Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENGAKUAN PENDAPATAN (REVENUE RECOGNITION)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Keuangan Menengah 2

Dosen Pengampu Santi Octaviani, SE., M.Akt

Disusun Oleh :

DANA SARODI 31120011

LUTFYANA HANIFAH 31118055

MUHAMAD RIFQI ASSIDIQI 31118068

M RIZQY ADIYAKSA 31118072

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SERANG RAYA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “Pengakuan Pendapatan” Tujuan

penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Akuntansi Keuangan Menengah 2 pada jurusan Akuntansi Universitas Serang

Raya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik dari segi pembahasan maupun penyusunannya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah penulis

ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang dan

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Serang, Juni 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................4

1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................7

1.3 Tujuan Pembahasan...................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................8

2.1.1 Pengertian Pendapatan.......................................................................8

2.1.2 Jenis-Jenis Pendapatan.......................................................................8

2.2 Pengertian Pengakuan Pendapatan..........................................................10

2.2.1 Penyimpangan Penjualan Pada Pengakuan Pendapatan..................12

2.2.2 Pengakuan Pendapatan Pada Saat Penjualan...................................12

2.2.3 Pengakuan Pendapatan Sebelum Penjualan.....................................15

2.2.4 Mengukur Persentase Penyelesaian.................................................16

2.2.5 Akuntansi Untuk Jenis Kontrak Pembangunan Jangka Panjang.....19

2.2.6 Pengakuan Pendapatan Setelah Penjualan.......................................21

BAB III STUDI KASUS

3.1 Pembahasan Kasus..................................................................................30

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................34

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara umum laba optimum merupakan tujuan setiap perusahaan

didirikan. Karena itu untuk mencapai tujuan tersebut pada kondisi saat ini

sangat diperlukan kecermatan pelaksana atau pengelola perusahaan melakukan

sinergi yang kuat antar masing-masing bagian dalam organisasi perusahaan.

Sinergi integral dari seluruh bagian-bagian dalam perusahaan akan dapat

mendukung kelancaran operasional perusahaan yang pada akhirnya diharapkan

akan dapat mencapai tujuan perusahaan.

Diantara berbagai kebijakan perusahaan salah satu fungsi penting adalah

bagaimana pengakuan pendapatan dan beban pada perusahaan. Fungsi ini

dikatakan cukup penting karena sumber laba perusahaan berasal dari

pendapatan dan beban sehingga perlu diketahui pengakuan atas pendapatan dan

beban bagi perusahaan agar tidak terjadi kesalahan pencatatan. Untuk

perusahaan kecil dan memiliki jumlah penjualan terbatas, pengakuan atas

pendapatan dan beban bukanlah masalah rumit. Tetapi bagi perusahaan besar

dalam skala penjualan besar, pengakuan pendapatan dan beban telah menjadi

masalah rumit dan kompleks.

Secara umum, laba merupakan selisih antara kesejumlahan pendapatan

dan beban suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain,

pendapatan dan beban merupakan unsur penting dalam menyajikan informasi

4
5

dalam laporan keuangan. Oleh sebab, itu diperlukan adanya pengakuan yang

tepat terhadap unsur pendapatan dan beban.

Pengakuan pendapatan dan beban dilakukan dengan mencatat dan

mencantumkan sesuai dengan nilai yang seharusnya. Bila pendapatan maupun

beban yang diakui tidak sama dengan yang seharusnya (terlalu besar atau

terlalu kecil), maka informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi menjadi

tidak tepat.

Pengakuan pendapatan dan beban merupakan salah satu hal yang penting

untuk menentukan kapan suatu penghasilan diakui sebagai pendapatan dan

biaya diakui sebagai beban. Analisis akuntansi pendapatan dan beban

merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap pengakuan pengungkapan,

pencatatan dan penyajian pendapatan dan beban pada sebuah perusahaan.

Pengakuan pendapatan dan beban bertujuan untuk mengetahui jumlah

pendapatan yang diperoleh (pengakuan pendapatan) dan beberapa biaya yang

dikorbankan (pengakuan biaya). Ini dimaksudkan untuk mendapatkan laba rugi

yang wajar. Prinsip yang digunakan yaitu prinsip accrual basis. Apabila

accrual basis yang digunakan maka pendapatan diakui pada saat pendapatan itu

dihasilkan walaupun secara fisik kas belum diterima dan beban diakui pada saat

beban terjadi tanpa memperhatikan arus kas keluar dalam usaha penghasilan

pendapatan.

Dalam mengakui suatu pendapatan yang diterima dan beban yang

dikorbankan, masalah pisah batas (cut off) merupakan hal penting yang perlu

diperhatikan. Dasar akuntansi keuangan menyebutkan bahwa pendapatan tidak


6

boleh diantisipasi atau secara material dinyatakan terlalu besar atau terlalu

kecil. Seperti halnya pendapatan, masalah pisah batas juga berlaku untuk biaya.

Hal ini yang perlu diperhatikan dalam penerapan pisah batas (cut off) adalah

memastikan bahwa semua biaya yang terjadinya telah dicatat betul-betul

merupakan beban periode bersangkutan. Untuk keputusan batas tersebut sangat

berkaitan dengan pengakuan.

Penentuan suatu dasar untuk pengakuan pendapatan sangat ditentukan

oleh sifat dan jenis perusahaan, ada beberapa cara pengakuan pendapatan yaitu:

pengakuan pendapatan saat penjualan, pengakuan pendapatan setelah

penyerahan, dan pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan.

