Anda di halaman 1dari 38

PELAPORAN AKUNTANSI KEUANGAN

(DOSEN: Dr. Novita Indrawati, SE, M.Si, Ak, CA)

Makalah
Pendapatan dan Beban

CHRYSTINA LAWER
MUHAMMAD ADITYA OCTAVIANO
WALES HERIADI

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENDAPATAN & BEBAN”, untuk memenuhi tugas pembuatan makalah
dalan mata kuliah Pelaporan Akuntansi Keuangan.
Atas segala hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah bersedia membantu dalam proses pembuatan makalah ini
sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga ilmu yang ada dalam makalah ini bisa bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari dan kita bisa mengamalkannya kepada orang lain.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan kepada kita
semua. Aamiin.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penulis

i
Daftar Pustak
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAAN ................................................................................................ 3
2.1. PENDAPATAN DAN BEBAN ......................................................................... 3
2.1.1. PENGERTIAN PENDAPATAN.................................................................... 3
2.1.2 Karakteristik Pendapatan ........................................................................ 4
2.1.3 Pengukuran Pendapatan ................................................................................. 6
2.1.4 Pengungkapan Pendapatan........................................................................... 11
2.2 BEBAN ................................................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Beban ........................................................................................... 12
2.2.2 Karakteristik Beban ............................................................................... 13
2.2.3 Jenis-jenis Beban ..................................................................................... 14
2.2.4 Pengakuan Beban........................................................................................... 18
2.2.6 Penyajian Beban............................................................................................. 21
2.3 PSAK 25 (IAS 18) Kebijakan Akuntansi, peruabahan estimasi akuntansi, dan
kesalahan ..................................................................................................................... 22
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 26
3.1 Kasus Pengakuan Pendapatan PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun Buku
2018 Kronologi Kasus ................................................................................................. 26
3.2 Simpulan .......................................................................................................... 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemahaman terhadap konsep pendapatan dan beban memerlukan
analisis yang hati-hati terhadap karekteristik dari transaksi yang berkaitan
dengan laporan laba rugi perusahaan. Ada elemen laporan lain yang sifatnya
hampir sama dengan pendapatan dan beban namun sebaiknya tidak
dimasukkan sebagai komponen pendapatan dan beban. Karekteristik suatu
komponen laporan laba rugi dapat dipahami dengan mengenali batasan atau
pengertian yang berkaian dengan pendapatan dan beban.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan
pendapatan dan beban dapat dengan mudah diidentifikasi sehingga dapat
disajikan dengan benar dalam laporan keuangan. Dalam makalah ini akan
membahas tentang pendapatan dan beban sebagai dasar pencatatan nilai
dalam akuntansi.
Sebagian besar transaksi pendapatan dan beban menimbulkan beberapa
masalah dalam pengakuannya. Hal ini karena dalam banyak kasus, transaksi
tersebut adalah dimulai dan selesai pada waktu yang sama. Namun tidak
semua transaksi sesederhana itu.
Pengakuan pendapatan dan beban merupakan aktivitas yang paling
berisiko dimanipulasi (top fraud risk) dan apapun standar akuntansi yang
digunakan, baik IFRS maupun GAAP, risiko atau kesalahan dan
ketidakakuratan dalam pelaporan pendapatan dan beban jumlahnya sangat
besar.
Pendapatan dan beban sebagai elemen penentuan laba rugi suatu
perusahaan. Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian pada
perhitungan laba rugi semakin dirasakan manfaatnya. Dengan adanya
informasi mengenai pendapatan dan beban, maka dapat membandingkan
antara modal yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk mengukur

1
2

kinerja efisiensi perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen di


neraca yang akan datang.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Apa yang dimaksud pendapatan?
2. Apa yang dimaksud beban ?
3. Bagaimana pengukuran pada pendapatan dan beban ?
4. Bagaimana pengungkapan pada pendapatan dan beban ?
5. Bagaimana penyajian pada pendapatan dan beban ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendapatan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan beban.
3. Untuk mengetahui pengukuran pada pendapatan dan beban.
4. Untuk mengetahui pengungkapan pada pendapatan dan beban.
5.Untuk mengetahui penyajian pada pendapatan dan beban.
BAB II

PEMBAHASAAN
2.1. PENDAPATAN DAN BEBAN
2.1.1. PENGERTIAN PENDAPATAN
Pendapatan adalah kenaikan/pertambahan laba yang berasal
dari kegiatan utama perusahaan. Biasanya dinyatakan dalam satuan
moneter. Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi,
yaitu :
1. Menurut ilmu ekonomi
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai
maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir
periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan
pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu
periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan
awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
2. Menurut ilmu akuntansi
Ada beberapa pandangan diantaranya:
a. Paton, pendapatan merupakan produk dari suatu perusahaan.
b. Committee on Accounting Concept and Standart of the American
Accounting Association, Pendapatan adalah pernyataan moneter
dari keseluruhan produk dan jasa yang ditransfer oleh suatu
perusahaan kepada pelanggannya selama periode tertentu.
c. FASB No.6, Pendapatan adalah arus kas masuk /penambahan
lainnya pada aktiva suatu satuan usaha atau penyelesaian
kewajiban (kombinasi dari keduanya ) dari pengiriman atau
produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan lain yang bukan
merupakan kegiatan utama. Definisi lebih sempit menurut FASB,
Pendapatan dihasilkan dari kegiatan utama.

