Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

AUDIT ATAS SIKLUS PERSEDIAAN DAN INTERNAL


CONTROL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Auditing 2

Dosen Pengajar:
RORO ENDAH KUMALASARI, SE., M.AK., PIA

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

Ninda Agustin :434334032018005


Nenden Sunasih :434334032018012
Ramdan Purnama :434334032018052
Nuraeni :434334032018069
M Irfan Maulana Y :434334032018073

Kelas : Akuntansi C 2018

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PASUNDAN BANDUNG

2021

Jl. Turangga No.35-43, Lkr. Sel., Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40263
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas yang
berjudul: “AUDIT ATAS SIKLUS PERSEDIAAN DAN INTERNAL
CONTROL”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 7 Desember 2021

Penyusun, kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………....5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………....5
1.4 Manfaat…………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persediaan…………………………………………………..6


2.2 Siklus Persediaan………………………………………………………...7
2.3 Tujuan Siklus Persediaan……………………………………………….7
2.4 Fungsi-Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan beserta Dokumen dan
Pencatatan Terkait………………………………………………………7
2.5 Pengujian Substantif Terhadap Persediaan…………………………....9
2.6 Prosedur audit siklus persediaan………………………………………10
2.7 Mengaplikasikan analytical prodecedures untuk akun-akun pada
inventory and warehousing cycle………………………………………13
2.8 Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo………………….…….14
2.9 Internal Control………………………………………………………...19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpula……………………………………………………………….23

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persediaan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi perusahaan


manufaktur ataupun perusahaan dagang. Karena hal ini memang sudah menjadi
kegiatan utama dari perusahaan. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan
disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer
untuk dijual kembali, atau pengadaan tanahdan property lainnya untuk dijual
kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau
barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan dan termasuk
bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi 5.

Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya


nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun
penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu
perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan
perusahaan.Akun persediaan merupakan akun yang kompleks dan memerlukan
pengendalianyang kuat karena persediaan adalah bagian yang utama dalam neraca
dan sering kali merupakan perkiraan yang terbesar yang melibatkan modal kerja.
Selain itu persediaan juga sering tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan
perhitungan fisik. Untuk penilaian juga sulit karena keusangan dan perlunya
mengalkasikan biaya manufaktur kedalam persediaan.

Mengingat besarnya risiko yang dapat muncul dalam sistem persediaan


maka perusahaan berusaha merancang pengendalian intern yang efektf di setiap
sistem persediaannya. Pengendalian intern yang tercipta sangat penting bagi
perusahaan yang laporan keuangannya harus diaudit oleh akuntan publik.
Pengendalian intern ini selainmempengaruhi keandalan informasi juga akan
mempengaruhi luasnya lingkup pengujianyang dilakukan oleh akuntan publik
khususnya pengujian substantive yang tergantung pada pengendalian intern yang
di desain dan diterapkan oleh klien.

Menurut pendapat para ahli pengertian persediaan yaitu: Zulfikarijah


(2005) menjelaskan didalam bukunya bahwa persediaan secara umum di
definisikan sebagai stock bahan baku yang digunakan untuk
memfasilitasiproduksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Dari
penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan yang digunakan
untuk jalanya sebuah produksi dan juga untuk meningkatkan rasa kepuasan
terhadap permintaan konsumen.

4
Handoko (2015) menjelaskan bahwa persediaan (inventory) adalah suatu
istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya
organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Dari teori ini penulis menyimpulkan persediaan adalah suatu sumber daya yang
dapat disimpan untuk mengantisipasi adanya permintaan yang tinggi dari
konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan persediaan ?
2. Bagaimana siklus dari persediaan ?
3. Bagaimana prosedur dari audit siklus persediaan ?
4. Bagaimana fungsi bisnis dari siklus persediaan beserta dokumen dan
catatan terkait?
5. Upaya apa yang dapat di lakukan untuk internal control dari persediaan ?
6. Bagaimana metodelogi dan contoh dari siklus persediaan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui fungsi audit atas siklus persediaan dan internal
controlnya
2. Untuk mengetahui tujuan audit atas siklus persediaan
3. Untuk menilai resiko pengendalian yang direncanakan
4. Untuk memahami bagaimana pengujian substantif yang di lakukan atas
siklus persediaan
5. Untuk memahami bagaimana pengendalian atas internal control dari
persediaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

AUDIT SIKLUS PERSEDIAAN INTERNAL DAN INTERNAL CONTROL

2.1 Persediaan

Persediaan merupakan unsur aktiva yang disimpan dengan tujuan untuk


dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang akan
dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual. Kekayaan perusahaan
yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok persediaan karena kekayaan tersebut
tidak dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan adalah persediaan yang
menunggu saat penjualan dan surat berharga yang disimpan untuk dijual di
kemudian hari. Di dalam perusahaan dagang, persediaan terutama terdiri dari
perpersediaan barang dagangan.Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri
dari persediaan bahan baku dan bahan penolong, persediaan produk dalam proses,
persediaan produk jadi, persediaan suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik
(factory supplies).

Perpersediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor di


dalam auditnya karena berbagai alasan berikut ini:

1. Umumnya perpersediaan merupakan komponen aktiva lancar yang


jumlahnya cukup material danmerupakan objek manipulasi serta tempat
terjadinya kesalahan-kesalahan besar.
2. Penentuan besarnya nilai perpersediaan secara langsung mempengaruhi
kos barang yang dijual(cost of good sold) sehingga berpengaruh pula
terhadap perhitungan laba tahun yang bersangkutan.
3. Verifikasi kuantitas, kondisi, dan nilai perpersediaan merupakan tugas
yang lebih kompleks dan sulit di banding dengan verifikasi sebagian besar
unsur laporan keuangan yang lain.
4. Seringkali perpersediaan disimpan di berbagai tempat sehingga
menyulitkan pengawasan dan penghitungan fisiknya.
5. Adanya berbagai macam perpersediaan menimbulkan kesulitan bagi
auditor dalam melaksanakan auditnya.

6
2.2 Siklus Persediaan

Siklus persediaan merupakan siklus yang memiliki hubungan erat dengan


siklus transaksi lainnya. Bagi perusahaan manufaktur, bahan baku memasuki
siklus persediaan dan pergudangan dari siklus akuisisi dan pembayaran, sementara
tenaga kerja langsung memasukinya dari siklus penggajian dan personalia.

2.3 Tujuan Siklus Persediaan

Siklus pesediaan melibatkan arus fisik barang. Tujuan utama keseluruhan


dari audit siklus persediaan dan pergudangan adalah untuk menyediakan kepastian
bahwa laporan keuangan memperhitungkan secara wajar bahan baku, barang
dalam proses, persediaan barang jai, dan harga pokok penjualan

Audit terhadap persediaan, terutama pengujian saldo persediaan akhir tahun,


sering kali merupakan bagian yang paling kompleks dan paling menghabiskan
waktu audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas audit persediaan
termasuk :

1. Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca


2. Persediaan sering kali berada pada lokasi yang berbeda, yang membuat
pengendalian dan perhitungan fisik menjadi sulit
3. Sering kali sulit bagi auditor untuk mengamati dan menilai item
persediaan yang berbeda seperti perhiasan, bahan kimia, dan suku cadang
elektronik
4. Penilaian persediaan juga sulit apabila estimasi keuaangan persediaan
merupakan hal yang penting dan apabila biaya manufaktur harus
dialokasikan ke persediaan.
5. Terdapat beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima dan
beberapa organisasi mungkin ingin menggunakan metode penilaian yang
berbeda unutk berbagai bagain persediaan yang dapat diterima menurut
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum

2.4 Fungsi-Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan beserta Dokumen dan


Pencatatan Terkait

1. Pemprosesan Pesanan

Pembelian Diawali dengan akuisisi bahan baku untuk produksi. Pengendalian


yang memadai atas akuisisi harus digunakan untuk persediaan bahan baku (bagi
perusahaan manufaktur) dan barang jadi (bagi pedagang). Permintaan pembelian

7
merupakan formulir yang digunakan sebagai permintaan kepada departemen
pembelian untuk memesan persediaan. Permintaan ini biasanya diawali oleh
personil dibagian persediaan ketika bahan baku diperlukan.

2. Penerimaan Bahan Baku

Penerimaan atas bahan baku yang dipesan, merupakan bagian siklus akuisisi dan
pembayaran, mencakup pemeriksaan jumlah dan kualitas bahan baku yang
diterima. Departemen penerimaan akan menyiapkan laporan penerimaan yang
menjadi bagian dari dokumentasi sebelum dilakukan pembayaran. Setelah
diperiksa bahan baku dikirim ke bagian penyimpanan, sedangkan salinan atas
dokumen penerimaan barang atau notifikasi elektronik atas peneriamaan barang
dikirim ke bagian pembelian , bagian penyimpanan dan bagian utang dagang.