Tujuan utama dari pengakuan adalah untuk menentukan kapan suatu

penghasilan akan diakui sebagai pendapatan dan kapan diakui sebagai beban.

Pengakuan pendapatan dan beban ini sangat penting artinya untuk mendapatkan

laba rugi yang wajar. Prinsip yang digunakan yaitu accrual basis.

Menurut prinsip matching, beban harus diakui pada saat pendapatan yang

berhubungan dengannya juga diakui. Jadi, pendapatan dilaporkan dahulu,

kemudian disusul dengan pelaporan beban beban yang berhubungan dengan

pendapatan tersebut dalam periode yang sama. Hanya dalam hal-hal yang

terjadi pendapatan ditangguhkan sampai beban dapat diukur atau

diklasifikasikan. Oleh karenanya, matching sangat diperlukan. Penentuan

secara berkala, misalnya triwulan, kuartalan atau tahunan. Konsep matching ini

tidak diperlukan apabila perusahaan cukup dilaporkan pada akhir periode.

Transaksi mengenai pendapatan dan beban dilaporkan secara terpisah. Saat


7

penggunaan barang dan jasa biasanya tidak bersamaan dengan saat penjualan

produk prusahaan.

1.2 Identifikasi Masalah

Prinsip pengakuan pendapatan adakalanya sulit untuk diterapkan dan

sering berbeda diantara industri. Dalam beberapa kasus bahkan ada salah saji

yang disengaja atas pendapatan untuk mendapatkan hasil keuangan yang lebih

baik. Agar pasar modal kita efisien, investor harus mempunyai keyakinan

bahwa informasi keuangan yang diberikan adalah relevan dan dapat diandalkan.

Akibatnya, sangat penting untuk mengeliminasi praktik pengakuan pendapatan

yang agresif.

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari pembahasan pengakuan pendapatan ini adalah :

1. Menerapkan prinsip pengakuan pendapatan.

2. Menguraikan masalah akuntansi yang melibatkan pengakuan

pendapatan pada saat penjualan.

3. Menerapkan metode persentase penyelesaian untuk kontrak jangka

panjang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Pendapatan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23

Ikatan Akuntan Indonesia (2012: 23.2), menyatakan bahwa “Pendapatan

merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari

aktivitas normal perusahaan selama satu periode, apabila arus masuk itu

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi

penanaman modal”.

Menurut (PSAK) No. 23 IAI (2012: 23.2) juga menjelaskan sebagai

berikut: Pendapatan hanya meliputi kas masuk bruto dari manfaat

ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk entitas itu

sendiri. Jumlah yang ditagih untuk kepentingan pihak ketiga, seperti pajak

pertambahan nilai dan pajak penjualan, bukan merupakan manfaat

ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan

ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan. Hal

yang sama berlaku dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat

ekonomi mencakup jumlah yang ditagih untuk kepentingan prinsipal dan

tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jumlah yang ditagih atas

nama prinsipal bukan merupakan pendapatan. Sebaliknya, pendapatan

adalah jumlah komisi yang diterima.

8
9

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa keuntungan dapat dibedakan

dengan pendapatan. Bahwa dimana pendapatan difokuskan pada arus

aktiva sebagai hasil kegiatan operasi perusahaan. Pendapatan yang berasal

dari jumlah yang ditagih untuk kepentingan pihak ketiga, seperti pajak

pertambahan nilai dan pajak penjualan, bukan termasuk manfaat ekonomi

yang mengalir ke entitas. Oleh karena itu, hal tersebut bukan merupakan

pendapatan.

2.1.2 Jenis-Jenis Pendapatan

Jenis-Jenis Pendapatan Bank diantaranya :

A. Pendapatan Operasional

1) Pendapatan bunga debitur;

2) Pendapatan komisi dan provisi;

3) Pendapatan atas transaksi valuta asing;

4) Pendapatan Operasional lain.

B. Pendapatan Non Operasional

1) Pendapatan dari penjualan aktiva tetap;

2) Pendapatan dari penyewaan fasilitas gedung yang dimiliki oleh

Bank.

C. Pendapatan Luar Biasa

Pendapatan yang memenuhi kriteria bersifat tidak normal dan

tidak sering terjadi.


10

2.2 Pengertian Pengakuan pendapatan

Pengakuan pendapatan adalah suatu masalah penting dalam

perekonomian saat ini, Financial Accounting Standart Board (FASB) juga

telah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh atas standar akuntansi yang

berkaitan dengan pengakuan pendapatan. Laporan keuangan yang dapat

diandalkan dalam hal pengakuan adalah sangat penting.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:20) menjelaskan “Pengakuan merupakan

proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria

pengakuan dalam neraca atau laporan laba-rugi.”

Konsep pembentukan dan realisasi pendapatan memiliki peranan yang

penting dalam pengakuan pendapatan. Saat pengakuan pendapatan

merupakan penentuan yang sangat kritis. Kesalahan dalam penentuan saat

pengakuan pendapatan akan mempengaruhi kebenaran dan kewajaran laba

periodik.

Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui

pada saat :

1) Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas

atau klaim atas kas (piutang).

2) Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima dalam

pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas

dengan jumlah yang diketahui.


11

3) Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada

hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan unuk

mendapatkan hak atas laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.

