Anda di halaman 1dari 23

PENGAUDITAN ATAS LAPORAN LABA RUGI

DOSEN

Tikkos Sitanggang, S.E., M.M

DISUSUN OLEH

Kelompok 5

1. Lyvia Lorenza Tannama 2016031001


2. Lidya Fransyscha 2016031008
3. Neti Puspa Indriani 2016031012
4. Nafisah Ghaida Hani 2016031018
5. Lupitasari 2016031037
6. Augustina Famijah 2016031049
7. Seppyanti 2016031064
8. Riski Tri Utami 2016031071
9. Jeanny Rusianty 2016031080
10. Frenky Situmeang 2016031103
11. Tania Aritonang 2016031160

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I


JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
ridho-Nya sehingga penyusunan makalah audit mengenai Pengauditan atas Laporan Rugi
Laba ini dapat kami selesaikan dengan baik, dan shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada junjungan alam kita Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah audit ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 3. Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penyajian
makalahnya, karena itu mohon kiranya untuk dimaklumi.
Demikian makalah ini kami susun dalam waktu yang telah di rencanakan. Kritik
dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar penyusunan
makalah selanjutnya dapat lebih baik.

Jakarta, 17 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4
B. Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................... 6
A. Sifat dan Contoh ................................................................................................ 6
B. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Perkiraan Laba Rugi ......................... 15
C. Prosedur Audit yang Disarankan ....................................................................... 17
BAB III.PENUTUP ........................................................................................................ 22
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 23

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu yang hendak dicapainya.


Sebagian besar perusahaan bertujuan menghasilkan laba yang optimal sehingga
kelangsungan hidup perusahaan dapat tercapai. Suatu perusahaan akan memiliki
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar dibandingkan
tahun sebelumnya bila tercapai laba yang optimal.
Pada perusahaan dagang maupun manufaktur, pendapatan diperoleh dari penjualan
barang yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Sedangkan pada
perusahaan jasa, pendapatan diperoleh dari pemberian jasa atau pelayanan kepada
konsumen.
Laba yang maksimal merupakan perantara untuk menentukan arah dan
strategi, kebijaksanaan, taktik perusahaan bagi pertumbuhan dan kelangsungan
hidup perusahaan. Perusahaan akan membuat laporan keuangan pada setiap
periode. Berdasarkan laporan yang dibuat, pihak yang berkepentingan dapat
menilai posisi keuangan dan prestasi kerja yang dicapai oleh perusahaan. Salah
satu unsur yang paling penting dari laporan laba rugi adalah pendapatan.
Pendapatan merupakan unsur penting dalam menyajikan informasi pada laporan
laba rugi. Perusahaan akan memperoleh laba bila pendapatan lebih besar daripada
beban, namun sebaliknya jika pendapatan lebih kecil daripada beban maka
perusahaan mengalami kerugian.
Salah satu penentu besarnya laba atau rugi adalah pendapatan. Keberhasilan
perusahaan secara sederhana dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang tinggi dalam
suatu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pengakuan dan pengukuran
menjadi permasalahan dalam menentukan pendapatan. Pengakuan pendapatan
merupakaan saat dimana sebuah transaksi harus diakui sebagai pendapatan perusahaan.
Sedangkan pengukuran pendapatan adalah berapa besar jumlah pendapatan yang
seharusnya diakui dari setiap transaksi yang terjadi pada suatu periode tertentu.
Apabila pendapatan diakui tidak sama dengan yang seharusnya maka ini
berarti pendapatan bisa salah (apakah terlalu besar atau terlalu kecil). Hal ini dapat
mengakibatkan informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi tidak tepat dan dapat
menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen
perusahaan sehingga penting sekali dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan,
perusahaan menggunakan suatu standar sebagai acuan yaitu Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), khususnya PSAK nomor 23. Standar yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) merupakan suatu pedoman dalam penyusunan laporan
keuangan untuk tujuan pelaporan bagi pengguna laporan tersebut. Di dalam PSAK No.
23 diuraikan dan dijelaskan tentang metode pengakuan dan pengukuran pendapatan
yang dapat digunakan bagi perusahaan – perusahaan.

4
B. TUJUAN MAKALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, maka tujuan


dari penulisan makalah tentang Audit atas Laba Rugi ini adalah, sebagai berikut:
1. Untuk dapat lebih memahami tentang prosedur audit laba rugi.
2. Untuk mengetahui tujuan dari audit laba rugi.
3. Untuk mengetahui apa saja perosedur audit laba rugi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat dan Contoh


Perkiraan laba-rugi (profit and loss accounts) terdiri atas perkiraan pendapatan
operasi, harga pokok penjualan, beban operasi, pendapatan dan beban di luar operasi
dan pos luar biasa.

 Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 114)


Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas
pembayaran yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak
termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume.
Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu penjualan barang jika semua
kondisi berikut terpenuhi.
a. Entitas telah mengalihkan resiko dan manfaat yang signifikan dari
kepemilikan barang.
b. Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan baik keterlibatan
manajerial sampai kepada tingkat biasanya diasosiasikan dengan
kepemilikan maupun control efektif atas barang yang terjual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
d. Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan
transaksi akan mengalir masuk ke dalam entitas.
e. Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat
diukur secara andal.

Jika hasil kontrak kontruksi dapat diestimasi secara andal, maka entitas
harus mengakui pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan
kontrak kontruksi masing-masing sebagai pendapatan dan beban yang disesuaikan
dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan (sering
kali dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Hasil suatu transaksi
dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut.
a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
b. Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan
transaksi akan mengalir kepada entitas.
c. Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal.
d. Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat
diukur secara andal.

Jika hasil kontrak kontruksi dapat diestimasi secara andal, maka entitas
harus mengakui pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan
kontrak kontruksi masing-masing sebagai pendapatan dan beban yang disesuaikan

6
dengan tingkat penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan (sering
kali dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Estimasi hasil yang
andal membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, biaya masa depan, dan
kolektibilitas tagihan yang andal.
Entitas harus menentukan tingkat penyelesaian dari suatu transaksi atau
kontrak dengan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal sebagian
besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode yang mungkin meliputi berikut ini.
a. Proporsi biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai
sekarang dibandingkan dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari
pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang tidak termasuk biaya yang
berhubungan dengan aktivitas masa depan, seperti bahan baku atau pembayaran
di muka.
b. Survei atas pekerjaan yang telah diselesaikan.
c. Penyelesaian proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja.

 SAK ETAP (IAI, 2009: 121)


Bunga, Royalti, Deviden
Entitas harus mengakui pendapatan yang muncul dari penggunaan aset oleh entitas
yang lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan deviden atas dasar yang
ditetapkan ketika:
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan
transaksi akan mengalir kepada entitas; dan
b. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal.

Entitas harus mengakui pendapatan atas dasar:


a. Bunga harus diakui secara akrual;
b. Royalti harus diakui dengan menggunakan dasar akrual sesuai dengan
substansi dari perjanjian yang relevan; dan
c. Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham untuk menerima
pembayaran telah terjadi.

 Menurut PSAK No. 23 (Revisi 2010) 23.1


Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset, atau penurunan
liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan maupun keuntungan.
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang
normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan
jasa, bunga dividen, royalti, dan sewa.
Nilai wajar adalah jumlah suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu
liabilitas diselesaikan antara pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan
memadai dalam suatu transaksi yang wajar.

7
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama satu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut
dipenuhi.
a. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli.
b. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang maupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
d. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut
akan mengalir ke entitas.
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur secara andal.

 Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara
andal, maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan
acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil
transaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut dipenuhi.
a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
b. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan mengalir ke entitas.
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat
diukur secara andal.
d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur secara andal.

o Menurut PSAK No. 23 (Revisi 2010) 23.11


Bunga, Royalti, Dividen
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui dengan dasar yang
dijelaskan, jika:
a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.

Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut.


a. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana
yang dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran.

8
b. Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian
yang relevan.
c. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran
ditetapkan.

Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi
yang berbunga, maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara periode
sebelum pembelian dan sesudah pembelian; hanya bagian setelah pembelian yang
diakui sebagai pendapatan.

Royalti diakru sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan dan pendapatan
juga umumnya diakui dengan dasar tersebut kecuali, dengan memperhatikan
substansi perjanjian, akan lebih sesuai dengan transaksi tersebut akan mengalir ke
entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang
telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah
yang kemungkinan pemulihannya tidak besar lagi, maka jumlah tersebut diakui
sebagai beban, bukan penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui
semula.

 Pengungkapan
o Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 122)
Entitas harus mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi yang diterapkan sebagai dasar pengakuan
pendapatan, termasuk metode yang diterapkan untuk menentukan
tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan penyediaan jasa;
b. Jumlah setiap kategori pendapatan yang diakui selama periode,
termasuk pendapatan yang timbul dari:
1. Penjualan barang;
2. Penyediaan jasa;
3. Bunga;
4. Royalti;
5. Dividen;
6. Jenis pendapatan signifikan lainnya.