3. Penyimpanan Bahan Baku

Saat diterima bahan baku disimpan di bagian penyimpanan. Ketika departemen


lain membutuhkan bahan baku untuk diproduksi, maka personil yang
bertanggungjawab menyerahkan surat permintaan atas pengadaan bahan baku,
pesanan pekerjaan, atau dokumen dan notifikasi elektronik terkait yang
mengidikasikan jenis dan jumlah bahan baku yang diperlukan. Dokumen
permintaan tersebut digunakan untuk memperbaruhi berkas utama persediaan
perpetual dan mencatat perpindahan dari bahan baku ke akun barang dalam
proses.

4. Pemprosesan Produk

Departemen pengendalian produksi secara terpisah bertanggungjawab atas


penentuan jenis dan jumlah produksi, perngendalian bahan sisa, pengendalian
kualitas, dan perlindungan fisik terhadap barang dalam proses serta
bertanggungjawab menelaah proses produksi yang berkomputerisasi dan laporan
atas bahan sisa, sehingga akan memberikan informasi bagi akuntansi untuk
pencatatan pengiriman bahan baku dan penentuan biaya produksi.

5. Penyimpanan Barang Jadi

Saat barang jadi selesai, barang disimpan untuk menunggu pengiriman.


perusahaan dengan pengendalian yang baik akan menyimpan barang jadi dengan
pengendalian fisik yang terpisah dan diwilayah yang terbatas. Pengendalian atas
barang jadi biasanya merupakan bagian dari siklus penjualan dan penagihan.

6. Pengiriman Barang

Jadi Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan
penagihan. Pengiriman actual atas barang ke konsumen untuk dibayarkan dengan
kas atau asset lainnya seperti piutang dagang akan menciptakan petukaran asset-

8
asset yang diperlukan dalam memenuhi criteria pengakuan pendapatan. Dalam
transaksi penjualan, pengiriman barang jadi menjadi pemicu dalam pengakuan
piutang dagang dan penjualan dakam system akuntansi. Pengiriman barang jadi
harus diotorisasi mengunakan dokumen pengiriman yang disetujui.

2.5 Pengujian Substantif Terhadap Persediaan

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan persediaan.
2. Membuktikan asersi keberadaan persediaan yang dicantumkan di neraca
dan keterjadian transaksiyang berkaitan dengan persediaan.
3. Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan
persediaan yang dicatat dalamcatatan akuntansi dan kelengkapan saldo
persediaan yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas persediaan yang
dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan asersi penilaian persediaan yang dicantumkan di neraca.
6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan persediaan di neraca.

Kerangka tujuan pengujian substantif terhadap persediaan dilukiskan pada gambar


berikut:

9
Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo persediaan yang dicantumkan oleh klien di


neracanya sesuai dengan persediaan yang benar-benar ada pada tanggal neraca,
auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi persediaan yang dicantumkan di
neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu
dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi persediaan yang
dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya.
Oleh karena itu, auditor melakukan prosedur audit berikut ini dalam melakukan
rekonsiliasi informasi persediaan di neraca dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan:

- Usut saldo persediaan yang tercantum di neraca ke saldo akun Persediaan


yang bersangkutan didalam buku besar.
- Hitung kembali saldo akun Persediaan di buku besar.
- Usut saldo awal akun Persediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
- Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Persediaan ke jurnal yang
bersangkutan.
- Lakukan rekonsiliasi buku pembantu Persediaan dengan akun kontrol
Persediaan di buku besar

2.6 Prosedur audit siklus persediaan

1. Melakukan Stock Opname

10
Pertama melakukan stock opname terutama pada persediaan barang yang
disimpan di gudang perusahaan tersebut. Pada barang consignment out dan
barang yang tersimpan di public warehouse dapat juga dilakukan stock
opname jika jumlahnya berupa material.
Namun jika sebaliknya dapat dilakukan cukup dengan konfirmasi.
Umumnya suatu perusahaan melakukan stock opname pada akhir tahun
atau beberapa saat sebelum dan setelah akhir tahun.

2. Melakukan Observasi Terhadap Stock Opname


Perhatikan dan analisa kembali hasil perhitungan dari stock opname yang
telah dilakukan sebelumnya. Lakukan pengecekan pada final inventory list
(Inventory Compilation) dan lakukan beberapa tahapan prosedur
pemeriksaan.
Beberapa prosedur pemeriksaan tersebut ialah:
a. Melakukan check Mathematical accuracy (penjumlahan dan
perkalian).
b. Periksa dan cocokkan quantity per book dengan kartu persediaan.
c. Periksa dan cocokkan quantity per count dengan count sheet
auditor yang melakukan tugas audit persediaan.
d. Periksa dan cocokkan total value dengan buku besar persediaan
perusahaan.
e. Mengirimkan konfirmasi untuk bagian persediaan consignment
out.

