
1. Capitalization atau Present Value Method, yaitu jumlah bersih dari arus kas
yang diharapkan diterima selama umur ekonominya yang didiskontokan
pada saat sekarang.

Untuk menghitung ini perlu diketahui:


a. arus kas dari penjualan aset tersebut
b. jangka waktu arus kas tersebut
c. jumlah sisa umur aktiva tersebut
d. discount rate
2. Current entry Price, yaitu jumlah kas / aktiva lainnya dibutuhkan untuk
mendapatkan aktiva yang sejenis. Istilah yang sering ada adalah sebagai
berikut:
a. Replacement Cost Used adalah jumlah kas yang diperlukan untuk
mendapatkan aset yang serupa yang memiliki umur pemakaian yang
sama di pasaran barang bekas.
b. Reproduction Cost adalah jumlah kas / aktiva yang diperlukan untuk
mendapatkan aset yang persis sama dengan aktiva yang ada sekarang.
3. Current Exit Price, adalah jumlah kas yang diterima atau utang yang
dianggap lunas apabila aset tersebur dijual.
b. General Purchasing Power, Productive Capacity Maintenance, yaitu physical
capital yang diukur dengan tenaga beli yang sama. Menurut konsep ini
kapasitas produksi fisik perusahaan yang diukur dalam unit tenaga beli yang
sama dipertahankan.

2.6 Laba Akuntansi dan Money Income

Money Income berbeda dengan Accounting Income. Accounting Income


adalah perbedaan antara realisasi penghasilan perusahaan pada periode tertentu
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu.
Vernon Kam (1986) menggunakan istilah business income yang berarti kelebihan
dari harga akhir yang dibayar individu dan lembaga lain atas output perusahaan di
atas biaya yang dikeluarkannya. Perhitungan income atau profit ini sangat
sederhana jika transaksi itu completed, tidak ada saldo piutang, sisa persediaan
atau aktiva. Semua terjual menjadi kas. Untuk kasus seperti ini, laba adalah
jumlah kas yang ada pada akhir periode dikurangi dengan jumlah kas pada awal
periode. Kalau hasil penjualan barang dan sebagainya Rp 15.000 sedangkan
modal awal adalah Rp 10.000, laba bisnis adalah Rp 5.000.

Sedangkan money income merupakan hasil uang yang diterima dan


dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut
Fischer, money income lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang income.

2.6.1 Modal

Modal (capital) adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau aktiva
bersih. Laba adalah arus kekayaan sedangkan modal adalah simpanan kekayaan.
Modal bisa berarti financial capital dimana tekanannya adalah nilai uang dari
aktiva dikurangi dengan nilai kewajiban yang merupakan kontribusi uang pemilik
kepada perusahaan.

2.6.2 Replacement Cost Income

Dalam konsep replacement cost income dikenal dua komponen income,


yaitu:
a. current operating profit yang dihitung dari pengurangan biaya pengganti
(replacement cost) dari penghasilan.
b. realized holding gain and loss yang dihitung dari perbedaan antara
replacement cost dari barang yang dijual dengan biaya historis dari
barang yang sama. Laba rugi ini dapat dibagi dua, yaitu:

1. barang yang direalisasi dan accrued selama periode itu

2. yang direalisasi pada periode itu tetapi accrued pada periode


sebelumnya.

2.3.3 Perbedaan Money Income dan Accounting Income

Money Income berbeda dengan Accounting Income dalam hal :

1. Money income dihitung berdasarkan nilai replacement cost, sedangkan


accounting income berdasarkan historical cost.

2. Money income hanya mengikuti gain yang accrued pada periode itu.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa money income dapat dihitung


sebagai berikut:

Pm = Pa – Z + W

Dan menurut Belkaoui, Accounting Income dapat dirumuskan sebagai


berikut:

Pa = X + Y + Z

Keterangan :

Pm = money income
Pa = accounting income

Z = realisasi holding gain and loss

W = holding gain and loss yang belum direalisasi

Y = Realisasi dan accrued holding gains pada periode itu

2.7 Laba Menurut Konsep Akuntansi

Menurut akuntansi yang dimaksudkan dengan laba akuntansi itu adalah


perbedaan anatara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada
periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarka pada periode
tersebut.

Beberapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat terus-menerus didasarkan pada kenyataan yang terjadi.


2. Karena perhitungannya didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan
dilaporkan secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (verifiability)
3. Memenuhi prinsip conservative, karena yang diakui hanya laba yang direalisasi
dan tidak memperhatikan perubahan nilai.

