Anda di halaman 1dari 15

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN

PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN


PENGUJIAN SUBTANSIF ATAS TRANSAKSI

OLEH :

KELOMPOK 1

AINAYAH WULANDARI MUS 201830203

DHETANIA RUSDI 201830117

SILA FRESILIA FIRMALA DEWI 201730164

STIEM BONGAYA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk
mata kuliah Auditing II dengan judul: “Audit Siklus Penjualan dan Penagihan: Pengujian
Pengendalian Substantif atas Transaksi ”.

Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Untuk itu, kami sampaikan banyak terima kasih.

Makassar, 17 Maret 2021

KELOMPOK 1

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan dan penagihan ................ 2
B. Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait .................... 2
C. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas transaksi penjualan .................................................................... 6
D. Retur dan Pengurangan Penjualan ..................................................................... 8
E. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi Penerimaan Kas........................................................ 8
F. Pengujian Audit untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih ................................ 9
G. Pengendalian Internal Tambahan atas Saldo Akun dan Penyajian serta
Pengungkapan ...................................................................................................... 9
H. Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas
Transaksi ............................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11
B. Saran ...................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi,
auditor berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai
senjata untuk mengurangi risiko pengendalian. Pertama, auditor mengidentifikasi
pengendalian internal, jika ada, untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Setelah menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan, auditor kemudian
menentukan luas pengujian pengendalian yang harus dilakukan.
Dalam audit perusahaan publik, pengujian pengendalian yang ekstensif harus
dilakukan untuk menyediakan dasar yang layak bagi pembuatan laporan auditor
mengenai keefktifan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Dalam
audit perusahaan nonpublik, keputusan untuk melakukan pengujian pengendalian
didasarkan pada kefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor bermaksud
mengandalkannya untuk mengurangi risiko pengendalian.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan akun serta kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan?
2. Jelaskan fungsi bisnis dan dokumen serta catatan terkait dalam siklus
penjualan dan penagihan?
3. Jelaskan pengendalian internal dan perancangan serta pelaksanaan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penjualan?
4. Bagaimana penerapan metoodologi pengendalian terhadap transaksi
penjualan untuk mengendalikan retur dan pengurangan penjualan?
5. Jelaskan pengendalian internal, dan perancangan serta melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi pada
penerimaan kas?
6. Bagaiamana metodologi pengendalian terhadap siklus penjualan dan
penagihan untuk menghapus piutang usaha tak tertagih?

C. Tujuan penulisan
1. Mengidentifikasi akun serta kelas transaksi dalam siklus penjualan dan
penagihan.
2. Menguraikan fungsi bisnis dan dokumen serta catatan terkait dalam siklus
penjualan dan penagihan.
3. Memahami pengendalian internal, dan merancang erta melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penjualan.
4. Menerapkan metodologi pengendalian terhadap transaksi penjualan untuk
mengendalikan retur dan pengurangan penjualan.
5. Memahami pengendalian internal, dan merancang serta melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi pada
penerimaan kas.
6. Menerapkan metodolgi pengendalian terhadap siklus penjualan dan
penagihan untuk menghapus piutang usaha tak tertagih.

1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Akun dan Kelas Transaksi dalam Siklus Penjualan serta Penagihan


Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah
mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi. Dalam siklus penjualan dan
penagihan (classes of transactions in the sales and collection cyle) terdiri dari lima
kelas transaksi, yaitu :
1) Penjualan (penjualan tunai dan kredit)
2) Penerimaan kas
3) Retur dan pengurangan penjualan
4) Penghapusan piutang tak tertagih
5) Estimasi beban piutang tak tertagih.

B. Fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan Terkait


Siklus penjualan dan penagihan (sales and collection cycle) melibatkan
keputusan serta proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang dan
jasa kepada pelanggan setelah keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini diawali
dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi bahan
atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas. Delapan fungsi bisnis
untuk siklus penjualan dan penagihan (business function for the sales and collecton
cycle) sebagai berikut:
1) Pemrosesan pesanan pelanggan
Permintaan pelanggan atas barang akan mengawali siklus secara
keseluruhan. Secara legal, siklus tersebut merupakan penawaran untuk
membeli barang dengan syarat tertentu. Penerimaan pesanan pelanggan
sering kali diikuti dengan pembuatan pesanan penjualan. Pesanan
pelanggan (customer order) adalah permintaan akan barang dagang yang
diajukan oleh pelanggan, pesanan tersbut dapat diterima melalui telepon,
surat, formulir tercetak yang telah dikirimkan kepada calon pelanggan atau
pelanggan yang sudah ada, melalui tenaga penjualan, pesanan pelanggan
yang diajukan secara eloktronik melalui internet atau hubungan jaringan
lainnya antara pemasok dan pelanggannya. Pesanan penjualan (sales
order) adalah dokumen untuk mengomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan
informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan, dokumen
tersebut sering kali digunakan untuk menunjukkan persetujuan kredit dan
otorisasi pengiriman.

2) Pemberian kredit
Sebelum barang dikirim, orang yang berwenang harus menyetujui
kredit bagi pelanggan yang akan melakukan penjualan secara kredit. Praktik
raguragu yang berlebihan dan piutang usaha yang mungkin saja tidak dapat
ditagih. Indikasi diberikannya persetujuan kredit atas pesanan penjualan
sering kali juga berfungsi sebagai persetujuan untuk mengirimkan barang.
Dalam beberapa perusahaan, komputer secara otomatis akan menyetujui
penjualan kredit berdasarkan batasan kredit yang telah disetujui sebelumnya

2

yang terdapat pada file induk pelanggan. Komputer akan memungkinkan
penjualan dilanjutkan hanya jika hanya pesanan penjualan yang diusulkan
ditambah saldo pelanggan yang ada lebih kecuil dari batas kredit yang ada
pada file induk.

3) Pengiriman barang
Fungsi yang penting ini merupakan titik awal siklus di mana
perusahaan akan menyerahkan aset. Sebagian besar perusahaan mengakui
penjualan ketika barang yang telah dikirim. Dokumen pengrim dibuat pada
waktu pengiriman, yang dapat dilakukan secara otomatis dengan komputer,
berdasarkan informasi pesanan penjualan. Dokumen pengirim, yang sering
kali berupa salinan bill of lading, sangatlah penting untuk menagih jumlah
yang sesuai dengan yang dikirim kepada pelanggan. Perusahaan yang
menyelenggarakan catatan persediaan perpetual juga dapat
memperbahuruinya berdasarkan catatan pengiriman. Dokumen pengirim
dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan deskripsi
barang dagang, kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya.
Perusahaan mengirimkan dokumen pengiriman yang asli kepada pelanggan
dan menyimpan satu atau lebih salinannya. Dokumen pengiriman juga
berfungsi sebagai signal untuk menagih pelanggan dan dapat secara
elektronik atau bentuk kertas. Salah satu jnis dokumen pengiriman adalah bill
of lading, yang merupakan kontrak tertulis mengenai penerimaan dan
pengiriman barang antara pembawa dan penjual.

4) Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan


Karena merupakan cara untuk memberi informasi kepada pelanggan
mengenai jumlah yang akan ditagih atas barang yang dibelinya, penagihan
pelanggan harus dilakukan dengan benar dan atas dasar tepat waktu. Aspek
paling penting dari penagihan adalah:
• Semua pengiriman telah dtagih (kelengkapan = completeness)
• Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali (keterjadian =
occurrence)
• Setiap pengeriman ditagih dalam jumlah yang tepat (keterjadian =
accuracy)