3. Melakukan Peninjauan Ulang pada Konsep Persediaan


- Melakukan peninjauan ulang terhadap konsep persediaan dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan unit price dari persediaan.
- Lalu kemudian lakukan pemeriksaan mengenai ada tidaknya barang
yang rusak, hilang, dan dipakai. Selanjutnya lakukan pemeriksaan pada
cut off penjualan dan cut off pembelian.
- Terakhir lakukan rekonsiliasi ketika stock opname dilakukan pada
selang waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca.

4. Membuat Laporan Hasil Akhir Stock Opname


Prosedur audit persediaan selanjutnya ialah membuat kesimpulan hasil
dari audit persediaan dan membuat usulan adjustment jika memang
diperlukan.

5. Adjustment Persediaan
Jika Anda membuat usulan adjustment sebelumnya. Maka lakukan
penyesuaian persediaan dari usulan yang Anda ajukan.

11
Serta rencanakan ketentuan mengenai kebijakan untuk penyesuaian
persediaan dari hasil stock opname yang akan anda lakukan.

6. Memastikan Laporan Keuangan Sesuai dengan Prinsip Akuntansi


Prosedur audit persediaan terakhir yang perlu dilakukan ialah memeriksa
dan memastikan bahwa penyajian persediaan di laporan keuangan telah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diberlakukan di Indonesia.

Audit atas siklus persediaan dan pergudangan dapat dibagi menjadi 5 (lima)
aktifitas yang berbeda, yaitu :

1. Akuisisi dan pencatatan bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead.

Pada bagian ini, audit memiliki 3 (tiga) fungsi, yaitu pemrosesan atas
pembelian pesanan, penerimaan bahan baku, dan penyimpanan bahan baku.
Auditor mendapatkan pemahaman mengenai pengendalian internal atas ketiga
fungsi tersebut dan kemudian melakukan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi, baik transaksi siklus akuisisi dan pembayaran serta siklus
penggajian dan personalia. Pengujian terhadap pengendalian akuisisi bahan baku
dan biaya manufaktur tersebut harus berjalan efektif dan transaksi akuisisi
dinyatakan dengan benar. Bila tenaga kerja langsung merupakan bagian penting
dalam persediaan manufaktur, maka auditor harus melakukan verifikasi proses
akuntansi yang benar atas biaya inidalam siklus penggajian dan personalia.

2. Perpindahan internal atas asset dan biaya.

Pemindahan internal dalam persediaan meliputi fungsi ke 4 (empat), yaitu


pemrosesan barang dan pentimpanan barang jadi. Klien membukukan aktivitasnya
dalam pencatatan akuntansi biaya, yang independen dari siklus lain dan diuji
sebagai bagian dari audit siklus persediaan dan pergudangan.

3. Pengiriman barang dan pencatatan pendapatan dan biaya.

Pencatatan pengiriman dan biaya terkait merupakn fungsi terakhir. Proses ini
merupakan bagian dari siklus penjualan dan penagihan, maka auditor harus
mendapatkan pemahaman dan pengujian pengendalian internal atas pencatatan
pengiriman sebagai bagian dari audit siklus ini, termasuk prosedur dalam

12
verifikasi akurasi kredit atas persediaan yang dicatat daalam berkas utama
persediaan perpetual.

4. Pengamanan fisik atas persediaan.

Auditor harus mengamati klien dalam menghitung persediaan fisik untuk


menentukan apakah persediaan yang tercatat memang ada pada tanggal neraca
dan dihitung dengan benar oleh klien. Pemeriksaan fisik merupakan jenis bukti
penting yang dapat digunakan utuk melakukan verifikasi terhadap keberadaan dan
perhitungan persediaan.

5. Penempatan harga dan kompilasi persediaan.

Biaya yang digunakan untuk menilai persediaan harus diuji untuk


menentuan apakah klien mengikuti metode prsediaan yang sesuai dengaan SAK
dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya. Prosedur yang digunakan auditor
untuk melakukan verifikasi biaya ini disebut pengujian harga. Sebaagai
taambahaan, auditoe harus melakukan pengujian kompilasi persediaan. Yaitu
suatu pengujian utuk melakukan verifikassi apakah perhitungan fisik dilakukan
dengan benar, kuantitas dan harga persediaan dijabarkan dengan benar untuk
menghitung saldo buku besar.