3
4

d. APB statement No.4, Pendapatan adalah kenaikan bruto dalam


aktiva atau penurunan bruto dalam kewajiban yang diakui dan
diukur sesuai dengan PABU yang dihasilkan dari jenis-jenis
kegiatan yang mencari laba dari suatu perusahaan yang dapat
merubah ekuitas pemilik.
e. PSAK 23,Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama
satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

2.1.2 Karakteristik Pendapatan


Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang
menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke
perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi
perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan:
1. Sumber pendapatan
Tambahan jumlah rupiah aktiva Perusahaan dapat berasal dari
transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan merupakan
barang dagangan (seperti: aktiva tetap, surat berharga, ataupun
penjualan anak/cabang Perusahaan), hadiah, sumbangan/temuan,
revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk perusahaan.Penjualan
Produk Perusahaan à Sumber utama Pendapatan.
2. Produk dan kegiatan utama Perusahaan
Produk yang dihasilkan perusahaan dapat berupa
barang/jasa.Produk perusahaan diartikan meliputi seluruh barang/
jasa yang disediakan/diserahkan kepada konsumen tanpa
memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut atau
sering tidaknya produk tersebut dihasilkan.
3. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan
Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per
satuan kali kuantitas terjual.Laba/rugi terjadi setelah pendapatan dan
5

biaya dibandingkan.Setelah biaya yang dibebankan dibandingkan


dengan pendapatan, maka akan tampak pendapatan netto.
IAS 18 berisikan tata cara akuntansi untuk pengakuan pendapatan
perusahaan. Dalam IAS 18, pendapatan akan diakui apabila terdapat
kemungkinan manfaat ekonomis masa depan akan mengalir ke entitas
dan manfaat ini dapat diukur dengan andal (reliable).
Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun
keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari
aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang
berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen,
royalti dan sewa.
Tujuan Pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi
untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi
tertentu. Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah
menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar
kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke
perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pernyataan ini
mengidentifikasikan keadaan yang memenuhi kriteria tersebut agar
pendapatan dapat diakui. Pernyataan ini juga memberikan pedoman
praktis dalam penerapan kriteria tersebut.
Pernyataan ini tidak mengatur tentang pendapatan yang timbul dari:
• Perjanjian sewa
• Dividen yang timbul dari investasi yang diperlakukan dengan
metode ekuitas
• Kontrak asuransi
6

• Perubahan nilai wajar dari asset dan liabilitas keuangan atau


pelepasannya
• Perubahan nilai aset lancar lain
• Ekstrasi hasil tambang
Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas itu sendiri.
Dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi
mencakup jumlah yang ditagih untuk kepentingan principal dan tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jumlah yang ditagih atas nama
principal bukan merupakan pendapatan, sebaliknya, pendapatan adalah
jumlah komisi yang diterima.

2.1.3 Pengukuran Pendapatan


a) Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
dapat diterima.
b) Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan
oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pengguna aset
tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau dapat diterima oleh perusahaan dikurangi jumlah
diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh
perusahaan.
c) Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan
jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima
atau yang dapat diterima. Namun, bila arus masuk dari kas atau
setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut
mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau
dapat diterima. Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit
bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli
dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari penjualan
barang. Jika perjanjian tersebut secara efektif merupakan transaksi
keuangan, maka nilai wajar imbalan ditentukan dengan
pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan
7

menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga


tersirat yang digunakan adalah yang paling mudah ditentukan antara:
• tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu
penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang
sama; atau
• suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal
instrumen tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang
atau jasa.
d) Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa
dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak
dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini
sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu di mana
penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk
memenuhi permintaan dengan dasar tepat waktu dalam suatu lokasi.
Jika barang dijual dan jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan
barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap
sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan
tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang
diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang
ditransfer.

Pengidentifikasian Transaksi
Kriteria pengakuan diterapkan secara terpisah pada setiap
transaksi dan kriteria pengakuan pendapatan diterapkan pada
komponen-komponen yang dapat diindentifikasikan secara terpisah dari
transaksi tunggal agar mencerminkan subtansi transaksi tersebut,
beberapa komponen tersebut yaitu:
a. Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
8

1) Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan


barang secara signifikan kepada pembeli, artinya penjual tidak
lagi tau menahu mengenai manfaat dan resiko atas barang yang
dijual hal ini melalui kesepakaantan dengan pembeli.
2) Entitas tidak lagi melanjutkan pengolaan yang biasanya terkait
dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual. Maksudnya penjual tidak lagi
merawat mengatur dan tindakkan lainnya terhadap barang yang
telah dijual.
3) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
4) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan
transaksi akan mengalir kepada entitas tersebut.
5) Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan trasaksi
penjualan dapat diukur dengan andal.
Untuk mengetahui pada saat kapan penjualan sudah dapat
mengakui tergantung dari perjanjian jual beli yang sudah disepakati
antara kedua belah pihak. Contoh Jurnal bagi si pembeli:
D : Persedian xxxxx

D : Ppn masukan xxxxx

K : Hutang usaha xxxxx

K : Discount pembelian xxxxx


Bila salah satu kriteria diatas tidak dipenuhi, maka pengakuan
pendapatan harus ditangguhkan.pendapatan tidak diakui apabila
entitas tersebut menahan resiko dan manfaat kepemilikan secara
signifikan dalam berbagai cara, misalnya:
1) Jika perusahaan menahan kewajibannya sehubungan dengan
pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin
oleh ketentuan jaminan normal.
9

2) Jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada


pendapatan pembelian dari penjualan barang yang bersangkutan.
3) Jika pengiriman barang bergantung pada intalasinya dan instalasi
tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum
diselesaikan oleh entitas; dan
4) Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan
yang ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat
memastikan apakah akan jadi retur.

b. Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi penjualan jasa dapat diestimasi secara
andal, maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut di
akui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada
akhir acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir
periode pelaporan. Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika
seluruh kondisi berikut dipenuhi:
1) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
2) Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut akan mengalir ke entitas.
3) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode
pelaporan dapat diukur secara andal; dan
4) Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur secara andal.
Pengakuan pendapatan dengan mengacu pada tingkat
penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode
sebagai metode persentase penyelesaian. Dengan metode ini,
pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan.
Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang
berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja dalam suatu
periode. PSAK 34: Akuntansi Kontrak Kontruksi juga mensyaratkan
pengakuan pendpatan berdasarkan hal ini.
10