Entitas harus mengungkapkan:


a. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan dalam
periode pelaporan;
b. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang
diakui dalam periode pelaporan;
c. Metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian
kontrak yang sedang berjalan.

9
Entitas harus menyajikan:
a. Jumlah bruto kontrak pekerjaan yang sudah menjadi hak sebagai suatu
aset; dan
b. Jumlah bruto kontrak kerja yang terutang kepada pelanggan sebagai
suatu kewajiban.

o Menurut PSAK No. 23 (revisi 2010) 23.12


Entitas mengungkapkan:
a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan,
termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat
penyelesaian transaksi penjualan jasa;
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama
periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
1. Penjualan barang;
2. Penjualan jasa;
3. Bunga;
4. Royalti;
5. Dividen; dan
c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang
tercangkup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.

o Menurut Penulis
Keuntungan (gain) biasa berasal dari penjualan aktiva tetap (gain on
sale of fixed assests), tukar tambah aktiva tetap tidak sejenis (gain on
trade-in), keuntungan selisih kurs (foreign exchange gain).
Pos luar biasa maksudnya kerugian yang timbul dari kejadian atau
transaksi yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi, misalnya
kerugian sebagai akibat gempa bumi, kebakaran atau banjir. Kerugian
tersebut setelah dikurangi dengan klaim asuransi, jika ada disajikan sebagai
pos luar biasa dalam laporan laba rugi.
Harga pokok penjualan adalah jumlah yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk memperloleh barang yang terjual (cost merchandise
sold) atau untuk memproduksi barang yang terjual (cost of goods sold).
Cost of Merchandise sold di suatu perusahaan dagang dapat dihitung
sebagai berikut (physical system).

Persediaan awal barang dagangan Rp xxx


+/+ Pembelian neto Rp xxx

Barang dagangan yang tersedia untuk dijual Rp xxx


-/- Persediaan akhir barang dagangan Rp xxx

Harga pokok penjualan Rp xxx

10
(Cost of Merchandise Sold)

Cost of goods sold di suatu perusahaan industri dapat dihitung sebagai


berikut (physical system).

Persediaan awal bahan baku Rp xxx


+/+ Pembelian bersih Rp xxx

Bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp xxx


-/- Persediaan akhir bahan baku Rp xxx

Pemakaian bahan baku Rp xxx


Upah langsung Rp xxx
Overhead pabrik Rp xxx

Biaya produksi (cost of production) Rp xxx


+/+ Persediaan awal barang dalam proses Rp xxx
-/- Persediaan akhir barang dalam proses Rp xxx

Biaya pabrikasi (cost of manufactued) Rp xxx


+/+ Persediaan awal barang jadi Rp xxx
-/- Persediaan akhir barang jadi Rp xxx

Harga pokok penjualan Rp xxx


(cost of goods sold)

Beban operasi (operating expenses) terdiri dari beban penjualan (seliing


expenses) dan beban umum dan administrasi (general and administrative
expenses).
Contoh selling expenses antara lain: gaji bagian penjualan, komisi
salesman, biaya iklan, promosi, entertainment, transportasi, dan lain-lain.
Contoh general and administrative expenses antara lain: gaji bagian
akuntansi dan keuangan, personalia dan umum, biaya sewa, air, telepon,
entertainment, perjalanan dinas, penyusunan investaris kantor, dan lain-lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan atas perkiraan
laba rugi adalah sebagai berikut.
1. Prinsip conservatism dalam pengakuan pendapatan dan beban.
a. Beban yang belum pasti terjadi tetapi diperkirakan akan menjadi beban
perusahaan pada periode yang diperiksa, jumlahnya bisa diestimasi dan
cukup material, harus dicatat sebagai beban. Misalnya garansi untuk
penjualan produk perusahaan (barang-barang elektronik) harus di-
accured per tanggal posisi laporan keuangan (neraca).
b. Pendapatan yang belum pasti terjadi, belum boleh dicatat sebagai
pendapatan perusahaan.

11
Pendapatan pada umumnya diakui pada saat penyerahan barang (untuk
perusahaan dagang dan industri), pada saat penyerahan jasa atau pada
saat bisa dibuatkan faktur (untuk perusahaan jasa).
Pengecualiannya, antara lain:
a. Diakui pada saat penerimaan uang, misalnya untuk penjualan tunai
dan penjualan cicilan;
b. Untuk perusahaan kontraktor ada dua pilihan pengakuan pendapatan
yaitu metode kontrak selesai (completed contract method) dan
metode persentase penyelesaian (percentage of completion method);
c. Untuk jenis barang tertentu ang harga jualnya sudah pasti,
barangnya pasti terjual atau cepat rusak, pendapatan bisa diakui
pada saat selesainya produksi. Misalnya, untuk logam mulia dan
hasil pertanian.