Dalam prinsipnya, pengakuan pendapatan pun harus dapat memenuhi

kriteria pendapatan, sehingga pendapatan tersebut dapat diakui. Berikut ini

ada 4 pendapatan yang sudah diakui dalam prinsip tersebut, di antaranya :

1) Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan produk diakui pada

tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan sebagai tanggal

penyerahan kepada pelanggan.

2) Perusahaan mengakui pendapatan dari pemberian jasa diakui saat jasa

sudah diberikan dan bisa ditagih.

3) Perusahaan mengakui pendapatan dari memperbolehkan pihak lain

untuk menerapkan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan

royalti, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau pada saat aktiva

tersebut digunakan.

4) Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan aktiva selain produk

diakui pada tanggal penjualan.


12

Klasifikasi Pengakuan Pendapatan Berdasarkan Sifat Transaksi

Penjualan Pemberian Perizinan Penjualan aset


Tipe dari jasa penggunaan selain dari
Transaksi persediaan aset persediaan

Pendapatan Pendapatan Pendapatan Keuntungan


Deskripsi dari dari jasa dari bunga, atau kerugian
Pendapatan penjualan sewa, dan pelepasan aset
royalti

Tanggal Jasa telah Seiring waktu Tanggal


Waktu
penjualan dilakukan atau saat aset penjualan atau
Pengakuan dan dapat digunakan pertukaran
(pengiriman)
Pendapatan ditagih

2.2.1 Penyimpangan Penjualan pada Pengakuan Pendapatan

Ada kasus yang mana terjadi penyimpangan penjualan pada

pengakuan pendapatan. Berikut ini alasan yang biasanya muncul dari

terjadinya penyimpangan:

1) Pengakuan penjualan lebih awal (recognize earlier), sehingga

terdapat tingkat kepastian yang tinggi tentang jumlah pendapatan

yang telah dibuat.

2) Memberikan penangguhan pengakuan, apabila ada tingkat

ketidakpastian mengenai jumlah pendapatan. Baik itu biaya yang

cukup tinggi atau penjualan yang bukan menjadi penyelesaian utama

dalam menciptakan laba.


13

2.2.2 Pengakuan Pendapatan pada saat Penjualan (Penyerahan)

Pendapatan dari kegiatan penjualan atau pabrikasi biasanya diakui

pada saat penyerahan atau penjualan (point of sale). Akan tetapi terdapat 3

kondisi yang dapat memunculkan permasalahan, yakni:

1. Penjualan dengan Perjanjian Beli Kembali

Apabila terdapat perjanjian yang berisi tentang pembelian

kembali dengan harga tertentu yang mana harga ini bisa menutup

segala biaya persediaan ditambah biaya kepemilikan yang terkait,

maka persediaan dan kewajiban yang diberikan harus tetap ada pada

pembukuan penjual. Artinya, tidak terjadi transaksi penjualan.

2. Penjualan dengan Hak Retur

Terdapat 3 cara pengakuan pendapatan alternatif apabila penjual

menanggung risiko kepemilikan yang berkepanjangan sebab

pengembalian produk dalam akuntansi, yakni:

1) Penjualan yang tidak tercatat sehingga seluruh hak retur habis

masa berlakunya.

2) Penjualan tercatat, namun mengurangi penjualan dengan estimasi

retur di masa depan.

3) Penjualan dicatat serta memperhitungkan retur ketika terjadinya

penjualan.

Jadi, bila suatu perusahaan memasarkan produknya namun

memberikan hak kepada pembeli untuk mengembalikan produk tersebut,


14

maka pendapatan dari penjualan ini akan diakui pada saat penjualan hanya

ketika seluruh 6 keadaan ini terpenuhi:

1) Harga yang konsisten terhadap pembeli atau ditetapkan pada

tanggal penjualan.

2) Telah terjadinya pembayaran yang dilakukan pembeli kepada

penjual atau adanya kewajiban dan keharusan untuk melakukan

pembayaran. Kewajiban tersebut tidak tergantung pada penjualan

kembali pada produk tersebut.

3) Kewajiban pembeli kepada penjual tidak berubah apabila terjadi

kerusakan bahkan pencurian atas produk yang dibeli.

4) Pembeli yang mendapatkan produk untuk dipasarkan kembali

memiliki substansi ekonomi yang terpisah dari yang diberikan oleh

penjual.

5) Penjual tidak memiliki kewajiban atas performa produk di masa

yang akan datang yang secara langsung bisa saja menyebabkan

penjualan kembali produk itu oleh pembeli.

6) Jumlah retur di masa depan sudah dapat diestimasi secara pantas.

3. Trade Loading & Channel Stuffing

Trade loading adalah praktik yang mencoba menampilkan

penjualan, laba, dan pangsa pasar yang sebenarnya tidak pernah

mereka miliki. Perusahaan meminta kepada para pedagang besar yang

menjadi pelanggan mereka untuk membeli lebih banyak produk

daripada yang bisa mereka jual kembali dengan cepat.


15

Sedangkan, channel stuffing adalah praktik yang sama namun

dilakukan dalam industri perangkat lunak komputer. Jadi, hal ini

dilakukan ketika sebuah produsen perangkat lunak ingin

meningkatkan pemasukan secara licik. Oleh karena itu, kedua praktik

ini tidak boleh dilakukan.

2.2.3 Pengakuan Pendapatan Sebelum Penjualan (Penyerahan)

Kontrak jangka panjang seperti kontrak jenis konstruksi,

pengembangan pesawat terbang militer dan komersial, seringkali

menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih pembeli pada

selang waktu tertentu, ketika berbagai tahap dari proyek itu telah dicapai.