Persyaratan PSAK 34 secara umum berlaku untuk pengakuan


pendapatan dan beban terkait untuk transaksi yang melibatkan
pemeberian jasa. PSAK 34 Akuntansi Kontrak Konstruksi
(Accounting for Construction Contracts) yang berbunyi “Bila hasil
(outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal,
pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan
kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan
dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas
kontrak pada tanggal neraca”.
Entitas pada umumnya dapat membuat estimasi andal setelah
entitas mencapaipersetujuan dengan pihak lain mengenai hal-
halberikut dalam transaksi:
1) Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan
secara hukum terkait dengan jasa yang diberikan dan terima pihak
tersebut;
2) Imbalan yang dipertukarkan dan
3) Cara dan persyaratan penyelesaian.
Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan
berbagai metode, tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut
dapat meliputi:
1) Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2) Jasa yang dilakukan atau
3) Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi
estimasi total biaya transaksi tersebut.
Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanankan
hingga tanggal tertentu dimasukkan dalambiaya yang terjadi hingga
tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang
dilakukan atau akan dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total
biaya transaksi tersebut.
11

Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari


pelanggan sering kali tidak mencerminkan jasa yang dilakukan. Jika
hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat
diestimasisecara andal, maka pendapatan diakui hanya yang
berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat dipulihkan.

c. Bunga, Royalti dan Dividen


Pendapatan dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan deviden jika:
1) Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan
traansaksi tersebut akan mengalir ke entitas;
2) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Pengakuan Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
1) Bunga diakui menggunakan suku bunga efektif sesuai PSAK 55
(revisi 2006) paragrap 08 dan PA 17-20.
2) Royalti diakui dengan dasar akural sesuaidengan subtansi
perjanjian yang relevan.
3) Deviden diakui jika hak pemegang saham untuk menerima
pembayaran ditetapkan.

2.1.4 Pengungkapan Pendapatan


Entitas mengungkapkan:
a) Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan,
termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat
penyelesaian transaksi penjualan jasa.
b) Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui
selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
• Penjulan barang
• Penjualan jasa
• Bunga
• Royalti
• Dividen
12

c) Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa


yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.

2.2 BEBAN
2.2.1 Pengertian Beban
Pada umumnya beban (expense) sering dijadikan sinonim kata
dengan biaya (cost), tetapi menurut Soemarso (2013:29), beban dapat
didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang
kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau
sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan
jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak
oleh badan pemerintah. Beban dalam arti luas termasuk semua biaya
yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan dari
pendapatan. Beban itu sendiri terjadi karena dua sebab, pertama yang
berasal dari cost yang sudah expired (melampaui masanya) dan yang
kedua karena penggunaan maksudnya beban itu hadir kalau kita sudah
melakukan pemakaian tertentu atau utilitas. Menurut IAI dalam
bukunya Standar Akuntansi Keuangan (2007:19), mendefinisikan beban
atau expenses adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal. Sebagaimana sudah
kita ketahui bahwa cost itu mempunyai pengertian bahwa kita
mempunyai sumber daya perusahaan yang terbatas dan untuk
mendapatkannya diperlukan sejumlah pengorbanan atau pengeluaran
tertentu. Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai nilai tukar,
pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat (Cartery usry,
2006:29). Sebagai contoh pembelian bahan baku secara tunai, karena
aktiva bersih tidak terpengaruh tidak ada beban yang diakui. Sumber
daya perusahaan hanya diubah dari kas menjadi persediaan bahan baku.
Bahan baku tersebut dibeli dengan biaya tertentu, tetapi belum menjadi
beban. Ketika perusahaan kemudian menjual bahan baku tersebut yang
13

sudah diolah menjadi barang jadi, biaya dari bahan baku dibukukan
sebagai beban dilaporan Laba Rugi. Setiap beban adalah biaya, tetapi
tidak semua biaya adalah beban. Contoh : aktiva adalah biaya, tetapi
bukan (belum menjadi) beban.

2.2.2 Karakteristik Beban


Ada tiga karakteristik beban dalam akuntansi :
1. Penurunan Aktiva
Beban timbul karena terjadi transaksi yang mengakibatkan
pengurangan atau penurunan aktiva atau menimbulkan aliran keluar
manfaat ekonomi. Dalam hal ini, pemakaian aktiva mengakibatkan
timbulnya beban karena telah habis untuk pengiriman barang atau
diberikan perusahaan sehingga tidak merasakan lagi manfaat
ekonomi aktiva tersebut. Pemakaian bahan baku yang barangnya
belum terjual belum lagi bisa dikatakan beban tetapi biaya, apabila
sudah terjual baru dapat dikatakan beban karena pemakaian aktiva
yang digunakan untuk segala keperluan barang tersebut.
2. Operasi utama yang berkesinambungan
Tidak semua penurunan aktiva dapat menjadi beban, agar
terjadi maka harus berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan
yang continue. Kegiatan utama perusahaan adalah yang berkaitan
dengan proses produksi dan pengiriman barang. Sebagaimana
berlaku untuk pendapatan, pengertian operasi menunjuk kegiatan
operasi yang merupakan elemen statemen aliran kas yaitu : operasi
(operating), investasi (investing), dan pendanaan (financing).
Sedangkan beban adalah penurunan aset yang berkaitan dengan
operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.
3. Kenaikan kewajiban
Definisi FASB yang menyatakan beban sebagai kewajiban
cukup tepat karena secara konseptual semua hal yang dikeluarkan
untuk kepentingan proses produksi dan pengiriman perusahaan
secara terus-menerus dinyatakan sebagai beban. Kewajiban terdapat
14

suatu keadaan perusahaan telah memanfaatkan barang dan jasa


namun sebelumnya tidak mengakuinya sebagai aset atau belum
mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai
pihak lain. Hal tersebut menimbulkan keharusan perusahaan untuk
membayar ataumelakukan pengorbanan ekonomik di masa datang
sehingga timbulkewajiban.Misalnya jasa pengiriman barang yang
belum dibayar oleh perusahaan namun jasa pengirimannya telah
dinikmati perusahaan danmenimbulkan pendapatan. Dengan
demikian beban (untuk pengiriman) harustimbul dengan kenaikan
kewajiban.