2.7 Mengaplikasikan analytical prodecedures untuk akun-akun pada


inventory and warehousing cycle

Prosedur analitis adalah hal yang penting dalam audit persediaan dan
pergudangan, saperti halnya dalam siklus lain. Dalam melakukan prosedur analitis
yang menguji hubungan antara saldo akun persediaan dan akun laporan keuangan
lainnya. Auditor sering menggunakan informasi non-keuangan untuk menilai
kewajaran saldo terkait persediaan. Misalnya, auditor membutuhkan informasi
mengenai ukuran dan berat produk persediaan, metode penyimpanannya (rak,
tangki, dll) dan kapasitas fasilitas penyimpanan untuk menentukan apakah
persediaan yang tercatat konsisten dengan persediaan yang tersimpan. Setelah

13
melakukan pengujian yang benar atas pencatatan akuntansi biaya dan prosedur
analitis, auditor memiliki dasar untuk mendesain dan melakukan pengujian
perincian saldo persediaan.

2.8 Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo

Persediaan jenisnya bervariasi disetiap perusahaan, oleh karena itu


pemahaman atas industri dan bisnis klien lebih penting dalam persediaan
dibandingkan dalam area lainnya. Beberapa hal pokok yang harus
dipertimbangkan auditor antara lain adalah metode penilaian persediaan yang
dipilih manajemen, potensi keusangan persediaan, dan risiko tertukarnya barang
konsinyasi dengan persediaan milik sendiri.

Auditor pertama kali harus mengenali persediaan klien dengan melakukan


pengecekan terhadap fasilitas penyimpanan klien, termasuk area penerimaan
barang, penyimpanan, produksi, perencanaan, dan penyimpanan catatan.
Pengecekan ini harus dipimpin oleh penyedia yang dapat menjawab pertanyaan
mengenai produksi, terutama mengenai perubahan dalam pengendalian internal
dan proses lain sejak tahun sebelumnya. Oleh karena kompleksitas dalam
persediaan, maka akan membahas dua aspek pengujian pengendalian untuk
perincian saldo, pengamanan fisik dan penetapan harga dan kompilasi.

1. Pengamanan Fisik

a. Pengamatan Fisik Atas Persediaan

PSA 07 (SA 331) sekarang, mensyaratkan auditor untuk memeriksa efektifitas


metode klien dalam perhitungan persediaan dan mendapatkan keyakinan dari
klien atas kuantitas dan kondisi fisik persediaan. Untuk memenuhi persyaratan
tersebut, auditor harus :

- Hadir pada saat klien menghitung persediaan untuk menentukan saldo


akhir tahun.

14
- Mengamati prosedur perhitungan klien.
- Melakukan tanya jawab kepada klien tentang prosedur perhitungan
mereka.
- Melakukan mengujian terpisah saat perhitungan fisik.

Poin penting dalam persyaratan PSA 07 adalah adanya perbedaan antara orang
yang melakukan pengamatan atas perhitungan fisik persediaan dan orang yang
bertanggungjawab atas perhitungannya. Klien bertanggungjawab untuk menyusun
prosedur perhitungan fisik akurat atas penyediaan dan membuat pencatatannya.
Auditor bertanggungjawab mengevaluasi dan mengamati prosedur klien termasuk
melakukan pengujian perhitungan persediaan dan mengambil kesimpulan apakah
persediaan fisik sudah memadai.

b. Pengendalian Atas Perhitungan Fisik

Terlepas dari metode pencatatan persediaan, klien harus melakukan


perhitungan fisik secara periodik atas persediaan, tetapi tidak perlu setiap tahun.
Perhitungan fisik dapat dilakukan mendekati tanggal neraca, tanggal interim, atau
berbasis siklus sepanjang tahun. Dua pendekatan terakhir dapat dilakukan jika
terdapat pengendalian internal memadai atas berkas utama persediaan perpetual.
Auditor perlu memahami pengendalian atas perhitungan fisik persediaan yang
dilakukan klien sebelum perhitungan fisik dilakukan.