Ada dua metode akuntansi yang sangat berbeda untuk kontrak

konstruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi akuntansi :

1. Metode Persentase Penyelesaian (percentage of completion method)

Metode ini akan digunakan jika estimasi kemajuan ke arah

penyelesaian, pendapatan, serta biaya yang telah sesuai dapat dipercaya

dan seluruh persyaratan berikut ini terpenuhi, di antaranya:

a) Dalam kontrak tertulis dengan jelas telah memastikan hak yang

dapat dipaksakan pemberlakuannya mengenai barang atau jasa

yang akan diberikan dan diterima oleh pihak yang terlibat dalam

kontrak tersebut, imbalan yang akan dipertukarkan, serta metode

dan syarat penyelesaiannya.

b) Pembeli dapat memenuhi segala kewajiban yang ada di dalam

kontrak yang sudah disepakati.


16

c) Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban

kontraktual.

2. Metode Kontrak Selesai

Metode pengakuan pendapatan dapat dilakukan ketika kondisi

kontrak kerjasama telah usai dengan syarat berikut ini:

a) Memiliki kontrak jangka pendek.

b) Berbagai syarat metode persentase penyelesaian tidak terpenuhi.

c) Menerima risiko atau bahaya yang ada dalam kontrak yang mana

di luar risiko bisnis normal.

2.2.4 Mengukur Persentase Penyelesaian

Terdapat berbagai metode yang sekarang digunakan untuk mengukur

kemajuan suatu kontrak. Metode-metode ini dapat dikelompokkan dalam

dua kategori, yaitu :

1. Ukuran Masukan (Input Measures)

Mengakui pendapatan, biaya, dan laba kotor sesuai dengan

tercapainya kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang.

Untuk menggunakan metode ini, ada standar untuk mengukur

kemajuan ke arah penyelesaian pada waktu interim tertentu.

Metode untuk menilai tingkat kemajuan penyelesaian adalah

sebagai berikut :

a) Metode biaya terhadap biaya (cost-to-cost method)

Metode ini merupakan metode yang cukup sering digunakan

untuk mengukur suatu masukan. Berdasarkan metode ini, tingkat


17

penyelesaian ditetapkan dengan membandingkan biaya yang telah

dikeluarkan dengan taksiran terkini mengenai jumlah sempurna

dari tarif yang diharapkan untuk bisa menyelesaikan suatu proyek.

Persentase yang dibuat adalah hasil dari perbandingan antara biaya

yang telah dikeluarkan dengan jumlah keseluruhan biaya yang

diharapkan lalu dikalikan dengan laba bersih yang diinginkan dari

proyek tersebut.

Beberapa dari biaya yang dikeluarkan, terutama pada tahap-

tahap awal kontrak, harus dilupakan dalam menerapkan metode ini

karena biaya-biaya ini tidak secara langsung berhubungan dengan

usaha yang dicurahkan untuk kontrak tersebut. Biaya-biaya ini

meliputi unsur-unsur seperti biaya subkontrak untuk pekerjaan

yang masih harus dilaksanakan dan standar pemakaian bahan yang

belum dibuat.

Masalah yang paling sulit dalam metode ini adalah menaksir

biaya yang akan dikeluarkan. Namun taksiran ini diperlukan dalam

melaporkan laba tanpa memperhatikan bagaimana persentase

penyelesaian itu dihitung.

Ukuran masukan (input measures) – biaya yang terjadi, jam

kerja – dibuat sesuai dengan upaya yang dicurahkan dalam suatu

kontrak. Ukuran keluaran (output measures) – jumlah ton yg

diproduksi, jumlah lantai bangunan yang diselesaikan, jumlah mil

jalan yang diselesaikan – dibuat menurut hasilnya.


18

Ukuran masukan yang populer digunakan untuk mengukur

kemajuan adalah dasar biaya terhadap biaya (cost-to-cost basis).

Rumus untuk persentase penyelesaian cost-to-cost basis :

Persentase penyelesaian x Estimasi total pendapatan (atau Laba

Kotor ) = Pendapatan (laba kotor) yang diakui sampai tanggal ini.

Pendapatan (laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini -

Pendapatan (laba kotor) yang diakui periode sebelumnya =

Pendapatan (laba kotor periode berjalan).

b) Metode upaya yang diperluas (efforts expended method)

Metode upaya yang diperluas didasarkan pada ukuran

tertentu dari pekerjaan yang dilaksanakan. Ukuran itu meliputi jam

kerja, upah buruh, jam mesin, atau kuantitas bahan. Dalam hal-hal

tersebut, tingkat penyelesaian diukur dengan cara yang sama

dengan yang digunakan dalam pendekatan biaya ke biaya, rasio

dari usaha yang dicurahkan terhadap taksiran seluruh usaha yang

akan dicurahkan untuk menyelesaikan kontrak. Sebagai contoh,

jika ukuran dari pekerjaan yang dilaksanakan adalah jam kerja,

maka rasio dari jam kerja yang sudah dilaksanakan terhadap

taksiran seluruh jam kerja akan memberikan persentase yang akan

digunakan dalam mengukur laba yang dihasilkan.

2. Ukuran Keluaran (Output Measures)

Cara ini dibuat dengan hasil yang sudah dicapai. Artinya, cara

ini didasarkan pada unit yang dibuat dan pertambahan nilai (values
19

added). Misalnya, kontrak pembuatan jalan. Arsitek dan insinyur

yang terlibat diminta untuk mengukur biaya pengeluarannya.