2.2.3 Jenis-jenis Beban


Menurut Soemarso (2013:226) beban dapat dikelompokkan
menjadi beban penjualan (selling expenses), beban administrasi dan
umum (general and administrative expenses) dan beban lain-lain (other
expense).
1. Beban penjualan (Selling expenses) Beban penjualan adalah semua
beban yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan menjual dan
memasarkan barang seperti kegiatan promosi, penjualan dan
pengangkutan barang-barang yang dijual. Contoh : beban iklan dan
promosi
2. Beban administrasi dan umum (General and administrative
expenses) Beban yang bersifat umum dalam perusahaan. Contoh:
beban gaji dan upah, beban LAT, beban pemeliharaan, dll 3. Beban
lain-lain (Other Expense) Beban-beban yang tidak dapat
dihubungkan secara langsung dan pasti dengan kegiatan utama
perusahaan (perdagangan) dikelompokkan kedalam beban lain-lain
(other expenses) atau beban non-usaha (non operating expenses).
Beban bunga merupakan salah satu contoh dari beban ini, kadang-
kadang karena beban bunga timbul sebagai akibat dari kegiatan
perusahaan untuk memperoleh dana (pembelanjaan), maka disebut
beban pembelanjaan (financing expenses). Contoh lain: kerugian
15

dari penjualan aktiva tetap dalam laporan laba rugi, pendapatan dan
beban lain-lain kadang-kadang digabung. Jenis-jenis beban
dapat diklasifikasikan juga berdasarkan jenis perusahaan yang
bersangkutan, seperti perusahaan jasa, dagang dan manufaktur.
Tetapi secara keseluruhan jenis beban pada setiap perusahaan itu
sama, hanya terdapat beberapa jenis beban yang yang tidak ada pada
perusahaan lain.
1) Perusahaan Jasa Pada perusahaan jasa jenis beban hanya satu yaitu
beban usaha, tetapi beban usaha ini terbagi pada beberapa jenis juga,
yaitu sebagai berikut:
1. Beban gaji : beban yang berasal dari pemakaian jasa karyawan
atau buruh yang diperkerjakan dalam perusahaan. Beban ini
diakui dalam laporan laba rugi karena terjadi penurunan aktiva
akibat pembayaran gaji pada karyawan. Selanjutnya dicatat
sebesar kas yang keluar atau yang dibayarkan pada karyawan
yang bersangkutan.
Contoh :Membayar gaji karyawan selama bulan Maret sebesar Rp
10.000.000,00 Merupakan pengeluaran perusahaan atau beban
yang dicatat dilaporan laba rugi dengan saldo normal di debet,

jurnal: Beban Gaji Rp 10.000.000,00

Kas Rp 10.000.000,00

2. Beban Sewa : beban yang timbul karena terjadi sewa atau


pemakaian sesuatu yang bersifat sewa.
3. Beban perlengkapan : beban yang timbul karena pemakaian
perlengkapan atau bahan pembantu dalam operasional
perusahaan.
4. Beban bunga (interest expenses) : beban yang timbul karena
peminjaman uang pada Bank yang dikenai bunga.
5. Beban serba-serbi (miscellaneous expenses): beban yang terdiri
dari bermacam
16

-macam transaksi yang jumlahya kecil, tidak sering terjadi dan tidak
tertampung dalam salah satu akun beban yang ada dalam bagian
akun.
Beberapa jenis beban ini pengakuan, penyajian maupun
pengukuran pada dasarnya sama yaitu beban diakui dalam
laporan rugi laba kalau penurunan manfaat ekonomi masa
datang yang berkaitan dengan penurunan aktiva ataukenaikan
kewajiban telahterjadi dan dapat diukur dengan andal.

2) Perusahaan dagang

Pada perusahaan dagang karena terjadi penjualan maka terdapat


beban yang berhubungan dengan penjualan atau kegiatan utama perusahaan :

1.Beban penjualan (selling expenses) : beban yang terjadi dalam


hubungannya dengan kegiatan menjual dan memasarkan barang.

2.Beban administrasi dan umum : beban yang terjadi dalam hubungannya


dengan kegiatan perusahaan secara keseluruhan dan beban yang bersifat umum
yang tidak dapat diidentifikasikan ke dalam kegiatan spesifik seperti produksi atau
penjualan.

3.Beban lain-lain (other expenses) : beban yang tidak berhubungan dengan


kegiatan utama perusahaan.

3. Perusahaan Manufaktur

Pada umumya beban pada perusahaan manufaktur sama dengan perusahaan


lainnya.

1.Biaya Pokok Penjualan (Cost of Good Solds), Biaya Pokok Penjualan


merupakan biaya perolehan dari pos-pos persediaan (harga pembelian atau
biaya pabrikasi) yang dijual untuk menghasilkan pendapatan penjualan.
Biaya pokok barang yang tersedia untuk dijual (Cost Of Good Available for
Sale) adalah persediaan awal ditambah pembelian (biaya pokok barang
yang diproduksi). Biaya pokok penjualan ditentukan dengan mengurangkan
persediaan akhir dari biaya pokok barang yang tersedia untuk dijual.

2.Beban Operasi (Operating Expenses)


17

Beban operasi adalah beban berkala dan lazim yang dikeluarkan


perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan. Beban- beban ini
biasanya diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori fungsional. Klasifikasi
yang lazim dipakai adalah dengan memisahkan beban penjualan (selling
expenses) dari beban umum dan administratif (general administrative expenses).

Contoh beban operasi adalah beban iklan, beban pemeliharaan, beban


penyusutan, beban gaji, dan lain - lain.

3.Beban Lain-lain (Other Expense)

Beban lain-lain pada pokoknya mengandung beban-beban yang


dikeluarkan dari aktivitas-aktivitas yang bukan merupakan kegiatan pokok
perusahaan sehingga nilai rupiah dari aktivitas ini biasanya terhitung kecil.