4. Dapat dijadikan sebagai alat control oleh manajemen dalam melaksanakan


fungsi-fungsi manajemen.

Beberapa kelemahan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari
kenaikan nilai. Kenaikan ini ada, namun belum direalisasi.
2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena
perbedaan dalam metode menghitung cost, perbedaan waktu antara realisasi
hasil dan biaya.
3. Penerapan prinsip realisasi, historical cost, dan conservatisme dapat
menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.

Beberapa kritik atas laba akuntansi dalam bentuk tradisional :

1. Konsep laba belum jelas dirumuskan

2. Tidak ada dasar teoritis jangka panjang untuk perhitungan penyajian laba
akuntansi

3. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum memungkinkan tidak konsisten


dalam pengukuran laba periodik dari perusahaan-perusahaan yang berbeda

4. Perubahan tingkat harga mengubah arti laba yang di ukur dalam satuan rupiah
historis

5. Infomasi lain dapat terbukti lebih berguna bagi investor dan pemegang saham
untuk mengambil keputusan investasi.

Mengingat bahwa pengukuran laba mempunyai masalah konseptual dan


praktikal maka berikut ini beberapa usulan pemecahan masalah penggunaan laba :

1. Laba akuntansi dipusatkan pada data transaksi dan data actual

2. Konsep tunggal dari operasi dari laba dapat digunakan sebagai indakasi
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden

3. Kemajuan masa depan teori akuntansi tergantung pada kesepakatan tentang


konsep tunggal dari laba yang akan lebih sesuai dengan apa yang di sebut
sebagai laba ekonomi

4. Beberapa konsep laba harus diukur dan dilaporkan untuk tujuan yang berbeda

5. Semua pengukuran laba kurang cukup dan hal itu harus diganti dengan
pengukuran aktivitas ekonomi lain.
Tujuan utama dari pelaporan laba adalah memberikan informasi yang
berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan.
Tujuan yang paling spesifik untuk mencakup :

1. Penggunaan laba digunakan sebagai pengukuran efisiensi management

2. Penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan arah masa depan
dari perusahaan atau pembagian deviden masa depan

3. Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk


keputusan managerial di masa depan.

2.8 Konsep Laba

1. Konsep Laba Konvensional

Berdasarkan konsep ini, laba didefinisi sebagai selisih pendapatan dan biaya
yang diukur dan disajikan atas dasar prinsip akuntansi berterima umum
(PABU). Laba akuntansi menurut konsep konvensional memiliki beberapa
kelemahan, yaitu: tidak bermakna semantik, berfokus pemegang saham, PABU
memberi peluang perbedaan antar entitas, berbasis kos historis, dan hanya
sebagian masukan informasi bagi investor.

2. Konsep Laba dalam Tataran Semantik

Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang
harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba
sehingga laba bermanfaat dan bermakna sebagai informasi. Terdapat beberapa
konsep atau fungsi laba dalam tataran semantik, yaitu: pengukur kinerja,
konfirmasi harapan investor, dan sebagai estimator laba ekonomik.

3. Konsep Laba dalam Tataran Sintaktik


Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sitaktik adalah mendefinisi laba
sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Konsep laba
dalam tataran sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan
disajikan.

4. Konsep Laba dalam Tataran Pragmatik

Dalam teori akuntansi tataran pragmatik membahas mengenai apakah informasi laba
bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Beberapa pendekatan
laba dalam konsep laba tataran pragmatik yaitu prediktor aliran kas, sarana kontrak
efisien, alat pengendalian manajemen, dan kandungan informasi laba dalam teori
pasar efisien.

5. Konsep laba operasi berjalan

Konsep laba operasi berjalan memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi usaha
perusahaan. Istilah efisiensi mengacu pada pemanfaatan secara efektif sumber daya
perusahaan dalam menjalankan usaha dan dalam menghasilkan laba. Dalam arti luas,
konsep ini berkaitan dengan kombinasi yang tepat dari faktor-faktor produksi seperti
tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen.

6. Konsep laba komprehensif

Konsep laba ini didefinisikan sebagai total perubahan dalam pemilikan yang diakui
dengan mencatat transaksi.