Menagih jumlah yang tepat sangat tergantung pada beban yang dikenakan
kepada pelanggan atas kuantitas yang dikirimkan dengan harga yang telah
disetujui, yang mencakup pertimbangan untuk ongkos angkut, asuransi dan
syarat pembayaran. Dalam sebagian besart sistem, penagihan pelanggan
mencakup menyiapkan beberapa salinan faktur penjualan dan
memperbahurui secara simultan file transaksi penjualan, file induk piutang
usaha, dan file induk buku besar umum untuk penjualan serta piutang usaha.
Informasi ini akan digunakan untuk membuat jurnal penjualan dan, bersama
dengan penerimaan kas serta kredit rupa-rupa, memungkinkan dibuatnya
neraca saldo piutang usaha. Faktur penjualan adalah dokumen yang
menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga, ongkos
angkut, asuransi, syarat, dan data yang relevan lainnya. File transaksi
penjualan merupakan komputer yang mencantumkan semua transaksi

3

penjualan yang diproses oleh sistem akuntansi slama suatu periode, seperti
sehari, seminggu, atau sebulan. File tersebut mencantumkan semua
informarsi yang akan dimasukkan ke dalam sistem dan informasi tentang
setiap transaksi, seperti nama pelanggan, tanggal, jumlah, klasifikasi atau
klasifikasi-klasifikasi akun, tenaga penjual atau waraniaga, dan tingkat komisi.
File ini juga dapat mencantumkan retur dan pengurangan penjualan atau
dapat menjadi file terpisah bagi transaksi bagi transaksi tersebut. Jurnal
penjualan atau listing ini merupakan listing atau laporan yang dibuat dari file
transaksi penjualan yang biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal,
jumlah, dan klasifikasi akun atau klasifikasi bagi setiap transaksi, seperti divisi
atau lini produk. File piutang usaha ini merupakan file komputer yang
digunkan untuk mencatat penjualan individual, penerimaan kas, serta retur
dan pengurangan penjualan bagi setiap pelanggan dan untuk
mempertahankan saldo akun pelanggan. Neraca saldo piutang usaha
daftar atau laporan ini menunjukkan jumlah piutang dar setiap pelanggan
pada suatu titik waktu. Laporan tersebut dibuat langsung dari file induk
piutang usaha, dan biasanya merupakan neraca saldo menurut umur (aged
trial balance) yang mencantumkan total saldo yang beredar dan jumlah hari
piutang yang telah beredar, menurut kategori ari (seperti kurang dari 30 hari,
31 hingga 60 hari, dan seterusnya). Laporan bulanan ini merupakan
dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik kepada setiap
pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya, jumlah dan
tanggal setiap penjualan, pembayaran kas yang diterima, memo kredit yang
diterbitkan, dan saldo akhir yang jatuh tempo. Pada intinya, ini merupakan
salinan dari bagian file induk piutang usaha pelanggan.

5) Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas


Keempat fungsi transaksi penjualan sangat diperlukan untuk
menyerahkan barang ke tangan pelanggan, menagihnya dengan benar, dan
merefleksikan informasi dalam catatan akuntansi. Sementara itu, empat
fungsi lainnya melibatkan penagihan dan pencatatn kas, retur dan
pengurangan penjualan, penghapusan piutang tak tertagih, dan penyediaan
beban piutang tak tertagih. Pemrosesan dan pencatatn penerimaan kas
meliputi penerimaan, penyetoran, dan pencatatan kas, yang mencakup uang
tunai, cek, dan transfer dana elektronik. Di sini hal yang paling penting adalah
kemungkinan terjadinya pencurian. Pencurian dapat terjadi sebelum
penerimaan dicatat atau setelah pencatatan dilakukan. Jadi semua
penerimaan kas harus disetorkan atau didepositokan ke bank dengan jumlah
yang benar secara tepat waktu dan dicatat dalam file transaksi penerimaan
kas. File ini kemudian digunakan untuk membuat jurnal penerimaan kas dan
memperbaharui file induk piutang usaha dan buku besar umum. Remittance
advice adalah dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas. Prelisting
penerimaan kas merupakan daftar yang disusun ketika kas diterima oleh
seseorang yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan,
piutang usaha, atau kas, dan yang tidak memiliki tanggung jawab untuk
mencatat penjualan, piutang usaha, atau kas, dan yang tidak memiliki akses
ke catatan akuntansi. File transaksi penerimaan kas adalh file yang