Ada jenis-jenis beban lain yang mendukung kegiatan operasional perusahaan


seperti :

1.Beban Akrual (accrued expense)

Beban yang masih harus dibayar (beban-beban tertentu mungkin telah


terjadi) tetapi pembayarannya belum dilakukan sampai pada periode
berikutnya. Pada akhir periode akuntansi perlu untuk menentukan dan
mencatat beban-beban yang telah terjadi ini meskipun belum dibayarkan.

2.Beban kredit macet (bad debt expense)

Beban yang timbul atas tindakan tertagihnya piutang usaha. Contoh :


beban piutang ragu-ragu (doubhtful account expense), beban piutang yang tidak
dapat ditagih.

3.Beban Operasional

Beban yang terdiri atas beban penjualan dan beban umum


administrasi. Keseluruhan beban yang terlibat dalam aktivitas operasional
perusahaan. Dalam laporan laba/rugi, labaoperasi dihitung dengan
mengurangkan pendapatan dengan beban operasional.
18

4.Beban Penyusutan

Pengakuan atas penggunaan manfaat potensial dari suatu aktiva.


Beban yang timbul karena pemakaian aktiva berwujud.

5.Beban yang ditangguhkan

Dapat juga dikatakan beban dibayar dimuka atau pengeluaran yang


telah dibayarkan tapi belum dirasakan manfaat ekonomisnya.

6.Beban yang masih harus dibayar (accrued expenses)

Disebut juga dengan accrued liabilitiesyaitu biaya - biaya yang sudah


merupakan beban walaupun utang yang bersangkutan belum saatnya
merupakankewajiban.
19

2.2.4 Pengakuan Beban


Menurut IAI dalam bukunya “Standar Akuntansi Keuangan”, (2007:23)
pengakuan beban adalah sebagai berikut :
”Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya
yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Kalau manfaat ekonomi
diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan
penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung, beban diakui
dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan bebanyang berkaitan dengan
penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk dagang. Prosedural
lokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi yang
menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan”.
Dalam pernyataan di atas beban merupakan arus keluar atas penggunaan
lain dari harta selama periode dari penyerahan atas produksi barang atau kegiatan-
kegiatan lain yang merupakan operasi utama perusahaan. Beban diakui dalam
laporan laba rugi berdasarkan hal - hal sebagai berikut :
1.Adanya penurunan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan misalnya
aktiva tetap.
2.Adanya proses produksi untuk menghasilkan barang-barang atau jasa.
3.Adanya kewajiban perusahaan terhadap karyawan misalnya pembayaran gaji
dan upah.
4.Adanya kewajiban perusahaan tanpa diiringi dengan perolehan aktiva, misalnya
garansi produk dan pembayaran bunga pinjaman. Dengan demikian dapat
disimpulkan beban yang berkaitan dengan proses memperoleh pendapatan, harus
diakui pada saat pendapatan tersebut diperoleh, sedangkan beban yang berkaitan
secara langsung dengan proses dan untuk memperoleh pendapatan harus diakui
pada saat beban tersebut dimanfaatkan.
2.2.5 Pengukuran Beban
Dalam mengukur beban dalam satu periode akuntansi, dibutuhkan
berbagai keputusan atau pertimbangan untuk menentukan bagaimana beban
20

tersebut akan dialokasikan pada periode - periode selanjutnya yang menunjukkan


adanya pendapatan. Dalam hal tersebut, terdapat berbagai standar akuntansi
yangdapat digunakan sebagai acuan atau pedoman.
Misalnya, IAS 16/AASB 116 yang menyatakan bahwa nilai-nilai aset yang dapat
di depresiasi dapat diukur dengan beberapa cara setelah pengakuannya (seperti
model biaya perolehan atau model penilaian) dan beberapa pilihan alternatif untuk
depresiasi (seperti metode garislurus, nilai menurun dan jumlah unit).Sejalan
dengan penilaian aktiva, beban dapat diukur atas dasar jumlahrupiah yang
digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu,pengukuran beban
dapat didasarkan pada:
1.Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar kos historis
dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan, dansebagainya.
2.Kos Pengganti / Kos Masukan Terkini (Replacement Cost / Curent Input
Cost)
Kos masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang
harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang
sejenis dalam kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk persediaan.
3.Setara Kas (Cash Equivalent)
Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara
menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaannormal.
Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyakdigunakan
adalah historical cost, namun dengan mulai diadopsinya IFRS diindonesia, maka
pengukuran yang sesuai standar adalah dengan menggunakan metodefair value.
Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat dari depresiasi
(penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisih antara nilai
wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai bukunya).
Salah satu cara untuk mengukur beban adalah dengan mengalokasikan
beban -beban tersebut ke periode - periode dimana beban tersebut dinikmati. Hal
ini biasanya disebut dengan matching concept, Konsep tersebut memperlakukan
21

kos dengan mengalokasikan kos yang sudah kadaluarsa (beban) ke periode-


periode dimana beban tersebut terjadi. Namun, pengalokasian tersebut hanya
bersifatestimasi. Dalam akuntansi, pencocokan antara beban dan pendapatan
merupakan fungsi utama, namun hal tersebut tetap saja sulit untuk dilakukan
karena berhubungan dengan penilaian akuntan tersebut. Akuntan harus
mengidentifikasi mana aset yang telah digunakan (kadaluarsa) dan jumlah yang
harus ditulissebagai tandingan pendapatan pada periode tersebut.
2.2.6 Penyajian Beban
Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua langkah :
1.Single Step (langkah tunggal)
Penyajiannya semua pendapatan dijumlahkan menjadi satu dikurangi
seluruh beban yang ada pada periode laporan.
2.Multi Step (langkah ganda)
Penyajiannya ialah pendapatan dikelompokkan menjadi pendapatan usaha
dan pendapatan di luar usaha. Sedangkan beban dikelompokkan menjadi beban
usaha dan di luar usaha. Penyajian dengan langkah ganda akan dapat dilihat laba
yang diperoleh dari usaha dan laba yang diperoleh dari luar usaha.
Laporan laba rugi hendaklah memuat beberapa hal:
a.Menuliskan nama perusahaan
b.Menuliskan jenis laporannya dalam hal ini, laporan laba rugi
c.Menyajikan periode laporan
d.Menyajikan pendapatan dan beban, beban ditulis secara rinci dan lengkap.
Penulisan beban dimulai dari yang terbesar ke beban terkecil, kecuali
beban lain -lain ditulis paling bawah
22