Hendriksen (1992:155) menyusun beberapa konsep laba dalam bentuk tabel,


sebagai berikut:

Konsep Laba Perhitungan Laba Penerima Informasi


Laba sebagai value Laba mencakup harga Pegawai, Pemilik
added (tambahan nilai) jual produk dikurangi Kreditor dan Pemerintah
harga pokok barang dan
jasa yang diperoleh.
Laba bersih perusahaan Laba mencakup kelebihan Pemegang Saham,
(enterprise net income) pendapatan atas beban, Pemegang Obligasi, dan
semua keuntungan dan Pemerintah
kerugian. Beban tidak
mencakup beban bunga
dan pajak penghasilan
dan bagi hasil.
Laba bersih bagi investor Sama seperti laba bersih Pemegang Saham,
perusahaan, tetapi sudah Pemegang Obligasi dan
dikurangi pajak Kreditor Jangka Panjang
penghasilan.
Laba bersih bagi pemilik Laba bersih bagi Pemegang Saham Biasa
ekuitas residu pemegang saham
dikurangi dividen
preferen

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Persiapan penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu UMKM di jalan sering bernama


bak mie jojo, sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu
melakukan kesepakatan mengenai waktu serta metode pelaksanaan
wawancara yang nantinya akan dilakukan .
3.2 Metodologi penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode wawancara, wawancara adalah


kegiatan tanya jawab yang dilakukan secara lisan untuk emperoleh
informasi, bentuk informasi yang diperoleh dapat dinyatakan dalam bentuk
tulisan tangan atau di rekam secara audio, visual atau audio visual .

3.3 Pelaksanaan penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Pertengahan Desember 2020, di salah


satu UMKM di jalan sering, penelitian dilaksanakan melalui secara tatap
muka.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


Dengan semakin luasnya ukuran usaha-usaha di Indonesia, pelaku UMKM
pun sekarang menjadi tidak mampu lagi untuk memantau secara langsung
kegiatan usaha yang sedang berjalan. Masalah seperti inilah yang dapat diatasi
dengan langkah membuat laporan keuangan dan menganalisisnya lebih lanjut.
pelaku UMKM pun dapat mengetahui darimana sajakah sumber kas berasal, akan
dikeluarkan ke mana saja pengalokasiannya dan berapakah jumlah penerimaan
dan pengeluaran kas, baik yang berasal dari kegiatan operasi, investasi maupun
yang berasal dari pendanaan.
Dengan adanya penyusunan laporan keuangan maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pun akan ada data-data atau laporannya secara detail, hal ini akan
membuat kemudahan sebuah UMKM untuk beroperasi secara baik dan efisien,
serta UMKM tersebut pun akan dapat menganalisis kekurangan serta kelebihan
yang dimiliki agar dapat mengembangkan dan memajukan UMKM itu sendiri.
Metode pelatihan diberikan bersamaan dengan pemaparan dilakukan oleh
pengabdi dalam ha strategi pemasaran. Metode pelatihan ditekankan pada praktek
penerapannya. Serta bagaimana cara memanfaatkan laporan keuangan untuk
memajukan dan mengembangkan UMKM. Masing-masing peserta dibagi per
kelompok yang diketuai satu orang peserta lain sebagai koordinator. Untuk
menguji bahwa masing-masing kelompok sudah menguasai kemampuan yang
diajarkan, perkelompok dipersilahkan memberikan simulasi atau testimoni hasil
kerjanya pada kelompok lainyaitu dengan bagaimana penyusunan laporan
keuangan yang akuntabel. Keberhasilan kelompok ini jika hasil kerjanya sesuai
dengan standar yang ditentukan. Standart yang ditentukanadalah sesuai dengan
teori pemasaran dan produk.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam
ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor
sebagai hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang
berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya
kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih
antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya
adalah dalam hal pendefinisian biaya. Laba merupakan selisih antara pendapatan
dan biaya secara akrual.

Di dalam FASB konsep income di dalam teori akuntansi tersebut disebut


dengan laba komprehensif. Karena secara umum, akuntansi menganut konsep
penandingan, konsep kos historis, dan asas akrual, maka laba akuntansi yang
sekarang dianut dimaknai sebagai selisih pendapatan dan biaya.

Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu


kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah
perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu
dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.

Meski berbeda namun keduanya saling berkaitan, pengukuran laba


tergantung bagaimana cara pandang si pelaku bisnis dan bagaimana mereka
menetukan laba tersebut. Karena pada dasarnya baik individu maupun perusahaan
memiliki konsep yang berbeda-beda. Perbedaan hanya terletak pada benda atau
produk dan jasa yang akan dinilai serta bagaimana unit ukur yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafri, 2007, Teori Akuntansi, edisi revisi, Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

http://bhocet85.wordpress.com/2009/03/29/laba-income/

http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/09/artikel-tentang-laba.html

http://dwiermayanti.wordpress.com/KuliahAkuntansi.htm

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/konsep-perilaku-laba.html

http://kornetcincang.blogspot.com/2009/05/laba.html

Anda mungkin juga menyukai