4

dihasilakan komputer yang mencantumkan semua transaksi penerimaan kas
yang diproses oleh sistem akuntansi selama suatu periode, seperti satu hari,
satu minggu, atau satu bulan. File ini mencantumkan jenis informasi yang
sama seperti file transaksi penjualan. Jurnal penerimaan kas atau listing
(laporan) ini berasal dari file transaksi penerimaan kas dan mencantumkn
semua transaksi selama suatu periode waktu. Transaksi yang sama,
termasuk semua informasi yang relevan, juga akan dimasukkan ke dalam file
induk piutang usaha dan buku besar.

6) Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan penjualan


Apabila seorang pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang
dibelinya, sering kali penjual menerima retur barang atau memberkan
pengurangan harga. Perusahaan akan menyiapkan laporan penerimaan atas
barang yang diretur dan mengembalikannya ke gudang. Retur dan
pengurangan penjualan dicatat dalam file transaksi retur penjualan dan
pengurangan, serta file induk piutang usaha. Memo kredit menyangkut retur
penjualan dan pengurangan akan dterbitkan ntuk membantu
menyelenggarkan pengendalian dan untuk memfasilitasi pencatatan. Memo
kredit adalahdokumen yang mengindikasikan pengurangan jumlah dari
pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga. Memo kredit sering
kali mengambil bentuk umum yang sama seperti faktu penjualan, tetapi
mendukung pengurangan piutang usaha dan bukan kenaikan. Jurnal retur
dan pengurangan penjualan adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat
retur dan pengurangan penjualan. Jurnal ini memiliki fungsi yang sama
seperti jurnal penjualan. Banyak perusahaan mencatat transaksi tersebut
dalam jurnal penjualan dan bukan dalam jurnal yang terpisah.

7) Penghapusan piutang usaha tak tertagih


Tanpa memandang kinerja departemen kredit, beberapa pelanggan belum
membayar tagihannya. Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah tertentu
tidak dapat ditagih, perusahaan harus menghapusnya. Biasanya, hal in terjadi
setelah pelanggan mengajukan kebangkrutan atau penagihan piutangnya
diserahkan kepada agen penagihan. Akuntansi yang benar akan
mensyaratkan penyesuain untuk piutang tak tertagih tersebut. Formulir
otorisasi piutang tak tertagih adalah dokumen yang digunakan dalam
lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang
usaha sebagai tak tertagih.

8) Penyediaan piutang tak tertagih


Karena perusahaan diperkirakan tidak dapat menagih 100% penjualannya,
prinsip-prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban
piutang tak tertagih sebesar jumlah yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
Sebagian besar perusahaan mencatat transaksi ini pada akhir setiap bulan
atau setiap kuartal.

5

C. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
atas Transaksi Penjualan
Dengan menggunakan salah satu pendekatan umum untuk penjualan, audtor
mempelajari bagan arus klien, menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal,
dan melaksanakan pengujian penjualan walkthroug. Auditor menggunakan informasi
yang diperoleh dalam memahami engendalian internal untuk menilai risiko
pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam penilaian ini.
1) Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai risiko pengendalian.
2) Audior harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan.
3) Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan.
4) Auditor menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

Selanjutnya mengujia aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan.


Pengetahuan mengenai aktivitas pengendalian tersebut sangat membantu dalam
mengidentifikasi pengendalian kunci beserta kelemahannya bagi penjual.