2. Konsep Matching Cost Against Revenue


Dalam laporan laba rugi harus dibandingkan pendapatan yang menjadi hak
perusahaan dalam periode yang diperiksa dengan biaya yang menjadi beban
perusahaan untuk periode yang sama, tanpa memperhatikan apakah
uangnya sudah diterima (untuk pendapatan) yang dibayarkan (untuk biaya)
atau belum.
Dalam hal ini, menurut ETAP/PSAK/IFRS, pendapatan dan beban harus
dicatat dengan dasar akrual (accrual basis) bukan dasar kas (cash basis).

Dalam memeriksa pendapatan dan biaya, auditor harus memperhatikan


jangan sampai ada pergeseran waktu dalam pengakuan pendapatan dan
beban. Misalkan auditor memeriksa laba rugi untuk tahun 2011, yang
dilaporkan perusahaan sebagai pendapatan tahun 2011 haruslah pendapatan
yang betul-betul menjadi hak perusahaan dalam tahun 2011. Begitu juha
yang dilaporkan sebagai beban tahun 2011 haruslah yang betul-betul
merupakan beban perusahaan dalam tahun 2011.

12
 Pendapatan 2011, uangnya diterima di 2011
 Pendapatan 2011, uangnya diterima di 2012
(accured income)
 Pendapatan 2011, uangnya diterima di 2010
(unearned revenue)

,,,,,,,,,,,,,,, ,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,, Pendapatan ,,,,,,,,,,,,,,,

Beban
1/1/11 31/12/11
 Beban 2011, uangnya dibayar di 2011
 Beban 2011, uangnya dibayar di 2012
(accured expenses)
 Beban 2011, uangnya dibayar di 2010
(prepaid expenses)

3. Waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan pendapatan dan beban


(pos-pos laba rugi) tidak sebanyak waktu yang digunakan untuk memeriksa
pos-pos laporan posisi keuangan (neraca), karena beberapa alasan sebagai
berikut.
1. Pada waktu memeriksa pos laporan posisi keuangan (neraca), sekaligus
sudah diperiksa (dikaitkan dengan) pos laba rugi yang bersangkutan,
misalnya:

Pos Laporan Posisi Keuangan


Pos Laba Rugi
(Neraca)

Kas Selisih Kas, Selisih Kurs


Bank Selisih Kurs, Biaya Bank, Jasa Giro
Piutang Selisih Kurs, Bad Debt Expenses
Persediaan Selisih Stock Opname, Harga Pokok Penjualan
Prepayment Rent Expense, Insurane Expense
Marketable Securities Interest Income, Dividend Income, Laba Rugi
Penjualan, Surat Berharga
Fixed Assets Biaya Penyusutan, Gain or Loss on Disposal of Fixed
Assets
Intangible Assets Biaya Amortisasi
Accrued Expenses Macam-macam Biaya
Short Term Loan Biaya Bunga, Selisih Kurs
Long Term Loan Biaya Bunga, Selisih Kurs

13
Menurut standar akuntansi keuangan di Indonesia, transaksi yang terjadi dalam
mata uang asing harus dicatat dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat tejadinya
transaksi; aset dan kewajiban moneter yang tercaantum dalam mata uang asing pada
tanggal laporan posisi keuangan (neraca), harus dikonversikan ke dalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca);
selisih kurs yang terjadi dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
Kurs tengah maksudnya kurs beli ditambah kurs jual lalu dibagi dua.
Yang dimaksud aset moneter adalah kas, bank, piutang, sedangkan liabilitas
moneter adalah liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
Misalkan PT Irana mempunyai saldo piutang dari PT Dirgantara per 31 Desember
2011 sebesar US$100,000 yang berasal dari penjualan barang dagangan tanggal 17
Oktober 2011.
Kurs 1 US$ tanggal 7 Oktober 2011 misalnya Rp. 2.200 sehingga saldo per 31
Desember 2011 tercatat Rp. 220.000.000. misalkan kurs Bank Indonesia per 31 Desember
2011 adalah kurs beli 1US$ = Rp. 2.290 dan kurs jual 1US$ = Rp. 2.310, berarti kurs
tengah 1US$ = Rp. 2.300
Pada tanggal 31 Desember 2011 harus dibuat jurnal koreksi untuk penyesuaian
selisih kurs sebagai berikut.

