Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SIKLUS PENDAPATAN

MATA KULIAH : Audit II


DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

 Windi Safitri C 301 18 250

 Dilar Giani Karabua C 301 18 294

 Vinka Aulia Cahyani Daud C 301 18 338

 Vira Yunita Andilolo C 301 18 327

 Zatalini S. Gailea C 301 18 344

 Debi Rahmadina C 301 18 308

 Patricioalwin C 301 18 299

 Warsukni C 301 18 273

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI


UNIVERSITAS TADULAKO

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “SIKLUS
PENDAPATAN”.

Dari makalah ini semoga dapat memberikan informasi kepada kita semua bahwa mata
kuliah Audit II itu penting. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada
semua pihak yang telah berperan tanggung jawab serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Palu, 25 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Aktivitas Pengendalian – Transaksi penyesuaian penjualan.......................................5
2.2 Pengujian subtantif atas piutang usaha........................................................................6
2.3 Jasa Bernilai Tambah................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................14
PERTANYAAN.......................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Siklus transaksi merupakan hal yang sangat penting dalampelaksanaan suatu


audit. Dalam banyak hal,auditor memperlakukan setiapsiklus secara terpisah selama
audit berlangung. Meskipun auditor perlusecara cermat mengaitkan siklus-siklus
berbeda pada waktu yang berbeda-beda, namun auditor harus memperlakukan siklus-
siklus sedikit agakindependen untuk dapat melaksanakan audit yang kompleks secara
efektif.

Siklus pendapatan adalah Aktivitas yang terkait dengan pertukaran barang dan
jasa dengan pelanggan dan pengumpulan kas dari pendapatan.Audit terhadap siklus
pendapatan mencakup dua pendekatan yaitu pengujiankepatuhan dan pengujian
substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untukmemahami struktur pengendalian
intern terhadap siklus penjualan, yangselanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian
substansi. Pengujiansubstansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap
kelayakanjumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi
yanglazim diterapkan di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja aktivitas pengendalian - transaksi penyesuaian penjualan?

2. Bagaimana pengujian substantif atas piutang usaha?

3. Bagaimana audit siklus pendapatan memberikan jasa yang bernilai tambah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui aktivitas pengendalian - transaksi penyesuaian penjualan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengujian substantif atas piutang usaha.

3. Untuk mengetahui bagaimana audit siklus pendapatan memberikan jasa yang


bernilai tambah

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN

Transaksi penyesuaian penjualan meliputi :

1. Pemberian potongan tunai

2. Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga

3. Penentuan piutang tak tertagih

Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti tentang


keefektifan perancangan dan operasi sistem pengendalian internal perusahaan. Risiko
inheren yang berkaitan dengan transaksi penerimaan kas adalah tinggi akibat
kemungkinan penipuan oleh karyawan melalui pengalihan penerimaan kas. Jika
prosedur analitis menunjukkan kenaikan jumlah hari piutang beredar, maka hal ini
mungkin dapat menjelaskan pengalihan penerimaan ka situ. Akibat risiko inheren
atas penggelapan kas, dan dampak transaksi penerimaan kas terhadap piutang, auditor
seringkali akan menguji prosedur pengendalian yang berkaitan dengan penerimaan
kas.

Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat sedang
(moderate) atau tinggi, maka auditor mungkin akan mendukung penilaian risiko
pengendalian melibatkan pengendalian manual dan auditor akan memperoleh bukti
melalui Tanya-jawab, observasi, serta inspeksi dokumen.

Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat yang
rendah, maka auditor akan memperluas pengujian sehingga mencakup inspeksi
dokumen dan pelaksanaan kembali pengendalian manual.

5
2.2 PENGUJIAN SUBTANTIF ATAS PIUTANG USAHA

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang
dapat diterima dalam jangkawaktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan
perusahaan. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok: piutang
usahan dan piutang non usaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari
transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang
nonusaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar,
seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim
asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.

Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Piutang Usaha Di Neraca

Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian piutang di neraca berikut ini:
1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat
ditagih dari debitur pada tanggal neraca.

2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus


dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah
jumlah bersih (neto).

3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya
di neraca.

4. Piutang usaha yang bersaldo kredit pada tanggal neraca harus disajikan dalam
kelompok utang lancar.

5. Jika jumlahnya material, piutang nonusaha harus disajikan terpisah dari piutang
usaha.

Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha adalah:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan


dengan piutang usaha.

2. Membuktikan keberadaan putang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan


dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan


kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan klien atas piutang yang dicantumkan
di neraca.

6
4. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca.

Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan ke


dalam lima kelompok: prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap
transaksi rinci, pengujian terhadap saldo akun rinci, verifikasi terhadap penyajian dan
pengungkapan. Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk
memverifikasi lima asersi menajemen yang terkandung dalam akun putang dan akun
penilaiannya: (1) keberadaan atau keterjadian, (2) kelengkapan, (3) penilaian, (4) hak
kepemilikan, dan (5) penyajian dan pengungkapan.

Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha

Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi prosedur audit
yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas.
Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap, yaitu:

1. Prosedur audit awal

2. Prosedur analitik

3. Pengujian terhadap transaksi rinci

4. Pengujian terhadap saldo akun rinci

5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit yang memperoleh keyakinan
bahwa informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangn didukung dengan
catatan akuntansi. Pada tahap berikutnya, auditor mengumpulkan berbagai ratio dan
perbandingan untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci diarahkan. Pada tahap-tahap akhir, auditor melaksanakan pengujian
terhadap transksi dan saldo akun rinci, serta verivikasi tehadap penyajian dan
pengungkapan dan pengungkapan saldo akun dalam laporan keuangan.

Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo piutang yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar ada pada tanggal
neraca, auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi
antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi
yang mendukungnya. Auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam

7
melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan akuntansi
yang bersangkutan:

1. Unsur saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha
yang bersangkutan di dalam buku besar.

2. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar.

3. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumbe posting dalam
akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha.

4. Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang ke kertas
kerja tahun yang lalu.

5. Usut posting pendebitan akun Piutang Usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan.

6. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembantu
piutang usaha

Prosedur Analitik

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap piutang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor
melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:

Tingkat perputaran piutang usaha              =   Pendapatan penjualan bersih + Rerata


piutang saldo

Ratio piutang usaha dengan aktiva lancar  =   Saldo piutang usaha + Aktiva lancer

Rate of return on net sales                         =   Laba bersih + Pendapatan penjualan


bersih

Ratio kerugian piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih      =   Kerugian


piutang usaha + Pendapatan penjualan

Ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih
=   Kerugian piutang usaha + Piutang yang usaha sesungguhnya tidak tertagih

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan dapat
membantu auditor untuk mengungkapkan: peristiwa atau transaksi yang tidak bisa,
perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

8
Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci

Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut ini
yang didebit dan dikredit ke dalam akun Piutang Usaha:

1. Transaksi penjualan kredit

2. Transaksi retur penjualan

3. Transaksi penghapusan piutang usaha

4. Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha

Keandalan saldo akun Piutang Usaha ditentukan pula oleh ketepatan pisah batas yang
digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut. Auditor melakukan pengujian
sibstantif terhadap transaksi rincian yang mendebit dan mengkredit akun Piutang
Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
berkaitan dengan akun tersebut.

 Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen yang
mendukung timbulnya transaksi tersebut

 Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung: faktur penjualan, laporan


pengiriman barang, dan order penjualan.

 Periksa  pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung: bukti kas masuk, memo
kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.

 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penjualan dan retur penjualan

 Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

 Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu


terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penerimaan kas.

Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci

Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:

1. Keberadaan atau keterjadian

9
2. Kelengkapan

3. Hak kepemilikan

4. Penilaian

Keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan atas piutang usaha yang dicantumkan di


neraca dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur.
Ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam mengirimkan surat konfirmasi
kepada debitur:

 Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan.