c. Keputusan Audit

Keputusan audit atas pengamatan fisik persediaan sama dengan yang


dilakukan pada area audit lainnya. Keputusan ini mencangkup dengan prosedur
audit, penetapan waktu dilaksanakannya prosedur, penentuan jumlah sampel, dan
pemilihan sampel untuk diuji. Tiga keputusan terakhir akan dibahas berikut ini,
dengan membahas prosedur audit yang memadai untuk itu.

d. Penetapan waktu

15
Auditor menutuskan apakah perhitungan fisik dapat dilakukan sebelum akhir
tahun, terutama dengan dasar akurasi berkas utama persediaan perpetual. Saat
klien melakukan perhitungan interim, yang disetujui auditor bila pengendalian
internal efektif, auditor pada saat itu melakukan pengamatan atas prhitungan
persediaan dan menguji transaksi yang tercatat dalam pencatatan persediaan dari
tanggal perhitungan hingga akhir tahun.

e. Jumlah sampel

Jumlah jenis persediaan yang harus dihitung auditor sering kali sulit
ditentukan karena auditor harus berkonsentrasi untuk mengamati prosedur klien
agar memudahkan jumlah sampel dalam pengamatan fisik dapat diambil dari
jumlah total jam yang dihabiskan, bukan jumlah jenis persediaan yang dihitung.

f. Pemilihan sampel

Saat auditor melakukan pengamatan atas perhitungan persediaan, mereka


harus berhati-hati dalam :

- Mengamati perhitungan atas jenis persediaan yang signifikan dan sampel


dari jenis persediaan tertentu.
- Melakukan tanya jawab atas jenis yang mungkin usang atau rusak.
- Mendiskusikan dengan manajemen alasan tidak dimasukkannya
persediaan tertentu.

g. Pengujian Atas Pengamatan Fisik

Bagian terpenting dalam pengamatan persediaan adalah menentukan


apakah perhitungan fisik yang dilakukan sesuai dengan intruksi klien. Agar dapat
dilakukan secara efektif, maka auditor perlu hadir pada saat perhitungan
dilakukan. Saat personil yang menghitung tidak menjalankan intruksi, auditor
harus menghubungi penyelia personil tersebut agar menyelesaikan persoalan ini
atau memodofikasi prosedur pengamatan. Misalnya, jika prosedur mengharuskan

16
satu tim menghitung persediaan dan tim kedua menghitung kembali untuk
menguji akurasinya, maka auditor harus menginformasikan keadaaan manajemen
jika kedua tim ini bekerja bersama-sama

2. Pengendalian Harga dan Kompilasi

Pengendalian biaya per unit yang terintegrasi dengan produksi


memberikan kepastian bahwa klien menggunakan penetapan biaya yang wajar
untuk menilai persediaan akhir. Pencatatan biaya standar berguna untuk
mengevaluasi kewajaran biaya produksi jika manajemen selalu memperbarui
prosedur terkait perubahan dalam produksi dan biaya.

Untuk mencegah persediaan yang sudah usang dimasukkan dalam perhitungan


atau lebih saji, klien harus melakukan telaah formal dan pelaporan atas persediaan
yang sudah usang, pergerakannya lambat, rusak atau lebih saji, juga
lakukan pengendalian internal atas kompilasi persediaan untuk memastikan
penghitungan fisik driringkas dengan benar dan penetapan harganya sama dengan
pencatatan, dijumlahkan dengan benar, dan dimasukkan dalam berkas utama
persediaan perpetual dan akun buku besar terkait dalam jumlah yang benar.

a. Prosedur Penetapan Harga dan Kompilasi

Prosedur penetapan harga dan kompilasi bertujuan untuk pisah batas yang
dilakukan sebagai bagian dari penjualan dan akuisisi. Auditor dapat menggunakan
informasi yang diperolah dari klien sebagai kerangka referensi, termasuk deskripsi
masing-masing persediaan, jumlah, harga per unit, dan nilai perluasannya.
Adapun tujuan audit dan pengujian terkait atas penetapan harga dan kompilasi
persediaan,

17
b. Penilaian Persediaan

Auditor harus memperhatikan tiga hal, Pertama, metodenya harus sesuai


dengan SAK. Kedua, penerapan metode harus konsisten dari tahun ke tahun.
Ketiga, biaya persediaan versus harga pasar harus dioertimbangkan. Dalam
verifikasi penetapan harga persediaan bergantung pada barang yang dibeli atau
diproduksi.