Di PT Irana:
DR. Piutang Rp. 10.000.000
CR. Laba Rugi Selisih Kurs Rp. 10.000.000

Di PT Dirgantara:
DR. Laba Rugi Selisih Kurs Rp.10.000.000
CR. Utang Rp. 10.000.000

2. Pada waktu melakukan test transaksi (test of recorded transactions)


sekaligus diperiksa pos-pos laba rugi.

Jenis Tes Transaksi


Pos Laba Rugi

a. Cash Disbursement Macam-macam biaya dan pembelian tunai


Test Macam-macam pendapatan dan penjualan tunai
b. Cash Receipt Test Penjualan dan Harga Pokok Penjualan
c. Sales Test Pembelian
d. Purchases Test Biaya Gaji dan Upah
e. Payroll Test Biaya Penyusutan & Amortisasi, Selisih Kurs, Gain on
f. Jurnal Voucher Test Sale of Fixed Assets

14
3. Audit prosedur atas perkiraan laba rugi yang biasa dijalankan adalah:
a. Analytical review procedures (prosedur penelaahan analitis)
Maksudnya harus dibuat perbandingan antara laba rugi periode
yang diperiksa dengan periode sebelumnya, dihitung kenaikan dan
penurunan baik dalam rupiah maupun persentase beserta alasan-
alasan kenaikan dan penurunan.
Selain itu harus dibuat perbandingan antara laba rugi periode yang
diperiksa dengan anggarannya, lalu dibuat analisis variance-nya.
Dalam analyitical review procedures juga harud dibuat analisis rasio
untuk mengukur likuiditas, rentabilitas, leverages, dan lain-lain
untuk dibandingkan dengan rasio industri.
b. Menganalisis beberapa perkiraan laba rugi yang penting atau yang
ada kaitannya dengan perhitungan pajak (untuk koreksi fiskal),
misalnya:
 Other income (expense);
 Miscellaneous expenses;
 Entertainment expenses;
 Travelling expenses;
 Legal fees (ada kaitannya dengan contingent liability);
 Professional fees;
 Repair & maintenance (ada kaitannya dengan capital dan
revenue expenditures)
c. Melakukan pemeriksaan atas subsequent payment (pembayaran
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)) dan subsequent
collection (penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca)).

B. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Perkiraan Laba Rugi


1. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan dan
beban, termasuk apakah perusahaan menggunakan accrual basis untuk mencatat
pendapatan maupun beban.
2. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang menjadi hak perusahaan telah
dicatat di buku perusahaan, dan apakah pendapatan yang dicatat betul-betul
merupakan hak perusahaan, dengan menggunakan cut-off yang tepat.
3. Untuk memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah
dicatat di buku perusahaan, dan apakah semua biaya yang dicatat betul-betul
merupakan beban perusahaan, dengan memperhatikan cut-off yang tepat.
4. Untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan
pendapatan dan beban jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maupun jika
dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan beban.
5. Untuk memeriksa apakah pendapatan dan beban telah dilaporkan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

15
 Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas pendapatan
dan beban. Jika internal control atas pendapatan cukup kuat berarti seluruh
pendapatan yang menjadi hak perusahaan dalam suatu periode telah/akan
diterima dan dicatat oleh perusahaan. Jika internal control atas beban cukup
kuat berarti biaya yang menjadi beban perusahaan dalam suatu periode
telah/akan dibayar dan dicatat seluruhnya oleh perusahaan, selain itu
diharapkan efisiensi bisa ditingkatkan.