ü Pemisahan tugas yang memadai


Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji (misstatement) baik
akibat kesalahan maupun penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah
kecurangan, manajemen harus menolak akses ke kas bagi siapapun yang
bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan
dan penerimaan kas ke dalam computer
ü Otoritas yang tepat
Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga titik kunci:
a) Kredit yang harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan
dilakukan
b) Barang harus dikirim hanya setelah otorisasi yang tepat diberikan
c) Harga, termasuk syarat dasar, ongkos angkut, dan diskon, harus di
otorisasi

Dua pengendalian pertama ditujukan untuk mencegah hilangnya aktiva


perusahaan akibat dikirim ke pelanggan fiktif atau pelanggan tidak bisa
membayar barang yang dibelinya.

ü Dokumen dan catatan yang memadai


Karena setiap perusahaan memiliki sistem penerimaan, pemrosesan, dan
pencatatan transaksi yang unik, auditor mungkin sulit mengevaluasi apakah
setiap prosedur klien telah dirancang untuk pengendalian maksimum. Akan
tetapi, prosedur pencatatan yang memadai harus sudh tersedia sebelum
sebagian besar tujuan audit yag berkaitan dengan transaksi dapat dipenuhi.

ü Dokumen yang telah dipranomori

6

Memberi nomor terlebih dahulu dokumen ditujukan untuk mencegah baik
kegagalan dalam menagih atau mencatat penjualan dan teradinya penagihan
serta pencatatan duplikat.

ü Laporan bulanan
Pengiriman laporan bulanan merupakan penendalian yang bermanfaat
karena mendorong para pelanggan untuk segera merespons jika ada saldo
yang dinyatakan dengan tidak benar.

ü Prosedur verifikasi internal


Program komputer atau personil yang independen harus mengecek bahwa
pemrosesan dan pencatatan penjualan memenuhi setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi

Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan


kelemahannya, auditor mulai menilai risiko pengendalian, yang sering kali dengan
menggunakan format matriks. Untuk audit perusahaan publik, auditor harus
melaksanakan pengujian yang ekstensif atas pengendalian kunci dan mengevaluasi
dampak kelemahannya terhadap laporan auditor mengenai pengendalian internal
atas laporan keuangan. Luas pengujian yang ekstensif atas pengendalian dalam
audit perusahaan nonpublik tergantung pada kefektifan pengendalian dan sejauh
mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat dindalkan untuk mengurangi risiko
pengendalian.

Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pengendalian


harus dirancang untuk memverifikasi keefektifannya. Dalam sebagian besar audit,
relatif mudah menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendalian
tersebut. Sebagai contoh, jika pengendalian internal adalah untuk menandatangani
pesanan pelanggan setelah kreditnya disetujui, pengujian pengendalian adalah untuk
memeriksa apakah pesanan pelanggan telah ditandatangani dengan benar.

Dalam memutuskan pengujian substantif atas transaksi, auditor sering kali


menggunakan beberapa prosedur bagi setiap audit tanpa memandang situasinya,
sementara yang lainnya tergantung pada kelayakan pengendalian dan hasil
pengujian pengendalian.

Mencatat penjualan yang terjadi untuk tujuan ini, auditor memperhatikan tiga
jenis salah saji mungkin terjadi:

a. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah


dilakukan.
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
c. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai
penjualan.

Penjualan dicatat dengan akurat pencatatan yang akurat atas transaksi


penjualan harus memperhatikan hal-hal berikut:

a. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan

7

b. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
c. Mecatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.

Dalam mengkonversi program audit format perancangan (deaign format audit


program) menjadi program audit format kinerja (performance format audit program),
prosedur itu akan digabungkan. Ini akan mencapai hal-hal berikut:

• Mengeliminasi prosedur duplikat


• Memastikan bahwa ketika dokumen tertentu diperiksa, semua prosedur
yang akan dilakukan terhadap dokumen tersebut telah dilakukan pada
saat itu.
• Memungkinkan auditor untuk melakukan prosedur dengan cara yang
paling efektif. Sebaga contoh, dengan memfooting jurnal dan mereview
jurnal untuk pos-pos tidak biasa terlebih dahulu, auditor akan memperoleh
perspektif yang lebih baik dalam melakukan pengujian yang terinci.