Kemudian mengukur berapa presentasi pekerjaan yang telah selesai.

Dengan cara pengukuran ini, akhirnya dapat

mengindentifikasi, mengklasifikasi, dan mencatat pendapatan yang

akan mempengaruhi laporan laba dan rugi menjadi lebih akurat. Itu

mengapa, sebuah perusahaan wajib mengetahui dengan jelas,

memahami dan bisa melakukan pengukuran dan pengakuan

pendapatan, serta pencatatannya.

2.2.5 Akuntansi untuk Jenis Kontrak-kontrak Pembangunan Jangka

Panjang

Terdapat perbedaan yang relatif kecil dalam akuntansi untuk jenis

kontrak-kontrak jangka panjang menurut metode persentase penyelesaian

dan menurut metode kontrak selesai. Hanya waktu pengakuan pendapatan

dan pengakuan penandingan biaya (matching cost) yang berbeda. Semua

biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dapat dialokasikan

dibebankan pada suatu akun persediaan yaitu Konstruksi dalam

Pelaksanaan (Construction in Progress), begitu biaya-biaya ini muncul.

Akun persediaan juga meningkat dengan adanya laba yang diakui selama

periode pembangunan.

Biasanya kontrak-kontrak mensyaratkan pengajuan faktur oleh

kontraktor dan pembayaran faktur ini oleh pelanggan. Jumlah faktur ini
20

biasanya ditentukan oleh syarat- syarat kontrak, dan mungkin

dihubungkan dengan biaya-biaya yang benar-benar telah dikeluarkan.

Pada umumnya, kontrak-kontrak ini mengharuskan adanya

pemeriksaan sebelum penyerahan akhir dilakukan. Sebagai perlindungan

bagi pelanggan, perjanjian kontrak seringkali menetapkan suatu jumlah

yang akan ditahan dan dikeluarkan dari kemajuan pengajuan faktur

(progress billings). Penahanan ini biasanya berbentuk suatu persentase

dari kemajuan pengajuan pengajuan faktur, berkisar antara 10 – 20 %, dan

akan dibayar pada penerimaan akhir barang yang dibangun. Faktur,

termasuk jumlah yang ditahan, didebit pada perkiraan atau akun Piutang

Dagang dan dikredit pada akun Kredit yang Ditangguhkan atau Penagihan

Konstruksi dalam Pelaksanaan. Dengan demikian, pengajuan faktur pada

hakikatnya memindahkan nilai harta dari persediaan ke piutang, tetapi

karena kontrak bersifat jangka panjang, biaya-biaya pembangunan harus

tetap tercermin dalam akun-akun.

Contoh: akuntansi kontrak konstruksi jangka panjang (long-term

construction). Harus menggunakan metoda Percentage-of-Completion

jika estimasi kemajuan pekerjaan, pendapatan, dan kos reasonably

dependable dan seluruh kondisi berikut ada:

1) Kontrak secara jelas menetapkan enforceable rights terkait dengan

barang atau jasa oleh masing-masing pihak, pertimbangan yang

akan diubah setiap saat, dan hal-hal yang terkait dengan

pembayaran .
21

2) Pembeli dapat diharapkan memenuhi seluruh kewajibannya.

3) Kontraktor dapat diharapkan melaksanakan pekerjaan sesuai

kontrak.

Perusahaan harus menggunakan metoda Kontrak Selesai jika satu

diantara kondisi berikut ini terpenuhi

1) Perusahaan memiliki kontrak jangka pendek;

2) Perusahaan tidak dapat memenuhi kondisi untuk menggunakan

metode persentase penyelesaian;

3) Ada inherent hazards dalam kontrak di luar kondisi normal, yang

menimbulkan risiko bisnis.

2.2.6 Pengakuan Pendapatan Setelah Penjualan

Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas harga jual tidak dapat

dipastikan secara layak sehingga pengakuan pendapatan akan

ditangguhkan. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam

menagguhkan pengakuan pendapatan sampai kas diterima, yaitu :

1. Metode akuntansi penjualan cicilan (installment sales method)

Dalam metode akuntansi penjualan cicilan mengakui laba dalam

periode penagihan bukan dalam periode penjualan. Metode akuntansi

penjualan cicilan dibenarkan atas dasar bahwa jika tidak ada

pendekatan yang layak untuk mengestimasi tingkat ketertagihan,

pendapatan tidak boleh diakui sampai kas berhasil ditagih.

Data berikut mengilustrasikan metode penjualan cicilan dalam

akuntansi untuk penjualan barang dagang.


22

2007 2008 2009


Penjualan cicilan $200.000 $250.000 $240.000
Harga pokok penjualan cicilan $150.000 $190.000 $168.000
Laba kotor $ 50.000 $ 60.000 $ 72.000
Tingkat laba kotor atas penjualan 25% 24% 30%
Penerimaan kas
Penjualan thn 2007 $ 60.000 $100.000 $ 40.000
Penjualan thn 2008 - $100.000 $125.000
Penjualan thn 2009 - - $ 80.000
$ 50.000 $ 60.000 $ 72.000
$200.000 $250.000 $240.000

Untuk menyederhanakan ilustrasi, beban bunga setelah

dikeluarkan. Ikhstisar ayat jurnal dalam format jurnal umum untuk tahun

2007 ditunjukkan berikut ini :

2007
Piutang usaha cicilan, 2007 $200.000
Penjualan cicilan $200.000

Kas $ 60.000
Piutang usaha cicilan, 2007 $ 60.000

Harga pokok penjualan cicilan $150.000


Persediaan (pembelian) $150.000

Penjualan cicilan $200.000


Harga pokok penjualan cicilan $150.000
Laba kotor yang ditangguhkan, 2007 $ 50.000

Laba kotor yang ditangguhkan, 2007 $ 15.000


Laba kotor yang direalisasikan atas penjualan cicilan $ 15.000

Laba kotor yang direalisasikan atas penjualan cicilan $ 15.000


Ikstisar laba rugi $ 15.000
23

Dibawah ini menunjukkan perhitungan laba kotor yang

direalisasi dan ditangguhkan untuk thn 2007.