Beberapa ciri internal control yang baik atas pendapatan dan beban.
a. Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered, seperti purchase
requisition, purchase order, receiving report, official receipt, sales order,
delivery order, sales invoice, dan lain-lain.
b. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab antara fungsi-fungsi di
dalam perusahaan.
c. Digunakannya anggaran pendapatan dan biaya (budget) dan setiap akhir
bulan dibuat perbandingan antara budget dengan realisasinya dan
kemudian dianalisis variance yang terjadi.
d. Adanya sistem otorisasi yang dipegang oleh beberapa orang berdasarkan
jenjang jabatannya.
e. Digunakannya program komputer untuk menghitung gaji dan PPh 21.
f. Digunakannya time card untuk mengontrol jumlah jam kerja dari masing-
masing pegawai.
g. Adanya personal file untuk masing-masing pegawai yang antara lain
memnuat surat pengangkatan sebagai pegawai, kenaikan gaji, jenjang
jabatan, status keluarga dan data penting lainnya untuk masing-masing
pegawai.
h. Adanya bagian internal audit yang berfungsi antara lain untuk men-check
keandalan dan keakuratan data akuntansi.
2. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan yang menjadi hak perusahaan
telah dicatat dengan menggunakan cut-off yang tepat.
 Semua pendapatan, dari kegiatan operasi maupun di luar kegiatan
operasi (misalnya pendapatan bunga, penjualan barang-barang scrap),
seluruhnya sudah dicatat dalam buku perusahaan dan uangnya
telah/akan diterima oleh perusahaan. Jangan sampai ada pendapatan
yang masuk ke kantong karyawan, direksi atau pemegang saham yang
merupakan pemilik perusahaan.
 Semua pendapatan dicatat dalam periode yang tepat, yaitu peiode
terjadinya, dan tidak terjadi pergeseran waktu pencatatan untuk tujuan
window dressing.
 Tidak ada pendapatan yang bukan menjadi hak peusahaan, misalnya
pendapatan dari bisnis pribadi pemegang saham/pemilik, dicatat
sebagai pendapatan perusahaan, untuk tujuan window dressing.

16
3. Untuk memeriksa apakah semua biaya yang menjadi beban perusahaan telah
dicatat dengan menggunakan cut-off yang tepat.
Maksudnya auditor harus yakin bahwa:
 Semua biaya, dari kegiatan operasi maupun diluar kegiatan operasi
(misalnya biaya bunga, kerugian penarikan aet tetap), seluruhnya sudah
dicatat dalam buku perusahaan, baik yang uangnya sudah dibayarkan
maupun baru akan dibayarkan dalam periode berikutnya.
 Semua biaya dicatat dalam periode yang tepat, yaitu periode terjadinya,
dan tidak terjadi pergeseran waktu pencatatan untuk tujuan window
dressing.
 Tidak ada biaya yang bukan menjadi beban perusahaan, misalnya biaya
pribadi pemegang saham/pemilik, dicatat sebagai biaya perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah terdapat fluktuasi yang besar dalam perkiraan
pendapatan dan beban jika dibandingkan bulan per bulan atau jika
dibandingkan dengan anggaran pendapatan dan beban.
Jika terlihat ada fluktuasi yang besar, auditor harus memeriksa alasan dari
kenaikan atau penurunan yang besar tersebut, apakah masuk akal atau tidak.
Ada kemungkinan klien melakukan kesalahan pencatatan, misalnya
seharusnya masuk ke biaya penjualan tetapi dicatat sebagai biaya umum dan
administrasi. Kemungkinan lain ada pergeseran waktu pencatatan, misalnya
penjualan tahun 2012 dicatat sebagai penjualan tahun 2011.
Bisa juga klien sengaja melakukan pergeseran mata anggaran karena anggaran
tertentu sudah habis dipakai sedangkan mata anggaran lainnya masih banyak
yang belum terpakai.
5. Untuk memeriksa apakah pendapatan dan beban telah dilaporkan sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
Dalam catatan atas laporan keuangan harud dijelaskan beberapa kebijakan
akuntansi yang penting, misalnya:
 Apakah perusahaan menggunakan metode akrual dalam pencatatan
beban dan pendapatan;
 Bagaimana metode pengakuan pendapatan yang digunakan;
 Pemeliharaan, reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaan-
penambahan (improvement);
 Laba-rugi penjualan aset tetap.

C. Audit Proedur yang Disarankan


Audit perosedur yang disarankan adalah sebagai berikut.
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya.
(gunakan internal control questionnaires, flow chart, atau narrative memo).
2. Minta rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka
perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical review
procedures. Buat analisa rasio dan hitung juga ROI (Return on Investment) dan