2.3 PSAK 25 (IAS 18) Kebijakan Akuntansi, peruabahan estimasi akuntansi,


dan kesalahan

Ruang Lingkup :
Penerapan PSAK 25 :
1. Pemilihan dan Penerapan Kebijikan Akuntansi
2. Akuntansi untuk :
a. Perubahan kebijakan akuntansi
b. Perubahanan estimasi akuntansi, dan
c. Koreksi kesalahan periode lalu.
Dampak pajak akibat koreksi kesalahan dan penyesuaian retrospektif perubahan
kebijakan akuntansi diperlakukan dan diungkapkan sesuai dengan PSAK 46:
Akuntansi pajak penghasilan.
Konsep Materialitas
1. Kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos
laporan keuangan adalah material jiak, baik secara sendiri maupun
Bersama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan
keuangan.
2. Materialitas bergantung pada ukuran dan sifat dari kelalaian
untukmencantumkan atau kesalahan dalam mencatat tersebut dengan
memperhatikan kondisi terkait,
3. Ukuran atau sifat pos laporan keuangan, atau gabungan dari keduanya,
dapat menjadi factor penentu.

Materialitas
Peniliaian apakah suatu kelalain-pencantuman atau kesalahan-pencatatan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi, pmakai, dan menjadi material, memerlukan
pertimbangan karaktersitik pemakai tersebut.

Peniliatian tersebut perlu mempertimbangkan bagaimana pemakai yang dimaksud


diperkirakan terpengaruh secara rasional dalam pengambilan keputusan ekonomi.
23

Kebijakan Akuntansi

Definisi :

Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik


tertentu yang diterpakan entitas dalam penyususan dan penyajian laporan
keuangan.

- Akan mempengaruhi pengakuan, pengukuran dan penyajian atas elemen


seperti asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban, pada laporan
keuangan.
Kebijakan akuntansi yang dipilih oleh entitas harus dapat menjelaskan
1. Pengakuan, Kapan dan kondisi seperti apa diakui
2. Pengukuran, Berapa banyak yang diakui
3. Penyajian, Bagaimana disajikannya di laporan keuangan

Penetapan Kebijakan Akuntansi

PSAK Spesifik, Ketika SAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi =>
kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan PSAK
tersebut.
Tidak ada spesifik, Tidak ada SAK yang secara spesifik => manajemen
menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu
kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang relevan dan andal
(menyajikan jujur, mencerminkan substansi ekonomi, netral, pertimbangan sehat
dan lengkap).

Pertimbangan dalam Penerapan


Sumber acuan manajemen dalam membuat pertimbangan dalam penerapan
kebijakan (urutan):
- Persyaratan dan panduan dalam PSAK yang berhubungan dengan masalah
serupa dan terkait
24

- Definisi, kriteria pengakuan, konsep pengukuran untuk asset, liabilitas,


penghasilan dan beban dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan.
Manajemen juga menggunakan :
- Standar akuntansi terkini yang dikeluarkan badan penyusun standar lain
yang menaju pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.
- Literatur akuntansi
- Praktik akuntansi industry yang berlaku
- Sepanjang tidak bertentangan pada acuan utama

Konsistensi penerapan kebijakan


- Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten
untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, Kecuali PSAK
secara spesifik mengatur atau mengizinkan pengelompokan pos-pos
dengan kebijakan akuntansi berbeda adalah hal tepat.
- Jika PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokkan tersebut, maka
kebijakan akuntansi ayng tepat dipilih dan diterapkan secara konsisten
untuk setiap kelompok.

Perubahan kebijakan Akuntansi


- Entitas mengubah sutatu kebijakan akuntnsi hanya jika perubahan tersebut
:
1. Dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau
2. Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang
andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi peristiwa atau kondisi
lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.

- Pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari suatu periode ke


periode sehingga penerapan kebijakan yang konsisten diperlukan.
25

Penerapan Retrospektif
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas
menyesuaikan:
1. Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian
paling awal
2. Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi yang baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya
26

BAB III

PENUTUP
3.1 Kasus Pengakuan Pendapatan PT. Garuda Indonesia Tbk Tahun Buku 2018
Kronologi Kasus
PT Garuda Indonesia Tbk pada tahun buku 2018 berhasil melaporkan kinerja
keuangannya dalam keadaan laba yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar
USD 809 ribu, padahal di tahun 2017 perseroan tersebut masih mengalami rugi
sebesar USD 216,28 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan karena pada
kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta. Dalam tiga bulan
perusahaan mampu merubah keadaan dari rugi menjadi laba.

Namun keadaan tersebut justru menjadi polemik karena dua komisaris yaitu
Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak menandatangani laporan keuangan tahun
2018 PT Garuda Indonesia Tbk. Chairul Tanjung dan Dony Oskaria merupakan
perwakilan dari PT Trans Airways selaku pemegang saham Garuda Indonesia dengan
kepemilikan sebesar 25,61 persen

Kedua Komisaris tersebut menolak menandatangani Laporan keuangan


dikarenakan adanya pengakuan pendapatan lain lain atas perjanjian kerjasama yang
dilakukan dengan PT. Mahata Aero Teknologi terkait penyediaan pelayanan wifi dan
hiburan dalam pesawat dan manajemen konten yang telah dicatat pada pos
pendapatan pada tahun 2018.
27

Perjanjian Kerjasama tersebut dimulai pada tanggal 31 Oktober 2018, Dimana


Grup Garuda dan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) mengadakan perjanjian kerja
sama yang telah diamandemen, terakhir dengan amandemen II tanggal 26 Desember
2018, mengenai penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan
dalam pesawat dan manajemen konten. Mahata akan melakukan dan menanggung
seluruh biaya penyediaan, pelaksanaan, pemasangan, pengoperasian, perawatan dan
pembongkaran dan pemeliharaan termasuk dalam hal terdapat kerusakan, mengganti
dan/atau memperbaiki peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan dan hiburan
dalam pesawat dan manajemen konten.