Tingkat laba kotor tahun berjalan 25%

Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan $ 60.000

Laba kotor yang direalisasi (25% dari $60.000) $ 15.000

Laba kotor yang ditangguhkan ($50.000-$15.000) $ 35.000

Ikhstisar ayat jurnal dalam format jurnal untuk tahun 2 (2008)

diperhatikan berikut ini :

2008
Piutang usaha cicilan, 2008 $250.000
Penjualan cicilan $250.000

Kas $200.000
Piutang usaha cicilan, 2007 $100.000

Piutang usaha cicilan, 2008 $100.000


Harga pokok penjualan cicilan $190.000

Persedian (pembelian) $190.000


Penjualan cicilan $250.000

Harga pokok penjualan cicilan $190.000


Laba kotor yang ditangguhkan, 2008 $ 60.000

Laba kotor yang ditangguhkan, 2007 ($100.000x25%) $ 25.000


Laba kotor yang ditangguhkan, 2008 ($100.000x24%) $ 24.000

Laba kotor yang direalisasi atas penjualan cicilan $ 49.000


Ikhstisar laba rugi $ 49.000
24

Laba kotor yang direalisasi dan ditangguhkan untuk tahun 2008

dihitung sebagai berikut :

Penjualan tahun berjalan Tingkat laba kotor 24%


Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan $100.000
Laba kotor yang direalisasi (24% dari 100.000) $ 24.000
Laba kotor yang ditangguhkan ($60.000-$24.000) $ 36.000
Penjualan tahun sebelumnya
Tingkat laba kotor 2007 25%
Kas yang tertagih dari penjualan tahun 2007 $100.000
Laba kotor yang direalisasi pada tahun 2008 $ 25.000
Total laba kotor yang direalisasi tahun 2008
Direalisasi dari penagihan penjualan tahun 2007 $ 25.000
Direalisasi dari penagihan penjualan tahun 2008 $ 24.000
Total $ 49.000

Ayat jurnal untuk tahun 2009 akan sama dengan ayat jurnal

tahun 2008, dan total laba kotor yang dikumpulkan atau direalisasi

sebesar $64.000. seperti yang ditunjukkan oleh perhitungan dibawah ini :

2009
Penjualan tahun berjalan
Tingkat laba kotor 30%
Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan $ 80.000
Laba kotor yang direalisasi (30% dari $80.000) $ 24.000
Laba kotor yang ditangguhkan (72.000-24.000) $ 48.000
Penjualan tahun sebelumnya
Penjualan tahun 2007
Tingkat laba kotor 25%
Kas yang tertagih $ 40.000
Laba kotor yang direalisasi pada thn 2009
Atas penjualan thn 2007 (25% dari $40.000) $10.000
25

Penjualan tahun 2008


Tingkat laba kotor 24%
Kas yang tertagih $125.000
Laba kotor yang direalisasi pada thn 2009
Atas penjualan thn 2008 (24% dari $125.000) $ 30.000
Total laba kotor yang direalisasi thn 2009
Direalisasi dari penagihan penjualan thn 2007 $ 10.000
Direalisasi dari penagihan penjualan thn 2008 $ 30.000
Direalisasi dari penagihan penjualan thn 2009 $ 24.000
Total $ 64.000

2. Metode pemulihan biaya (cost recovery method)

Dalam metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang diakui

sampai pembayaran kas oleh pembeli melebihi harga pokok barang

dagang yang dijual bagi penjual. Setelah seluruh biaya dipulihkan,

setiap penagihan kas tambahan dimasukkan dalam laba. Laporan laba

rugi untuk periode penjualan melaporkan pendapatan penjualan,

harga pokok penjualan, serta laba kotor baik jumlah yang diakui

selama periode berjalan maupun jumlah yang ditangguhkan. Laba

kotor yang ditangguhkan dikurangkan dari piutang terkait dengan

neraca. Laporan laba rugi selanjutnya melaporkan laba kotor sebagai

pos pendapatan terpisah apabila laba kotor diakui pada saat

dihasilkan. Dalam beberapa situasi kas diterima sebelum penyerahan

atau pengalihan properti dan dicatat sebagai simpanan karena

transaksi penjualan tersebut belum selesai. Cara ini disebut metode

simpanan (deposit method). Menurut metode ini penjualan

melaporkan kas yang diterima dari pembeli sebagai uang tanggungan


26

atas kontrak dan mengklasifikasikannya dalam neraca. Selain itu,

penjual juga mencatat beban penyusutan sebagai biaya periode untuk

properti tersebut.

Menurut metode ini tidak ada pendapatan atau laba yang harus

diakui sampai penjualan selesai. Pada saat itu akun simpanan ditutup

dan salah satu metode pengakuan pendapatan diatas diterapkan.