 Pilih debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi.

 Kirimkan surat konfirmasi.

Prosedur tersebut ditempuh oleh auditor dengan tujuan untuk membuktikan


keberadaan dibitur perusahaan pada tanggal neraca dan memiliki utang pada tanggal
tersebut kepada klien sebesar yang dicatat oleh klien.

Penyajian Dan Pengungkapan Akun Dalam Laporan Keuangan

Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah:

1. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

2. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang nonusaha.

3. Tentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi antarpihak yang


memiliki hubngan istimewa, piutang yang digadaikan, piutang yang telah dianjakkan
ke perusahaan anjak piutang.

10
2.3 JASA BERNILAI TAMBAH

Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur (benchmark)
atas kinerja purusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri itu.
Sebagai contoh, auditor dapat membicarakan apakah:

 Perusahaan telah secara efektif memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan


penjualan berdasarkan rasio penjualan terhadap total aktiva.

 Piutang telah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan penjualan, sehingga


menghabiskan arus kas.

 Perusahaan telah secara tepat menetapkan risiko yang berkaitan dengan


perubahan atau kedewasaan pasar.

 Perusahaan telah sukses membuat inovasi produk baru di pasaran dan


menikmati persentasi pendapatan yang tinggi dari produk baru tersebut, relatif
terhadap persaingan.

Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklu penjualan, dia harus mengikhtisarkan
masalah penting yang dapat menghambat kinerja jasa bernilai tambah kepada klien.

Definisi Utang Usaha

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang
dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara
mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancaratau dengan cara
menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok
berikut ini :

a) Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang
usaha dapat digolongkan menjadi 2 golongan : (1) utang yang tidak disertai
dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account payable) dan (2)
utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau
notes payable).

b) Uang jaminan masuk dari pelanggan.

c) Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).

d) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk
sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), utang Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana
pensiun, utang asuransi karyawan

11
e) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan

meskipun :

o Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.

o Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan
yang dijual dengan garansi.

o Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa,
pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya
deplesi sumber alam.

f) Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti
utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera
jatuh tempo, utang pajak penghasilan utang deviden.

Tujuan Pengujian Substantif Untuk Piutang Usaha

Tujuan audit terhadap piutang usaha adalah

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan


informasi terkait yang terus berlangsung dengan menyediakan barang dan jasa ke para
pelanggan dan menagih kas sebagai pembayaran dari penjualan – penjualan
tersebut.Siklus Pendapatan merupakan prosedur pendapatan dimulai dari bagian
penjualan otorisasi kredit, pengambilan barang, penerimaan barang, penagihan sampai
dengan penerimaan kas.

Transaksi penyesuaian penjualan meliputi :

1. Pemberian potongan tunai

2. Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga

3. Penentuan piutang tak tertagih

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa yang
dapat diterima dalam jangkawaktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan
perusahaan. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok: piutang
usahan dan piutang non usaha. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari
transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang
nonusaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar,
seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim
asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.

Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur


(benchmark) atas kinerja purusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam
industri itu.

Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklus penjualan, dia harus mengikhtisarkan
masalah penting yang dapat menghambat kinerja jasa bernilai tambah kepada klien.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://nursoerya.blogspot.com/2015/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://www.kompasiana.com/andine/570536dd319773b416f187d9/audit-terhadap-siklus-
pendapatan-pengujian-substantif-terhadap-saldo-piutang-usaha?page=all

14
PERTANYAAN

1. Pemahaman apakah yang harus dimiliki auditor apabila terdapat potensi salah saji
yang material dari transaksi penyesuaian penjualan?
2. Bagaimana cara pengujian kepatuhan dan pengujian substansi pada audit terhadap
siklus pendapatan?
3. Apa saja tujuan" yang di ketahui untuk sebuah aktivitas pengendalian transaksi
penjualan?

15

Anda mungkin juga menyukai