17
ROE (Return on Equity). Rasio yang dihitung untuk tahun yang diperiksa
dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan rasio industri.
Analytical review procedures disebut juga auditing by comparison karena selalu
menggunakan perbandingan.
3. Minta rincian laba rugi untuk periode yang diperiksa, yang dibandingkan dengan
budget untuk periode yang sama. Hitung variance yang terjadi dalam rupiah
maupun persen. Variance yang jumlahnya material harud diselidiki sebab-
sebabnya. Dari analisis variance tersebut kemungkinan bisa diketahui seandainya
perusahaan melaporkan angka yang tidak sebenarnya dengan tujuan agar tidak
terjadi penyimpangan yang besar dari budget yang sudah ditetapkan. Misalnya
window dressing penjualan, pergeseran mata anggaran atau pergeseran waktu
pencatatan.
4. Minta rincian penjualan menurut jenis barangnya atau menurut area penjualannya
yang mencantumkan kuantitas barang yang dijual maupun nilai uangnya selama
setahun (dibuat perbulan). Kemudian bandingkan kuantitas yang dijual, secara tes
basis, dengan pengeluaran barang yang tercatat pada kartu persediaan.
5. Periksa cut-off penjualan, untuk mengetahui ada atau tidaknya pergeseran waktu
pencatatan penjualan. Periksa juga cut-off pembelian, untuk mengetahui adanya
pergeseran waktu pencatatan pembelian.
6. Periksa subsequent payment untuk mengetahui kemungkinan adanya unrecorded
liabilities. Periksa juga subsequent collection untuk mengetahui kemungkinan
adanya unrecorded receivables.
7. Buat analisis terhadap perkiraan biaya atau pendapatan yang kemungkinan bisa
ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam pengisian SPT untuk membuat
koreksi fiskal, atau yang memungkinkan timbulnya contingen liability.
Misalnya; biaya komisi penjualan, biaya entertainment, biaya sumbangan, biaya
perjalanan, professional fees, laba rugi penjualan aset tetap, pendapatan dan biaya
bunga, pendapatan dan biaya lain-lain, dan sebagainya.
8. Untuk biaya-biaya dan pendapatan yang ada kaitannya dengan pajak harus
diperiksa apakah peraturan perpajakan yang berlaku telah ditaati.
9. Khusus untuk biaya gaji:
a. Periksa daftar gaji untuk satu atau beberapa bulan, kemudian tes perhitungan
PPh 21 untuk mengetahui apakah perhitungannya sudah sesuai dengan
peraturan yang berlaku;
b. Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan laba rugi
dengan SPT PPh 21;
Periksa apakah PPh 21 ditanggung karyawan atau perusahaan.
c. Secara tes basis bandingkan data yang ada dalam daftar gaji dengan personal
file untuk mengetahui apakah jumlah gaji, status keluarga sama atau tidak;
d. Lakukan observasi pada saat pembayaran gaji (biasanya dilakukan perusahaan
yang pegawainya sangat banyak), untuk mengetahui apakah ada pegawai yang
fiktif.
10. Periksa apakah penyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

18
Penjelasan audit procedures
a. Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya.
Internal control questionnaires dan flow chart untuk siklus penjualan, piutang,
penerimaan kas, dan siklus pembelian, kewajiban, pengeluaran kas.
b. Minta rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan
angka perbandingan untuk periode sebelumnya, dan lakukan analytical
review procedures.
Analytical review procedures (prosedur penelaahan analitis) dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja perusahaan, apakah menjadi
lebih baik atau lebih buruk dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan apakah
dibandingkan dengan ratio rata-rata di perusahaan sejenis (rasio industri),
kinerja perusahaan cukup baik atau tidak.
Analisis rasio dilakukan secara horizontal (tahun berjalan dibandingkan dengan
di tahun yang sama). Bisa juga dilakukan analisis tren, misalnya penjualan atau
laba dilihat trennya (perkembangannya) dari tahun 2007 sampai dengan tahun
2011 dimana tahun 2007 dianggap sebagai tahun dasar (diberi bobot 10%)
tahun berikutnya diberi bobot di atas atau di bawah 100%.
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan
menggunakan laporan laba rugi, antara lain: ratio gross profit margin, return on
investment, return on equity, net profit to sales, dan lain-lain.
c. Buat analisis terhadap beberapa perkiraan biaya atau pendapatan yang
kemungkinan bisa ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam
pengisian SPT untuk membuat koreksi fiskal, atau yang memungkinkan
timbulnya contingen liability.
Dalam menganalisis perkiraan biaya, auditor harus bisa mengetahui apa isi dari
biaya tersebut dengan memecahkan jumlah perkiraan tersebut menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil lalu memeriksa (secara sampling) bukti-bukti
pendukungnya.
Biaya entertainment yang diakui sebagai biaya oleh fiskus adalah entertainment
yang dilakukan dalam kaitannya dengan bisnis perusahaan, jelas siapa
penerimanya dan harus dibuatkan daftar nominatif. Tanpa daftar nominatif
harus dilakukan koreksi fiskal positif atas biaya entertainment tersebut.
Dalam daftar nominatif harus diperlihatkan tanggal terjadinya entertainment,
bentuknya, jumlahnya, siapa yang dihibur, dan sebagainya.
Koreksi fiskal positif adalah koreksi yang harus dilakukan dalam membuat
rekonsiliasi laba komersial dan laba fiskal yang mengakibatkan bertambahnya
laba fiskal. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengakuan biaya
menurut Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS dan undang-undang
atau peraturan perpajakan yang berlaku.
Misalnya biaya sumbangan, diakui sebagai biaya oleh Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS namun tidak diakui sebagai biaya oleh undang-
undang pajak.