Untuk mengilustrasikan metode pemulihan biaya asumsikan

pada awal tahun 2007 fesmire manufacturing menjual persediaan

dengan harga pokok $25.000 kepada higley company seharga

$36.000. higley akan melakukan pembayaran sebesar $18.000 pada

tahun 2007, $12.000 pada tahun 2008, dan $6.000 pada tahun 2009.

Jika metode pemulihan biaya diterapkan pada transaksi penjualan ini

dan higley melakukan pembayaran sesuai jadwal, maka penagihan

kas, pendapatan, harga pokok, dan laba kotor diakui sebagai berikut:

2007 2008 2009

Kas yang ditagih $ 18.000 $ 12.000 $ 6.000


Pendapatan $ 36.000 - -
Harga pokok penjualan $ 25.000 - -
Laba kotor yang ditangguhkan $ 11.000 $ 11.000 $ 6.000
Laba kotor yang diakui - $ 5.000 $ 6.000
Saldo laba kotor yang ditangguhkan
Akhir periode $ 11.000 $ 6.000 -

$25.000 - $18.000 = $7.000 harga pokok yang belum terpulihkan

pada akhir tahun 2007. $12.000 - $7.000 = $5.000 kelebihan kas yang

diterima tahun 2008 diatas harga pokok yang belum terpulihkan.


27

Ayat jurnal jurnal fesmire untuk mencatat laba kotor yang

ditangguhkan atas transaksi penjualan higley ini (setelah penjualan

dan harga pokok penjualan dicatat dengan cara yang normal) pada

akhir tahun 2007 adalah sebagai berikut:

2007
Penjualan $36.000
Harga pokok penjalan $25.000
Laba kotor yang ditangguhkan $11.000

Pada tahun 2008 dan 2009, laba kotor yang ditangguhkan akan

menjadi laba laba kotor yang direalisasi pada saat penagihan kas

kumulatif melebihi total harga pokok dengan mencatat ayat jurnal berikut

ini:

2008
Laba kotor yang ditangguhkan $5.000
Laba kotor yang direalisasi $5.000

2009
Laba kotor yang ditangguhkan $6.000
Laba kotor yang direalisasi $6.000

Metode Simpanan

Dalam beberapa kasus, kas yang diterima dari pembeli sebelum

penagihan barang atau property. Dalam kasus ini penjual belum melakukan

kontrak dan tidak memiliki klaim terhadap pembeli. Disini tidak terdapat

penagihan risiko dan imbalan kepemilikan yang memadai agar suatu

penjualan dicatat. Metode akuntansi untuk transaksi yang belum selesai ini

adalah metode simpanan (deposit method).


28

Menurut metode simpanan, penjual melaporkan kas yang diterima dari

pembeli sebagai uang tanggungan atas kontrak dan mengklasifikasikannya

sebagai kewajiban (simpanan yang dapat dikembalikan atau uang muka

pelanggan) dineraca. Penjual terus melaporkan propertinya sebagai aktiva

dalam neraca, beserta setiap hutang terkait yang masih ada. Selain itu, penjual

juga terus mencatat beban penyusutan sebagai biaya periode untuk properti

tersebut. Tidak ada pendapatan atau laba yang harus diakui sampai penjualan

selesai. Pada saat itu akun simpanan ditutup dan salah satu metode pengakuan

pendapatan yang dibahas dalam bab ini diterapkan pada penjualan itu.

Perbedaan utama antara metode cicilan dan metode pemulihan biaya serta

metode simpanan adalah berkaitan dengan pelaksanaan kontrak.

Ikhtisar Dasar Pengakuan Pendapatan Produk

Dasar atau metode pengakuan pendapatan, criteria penggunaanya, serta

alasan-alasan untuk menyimpang dari dasar penjualan. Diikhtisarkan dalam

ilustrasi berikut:

Dasar pengakuan
Alasan untuk menyimpang
(metode penerapan Kriteria penggunaan
dari dasar penjualan
dasar)
Metode presentase Konstruksi property jangka Tersedianya bukti mengenai
Penyelesaian panjang: estimasi yang dapat hasil akhir, ukuran laba
diandalkan mengenai tingkat periodic yang lebih baik;
kemajuan dan biaya terhindarnya fluktuasi
penyelesaian; kepastian pendapatan, beban, dan laba;
yang layak mengenai pelaksanaan kontrak
kolektibilitas harga kontrak; merupakan ‘penjualan yang
harapan bahwa kontraktor terus-menerus” sehingga
dan pembeli dapat bukan merupakan
memenuhi kewajiban; serta penyimpangan dari dasar
29

tidak adanya bahaya inheren penjualan.


yang membuat estimasi jadi
meragukan
Metode kontrak Digunakan pada kontrak Adanya bahaya inheren
selesai jangka pendek, dan dalam kontrak diluar risiko
manakala presentase bisnis yang normal dan
penyelesaian tidak dapat berulang; tidak terpenuhinya
digunakan untuk kontrak kondisi untuk memakai
jangka panjang. metode presentase
penyelesaian
Dasar penyelesaian Dapat dengan segera Pendapatan sudah diketahui
produksi dipasarkan pada harga atau dapat ditentukan;
kutipan; dan tidak ada biaya ketidakmampuan untuk
distribusi yang signifikan menentukan harga pokok
dan karenanya
menangguhkan pengakuan
beban sampai penjualan.
Metode penjualan Tidak adanya dasar yang Kolektibilitas piutang sangat
cicilan layak untuk mengsetimasi tidak pasti sehingga laba
dan metode tingkat kolektibilitas dan kotor (atau laba) tidak diakui
pemulihan biaya penagihan. sampai kas benar-benar
biaya diterima.
Metode simpanan Kas diterima sebelum Tidak ada pengakuan
transaksi penjualan selesai pendapatan dan laba karena
belum ada pengalihan risiko
serta imbalan
kepemilikan yang mencukupi.
BAB III

STUDI KASUS

3.1 Pembahasan Kasus

Pada bagian ini penulis akan menyajikan berbagai kasus

pengakuan pendapatan yang secara umum ditemui dalam dunia praktik.