D. Retur dan Pengurangan Penjualan


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan
klien untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses
memo kredit yang telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan.
Perbedaan yang pertama adalah matrealitas. Dalam banyak hal, retur dan
pengurangan penjualan sangat tidak material sehingga auditor dapat mengabaikannya.
Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada tujuan keterjadian. Untuk retur
dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada pengujian transaksi
yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang
usaha yang ditutupi oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Secara alami, tujuan lainnya tidak boleh diabaikan. Akan tetapi, karena tujuan
dan metodologi utnuk mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada intinya sama
seperti untuk penjualan, kami tidak memasukkan studi yang mendalam mengenai hal
tersebut. Jika ingin mengaudit retur dan pengurangan penjualan, harus dapat
menerapkan logika yang sama untuk mendapatkan pengendalian, pengujian
pengendalian, dan pengujian substantif atas transaksi yang sesuai guna memverifikasi
jumlahnya.

E. Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


atas Transaksi Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas seperti yang
digunakan untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka
kerja yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya
diterapkan bagi penerimaan kas. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi, auditor mengikuti proses berikut ini:
ü Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit

ü Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang


digunakan untuk mendukung pengurangan risiko pengendalian
8

ü Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji
moneter untuk setiap tujuan.

Bagian penting dari tanggungjawab auditor ketika mengaudit penerimaan kas adalah
mengidentifikasi defisiensi pengendalian internal yang meningkatkan kemungkinan
terjadinya kecurangan. Jenis penggelapan kas yang paling sulit dideteksi oleh
auditor adalah ketika hal tersebut sebelum kas dicatat di jurnal penerimaan kas atau
listing kas lainnya, terutama jika penjualan dan penerimaan kas dicatat secara
serentak atau simultan. Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah
semua penerimaan kas yang dicatat telh disetorkan dalam akun atau rekening bank
adalah buktian penerimaan kas (proof of cash receipt). Laping piutang usaha
(lapping of account receivable) adalah penundaan ayat jurnal penagihan piutang
usaha untuk menutupi kekurangan kas yang ada. Hal ini bisa dicegah dengan mudah
melalui pemisahan tugas dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani
kas sekaligus memasukkan penerimaan kas ke dalam sistem.

F. Pengujian Audit untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih


Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih
adalah kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus
piutang usaha yang sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
kejadian ). Pengendalian yang penting untuk mencegah kecurangan ini adalah
otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang tak tertagih harus diberikan oleh tingkat
manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh mengenai
alasan pelanggan tidak mampu membayar.
Verifikasi atas penghapusan piutang hanya memerlukan waktu yang relatif
singkat. Yaitu, auditor hanya memeriksa persetujuan oleh orang yang tepat.
Menyangkut sampel piutang yang dihapus, biasanya auditor juga harus memeriksa
korespondensi dalam file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya. Dalam
beberapa kasus, auditor juga memeriksa laporan kredit seperti yang disediakan oleh
Dun & Bradstreet. Setelah auditor menyimpulkan bahwa penghapusan piutang oleh
ayat jurnal umum sudah benar, pos tertentu harus ditelusuri ke file induk piutang
usaha untuk menguji apakah penghapusan telah dicatat dengan benar.
Estimasi beban piutang tak tertagih, yang merupakan kelas transaksi kelima
dalam siklus penjualan dan penagihan, berkaitan dengan penghapusan piutang tak
tertagih. Akan tetapi, karena estimasi piutang tak tertagih didasarkan pada saldo
piutang usaha akhir tahun, auditor mengevaluasi estimasi piutang tak tertagih sebagai
bagian dari pengujian rincian saldo piutang usaha akhir.