c. Penetapan Harga atas Persediaan yang Dibeli

Dalam penilaian persediaan yang dibeli, auditor harus menetukan apakah


klien menggunakan LIFO, FIFO, rata-rata tertimbang, atau metode penilaian
lainnya. Auditor harus menentukan biaya-biaya yang dimasukkan dalam penilaian
suatu jenis persediaan. Setelah itu, auditor harus berfokus pada persediaan dengan
nilai besar dan produk yang harganya berfluktuasi. Auditor juga harus mendata
jenis persediaan untuk diverifikasi atas penetapan harga dan meminta faktur
vendor kepada kliaen, lalu memeriksa faktur yang memadai untuk
memperhitungkan seluruh akun persediaan atas jenis yang diuji, terutama yang
menggunakan metode penilaian FIFO. Terakhir, auditor harus menguji biaya per
unit tercatat dalam pencatatan perpetual ke faktur vendor sebagai bagian dari
pengujian transaksi siklus dan pembayaran.

d. Penetapan Harga Persediaan yang Diproduksi

Dalam menetapkan harga persediaan yang diproduksi, auditor harus


mempertimbangkan biaya per unit atas bahan baku dan jumlah unit yang
diperlukan dalam memproduksi setiap unit output. Auditor juga harus memeriksa
faktur vendor atas berkas utama persediaan perpetual, lalu memeriksa spesifikasi
rancangan, memeriksa produk yang selesai dibuat, atau menemukan metode
sejenis untuk menentukan jumlah unit yang diperlukan untuk membuat satu unit
produk. Dalam hal tenaga kerja langsung, auditor harus melakukan verifikasi

18
biaya per jam atas tenaga kerja dan jumlah jam kerja yang diperlukan untuk
membuat satu unit output. Auditor dapat menetukan jumlah jam kerja untuk
memproduksi barang dari spesifikasi rancangan atau sumber serupa. Dalam
overhead manufaktur, auditor harus mengevaluasi metode yang digunakan untuk
menguji konsistensi dan kewajaran dan menghitung kembali biaya untuk
menentukan apakah biaya overhead sudah benar. Jika klien memiliki pencatatan
biaya standar, maka metode yang tepat untuk menentukan penilaian adalah
dengan menalaah dan menganalisis selisih.

e. Biaya Perolehan atau Harga Pasar

Dalam menetukan biaya Harga Perolehan Persediaan, auditor harus


mempertimbangkan nilai realisasi bersih yang lebih kecil daripada biaya historis.
Lalu, auditor dapat menguji biaya penggantian dengan memeriksa faktur vendor
pada periode jeda atau faktur terakhir yang jika tidak terdapat pembeliaan
persediaan setelah akhir tahun. Auditor pun harus mempertimbangkan nilai
penjualan persediaan dan kemungkinan dampak fluktuasi harga untuk
menemukan nilai realisasi, dimana kemungkinan keusangan saat mengevaluasi
persediaan.

f. Persediaan Fisik, Penetapan Harga dan Kompilasi

Persediaan fisik, penetapan harga, dan kompilasi penting dalam audit


persediaan karena salah saji salah satu aktivitas dapat menghasilkan salah saji
pada persediaan dan harga pokok penjualan. Dalam audit, harga pokok penjualan
merupakan nilai sisa dari persediaan awal ditambah pembelian bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead manufaktur dikurangi persediaan akhir.
Pada pengujian persediaan fisik, auditor sabgat bergantung pada berkas utama
persediaan perpetual jika diuji sebagai bagian dari siklus yang telah kita bahas dan
telah dianggap andal. Oleh karena itu, auditor dapat mengamati dan menguji
penghitungan fisik pada waktu di luar akhit tahun dan menggunakan perpetual
agar pencatatan jumlahnya memadai.

19
Saat auditor menguji pengendalian dan melakukan pengujian substantif
atas transaksi dan saldo persediaan terkait, mereka juga mengintegrasikan
pengujian yang berhubungan dengan tujuan audit terkait saldo, dengan melakukan
pengujian yang memenuhi 4 tujuan penyajian dan pengungkapan. Standar
akuntansi mensyaratkan pengungkapan atas metode penilaian persediaan dan
informasi persediaan lainnya yang relevan, seperti informasi LIFO cadangan, pada
penjelasan tambahan. Auditor harus memperoleh pemahaman atas pengendalian
klien sehubungan dengan pengungkapan persediaan yang melakukan pengujian
pengendalian tersebut dan pengujian substantif untuk memperoleh bukti memadai
bagi keempat tujuan penyajian dan pengungkapan.