Berikut ini pemahaman dalam contoh soal pengakuan pendapatan dalam

metode persentase penyelesaian kontrak kontruksi sebagai pengukuran

pendapatan serta biayanya.

Kasus I

PT Cahaya Gedung yang mempunyai kontrak untuk membangun

sebuah klinik dengan harga Rp1.000.000.000 dengan total perkiraan biaya

Rp700.000.000. Kesepakatan ini terjadi atas kontrak yang dimulai pada

bulan Agustus 2018 sampai Desember 2020 dengan rincian sebagai

berikut :

Keterangan 2018 2019 2020


Biaya yang Dikeluarkan 200.000.000 400.000.000 750.000.000
Perkiraan Biaya 300.000.000 200.000.000 0
Kemajuan Tagihan 350.000.000 400.000.000 200.000.000
Kas Dibayarkan 300.000.000 450.000.000 250.000.000

Pembahasan Kasus I

Cara Perhitungan Pengakuan Pendapatan Dalam Metode

Persentase Penyelesaian. Sebagai perhitungan persentase dalam

30
31

penyelesaian pendapatan kontrak konstruksi dapat diketahui dengan

langkah sebagai berikut ini :

Keterangan 2018 2019 2020


Harga Kontrak 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000
-Perkiraan Biaya 300.000.000 200.000.000 0
-Biaya yang dikeluarkan 200.000.000 400.000.000 750.000.000
Perkiraan Laba Kotor 500.000.000 150.000.000 250.000.000
Persentase Penyelesaian 29% 57% 100%

Rumus Perhitungan :

 Perkiraan Laba Kotor = Harga Kontrak – (Biaya Yang Dikeluarkan +

Perkiraan Biaya)

 Persentase Penyelesaian = Biaya Yang Dikeluarkan / Total Perkiraan

Biaya

Contoh Jurnal Pengakuan Pendapatan Perusahaan Kontraktor

Sehingga dalam contoh jurnal akuntansi perusahaan kontraktor yang

dicatat ke dalam pembayaran cicilan kas. Baik yang telah dibayarkan atau

mencatat penagihan biaya yang dibayarkan kepada perusahaan, yaitu dengan

jurnal akuntansi perusahaan jasa kontruksi sebagai berikut :

 Jurnal Pengakuan Pendapatan – Pencatatan Tagihan Biaya

Tanggal Keterangan Debit Kredit


01 Agustus 2018 Kontruksi dalam proses 200.000.000
Kas 200.000.000
32

 Jurnal Pengakuan Pendapatan – Mengakui Adanya Suatu Piutang Kontrak

Tanggal Keterangan Debit Kredit


01 Desember 2018 Piutang Usaha 500.000.000
Kontruksi dalam Proses 500.000.000

 Jurnal Pengakuan Pendapatan – Penerimaan Pendapatan Atas Tagihan

Tanggal Keterangan Debit Kredit


01 Desember 2018 Kas 500.000.000
Piutang Usaha 500.000.000
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan.

Pendapatan adalah hasil penjualan faktor-faktor produksi yang dimiliki kepada

sektor produksi dan hasil berupa uang atau materi lainnya yang dicapai dalam

penggunaan faktor-faktor produksi.

Pengakuan pendapatan adalah salah satu komponen penting dalam laporan laba

rugi dan akuntansi. Kesalahan dalam mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan

mencatat pendapatan akan mengakibatkan laporan laba rugi menjadi tidak sah.

Prinsip Pengakuan Pendapatan menetapkan bahwa pendapatan dapat diakui saat:

a). Bila barang dan jasa dipertukarkan dengan kas atau klaim atas piutang.

b.) Bila aktiva yang di dapat segera di konversikan ke jumlah kas atau kas yang

diketahui.

Sedangkan untuk metode pencatatan pendapatan jasa tidak ada paragraf yang

tercantum dalam PSAK No. 23 revisi tahun 2015 yang membahas tentang metode

pencatatan pendapatan oleh karena itu tidak dapat dikatakan apakah sesuai atau

tidak dengan standar yang berlaku..

Oleh karena itu, sebuah perusahaan harus dengan jelas mengetahui, memahami

dan mampu melakukan pengakuan dan pengukuran pendapatan serta

pencatatannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

https://www.harmony.co.id/blog/mencatat-pengakuan-pendapatan-revenue-

recognition-di-pembukuan

https://slideplayer.info/slide/17243963/

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pengakuan-pendapatan

Kuang, Tan Ming (2011). “Analisis Berbagai Kasus Pengakuan Pendapatan

Dalam Akuntansi”, Tanggal diakses 16 Juni 2022.

https://repository.maranatha.edu/4706/1/analisis.pdf

http://perpus.stiehidayatullah.ac.id/file_ebook/ModulAkuntansiKeuangan2.pdf

34

Anda mungkin juga menyukai