G. Pengendalian Internal Tambahan atas Saldo Akun dan Penyajian serta


Pengungkapan
Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian
serta pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji
sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif atas transaksi.
Untuk siklus penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan akan
mempengaruhi tujuan yang terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasi dan hak
serta kewajiban dan empat tujuan penyajiannya serta pengungkapan.

9

Nilai realisasi atas tujuan audit yang terkait dengan saldo yang penting bagi
piutang usaha karena kolektibilitas piutang sering kali merupakan pos laporan
keuangan yang penting. Hal ini telah menjadi suatu isu pada sejumlah kasus
kewajiban akuntan. Karena itu, biasanya auditor menetapkan risiko yang melekat
yang tinggi untuk mengurangi kemungkinan piutang tak tertagih. Kita telah
membahas persetujuan kredit olwh orang yang tepat. Dua pengendalian lainnya
adalah:
• Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review dan
ditindak lanjut oleh personil manajemen yang tepat
• Kebijakan penghapusan piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin
lagi untuk ditagih.

Hak dan kewajiban serta penyajian dan pengungkapan hampir bukan


merupakan masalah yang signifikan bagi piutang usaha. Karena itu, personil
akuntansi yang kompeten biasanya sudah merupakan pengendalian yang cukup
bagi tujuan audit tersebut.

H. Pengaruh Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi


Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian
substansif atas rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh
pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi dalam siklus
penjualan dan penagihan adalah saldo piutang usaha, kas, beb an piutang tak tertagih,
dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Lebih lanjut, jika hasil pengujian tidak memuaskan, auditor harus melakukan
pengujian subtantif tambahan atas penjualan, retur dan pengurangan penjualan,
penghapusan piutang tak tertagih, dan pemrosesan penerimaan kas. Auditor
perusahaan publik juga harus mempertimbangkan dampak hail pengujian yang tidak
memuaskan terhadap audit pengendalian internal atas laporan keuangan.
Pada tahap penyelesaian pengujian pngendalian dan pngujian subtantif atas
transaksi, auditor haru menganalisis setiap pengecualian, baik dalam audit perusahaan
publik maupun nonpublik, untuk menentukan penyebab dan implikasi dari
pengecualian itu terhadap penilaian risiko pengendalian, yang mungkin
mempengaruhi risiko deteksi yang didukung dan pengujian substantif terkait yang
tersisa.

10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perancangan pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi untuk lima
kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan, termasu penjualan,
penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang usaha
taktertagih, serta beban piutang tak tertagih.
Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan
mencakup langkah-langkah berikut:

Memahami pengendalian internal

Menilai risiko pengendalian yang direncanakan

Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas


transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi

Auditor juga merancang pengujian substantif atas transaksi bagi setiap kelas
transaksi untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan
benar. Seperti pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi juga
dirancang untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

Setelah perancangan pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas


transaksi bagi setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai, auditor
mengoganisasikan posedur audit ke dalam progam audit format kineja. Tujuan dari
program audit ini adalah untuk membantu auditor menyelesaikan pengujianaudit
secara efisien.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai penerapan proses audit pada siklus
penjualan dan penagihan ini, diharapkan kepada para pembaca sekalian untuk dapat
lebih mengerti dan memahami mengenai apa saja akun-akun yang ada di dalam
siklus penjualan dan penagihan, dan abagaiman proses audit dalam siklus penjualan
dan penagihan itu sendiri. Sehingga kedepannya kita dapat menerapkan segala ilmu
yang terkandung di dalam penulisan makalah ini ke dalam dunia nyata yakni
duniakerja yang syarat akan prinsip profesionalitas dan efektifitas.

11

DAFTAR PUSTAKA

Arena A. Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasly. 2015 Auditing & Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi. Jilid 2. Edisi Lima Belas-Jakarta.
Erlangga

12

Anda mungkin juga menyukai