Mahata menyetujui membayar biaya kompensasi atas hak pemasangan


peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan untuk 50 pesawat A320, 20
pesawat A330, 73 pesawat Boeing 737-800 NG dan 10 pesawat Boeing 777 sebesar
USD 131.940.000 dan biaya kompensasi atas hak pengelolaan layanan hiburan dalam
pesawat dan manajemen konten untuk 18 pesawat A330, 70 pesawat Boeing 737-800
NG, 1 pesawat Boeing 737-800 MAX dan 10 pesawat Boeing 777 sebesar USD
80.000.000 kepada Grup setelah ditandatangani perjanjian kerja sama.
28

Kedua komisaris tersebut berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar


US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda
Indonesia. Dua komisaris berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu
menimbulkan kerancuan dan menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia
berubah dari yang sebelumnya rugi menjadi untung.

Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia
menjadi lebih besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban
karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong
perusahaan.

Pembahasan Kasus

Pengakuan pendapatan dalam PSAK 23

Dua komisaris PT Garuda Indoenesia Tbk, berpendapat bahwa Kerjasama


tersebut belum bisa diakui sebagai pendapatan menimbulkan kerancuan dan
menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia berubah dari yang sebelumnya
rugi menjadi untung. Akan tetapi Menurut Direktur Keuangan & Manajemen Risiko
PT Garuda Indonesia Tbk, secara substansi pengakuan pendapatan sebelum kas
diterima tidak melanggar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23. Selain
itu menajemen juga menegaskan bahwa laporan keuangan Garuda Indonesia 2018
juga melalui proses audit oleh auditor independen dan mendapatkan predikat wajar
tanpa pengecualian.

PT. Garuda Indonesia mengakui penghasilan dari perjanjiannya dengan


Mahata sebagai suatu penghasilan dari kompensasi atas Pemberian hak oleh Garuda
ke Mahata (Catatan Lapkeu 47 huruf e). Sehingga, menurut Standar Akuntansi
Keuangan, pengakuan dan pengukuran penghasilan yang berasal dari imbalan yang
29

diterima dibayarkan untuk penggunaan aset Garuda oleh Mahata harus mengikuti
ketentuan yang diatur diatur dalam PSAK 23, yaitu diklasifikasikan sebagai
pendapatan royalty.

PSAK 23 paragraf 28 memberikan regulasi mengenai kriteria pengakuan


pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain
yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen harus diakui apabila:

1) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi


tersebut akan diperoleh perusahaan;
2) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal:
Dalam PSAK 23 Paragraf 29 dijelaskan bahwa royalti diakui dengan dasar
akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan. Lebih lanjut dalam paragraf
32 dijelaskan bahwa Royalti diakru sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan
kecuali, dengan memperhatikan hakikat perjanjian, adalah lebih sesuai untuk
mengakui pendapatan atas suatu dasar yang sistematik dan rasional lain.

Dalam Paragraf 33 dijelaskan bahwa pendapatan diakui bila besar


kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh
perusahaan tersebut.

Kasus PT. Garuda ini, berdasarkan informasi yang diperoleh oleh komisaris
(Chairal dan Dony) yang merujuk Perjanjian Mahata, terdapat beberapa poin penting
yaitu

1. Perjanjian Mahata ditandatangani 31 Oktober 2018, namun hingga tahun


buku 2018 berakhir, tidak ada satu pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak
Mahata meskipun telah terpasang satu unit alat di Citilink. Padahal di perjanjian
Kerjasama yang disajikan dilaporan keuangan disampaikan bahwa pembayaran
dilakukan setelah perjanjian Kerjasama ditandatangani.
30

2. Dalam perjanjian Mahata tidak tercantum term of payment yang jelas


bahkan pada saat RUPST masih dinegosiasikan cara pembayarannya.

3. sampai saat RUPS tidak ada jaminan pembayaran yang tidak dapat ditarik
kembali, seperti bank garansi atau instrumen keuangan yang setara dari pihak Mahata
kepada perusahaan. Padahal, bank garansi atau instrumen keuangan yang setara
merupakan instrumen yang menunjukkan kapasitas Mahata sebagai perusahaan yang
bankable.

4. Mahata hanya memberikan surat pernyataan komitmen pembayaran


kompensasi sesuai dengan paragraf terakhir halaman satu dari surat Mahata 20 Maret
2019: "Skema dan ketentuan pembayaran ini tetap akan tunduk pada ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Ketentuan dan skema pembayaran
sebagaimana yang disampaikan dalam surat ini dan perjanjian dapat berubah dengan
mengacu kepada kemampuan finansial Mahata

Dari beberapa poin perjanjian diatas, mengindikasikan bahwa pengakuan


pendapatan atas perjanjian Kerjasama tersebut belum memenuhi kritaria dalam PSAK
23 pargraff 33 bahwa pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan tersebut. Namun
dalam perjanjian ini, masih belum bisa diukur dengan andal apakah perusahaan pasti
akan menerima manfaat ekonomi atas perjanjian tersebut, mengingat perjanjian ini
selama 15 tahun. Hal ini terbukti pada Pada bulan Juli 2019, dimana pada Laporan
keuangan tahun 2019, disampaikan bahwa PT Garuda Indonesia Tbk dan perusahaan
yang terlibat dalam perjanjian ini menyepakati untuk pembatalan Kerja sama ini.