19
Contoh lain: biaya penyusutan barang mewah (mobil mewah, vila milik
perusahaan) diakui sebagai biaya oleh Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS, tetapi tidak diakui sebagai biaya oleh undang-undang
pajak.
Koreksi fiskal negatif adalah koreksi yang terjadi karena adanya perbedaan
perlakuan terhadap biaya atau pendapatan antara Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS dan undang-undang pajak, sehingga laba fiskal berkurang.
Misalnya penyusutan tahun pertama dari kendaraan, perusahaan menggunakan
straight line method dengan persentase penyusutan 25% setahun, sedangkan
undang-undang pajak menggunakan double declining method dengan
persentase penyusutan 50% setahun.
Laba komersial adalah laba yang dihitung berdasarkan Standar Akuntasi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS, sedangkan laba fiskal adalah adalah laba yang
dihitung berdasarkan undang-undang pajak yang berlaku.
d. Pemeriksaan gaji
 Auditor harus memeriksa keakuratan perhitungan dalam daftar gaji dan
memperhatikan kemungkinan adanya pegawai fiktif dalam daftar gaji
tersebut, atau pegawai yang sudah berhenti tetapi masih tercantum
dalam daftar gaji.
 Audito harus mengetes perhitungan PPh 21.
 Perlu diingat bahwa atas gaji karyawan bisa dikurangi;
 Biaya jabatan sebesar 5% dengan jumlah maksimum Rp.
500.000 per bulan atau Rp. 6.000.000 setahun.
 PTKP (penghasilan tidak kena pajak) sebesar:
- Rp. 15.840.000 setahun untuk wajib pajak orang pribadi.
- Rp. 1.320.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin.
- Rp. 15.840.000 setahun tambahan untuk istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
- Rp. 1.320.000 setahun tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak orang untuk setiap keluarga.
Tarif pemotongan atas penghasilan dikenakan tarif pajak Pasal 17 ayat (1)
berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2008, yaitu:
 5% x > Rp. 50.000.000
 15% x Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000
 25% x Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000
 30% x > Rp. 500.000.000

Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 ayat (5a), besarnya


pungutan dibebankan antara WP yang memiliki NPWP dengan WP yang
tidak memiliki NPWP. Tarif WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi
20% daripada tarif yang diterapkan terhadap WP yang dapat menunjukkan
NPWP.

20
 Auditor juga harus memperhatikan apakah PPh pasal 21 ditanggung
karyawan atau perusahaan.
Jika ditanggung perusahaan maka perhitungan PPh 21 harus dilakukan
dengan cara gross up. PPh 21 yang ditanggung perusahaan ditambahkan
sebagai penghasilan karyawan dan bisa diakui sebagai biaya
perusahaan. Kemungkinan lain PPh 21 tidak dicatat sebagai
penambahan penghasilan karyawan sehingga PPh 21 tersebut tidak
diakui sebagai biaya perusahaan (harus dibuat koreksi fiskal positif).
e. Periksa apakah penyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

21
BAB III
KESIMPULAN

Perkiraan laba-rugi (profit and loss accounts) terdiri atas perkiraan pendapatan
operasi, harga pokok penjualan, beban operasi, pendapatan dan beban di luar operasi
dan pos luar biasa.
Suatu entitas harus melakukan pemeriksaan terhadap perkiraan laba rugi sesuai
dengan prosedur pemeriksaan perkiraan laba rugi yang berlaku. Dimana tujuan dari
pemeriksaan perkiraan laba rugi adalah sebagai berikut:
1. Keberadaan internal control pendapatan dan beban, termasuk pencatatan secara
acrrual basis terhadap pendapatan dan beban.
2. Pencatatan pendapatan dan biaya yang menjadi hak perusahaan dilakukan
dengan cut-off yang tepat.
3. Adanya fluktuasi yang besar dalam perkiraan pendapatan dan beban jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, bulan per bulan atau dengan anggaran
pendapatan dan beban.
4. Penyajian laba rugi atau pendapatan dalam neraca sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku.

22
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno. 2012. Auditing Buku 2: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

https://www.scribd.com/document/337761811/Audit-Atas-Laba-Rugi

23

Anda mungkin juga menyukai