2.9 Internal Control

Persediaan dalam perusahaan merupakan aktiva yang penting sehingga


sistem internal control terhadap persediaan, fungsi internal control atas
persediaan ada tiga yaitu :

1. Internal control terhadap fisik persediaan


Pentingnya internal control atas fisik persediaan karena persediaan
mudah dipindah tempatkan dari kerawanan lainnya.

2. Internal control terhadap pencatatan persediaan


Pengendalian timbul karena adanya jumlah persediaan dalam kartu
persediaan yang diambil dan laporan barang sebagai penambahan dan
bukti serta pemakaian sebagian pengurangan persediaan barang yang siap
dijual yang sementara masih ada dalam gudang.

3. Internal control atas jumlah persediaan


Setelah masuk dalam proses pemasangan produksi perluasan atau
organisasi seharusnya menyusun suatu budget produksi untuk pengolahan
bahan berdasarkan desain.

Pentingnya Pengendalian Terhadap Persediaan

1. Memenuhi kebutuhan pelanggan dengan sebaik-baiknya sesuai permintaan


pasar pada saat itu

20
Dengan adanya persediaan, maka jika terjadi permintaan yang berlebih
dari para pelanggan, maka perusahaan dapat menutupi permintaan tersebut
dengan persediaan yang tersedia digudang, sehingga para pelanggan akan
merasa dihargai karena kita selalu memenuhi permintaan yang mereka
butuhkan, sehingga kita dapat membuat mereka loyal pada perusahaan
kita.

2. Meminimalkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan


yang dibutuhkan perusahaan.
Dengan adanya persediaan yang mencukupi, apabila ada permintaan yang
berfluaktuasi dari para konsumen, perusahaan masih tetap
dapat melakukan operasi sebagaimana biasanya, karena persediaanya yang
ada digudang masih bisa digunakan walau barang-barang yang untuk
melakukan operasi mengalami keterlambatan, sehingga dengan adanya
persediaan tidak akan menganggu jalannya operasi.

3. Mengontrol stok persediaan digudang dengan baik


4. Mempertahankan stabilitas atau kelancaran kegiatan operasi perusahaan.
Dengan adanya persediaan yang mencukupi, maka apabila ada masalah
dengan proses pengiriman bahan dari supplier dengan perusahaan, maka
dengan adanya persediaan ini dapat mempertahankan stabilitas dan
kelancaran proses operasi perusahaan, sehingga perusahaan masih dapat
memenuhi permintaan pasar.
5. Untuk menciptakan persediaan yang efektif dan efisien yang mampu
memenuhi permintaan pasar saat keadaan biasa ataupun permintaan disaat
berfluktuasi maka dalam mengelola persediaan tersebut sangat diperlukan
perencanaan dan pengendalian persediaan itu sendiri, sehingga
pemanfaatan dan penggunaan serta memenuhi permintaan pasar dapat
dilakukan secara optimal.

Study Kasus

er

21
Ditemukan hasil stock opname di toko Komputer Jaya sebagai berikut seperti
table di atas

Ditemukan adanya 1 barang hilang 2 barang rusak dan 3 salah catat maka disini
kita sebagai auditor, harus melakukan pengendalian internal terhadap fisik
persediaan, pencatatan persediaan, jumlah persediaan

Maka disini auditor mengeluarkan keputusan untuk melakukan singkronisasi atas


pencatatan barang (nilai buku) dan pencatatan barang (nilai fisik)

22
FLOW CHART AUDIT ATAS SIKLUS PERSEDIAAN DAN INTERNA
CONTROL

Mulai

Menghitung jumlah
barang

Mencatat semua
jumlah barang

Laporan perhitungan fisik

Mencocokan
Kartu stock
jumlah barang

Barang pas tidak

Dilakukan
penulusuran stock
keluaran masuk

ya
23
selesai
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

jadi dapat disimpulkan bahwa seorang audit perlu memehami beberapa aspek dari
segi fisik dan data keuangan yang ada, dan di sisi lain siklus pengendalian
ternyata belum memadai bila di terpakan di beberpa perusahaan.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.nscpolteksby.ac.id/156/7/7%20Bab%20IV.pdf

https://pdfcoffee.com/contoh-kasus-audit-persediaan-pergudangan-dan-
utang-dagang2-pdf-free.html

https://www.kompasiana.com/shofarahmawati/565bbe2e1fafbde424436fe6/pe
ntingnya-pengendalian-intern-terhadap-persediaan?page=2&page_images=1

https://accounting.binus.ac.id/2020/12/20/internal-controls/

25

Anda mungkin juga menyukai