Penyajian Kembali Laporan PT. Garuda Indonesia berdasarkan PSAK 25

Terkait dengan kasus pengakuan pendapatan yang dialami oleh PT. Garuda
Indonesia yang mengungkapkan dalam catatan atas Laporan keuangannya bahwa
pendapatan atas transaksi tersebut adalah pengakuan imbalan yang akan diterima oleh
PT. Garuda Indonesia Tbk, yang dalam pengakuan, penyajian dan pengungkapannya
31

mengacu pada PSAK 23. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai otoritas
yang menjadi acuan dan wajib dihormati, telah memutuskan bahwa transaksi antara
PT. Garuda Indonesia dan Mahata adalah perjanjian yang mengandung sewa yang
tunduk kepada PSAK 30.

Atas kasus ini OJK memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
telah melakukan kesalahan terkait penyajian laporan keuangan tahunan per 31
Desember 2018. Setelah melakukan koordinasi dengan Kementrian Keuangan
Republik Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, salah satu
sanksi yang dijatuhkan OJK kepada PT Garuda Indonesia berupa perintah tertulis
kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk memperbaiki dan menyajikan
kembali Laporan Keuangan Tahunan (LKT) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per
31 Desember 2018 serta melakukan public expose atas perbaikan dan penyajian
Kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah
ditetapkannya surat sanksi.

Sebagai bentuk kepatuhan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk terhadap


arahan dari pemerintah melalui otoritas jasa keuangan dan bentuk keterbukaan
informasi publik yang selalu dijunjung tinggi oleh perusahaan, maka PT. Garuda
Indonesia memperbaiki Laporan keuangan per 31 desember 2018 dengan
menerbitkan laporan keuangan konsolidasian yang diubah dan disajikan Kembali
pada tanggal 25 Juli 2019.

Grup Garuda Indonesia telah melakukan kajian kembali atas transaksi Mahata
tersebut dan memutuskan bahwa pengakuan pendapatan atas seluruh biaya
kompensasi hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dalam penerbangan
sebesar USD 92.940.000 dari Perusahaan dan USD 39.000.000 dari CI dan sebesar
USD 28.000.000 dari Sriwijaya serta biaya kompensasi atau hak pengelolaan layanan
hiburan dalam pesawat dan manajemen konten sebesar USD 80.000.000 dari
Perusahaan yang seharusnya tidak dapat diakui sekaligus sebagai pendapatan lain-lain
32

berdasarkan PSAK 23 “Pendapatan” paragraf 14 pada laporan keuangan


konsolidasian sebelum diubah dan disajikan kembali untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2018.

Kesalahan interpretasi fakta dan kekeliruan penerapan kebijakan akuntansi


atas pengakuan pendapatan telah berdampak pada pencatatan dan pengungkapan,
yang mengharuskan Grup menerapkan PSAK 25 tentang Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.

PSAK 25 paragraf 42 mengatur bahwa entitas mengoreksi kesalahan material


periode sebelumnya secara retrospektif pada laporan keuangan lengkap pertama yang
diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan menyajikan kembali jumlah
komparatif untuk periode sebelumnya yang disajikan dimana kesalahan terjadi.
Selanjutnya, entitas harus mengungkapkan hal – hal berikut:

1) Sifat kesalahan periode sebelumnya


2) Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian
3) Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal

PT. Garuda Indonesia telah mengoreksi kesalahan periode sebelumnya secara


retrospektif pada Laporan keuangan periode berikutnya setelah kesalahan ditemukan
yaitu pada Laporan keuangan periode 31 Maret 2019.

Di dalam Laporan keuangan yang disajikan Kembali tersebut, PT.Garuda


Indonesia telah mengungkapkan sifat kesalahan pada periode 31 desember 2018,
yang diungkapkan pada Catatan atas Laporan keuangan nomor 54 berikut ini :
33

Lebih lanjut, jumlah yang dikoreksi juga telah diungkapkan dalam Laporan keuangan
yang disajikan Kembali tersebut.

Berdasarkan Analisa kami, PT. Garuda Indonesia Tbk, telah taat dalam
penerapan PSAK 25 terkait koreksi kesalahan pengukuran dan penyajian atas
beberapa transaki pada tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2019, salah
34

satunya adalah atas transaksi perjanjian Kerjasama pemasangan peralatan layanan


konektivitas dalam penerbangan.

3.2 Simpulan
Pendapatan adalah arus kas masuk /penambahan lainnya pada aktiva suatu
satuan usaha atau penyelesaian kewajiban (kombinasi dari keduanya ) dari
pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan lain yang bukan
merupakan kegiatan utama. Definisi lebih sempit menurut FASB, Pendapatan
dihasilkan dari kegiatan utama. Pada umumnya beban (expense) sering dijadikan
sinonim kata dengan biaya (cost), tetapi menurut Soemarso (2013:29), beban dapat
didefinisikan sebagai aliran keluar terukur dari barang atau jasa, yang kemudian
ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai penurunan
dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam
menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintah. Konsep beban
dalam akuntansi selalu mengarah pada pendapatan, karena hasil pendapatan bersih
yang diterima oleh perusahaan tergantung berapa banya beban yang dikeluarkan.
Beberapa ahli telah menyatakan beban itu penurunan manfaat ekonomis suatu
perusahaan karena ada sesuatu yang dikorbankan dalam mendapatkan aktiva tersebut
yang disebut dengan beban. Setiap perusahaan memiliki beban yang berbeda
tergantung apa yang dibutuhkanya, tetapi dari segi kolektif, beban-beban dalam setiap
perusahaan itu sama.Oleh karena itu, konsep beban dalam akuntansi itu penting
karena menyangkut laba ruginya suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan atau
usahanya. Semakin tinggi beban semakin rendah laba yang diterima, sebaliknya
semakin rendah beban yang dikeluarkan oleh perusahaan semakin tinggi laba yang
diterima.
35

DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/acer/Documents/expensebeban-141130225357-conversion-gate02.pdf

Anda mungkin juga menyukai